Sinopsis LIKE A FAIRYTALE Episode 1 - 2
Jang Mi pergi ke gathering bersama anggota klub.
Di malam api unggun. Jung Woo bertanya pada Seo Young.
“Hae Seo Young, apa kau punya pacar?” (Jang Mi tersedak)
“Tidak, bagaimana denganmu?”
“Aku juga, tidak punya.” (Jang Mi terlihat sedih)
“Apa kau punya orang yang kau sukai disini?”
Seo Yeong memilih tidak menjawab dan minum. Jung Woo tersenyum pada Seon Young. Jang Mi memperhatikan mereka. Jang Mi minum lagi.
Seo Young kemudian bertanya pada Jang Mi, apakah ada orang yang disukainya. Jang Mi menjawab ya, dan menatap Jung Woo kembali yang masih melihat ke Seo Young dengan tersenyum. Kemudian giliran Jung Mi yang mengajukan pertanyaan.
“Kau, apa yang kau lakukan disini?” Jung Mi menunjuk Myung Jae. “Menyanyikan sebuah lagu yang sulit untuk di dengar. Untuk Howl will apa yang kau lakukan?”
Myung Jae tidak bisa menjawab. dan meninggalkan tempat itu. Seo Young pun meninggalakn tempat itu, lalu semuanya bubar.
Jang Mi berjalan kea rah danau. Dia kemudian tersenyum melihat Jung Woo di perahu bebek. Namun senyumnya menghilang saat dilihatnya Seo Young berada di perahu itu. (Yang ada di perahu sebenarnya adalah Myung Jae dan Seo Young)
Jang Mi melemparkan kerikil ke danau yang didengar Seo Young sebagai suara aneh.
Saat tidur, Jang Mi merasa ada Jung Woo yang tiduran di sampingnya dan menggenggan tangannya. Jang Mi tersenyum dan membalas genggamannya.
***
Di kereta pulang. Jang Mi menatap kelingking tangan kiri Jung Woo dan tangan kiri Myung Jae yang sama-sama mengenakan cincin. Jang Mi terlihat bingung. Semalam yang menggengam tangannya saat tidur, siapa?
“Ada apa? Kenapa ekspresimu sangat aneh?” Tanya Jung Woo pada Jang Mi.
Jung Mi merasa laki-laki yang memakai cincin di jarinya terlihat aneh.
***
Bubaran. Jung Woo memanggil Jang Mi dan mengajaknya pulang bersama. Jang Mi bertanya bukankah rumah Jung Woo berlainan arah. Tapi Jung Woo bilang ingin mengantar Jang Mi. Jang Mi bertanya mengapa, tapi Jung Woo tidak sempat menjawab karena bis sudah datang.
Di bis, mereka duduk di belakang, sedikit berjauhan. Jang Mi tidak berhenti tersenyum.
“Di dalam permainan kejujuran, pertanyaannya belum terjawab kan. Mengapa kau bertanya pada Myung Jae?”
“Kau juga tidak hanya bisa bertanya pada Seo Young.” (kenapa tidak padanya?”
“Aku berpikir untuk bertanya padamu.” Ujar Jung Woo.
“Apa itu?” Tanya Jang Mi.
Bis kemudian berbelok tiba-tiba hingga Jung Woo mendesak Jang Mi, wajah mereka berdekatan. Pasti Jang Mi jantungnya berdegup kencang. ^^
“Maukah kau pergi bersamaku ke festival musik?”
“Aku?” Tanya Jang Mi terkejut.
“Aku tidak mempunyai bakat menulis.”
“Kenapa aku?” Tanya Jang Mi lagi.
“Karena kau yang terbaik.” Jawaban Jung Woo ini membuat Jang Mi tersenyum.
***
Jang Mi menulis lirik lagu di kamarnya dengan penuh senyuman. Esoknya Jang MI memberikannya pada Jung Woo. Dan mendapatkan pujian darinya, Jung Woo menyukainya. Jang Mi bilang belum terlalu bagus, tapi Jung Woo mengatakan dia sangat puas.
***
Jang Mi dan Jung Woo sedang menyusun lirik dan nada bersama di tangga taman kampus.
“Sepuluh tahun lagi, kita akan menjadi apa? Kau pikr, kau akan hidup seperti apa?” Tanya Jung Woo.
