Sinopsis LIKE A FAIRYTALE Episode 1-1

Details

Title: 동화처럼 / Donghwacheoreom / Like A Fairytale

Genre: Romance, melodrama, family

Episodes: 4

Format: Drama Spesial

Broadcast network: KBS2

Broadcast period: 2013-Mar-17 to 2013-Apr-07

Air time: Sunday 23:45

 

Cast

Lee Chun Hee as Kim Myung Jae

Choi Yoon Young as Baek Jang Mi

Kim Jung San as Seo Jung Woo

Kang Ye Sol as Han Seo Young

Choi Il Hwa as Myung Jae's father

Jung Ae Ri as Jang Mi's mother

Jung Won Joong as Jang Mi's father

Jang Hyo Jin as Kim Yoon Je

Han Seung Hyun as Myung Jae and Jang Mi's senior

Chun Yi Seul as Ji Yoon

 

Production Credits

Director: Kim Young Gyoon

Screenwriter: Park Eun Young

Sumber: http://wiki.d-addicts.com

 

 

Episode 1

Beberapa waktu yang lalu, seorang pangeran telah lahir di bawah sinar matahari pagi di negaranya. Karena Raja dan Ratu sangat gembira, mereka mengundan 12 penyihir ke pesta. Saat penyihir ke 11 memberkati sang pangeran, penyihir ke 13 datang tanpa di undang. Dia mengatakan bahwa seluruh hidup sanga pangeran akan dilewati dalam kesepian dan kesendirian sampai dia meninggal. Raja dan Ratu tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Suara Myung Jae: “Saat aku kecil, ibuku membacakan banyak cerita padaku. Salah satunya adalah cerita pangeran kodok. Dan setelah aku mendengar cerita itu, aku berpikir bahwa aku adalah seekor kodok. Aku akan menjadi seorang pangeran di masa depan. Nama panggilanku adalah kodok, karena kau punya banyak jerawat.”

1990

Myung Jae dewasa yang sedang menulis dikagetkan oleh seseorang yang memasuki kamarnya. Dia adalah teman satu kos Myung Jae yang mengenakan jubah kedokteran. Dia menyalakan televisi di kamar Myung Jae. Televisi menanyangkan berita tentang Jerman.

Suara Mung Jae: “Saat ujian akhir sekolah, tembok berlin runtuh.”

***

 

Myung Jae duduk mengisi KRS (Kartu Rencana Studi) di bangku taman kampus. Kemudian Myung Jae masuk ke perpustakaan. Dia mengambil beberapa buku tebal dari rak, dan menyusunnya menjadi alas untuk dia duduk, dan membaca satu buku yang tersisa. Myung Jae membaca buku sambil duduk hingga dia tertidur. Lalu ada seseorang yang membangunkannya.

“Permisi, apakah buku itu masik di baca?”

“Tidak.” Myung Jae terpana melihat kecantikan mahasiswi yang sekarang berasa di depannya.

“Kalau begitu, boleh aku meminjamnya?”

Myung Jae mengangguk. Mahasiswi itu pun kemudian mengambil buku yang diduduki oleh Myung Jae. Setelah berterima kasih, mahasiswi itu pun pergi. Belum sadar dari bengongnya, mahasiswi itu, Seo Yong kembali dan meletakan buku ke lantai untuk di duduki Myung Jae, dia khawatir bokong Myung Jae kedinginan. Myung Jae berterima kasih. Seo Young pun tersenyum.

 

Myung Jae yang merasa terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Seo Young mengikuti Seo Young yang keluar dari perpustakaan. Hingga di depan ruangan UKM yang dimasuki Seo Young. klub menyanyi Howl Will.

***

Esok pagi. Myung Jae mencoba bernyanyi di kamarnya. Dia membersihkan mukanya di kamar mandi dan memencet jerawatnya.

Myung Jae kini berada di depan ruangan klub menyanyi. Dia mengetuk pintu dan dibuka oleh senior berbadan gemuk yang menanyakan apa keperluan Myung Jae. Myung mengatakan dia ingin bergabung dengan klub menyanyi. Myung Jae meyakinkan bahwa dia bersungguh-sungguh. Di dalam ruangan ada Seo Young yang tersenyum pada Myung Jae.

Sekarang Myung Jae bersama seluruh anggota klub berkumpul di restoran dan bernyanyi bersama-sama. Myung tak henti memandangi Seo Yong yang duduk di samping depannya. Ternyata Han Seo Young juga anggota baru, karena dia diminta memperkenalkan diri oleh subae gendut. Seo Young memperkenalkan diri dalam bahasa inggris. Myung Jae semakin terpesona.

