Sinopsis I HEAR YOUR VOICE Episode 7 - 1
Hye-sung dengan lari
pagi sambil menelpon ibunya. Dia merasa ada yang mengikutinya dan menoleh ke
belakang, tapi tidak ada siapa-siapa. Dia pun melanjutkan berjalan. Kemudian
berjongkok untuk mengikat tali sepatu di jembatan.
Tiba-tiba ada
seorang pria berlari ke arahnya dari belakang, mengangkat dan menjatuhkannya ke
sungai. Ponselnya terjatuh.
Hye-sung berteriak
meminta tolong pada ibunya. Ibu pun berteriak memanggil Hye-sung dari sebrang
telpon. Terus begitu sampai ada seorang pria lagi yang menceburkan diri ke
sungai dan mengangkat Hye-sung yang sudah tenggelam.
“HYE-SUNG!” Ibu
terbangun dari mimpinya. “Mimpi macam apa itu? Mengapa aku bermimpi seperti
itu?” Ibu terlihat masih syok.
Episode 7
Why an Unhappy Premonition is Never Wrong
Hye-sung berjalan
dengan Soo-ha menuju halte bis. Hye-sung menceritakan tentang mimpi ibunya, dan
mengatakan bahwa mimpi ibunya tidak pernah salah.
Soo-ha: “Apa kau
selalu percaya takhayul?”
Hye-sung: “Tidak
juga. Yang paling aku benci adalah yang memperkirakan keberuntungan. Tapi, ada
alasan kenapa aku percaya mimpi ibuku.”
Hye-sung berhenti
berjalan dan meminta Soo-ha membawakan berkas-berkasnya. Tapi Soo-ha tidak mau,
tasnya saja sudah berat.
Soo-ha: “Lalu
seberapa akurat mimpi ibumu?”
Hye-sung: “Di mimpi
ibu, aku mengeluarkan banyak darah dari hidung sampai memenuhi bak mandi. Ibu
bilang jika mengeluarkan darah dalam mimpi berarti keberuntungan yang besar.
Ibu bermimpi kehilangan gigi depannya, lalu nenekku meninggal dunia. Dan mimpi
aku membeli babi ibuku untuk 10 dolar. Lalu aku diterima bekerja menjadi
pembela umum.”
Soo-ha: “Itu hanya
kejadian tidak disengaja.”
Soo-ha kemudian
membaca pikiran Hye-sung:
“Akankah mimpi ini menjadi kemalangan bagi seseorang? Aku? Atau ibu?”
Bus Hye-sung datang,
dia pun pamit pada Soo-ha. Di atas bis tiba-tiba ada Soo-ha yang mengambil
berkas-berkas Hye-sung dan membawakannya. Hye-sug heran mengapa Soo-ha
mengikutinya. Soo-ha bilang akan mengantar Hye-sung ke kantor.
Hye-sung: “Apa
mungkin, karena mimpi ibuku? Karena kau khawatir padaku?”
Soo-ha: “Tadi kau
memintaku membawakan berkasmu. Tidak mau? Haruskah aku turun sekarang?”
Hye-sung: “Bukan
seperti itu, nanti kau terlambat masuk sekolah.”
Soo-ha: “Minggu ini
ujian, jadi aku bisa sedikit terlambat.”
(masuknya lebih siang mungkin ya. Masa lagi ujian telat…)
Hye-sung: “Kau tidak
harus membayar hutang.”
Soo-ha: “Apa yang
kau bicarakan?”
Hye-sung: “Kau
tinggal disisiku untuk membayar hutangmu. Itu tidak benar? Seong-bin
memberitahuku saat dia mengecat kuku ku, bahwa kau merasa harus membayarku
untuk kejadian itu.” (membayar hutang
budi maksudnya-red)
Soo-ha: “Gadis itu
berbicara omong kosong.”
Hye-sung: “Kau tidak
berhutang apapun padaku, jadi jangan membayar apapun. Jika itu bukan kau, aku
mungkin akan tetap memberikan kesaksian pada kasus itu. aku tidak melakukannya
agar kau berhutang padaku.”
Soo-ha: “Aku
bersamamu bukan untuk membayar apapun.”
Hye-sung: “Lalu
untuk apa?”
Soo-ha tidak bisa
menjawab. Dia mengalihkan perhatian Hye-sung dengan memberitahu ada kursi
kosong di belakang. Maka Hye-sung pun duduk.
***
Kwan-woo menaggil
Hye-sung di depan kantor, masih ada Soo-ha disana. Kwan-woo mengatakan dia
datang lebih awal karena banyak kasus hari ini. Hye-sung mengomentari gaya
Kwan-woo hari ini yang terlihat lebih baik.
Kwan-woo: “Ya, aku
merubahnya sedikit. Untuk pertama kalinya sejak aku dilahirkan, aku pergi ke
salon, memakai kontak lensa, dan lihat, aku tidak menggunakan kaos kaki putih
hari ini.” Kata Kwan-woo berseri-seri.”
Hye-sung: “Itu bukan
hal yang bisa dibanggakan. Itu biasa saja.”
Kwan-woo:
“Benarkah..”
Kwan-woo baru sadar
ada Soo-ha disana.
Kwan-woo: “Oh, Park
Soo-ha. Kita bertemu sebelumnya kan?”
Kwan-woo ke
Hye-sung: “Diakah ‘seseorang yang kau tahu’ yang kau maksud kemarin? Yang
membuat masalah?”
Soo-ha cemberut..
Hye-sung: “Oh, iya..
Bagaimana jika dia salah paham dengan
situasi ini? Aku selalu memiliki rasa tanggung jawab yang kuat, jadi aku
memutuskan untuk menjaganya.
Soo-ha hendak protes
dengan kata-kata Hye-sung…
Kwan-woo: “Aahh.
Hey, karena kau kencan kami jadi tertunda kemarin. Mulai sekarang jangan
menyebabkan masalah, dan santai saja…..” Kwan-woo akan memukul atau mungkin
menepuk pundak Soo-ha tapi langsung di tahan Soo-ha.
Soo-ha menyerahkan
berkas ditangannya pada Hye-sung dengan kasar lalu pamit pergi.
Pergi? Tidak, dia
masih memperhatikan Hye-sung dan Kwan-woo dari belakang.
Kwan-woo membawakan
berkas Hye-sung dan memberikan coklat yang kemarin gagal dia berikan. Hye-sung
memakannya, dia juga akan menyuapi Kwan-woo. Tapi…Kwan-woo menjulurkan tangannya
untuk membersihkan coklat yang menempel di tepi bibir Hye-sung. Soo-ha
melihatnya!
Kwan-woo:
“Penampilan kita hari ini cocok. Seperti pasangan.”
Hye-sung tersenyum
dan menyuapkan coklatnya ke Kwan-woo.
Soo-ha jelas banget
dia kesal, cemburu, dan dia mengatakan dia harus mengenankan baju selain
seragam.
Soo-ha menendang
kaleng kosong, dan mengenai orang lain.
***
Di kantor.
Yoo-chang:
“Pengacara Jang, kau tahu kan sekarang ada pertemuan dengan kakek Lee
Dae-sung?” Yoo-chang memberikan botol air mineral. “Kau pasti butuh ini.”
Hye-sung: “Kenapa
butuh air? Apa kau mengenalnya?”
Yoo-chang: “Tentu
saja. Waktu itu, Pengacara Shin yang menanganinya dan setelah kasusnya selesai,
dia masuk rumah sakit untuk beberapa lama.”
Hye-sung: “Kenapa?”
Kwan-woo nyambung:
“Apa terdakwa ini seorang gangster? Atau pecandu obat?”
Hye-sung melihat
berkasnya, “Oh…hanya pencuri tetap. Dan pencuri koran gratis.”
Kwan-woo: “Koran
gratis? Koran yang kita dapatkan gratis di jalan?”
Hye-sung: “Ya.. dia
mengumpulkan sampah kertas untuk hidup, tapi karena penghasilannya terlalu
sedikit, dia mencuri 300 salinan koran bekas.”
Yoo-chang: “Tapi,
mencuri itu membuatmu menjadi seorang penjahat? Itu kan gratis.”
Pengacara Shin:
“Walaupun gratis, perusahaan koran mengeluarkan uang untuk menerbitkannya.
Mereka membiarkan semua orang mengambil dan membacanya. Karena dia mengambil
semuanya, itu pencurian.”
Ada seorang pria tua
masuk ke dalam kantor.
“Aku Lee Dae-sung,
yang mana Pengacara Jang Hye-sung?”
Hye-sung lalu
mengangkat tangan dan meminta kakek Dae-sung untuk masuk.
Pengacara Shin
mengajak Kwan-woo dan Yoo-chang untuk membeli kopi, karena sebentar lagi di
tempat mereka akan sangat berisik.
Hye-sung mewawancara
kakek Dae-sung.
Hye-sung: “Ini
pencurianmu yang ke 16 kali. Kau bahkan pernah dipenjara karena pencurian
tetap. Kau dibebaskan tahun kemarin, tapi kenapa melakukannya lagi? Kau mungkin
bisa di penjara lagi.”
Kakek Dae-sung yang
daritadi diam saja mendengarkan pun kemudian menjawab, “Aku tidak bisa
mendengarmu.”
Hye-sung mengulangi
perkataannya dengan lebih kencang, “Kau dapat mendapatkna…”
Kakek Dae-sung: “Aku
tidak bisa mendengarmu.”
Hye-sung lagi-agi
berteriak dengan lebih kencang. “Kau bisa dipenjara….”
Kakek Dae-sung: “aku
bisa dipenjara hanya karena mencuri koran gratis?”
Hye-sung mencoba
menjelaskan lagi, dan tidak juga bisa didengar. Hye-sung meminu airnya, dia
mengerti sekarang kenapa Yoo-chang memintanya memnawa air mineral.
Hye-sung dan kakek
Dae-sung berbicara dengan sambil berteriak. Kakek Dae-sung marah saat Hye-sung
bilang akan menelpon anaknya.
***
Hye-sung mengambil
air mineral di kulkas dan akan meminumnya begitu saja. Soo-ha mencegahnya dan
menuangkan airnya ke gelas.
Soo-ha: “Jadi, kau
menelpon anaknya?”
Hye-sung: “Tidak,
belum. Akan kulakukan besok di kantor.”
Soo-ha: “Jika si
kakek tahu, dia tidak akan tinggal diam.”
Hye-sung: “Aku tidak
peduli. Aku tidak mau berbicara dengan kakek itu lagi. Jika aku melakukannya,
tenggorokanku akan terasa sakit.”