Myung Jae kemudian di minta untuk menyanyi. Dia agak ragu, tapi melihat senyuman Seo Young yang menatapnya, dia pun mulai bernyanyi. Suara nyanyian Myung Jae membuat semua orang diruangan menahan tawa, tak terkecuali Seon Young. Myun Jae melihat Seo Young mengobrol dengan seorang laki-laki anggota club, Seo Jung Woo. Dan ada seorang wanita yang malah menangis mendengar Myung Jae menyanyi, Baek Jang Mi.

***

Klub sedang dalam perjalanan menuju tempat gathering.

“Jadi semuanya pernah pergi kemana saja?” Tanya Jung Woo pada Sep Young.

“Swedia, Brazil, Jepang, dan Inggris.”

“Pernah ke Inggris juga?”

“Tinggal di Inggris sebelum kesini.”

“Aku juga berpikir untuk pergi ke London. Saat waktunya tiba, aku akan bertanya padamu.”

Myung Jae tanpa sadar berceletuk, “Aku juga.”

“Kau tinggal di London juga?” Tanya Seo Young.

Myung gelagapan menjawab tidak, Jae Yeong Deok yang tinggal disana. Myung mencoba tersenyum. Jang Mi yang ada disana melirik Myeong Jae dengan sinis.

***

Beberapa anggota klub sedang menyiapkan makanan. Seorang dari mereka, yang laki-laki mengeluh perutnya sudah lapar. Mereka membicarakan Jung Woo yang mempunyai peternakan di rumahnya di Pulau Jeju. Jung Woo tumbuh dengan baik dan tampan. Kepribadiannya juga bagus. Dan dia bersikap baik pada Seo Young. Myung Jae yang duduk mendengarkan mereka membanting piring kesal dan berjalan pergi.

Myung Jae membawa kayu bakar ke arah belakang vila. Dia melihat Seo Young yang tertidur, wajahnya terkena sinar matahari. Myung Jae berhenti dan mencoba menghalangi matahari dengan tangannya sambil berdiri. Kemudian Myung Jar duduk di dekat Seo Young masih dengan tangan yang menghalangi matahari. Ketika terdengar suara orang lain, Myung Jae cepat-cepat pergi.

***

Anggota klub sedang berkumpul dan bernyanyi bersama di depan api unggun. Sunbae gendut, ketua klub, meminta semuanya untuk meminum minumannya karena udara mulai terasa dingin.

Mereka sedang mengadakan permainan lempar pertanyaan. Seseorang bisa bertanya pada siapapun yang dia inginkan. Jika yang ditanya tidak mau menjawab, dia harus minum. Sekarang giliran Jung Won yang mengajukan pertanyaan.

“Hae Seo Young, apa kau punya pacar?”

“Tidak, bagaimana denganmu?” (Myung Jae tersenyum)

“Aku juga, tidak punya.” (Senyumnya menghilang)

“Apa kau punya orang yang kau sukai disini?”

Seo Yeong memilih tidak menjawab dan minum. Jung Woo tersenyum pada Seon Young.

“Kau, apa yang kau lakukan disini?” Jung Mi menunjuk Myung Jae. “Menyanyikan sebuah lagu yang sulit untuk di dengar. Untuk Howl will apa yang kau lakukan?”

Myung Jae tidak bisa menjawab. Lalu terdengar suara kodok. Semua orang tertawa, dan Myung Jae meninggalkan tempat itu.

Myung Jae berjongkok di depan danau dan melemparkan kerikil ke air. Seo Yeong datang menghampirinya dan bertanya apa yang sedang dilakukan Myung Jae. Myung Jae tidak menjawab. Seo Young ikut berjongkok di samping Myung Jae.

“Kau mengenakan cincin dijarimu,”

“Ini punya ibuku.”

Belum lagi Myeong Jae melanjutkan ceritanya, Seo Yeong berseru melihat sebuah perahu bebek. Mereka pun menaiki perahu bebek itu.

Mereka mengayuh dalam diam. Myung Jae diam-diam tersenyum senang. Lalu ada yang melemparkan kerikil ke air.

“Apakah kau mendengar suara itu?” Tanya Seo Young yang mendengar suara kerikil dilemparkan itu.

“Tidak.” Jawab Myung Jae singkat.

“Kau berkeringat.”

Myung Jae pipinya dan berkata bahwa itu bukan keringat, dan menanyakan apakah perahunya bocor. Seo Young tertawa.