Hye-sung menopang
dagu di meja.
Soo-ha tersenyum,
“karena tenggorokanmu sakit, daripada mengucapkannya, berbicaralah dengan
memikirkannya.”
Hye-sung tersenyum,
“Ya. Itu juga bisa kan? Bagus sekali.”
Lalu Soo-ha dan
Hye-sung mengobrol dengan cara yang lain. Soo-ha mengucapkan kata-kata,
Hye-sung hanya memikirkannya.
Soo-ha: “Jadi apa
yang terjadi dengan mimpi ibumu?”
Hye-sung: “Mimpi itu
menjadi kenyataan lagi. Aku terjebak dengan terdakwa yang mengganggu seperti
dia.”
Soo-ha: “Lalu, ini
tidak begitu buruk dibandingakn dengan mimpi ibumu kan?”
Hye-sung: “Tidak begitu
buruk? Itu hanya permulaan. Aku penasaran sebesar apa keributan yang akan
ditimbulkannya di persidangan. Sangat mengganggu. Setiap saat dia bilang
‘pembela umum, pembela umum’.
Soo-ha: “Kenapa
dengan pembela umum?”
Hye-sung: “Dia
mengatakan aku tidak tulus dan tidak berkompeten karena aku seorang pembela
umum. Dia mengatakan aku tidak akan bisa menikah karena aku pembela umum!”
Soo-ha tersenyum:
“Apa?”
Hye-sung juga
tersenyum. Dan obrolan mereka berlanjut seperti itu..
***
Ibu menyipkan banyak
makanan yang akan dikirimkan pada Hye-sung. Teman ibu mengolok apakah ibu akan
tetap mengirimi makanan walaupun Hye-sung sudah menikah. Tentu saja, kata ibu.
Bahkan ibu akan melipat gandakan kirimannya.
Ahjumma: “Apakah
Hye-sung sedang berpacaran?”
Ibu: “Dia akan
segera berumur 30 tahun. Well, ada seseorang yang menanyakannya.”
Ahjussi: “Siapa?”
Ibu: “Pengacara
Cha.”
Ahjumma: “Harapanmu
terlalu tinggi Ibunya Hye-sung. Aigo, kau harus bekerja keras agar mereka bisa
bersama.”
Ibu: “Aku merasa
mereka memiliki nasib yang berkaitan, seperti magnet. Itu bagus.”
Ibu tertawa-tawa,
dan tanpa disadari Joon-guk mendengarkan perbincangan itu.
Joon-guk baru datang
dan mengembalikan tempat makanan yang kemarin ibu berikan. Joon-guk mengatakan
ia memakan semuanya. Ibu menawarkan Joon-guk untuk meminta pada ibu jika
menginginkannya lagi. Joon-guk berterima kasih, kemudian keluar restoran lagi
untuk menempelkan poster.
Di luar Joon-guk
menerima sms, yang isinya: “Jika kau
butuh pacar, klik link di bawah ini.”
Joon-guk mengabaikannya,
karena sudah banyak sekali sms spam hari itu.
Benarkah itu spam?
Ternyata bukan. Sms itu sengaja dikirimkan oleh si pelacak nomor yang didatangi
Soo-ha waktu itu.
Ahjussi Pelacak
kesal karena Joon-guk tidak juga terjatuh dalam perangkap sms itu.
“Sms macam apalagi
yang akan membuatnya terjebak?”
***
Soo-ha mengantar
Hye-sung dan membawakan berkas-berkasnya. Kali ini dia tidak memakai baju
seragam. HA. (kemarin kan dia udah niat..)
Hye-sung: “Kau tidak
menggunakan seragam sekoahmu?”
Soo-ha: “Um..itu…ini
hari casual.”
Hye-sung: “Apakah
ada hari semacam itu?”
Soo-ha: “Ya..” ada
berkas yang terjatuh. “Aish, jangan membawa berkas sebanyak ini ke rumah. Kau
bahkan tidak membacanya dan tidur. Jadi, bagaimana dengan ini?”
Hye-sung: “Aku
membaca semuanya!”
Soo-ha menerima
telpon dari Ahjussi Pelacak, dia menyuruh Hye-sung masuk lebih dulu ke kantor.
Hye-sung mengira itu telpon dari pacarnya Soo-ha.
Soo-ha: “Halo.”
Ahjussi: “hey, aku
menelpon hanya karena kau menunggu.”
Soo-ha: “Kapan kau
akan menemukannya?”
Ahjussi: “Aku tidak
bisa memastikan. Pri itu perlu meng-klik paling tidak satu kali, jadi aku bisa
melacak keberadaannya. Tapi pria itu tidak juga terjebak.”
Soo-ha: “Bisakah kau
mempercepatnya?”
Ahjussi: “Aku tahu.
Jika dia sudah terjebak, aku akan mengirimkan sms walaupun tengah malam.
Tunggulah.”
***
Soo-ha berlari
mengejar lift yang akan menutup, meminta oran di dalam untuk menahannya. Ketika
berterimakasih, Soo-ha kaget karena itu Kwan-woo. Walaupun engga, Soo-ha pun
masuk.
Kwan-woo: “Apa kau
disini karena mengawal Pengacara Jang? Aku berterima kasih karena kau selalu
menjaga Pengacara Jang di dunia yang berbahaya ini.”
Kwan-woo menyentuh
pundak Soo-ha. Soo-ha melepaskannya.
“Dan mengapa kau,
yang disana, perlu berterimakasih?”
Kwan-woo: “ ‘yang disana’? Hey, berapa umurmu?”
Soo-ha: “Yang pasti sangat lebih muda daripada kau. Apa yang mau kau lakukan jika kau tahu umurku?”
Kwan-woo: “Hanya saja…karena aku ingin mengatur kencan buta untukmu. Sepupuku di kelas 11 dan dia bisa bahasa asing, belajar dengan baik, langsing dan cukup cantik untuk di audisi…..”
Soo-ha menyela: “Aku
menyukai seseorang.”
Kwan-woo: “Benarkah?
Siapa?”
Soo-ha: “Haruskah
aku memberitahumu?”
Kwan-woo: “Aku
merasa aku salah sebelumnya, tapi sepertinya kau tidak menyukaiku.”
Soo-ha: “Ya, aku
tidak menyukaimu.”
Kwan-woo kaget:
“Kenapa? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu marah? Anak ini selalu menatapku dengan kasar saat aku berada di sekitar
Pengacara Jang. Apakah gadis yang dia sukai adalah Pengacara Jang?”
Soo-ha: “Ya.”
Kwan-woo kaget lgi:
“Apa?”
Soo-ha: “Kau
membuatku marah. Sekarang kau sedang menginjak kakiku.”
Kwan-woo: “Oh,
maaf.”
Soo-ha keluar lift,
Kwan-woo berbicara sendiri, “Anak itu, dia benar-benar bisa membaca pikiran
orang.” (Kwan-woo tahu dari mana? Atau
hanya ungkapan saja?)
Kwan-woo meminta
Soo-ha memanggilnya Hyung.
Terdengar suara
Hye-sung berteriak dari dalam kantor, “Apa
yang kau lakukan?”
Kwan-woo dan Soo-ha
bergegas masuk.
Kakek Dae-sung
memegang keranjang sampah dan akan melemparkannya pada Hye-sung. Hye-sung panik
berusaha menghindar.
Hye-sung: “Jangan
mendekat! Aku akan melapor polisi! Pergi! Tak bisakah kau menyimpan itu
sekarang! Aku bilang jangan mendekat!
Kakek Dae-sung: “Kau
pengacara sampah!”
Kakek Dae-sung
melempar sampah ke arah Hye-sung. Dengan segera Soo-ha menghalangi dan memeluk
Hye-sung. Bahu Soo-ha terbentur lemari.
Kwan-woo
mengungcang-guncangkan badan Kakek Dae-sung dan berteriak marah, “Apa kau
sadar? Apa yang kau lakukan? Seseorang bisa terluka!”
“Aku yang seharusnya
bertanya, apa yang kau lakukan?” Pengacara Shin masuk ke ruangan. “Inikah yang
dilakukan seorang pengacara?”
Kwan-woo: “Pengacara
Shin…”
Yoo-chang akan
menelpon polisi.
Pengacara Shin:
“Choi Yoo-chang, tutup telponnya.”
Kwan-woo:
“Yoo-chang, laporkan. Ini penyerangan dan campur tangan pekerjaan!”
Pengacara Shin
menyimpan telponnya dan mengajak Kakek Kae-sung untuk berbicara di luar. Kakek
terlihat syok juga atas apa yang telah ia lakukan.
Hye-sung bertanya
dengan khawatir, apakah Soo-ha terluka. Soo-ha bilang hanya memar saja.
Hye-sung marah dan segera keluar menyusul Pengacara Shin.
***
Pengacara Shin
berbicara dengan Kakek Dae-sung.
Pengacara Shin:
“Kakek, aku mengerti ini tidak adil dan kau marah. Tapi kau tidak boleh
melakukan hal itu. Jika seseorang terluka, kau akan ditangkap karena
penyerangan! Kau akan dalam masalah besar!”
Kakek Dae-sung:
“Lalu aku akan ditangkap polisi?”
Pengacara Shin
melihat Hye-sung berjalan ke arahnya, dia menaikkan suaranya,
“Tidak! Pengacara
wanita itu sebenarnya lebih dermawan
daripada yang terlihat. Hati dan kepribadiannya mengagumkan! Jadi dia akan
memaafkanmu dan tidak akan melaporkannya. Jangan melakukan hal itu lagi.”
Hye-sung: “Lucu
sekali. Dengan ijin siapa dia akan dimaafkan?”
Pengacara Shin
mendekati Hye-sung.
Pengacara Shin: “Kau
mendengarnya kan? Kakek itu merasa sangat bersalah padamu. Jadi jangan
menuntutnya dan lupakan. Anggap saja semua sudah di selesaikan.”
Hye-sung: “Selesai?
Tidak, aku tidak mau. Aku akan menuntutnya untuk penyerangan dan campur tangan
pekerjaan.”
Pengacara Shin: “Apa
kau akan melakukan itu pada seseorang yang mengumpulkan sedikit uang setiap
harinya untuk bertahan hidup? Itukah caranya agar kau merasa puas?”
Hye-sung: “Ya. Hanya
itu caranya agar aku merasa puas. Aku berpikir semuanya harus diselesaikan
berdasarkan hukum.”