***

Semua anggota sudah terlelap tidur di dalam vila. Seo Young tidur pulas di tegah ruangan di samping Jang Mi. Myung Jae menggerakan tubuhnya mendekati Seon Young. Di kemudian memberanikan diri menggenggam tangan Seo Yeong. Tanpa di duga Seo Young membalas genggaman tangannya dalam tidurnya. Myung Jae tersenyum senang dan tidur sambil memandangi Seo Young dan tentu saja menggenggam tangannya. Myung Jae tidur tanpa mengenakan kacamata.

Paginya, Myung Jae terbangun dan mendapati Jang Mi tertidur di sampingnya.

***

Gathering sudah usai. Mereka pun bubar, pulang ke rumah masing-masing. Seo Yeong berjalan sendirian. Myung Jae memanggilnya.

“Jika ada waktu, bisakah bersamaku melihat film?”

“Film apa?” Seo Young balik bertanya.

Myung Jae meminta Seo Young yang menentukan dengan melihat iklan film yang sedang tayang di samping mereka.

“Filmnya hampir sama. Lagipula aku ada janji.”

Myung Jae bertanya janji apa, Seo Young tidak menjawab dan memandang Myung Jae dengan tatapan ‘siapa kau mau tahu urusanku?’

***

Myung Jae di kamarnya menulis percakapannya tadi dengan Seo Young berusaha mencari kesalahan apa yang sudah dia ucapkan. Myung Jae kesal dan menelungkupkan kepalanya frustasi.

Teman sekosannya yang waktu itu mengambil catatan Myung Jae tadi dan membacanya. Myung Jae berusaha merebutnya kembali. Temannya itu mengolok Myung Jae yang agak kolot mengajak kencan, dan bertanya orang seperti apa Han Seo Young itu.

***

Myung Jae di kelas tidak mendengarkan penjelasan dosen, dia malah membuat sketsa perahu bebek di bukunya.

Di luar kelas, dia melihat Seo Young dan temannya memandangi poster film. Teman Seo Young dengan riang mengatakan menyukainya, dan Seo Young tersenyum. Di ruangan klub (sepertinya) Myung Jae memperhatikan Seo Young yang sedang mengobrol dan tersenyum pada temannya.

***

Seo Young sedang berjalan menuju kelasnya. Myung Jae mencegatnya di dekat tangga. Seon Young menanyakan apa keperluan Myung Jae karena dia ada kelas.

“Sabtu ini, bisakah kau menonton film denganku?”

“Aku sudah ada janji dengan teman.” Seo Young menolaknya lagi.

“Kalau begitu. Lain waktu saja.”

Myung Jae akan pergi, tapi di panggil Seo Young.

“Kim Myung Jae. Apakah kau merasa kau sangat mengerti aku?” Seo Young tersenyum dan pamit pergi.

Entah apa maksudnya, mungkin Seo Young meminta Myung Jae untuk tidak mendekatinya lagi.

Myung Jae sedang minum di sebuah restoran kecil. Tiba-tiba datang seorang pendemo yang menitipkan spanduknya pada Myung Jae. Kemudian pendemo itu berlari ke belakang restoran.

Tak lama, datang tiga orang petugas (kalau di kita mungkin satpol pp ya..) menatap tajam Myung Jae. Myung Jae tahu dia telah dijebak oleh pendemo tadi. Tapi dia sedang mabuk, dan pikirannya juga kalut. Myung Jae bukannya menjelaskan kejadian yang sebenarnya, dia malah menantang petugas.

“Mundur! Mundur! Apa kalian pikir kalian mengerti aku? Menyingkir dari jalanku. Kalian semua menyingkir dari jalanku. Biarkan aku pergi.”

Myung Jae pun dipukuli dan ditendang oleh petugas itu.

Myung Jae keluar dari kantor polisi. Di depan ayahnya sudah menunggu.

Di rumah, ayahnya menyiapkan makanan untuk Myung Jae. Myung Jae mulai makan. Kemudian ayah memberikan selembar kertas pada Myung Jae. Aku kurang jelas itu apa, tapi Myung Jae terlihat tidak biasa.

***

Dahulu kala, matahari bersinar dengan cepat di negara itu. Seorang putri telah lahir. Raja dan Ratu mengadakan perjamuan besar. Menerima kehadiran 12 penyihir yang telah diundang, 11 penyihir memberikan memberkati sang pangeran dalam waktu sama. Kemudian muncul penyihir ke 13 yang tidak pernah menerima undangan, yang mengatakan bahwa sang putri akan hidup dalam kesedihan karena kesepian sampai meninggal. Raja dan Ratu benar-benar ketakutan.

(narasi Jang Mi kecil)

Ada tiga anak kecil sedang bermain petak umpet. Jang Mi kecil mendatangi mereka hendak bermain. Tapi, ketiga anak itu malah mengolok Jang Mi yang memakai gaun bercorak jang-mi (mawar). Jang Mi kecil menangis.

Suara Jang Mi dewasa: “Aku sangat suka menangis. Saat aku merasa tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku menangis. Hanya sebuah cerita dongeng yang bisa membuatku terhibur. Banyak cerita dongeng aku pikirkan. Salah satunya adalah, aku akan pergi menjauh dari ibu tiri yang menakutkan menjadi seorang putri yang cantik.”

1990

Jang Mi menjahit pendek roknya di dalam kamar.

Esok pagi, Jang Mi mencari rok itu. Dan bertanya pada ibunya. Ibunya yang sedang menjahit melemparkan rok Jang Mi yang kini sudah mempunyai renda bercorak mawar. Jang Mi kesal, tapi ibunya mengatakan Jang Mi tidak boleh menggunakan rok pendek.

“Apa kau tahu bagaimana sulitnya aku merombak rok ini?”

***

Jang Mi pun terpaksa menggunakannya. Tapi, di jalan dia merobek rendanya itu.

Saat Jang Mi merapikan bekas jahitannya, ada Jung Woo menghampirinya.

“Jang Mi, apa kau akan ke perpustakaan?”

“Ya.”

“Aku juga akan kesana. Setelah kelas usai apakah kau mau datang ke Howl will? Jika tidak ada urusan lain, datanglah. Aku akan selalu ada disana.”

Jang Mi tersenyum. Sepertinya Jang Mi menyukai Jung Woo.

Di dalam perpustakaan mereka duduk membaca dalam satu meja, tapi agak berjauhan. Jang Mi memperhatikan Jung Woo yang serius membaca dengan terpesona. Jung Woo menyadari dirinya di perhatikan dan menoleh pada Jang Min. Jang Mi pun menunduk.

Jang Mi mencari buku di rak. Kemudian terkejut menemukan Myung Jae yang tertidur. Jang Mi akan mengambil buku yang dicarinya yang diduduki Myung Jae, tapi tidak jadi karena takut membangunkannya.

Jang Mi keluar dari perpustakaan. Sudah ada Jung Woo menunggunya.

“Apakah kau berhasil meminjam bukunya?”

Jang Mi menggeleng.

“Kalau begitu, aku akan memberikanmu pinjaman.”

“Apakah kau punya bukunya?”

“Sementara aku akan melihatnya dulu dan nanti di Howl Wiil akan aku pinjamkan padamu.”

Jang Mi mengangguk dengan tersenyum.

***

Jang Mi menuruni tangga dengan cepat dan berleri menuju Howl Will untuk menemui Jung Woo. Jang Mi membuka pintu ruangan, dan mendapati Jung Wo yang sedang bersama Seo Young melihat buku itu. Senyumnya menghilang.

Seo Young menyapanya, “Jang Mi. Jung Woo memberikan aku buku ini untuk ku lihat karena bahasa korea ku tidak terlalu bagus. Buku ini sangat cocok untuk ku. Aku sudah meminjam buku lain dari perpustakaan, aku akan berikan padamu.” (bukunya ditukar. Punya Jung Woo dipinjam Seo Young. Punya Seo Young diberikan pada Jang Mi. padahal seharusnya buku Jung Woo untuk Jang Mi).

Jang Mi hanya terdiam.

***

Perkumpulan klub di restoran. Jang Mi menyanyi. Semua orang bertepuk tangan dan tersenyum mendengar suara nyanyian Jang Mi yang merdu. Lalu Jang Mi melihat Jung Woo yang mengobrol dengan Seo Young. Suaranya berubah sendu, kemudian Jang MI berhenti menyanyi.

Kini Myung Jae yang menyanyi dengan suara falsnya. Jang Mi menangis mendengar nyanyian Myung Jae. Karena hatinya pun sedang terluka.

***

Komentar:

Jatuh cinta itu memang sangat menyenangkan apalagi orang yang kita sukai seperti memberi harapan dan kita bisa dekat dengannya. Namun jatuh cinta juga bisa menjadi sangat menyakitkan ketika kita melihat orang yang kita sukai dekat dengan orang lain, yang terlihat jauh lebih hebat dari diri kita sendiri.

Note:

Karena tadi siang ada waktu kosong. Aku iseng menulis sinopsi drama spesial ini. Drama ini membuatku tertarik karena jalan ceritanya tentang pasangan muda yang menikah dan sering mengalami perselisihan. Sebagai seorang yang sudah menikah juga, aku ingin mengambil beberapa pelajaran dari drama ini.. :)

Sinopsisnya akan aku lanjutkan, tapi tidak bisa cepat update. Aku membuatnya jika ada waktu saja sambil menunggu Master’s Sun.