Pengacara Shin:
“Benarkah? Hukum itu hebat. Lalu aku kira aku harus melakukan sesuatu
berdasarkan buku juga. Aku akan pergi ke Komite Etik Pengacara. Lalu aku akan
melaporkan bahwa kau membuat jebakan bersama jaksa, dan menipu terdakwa waktu
itu. Sangat mudah. Cara hukum digunakan. Karena itu kebenaran.”
Hye-sung
tersinggung: “Apakah ini ancaman?”
Pengacara Shin: “Ini
bukan ancaman, tapi teknik untuk mendapatkan penyelesaian. Bagaimana menurutmu?
Apakah aku harus merujuk pada hukum?”
Hye-sung masih
emosi, “Baik. Lakukan itu…”
Soo-ha menyela
dengan memegang tangan Hye-sung dan meminta maaf pada Pengacara Shin.
Soo-ha: “Kami tidak
menuntut kakek itu, jadi anda tidak perlu khawatir.”
Hye-sung: “Diamlah.
Kau terluka.”
Soo-ha: “Ya, aku
satu-satunya yang terluka. Aku yang menyelesaikannya, karena hanya aku yang
terluka.”
Hye-sung melepaskan
pegangan tangan Soo-ha dengan kasar dan beranjak pergi.
***
Soo-ha mengejar
Hye-sung.
Hye-sung: “Jangan
mengikutiku.”
Soo-ha: “Kau marah?
Karena aku tidak berada di pihakmu?”
Hye-sung: “Jangan
membuatku seperti orang yang kekanak-kanakan. Ini sungguh menggangu jika kau
berbicara adil dalam situasi seperti ini.”
Soo-ha: “Maafkan
aku. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi lain
waktu.”
Hye-sung menghela
nafas, “Lenganmu tidak apa-apa?”
Soo-ha: “Ya.”
Hye-sung sudah tidak
marah lagi. “Kau akan terlambat sekolah. Cepatlah pergi.”
Soo-ha: “Ya.” And he’s smiling….
***
Dikantor. Yoo-chang
memandangi satu persatu ketiga pengacara di ruangan itu yang sedang sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing, dengan ekspresi yang aneh. Entah apa yang
ada dipikirannya, tapi dia terkaget-kaget mendengar suara dering telpon.
Yoo-chang mengangkat
telponnya dan terkejut lagi.
Yoo-chang: “Permisi
Pengacara Cha.”
Kwan-woo menjawab
tanpa menoleh, “Ya?”
Yoo-chang: “Mereka
mengatakan kasus Kakek Lee Dae-sung sekarang di tangani oleh Pengacara Cha.”
Kwan-woo berhenti
sejenak dari aktifitasnya, kemudian menjawab masih tanpa menoleh, “Baiklah. Aku
mengerti.”
***
Hakim Kim dan dua
temannya sedang berjalan pulang dari makan siang. Mereka berjalan sambil minum
dan mengobrol. Kemudian mereka melihat Kwan-woo sedang duduk.
Teman 1: “Orang itu
sepertinya Pengacara Cha.”
Hakim Kim: “Orang
ini, dia sungguh orang yang hebat! Nilainya dan kepribadiannya, disemua aspek!
Haruskah aku bilang dia itu role model untuk pembela umum?”
Mereka kemudian
tertawa bersama.
Tapi tiba-tiba
Kwan-woo berdiri dan menendang tempat sampah yang ada di dekatnya,
menginjak-injak sampah yang berhamburan dan kemudian berteriak:
“Mengapa itu aku?!
MENGAPA?!!!”
Hakim Kim dan
temannya menganga…tak percaya pada apa yang dilihatnya. Hakim Kim mendapat
tatapan tak percaya dari kedua temannya.
Hakim Kim membela
diri, “Dia adalah contoh para murid sebelumnya. Sebelumnya.”
Kwan-woo yang sudah
sadar dari emosinya pun kaget dengan apa yang di lakukan, lalu dia membereskan
kembali sampah-sampah yang tadi di injaknya.
Hakim Kim: “Lihat,
bagaimana hebatnya dia.”
***
Yoo-chang masuk ke
dalam kantor, dan melihat hanya ada Hye-sung dan Pengacara Shin disana, hawanya
tidak baik. Yoo-chang berjingkrak akan keluar kantor lagi, tapi…
“Yoo-chang? Katakan
pada Pengacara Jang untuk memberikan berkas kasus pada Pengacara Cha.”
Pengacara Shin meminta Yoo-chang jadi perantara.
Yoo-chang: “Ah iya..
Uhm, Pengacara Jang…dapatkah kau menyerahkan berkas kasus...”
“Yoo-chang? Tolong
katakan padanya Pengacara Cha tidak akan mengambil kasus ini, jadi itu tidak
perlu.” Kata Hye-sung samnil mengetik.
Yoo-chang: “Ah iya..
Uhm, Pengacara Shin…”
“Katakan padanya
tidak seperti ‘seseorang’, Pengacara Cha bukan tipe orang yang akan bertengkar
dengan terdakwa, jadi jangan khawatir.” Kata Pengacara Shin dengan nada tinggi.
Belum sempat
Yoo-chang berkata apa-apa pada Hye-sung, Hye-sung langsung menyela: “Katakan
padanya seorang pembela umum tidak boleh dipaksa untuk mengambil kasus yang
mereka tidak mau!”
Belum sempat juga
Yoo-chang menyampaikan pada Pengacara Shin, beliau sudah menyela dan berteriak:
“Katakan padanya seorang pembela umum tidak boleh memilih-milih kasus!”
Yoo-chang kesal, dia
merajuk sambil menarik-narik dasinya, “Mengapa kalian melakukan ini padaku?!”
Untung saja Kwan-woo
datang, “Hey, Yoo-chang? Kau menyalin berkas kasus Tuan Lee Dae-sung kan?”
Kwan-woo ke Yoo-chang:
“Pengacara Jang, tolong berikan berkasnya padaku.”
Kwan-woo ke
Pengacara Shin: “Pengacara Shin…aku minta maaf atas kejadian hari ini. Apakah
anda punya berkas Lee Dae-sung sebelumnya?”
“Tentu saja
ada….tunggu sebentar…aku akan memberikannya padamu segera!” Pengacara Shin mengatakannya
dengan nada lucu dan sambil melihat ke arah Hye-sung, menyindir gitu ceritanya.
Yoo-chang merangkul
lengan Kwan-woo dan merajuk, “Kau kemana saja? Aku pikir aku akan mati.”
Kwan-woo melepaskan
tangan Yoo-chang, “Apa yang kau lakukan? Sangat menjijikan..”
Kwan-woo mulai
menangani kasus Kakek Dae-sung. Wawancara di kantor, mencari keterangan di
tempat pemulung sampah, lembur di kantor, bahkan samapi mendatangi pihak yang
melapor (korban) dan mendapat siraman air di siang bolong. Dan hebatnya
Kwan-woo tetp tersenyum.
Kwan-woo pulang ke
kantor dalam kondisi basah kuyup.
Yoo-chang: “Aigo.
Kenapa semua badanmu basah? Apa di luar hujan?”
Kwan-woo menjawab
dengan senyuman, “Tidak. Aku pergi untuk bertemu dengan korban dan disiram
air.”
Hye-sung: “Kenapa
seorang pembela umum menemuin korban? Aku merasa kau terlalu berlebihan.”
Kwan-woo: “Jika aku
bisa menyelesaikannya, aku berharap hakim akan memberika keputusan yang meringankan.”
***
Soo-ha: “Pengacara
Cha bekerja sekeras itu?”
Hye-sung melemparkan
kertas, tapi tidak masuk ke keranjang, “Dia pasti sudah masuk, jika dia ikut
untuk mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian.”
Soo-ha mengambil
kertasnya dan memasukkan ke keranjang sampah.
(Mianeyo.. aku skip
obrolan yang disini, soalnya aku gak ngerti gimana mau menterjemahkannya ke
dalam Bahasa, malah jadi aneh dibacanya, intinya sih masih membicarakan kasus
itu, yang jadi ditangani Kwan-woo.)
Soo-ha mengambil
botol minuman, dia kesulitan membuka tutup botolnya karena tangannya yang sakit,
Hye-sung mengambil dan membukakan untuk Soo-ha.
Soo-ha:
“Bagaimanapun mimpi ibumu benar-benar akurat. Dia meramalkan kejadian teror
sampah tadi.”
Hye-sung:
“Benarkah?”
Hye-sung lalu
menelpon ibunya, sepertinya menceritakan kejadian teror sampah itu.
Ibu: “Itu bagus
diakhiri dengan cara itu. Anehnya dimana?”
Hye-sung: “Apa yang
aku katakan itu terlalu mudah, dibandingkan skala mimpi buruk ibu.”
Ibu sedang mencoba
jaket dibantu ahjumma temannya: “Mudah? Omong kosong apa yang kau bicarakan…
kau mendapat gaji minggu ini kan? Apa yang akan kau lakukan?”
Hye-sung: “Apa
maksud ibu dengan apa yang akan aku lakukan? Ibu bilang ibu akan menghiasnya
(bukti pembayaran-paycheck).”
Ibu: “Tentu saja
akan ku lakukan! Tapi maksudku bagaimana kau akan memberikannya padaku? Apakah
hanya akan mengirimnya ke rekeningku atau kau akan datang kesini dan
memberikannya padaku dalam amplop, memberi salam dan berkata ‘Gunakan dengan
baik, ibu’?”
Hey-sung: “Apa? Kau
sedang mengancamku untuk pergi dan menyerahkannya padamu secara pribadi. Aku
akan pergi akhir minggu ini.”
Ibu: “Baiklah kalau
begitu. Sampai bertemu akhir minggu.”
Ahjumma: “Apa yang
akan kau lakukan dengan uang gaji putrimu? “
Ibu: “Aku akan
membeli sebuah mobil.”
Ahjumma: “Ibu, kau
tidak punya SIM.”
Ibu: “Memangnya kenapa?”
Ahjumma: “Aaahh, kau
membelinya untuk putrimu kan?”
Ibu meminta ahjumma
mengambilkan nomor yang lebih kecil untuk jaket yang ibu coba. Ahjumma menebak
pasti jaketnya juga untuk Hye-sung. Ibu bilang selera Hye-sung dalam memilih
baju sangat buruk.
Ibu lalu menelpon
Joon-guk memintanya untuk membelikan daging, untuk diberikan pada Hye-sung
akhir pekan ini. Joon-guk lalu mengmati
CCTV yang terpasang tepan di depan restoran ibu. Joon-guk merusaknya.
***
Hye-sung memasuki
kantor, dan melihat Kwan-woo yang tertidur dikursinya. Hye-sung terlihat kesal,
dia berjalan ke mejanya dan membanting berkas dengan keras di atas meja “Brak”.
Kwan-woo terlonjak kaget dan terbangun. Kwan-woo terkejut sudah jam 8.30
sekarang dan dia harus ke persidangan.
Kwan-woo: “Jaksa
untuk kasus ini adalah Seo Do-yeon. Kau telah bertarung beberapa kali dengannya
kan Pengacara Jang? Apakah kau punya tips khusus? Adakah taktik khusus untuk
menyerangnya?”
Hye-sung mendekati
Kwan-woo, “Pengacara Cha, aku tidak ingin menanyakannya karena aku tidak mau
dianggap mengucapkah hal yang tidak berguna. Apakah kau tidak marah? Kakek itu
menyebutku pengacara sampah. Dia tidak hanya mengatakan ppadaku, tapi pembela
umum secara keseluruhan. Apa aku salah?”
Kwan-woo: “Itu
benar.”
Hye-sung: “Aku tidak
mengharapkan kau akan berada di pihak ku. Tapi setidaknya, kau tidak seharusnya
berakting seperti ini sebagai seorang pengacara. Sejujurnya, aku marah karena
kau bekerja keras. Ini terasa seperti kau sengaja membuatku marah dengan tujuan
tertentu.”
Kwan-woo: “Aih,
tidak seperti itu.”
Hye-sung: “Lalu apa?
Kenapa kau terlalu berlebihan?”
Kwan-woo:
“Itu….kenyataannya adalah……”
***
Ruang persidangan.
Jaksa menanyai
terdakwa, tapi disela oleh Kwan-woo yang mengatakan bahwa terdakwa kurang
mendengar jadi mereka harus bicara lebih keras. Jaksa akhirnya menggunakan
microfon.
Jaksa: “Selama lima
tahun terakhir terdakwa Lee Dae-sung telah dilaporkan atau terindikasi
melakukan pencurian sebanyak 16 kali. Apa itu benar?”
Kakek Dae-sung: “Itu
benar. Tapi yang terjadi adalah…”
Jaksa: “Sejauh ini,
jaksa dan persidangan menganggap pencurian sebelumnya sebagai kejahatan untuk
bertahan hidup, dan memberikan keputusan yang ringan, seperti suspensi tuntutan
tertulis, sebuah catatan atau masa percobaan. Apa itu benar?”
Kakek Dae-sung: “Ya,
tapi.. Aku masuk penjara dua kali…”
Jaksa: “Setelah
keluar dari penjara, belum satu tahun, kau berusaha untuk mencuri lagi?”
Kakek Dae-sung:
“Benar, seharusnya aku merasa bersalah samapi mati.”
Kwan-woo menghela
nafas. Kini gilirannya yang memberikan pertanyaan pada Kakek Dae-sung. Kwan-woo
menyakan hal-hal yang sudah tertulis pada berkas seperti kakek yang kehilangan
rumah, kakinya terluka dan tak bisa bekerja, kakek yang tidak bisa membayar
tagihan listrik menggunakan lilin di malam hari sehingga kamarnya kebakaran,
dan mencuri koran bekas.
Hakim
menghentikannya dan meminta Kwan-woo untuk mengajukan pertanyaan yang lain.
Kwan-woo terlihat sedikit bingung. Hakim menanyakan apakah ada hal lain yang
ingin dikatakan Kwan-woo. Kwan-woo menjawab ada.
Hye-sung yang berada
disana teringat kata-kata Kwan-woo sebelumnya:
“Itu….kenyataannya adalah…itu karena aku benar-benar marah. Aku marah
atas apa yang kakek lakukan padamu. Aku juga marah dia menghina pekerjaan kita.
Jadi aku akan menunjukkannya di persidangan.”
Kwan-woo membawa
tumpukan koran ke dalam ruang persidangan. Dia memisahkan dua ikat koran, dan
menunjukkan sisanya pada hakim.
Kwan-woo: “Sebanyak
inilah koran yang harus terdakwa kumpulkan untuk membayar uang sewa 5 dolar
setiap hari.”
Kwan-woo menambahkan
lagi dua ikat koran yang sebelumnya di pisahkan.
“Sebagai tambahan
dia harus menjual sebanyak ini untuk mendapatkan makanan satu hari. Dan juga,
Yang Mulia, apakah anda pernah menaiki subway sebelumnya? Tidak ada orang yang
melihat berita menggunakan koran lagi. Mereka menggunakan smartphones. Saya
berkeliling sepanjang hari dan mengambil 35 koran dari tanah. Untuk orang yang
perlu mengumpulkan 800 lembar koran setiap hari untuk hidup, koran gratis di
jalan berarti cara bertahan hidup untuk mereka.”
Hye-sung teringat
lagi percakapannya dengan Kwan-woo, lanjutan sebelumnya:
“Di persidangan, aku akan menunjukkan bahwa kita (pembela umum) bekerja keras untuk melihat dunia dengan cara yang sama dengan yang dia lakukan dan bahwa kita sangat mengerti dirinya. Aku pasti akan mendapatkan keputusan yang ringan dari hakim. Kemudian setelahnya, aku akan memintanya untuk meminta maaf padamu. Untuk mendapatkan maaf itu, aku bekerja dengan keras sekarang, seperti aku mempertahankan hidupku.”
“Di persidangan, aku akan menunjukkan bahwa kita (pembela umum) bekerja keras untuk melihat dunia dengan cara yang sama dengan yang dia lakukan dan bahwa kita sangat mengerti dirinya. Aku pasti akan mendapatkan keputusan yang ringan dari hakim. Kemudian setelahnya, aku akan memintanya untuk meminta maaf padamu. Untuk mendapatkan maaf itu, aku bekerja dengan keras sekarang, seperti aku mempertahankan hidupku.”
Kwan-woo: “Jika
mengumpulkan sampah sangat sulit, anda mungkin akan mengatakan dia seharusnya
mencari pekerjaan lain. Atau mengatakan, seperti dunia yang berusbah, dia
seharusnya juga mengubah hidup. Akan tetapi, dunia berubah terlalu cepat untuk
orang seperti ini.
Kwan-woo berbalik
menghadap hadirin, “Untuk pandangan eorang sperti ini dan pikiran mereka, tolong
menghargai mereka walaupun hanya satu kali.”
(Lagi, Kwan-woo
menyentuh hati orang-orang di persidangan dengan pembelaannya pada terdakwa.)
Makasi mb, sinopnya.. Semngat ya mb buat lanjutin sinop.a.. :)
ReplyDeleteSemangat kakaaa!!! Terimakasih atas perjuanganmu aku bisa mengikuti perkembangan ihyv ^^ 화이팅 !
ReplyDeleteTerima Kasih
ReplyDeleteKamsamnida... Recapnya..
ReplyDeleteAduh,kalo liat HS lagi sama KW trus nyempil si SH hihihi jauh bangeet jarak umurnyaa... Trus pas SH pake baju jas,ummmm... Kaya maksain untk kliatan lebih dewasa rasanya ya
Aku suka kalo SH n HS pake baju harian.. Masih agak imbang laaah.. Ga kliatan kalo SH tu dongsaeng HS
Haaa tp coba pas lagi gitu,nongol pengacara cha hahahah... Kaya jadi om'nya Su-He couple :p #minae...sm fansnya kwan woo ;)
Baru kali ini liat LJS pake setelan jas. Cocok banget, mirip direktur muda hahaha. Makin keliatan cakep :P hahaha
ReplyDeletePart 2 part 2... haha
ReplyDeletegood job sist :D
kereennnn.....makasiihh,,,makasiihh,,,makasiihh,,,gomawu,,gomawuu,,gomawuu mbakk !!!
ReplyDeleteFighting,,,,,ditunggu kelajutannnta eonni,,,
part 2, part 2, selalu dinanti
ReplyDeletekerja bagus :)
Halo mb mumu... Thank's recapnya yaaa....
ReplyDeleteDitunggu part 2 n ep 8 ;)
#dinda
Aduuuh .. kalo punya kasus sewa pengacara Cha aja ya :D keceh bgt :*
ReplyDeleteya ampun... Kwan Woo.. bener2 Pembela umum yg hebat... kasus2 nya di selesaiin nya menyentuh... jadi seneng lihat muka apapun yg terjadi tetep tersenyum...
ReplyDeleteSo Haa smiling nya manis banget...... :)
Thanks mba Mumu... di tunggu part2 nya yah..
FIGHTING
makasihhh oeniii.....figthing part 2nyaaa....
ReplyDeletelajut part 2 nya mbak :D
ReplyDeleteDitunggu part 2 dan episode 8 ya >,< yaaaampun sedih nih lihat episode 8 di dramabeans walau kurang paham juga ;(
ReplyDeletega bs komen apa2 lagi..
ReplyDeleteyg pst lnjt
Ibunya hs meninggal dibunuh joon-guk, cuma biar ada alibinya dia bikin kayak ada kebakaran gitu after dibunuh, episode 8 sh sama hs bakal ngelakuin goodbye kissing, dan betenya entah kenapa gue gk terima kalo pengacara cha akhirnya jadi deket sama hs haha..semoga dari perpisahan ini si hs ngerasa kehilangan dan nyadar kalo dia jg punya rasa sama sh :)
ReplyDeletesemoga adeknya lekas sembuh mbak mumu.....
ReplyDeletegalau kira2
ReplyDeleteseo ha bneran bkl balas dendam atas kematian ibu hye sung dan ayahnya ?
pas epilog ep 8 sutradaranya bikin greget
dan komen utk ibu hye sung emang bner apa kata mahatma ghandi bila mata dibalas mata maka dunia akan hancur lalu bagaimana cara kita mengerti keadilan itu apa ?
semangat mbak mumu
mudah2aaan pagi ini udah dipost part 2nyaa... kalo perlu,lebih bagus lagi skalian ep 8
ReplyDeleteheuheuu....
aja ajja! fighting! ;)
keren keren..;) thanks..
ReplyDeletekeren
ReplyDeletejadi kagum sama kwan woo :3
ReplyDeletekeren, so sweet banget ^^
ReplyDeletelee jung suk keren senyum nya manis banget ...
ReplyDeleteSaya selalu kagum sama kwan woo.
ReplyDeleteBahkan caranya marah dan sisi negatifnyapun ditunjukan dengan cara yg lucu..
Polos banget jd cowo, keren :)