“Kau benar. Pasti akan berubah banyak. Bagaimana denganmu?”
“Pada saat itu aku mungkin akan menjadi dokter pemerintah.”
“Dokter pemerintah?”
“Ke seluruh dunia memberikan kunjungan dokter gratis.”
Jang Mi terlihat sedih, membuat Jung Woo bertanya alasannya.
“Jika seperti itu…pada saat itu, makan aku tidak bisa melihatmu.”
Jung Woo tertawa dan mengacak-acak rambut Jang Mi.
Kemudian Jang Mi tersadar kalau ini sudah larut malam. Pukul 9 lewat 40 menit kata Jung Woo. Jang Mi panik dan pamit pulang lebih dulu. Dia berlari menuju rumah, dan di depan rumah dia buru-buru menempelkan renda bunga yang dia lepas dari rok menggunakan lakban.
***
Ibu Jang Mi melemparkan kertas notasi milik Jang Mi ke meja.
“Apa ini? Apakah aku memngirimu ke universitas untuk menyanyi?”
“Biarkan aku mengikuti festival musik.”
Ibu melarang Jang Mi pergi. Jang Mi memohon dengan sangat pada ibunya. Dia sudah cukup merasakan kedisiplinan yang ibunya terapkan, dia sudah kesal. Jang Mi marah pada ibunya.
Pagi hari. Jang Mi melihat rambutnya di cermin, menjadi pendek. Dai terkejut, bagaimana bisa ini terjadi.
Jang Mi menemui ibunya di kamar, ibunya berbaring membelakangi Jang Mi yang berdiri di pintu.
“Ibu. Ibu, mengapa kau melakukan ini? Mengapa melakukan ini padaku?” Jang Mi menangis.
***
Suara Jang Mi: “Merasa seperti dikunci di dalam lemari. Kapanpun dikunci di dalam lemari menerima hukuman untuk beberapa saat. Dari kegelapan aku memanggil Raja karena ketakutan pada Ratu. Walaupun mungkin saja akan tertangkap oleh Ratu. Tapi aku percaya dengan yakin pangeran akan menyelamatkanku dengan keretanya.”
Jang Mi menelpon Jung Woo.
“Hari ini aku tidak bisa pergi. Aku benar-benar minta maaf.”
“Apa ada masalah?” Tanya Jung Woo dari sebrang telpon.
“Aku…sakit.”
“Kau tidak boleh sakit. Waktunya hampir tiba..”
“Jung Woo.. aku mungkin tidak bisa pergi ke festival musik.” Jang Mi menangis.
“Mengapa?” Tanya Jung Woo.
“Kertas notasinya akan aku simpan di Howl Will. Maafkan aku..”
“Tidak apa-apa, aku tahu. Hanya itu yang bisa dilakukan.”
Ayah Jang Mi menghampiri Jang Mi yang menangis di kamarnya.
Pagi hari, Jang Mi memandangi kertas notasinya. Di kampus Jang Mi sepertinya akan menyerahkan kertas notasinya pada Jung Woo. Jang Mi tersenyum melihat Jung Woo di tangga itu. Tapi senyumnya menghilang, dan dia tidak jadi menghampiri Jung Woo saat di lihatnya Jung Woo sedang bersama Seo Young. Membuat lirik dan lagu yang baru.
Dengan menahan tangisnya Jang Mi meninggalkan tempat itu. Dia kemudian menempelkan kertas notasinya di mading. Kemudian di lihatnya ada tiket bioskop tertempel disana. Jang Mi mengambilnya.
Jang Mi menonton film di bioskop dengan menangis. Disana ada Myung Jae yang juga menonton dengan perasaan sedih. Ternyata, tiket yang Jang Mi ambil adalah tiket Myung Jae untuk Seo Young yang ditolak waktu itu.
***
Penyihir ke 12 memberikan berkatnya. Hanya air mata perempuan yang mencintainya yang bisa membebaskannya dari kutukan. (narasi Myung Jae)
Air mata laki-laki yang mencintainya yang akan membebaskan kutukannya. (narasi Jang Mi)
1996
Myung Jae mengendarai mobilnya menuju kantor. Dia di hubungi oleh Kepala Bagian kantornya untuk pergi ke bank di persimpangan.
Jang Mi sedang berbicara dengan temannya, dia terlihat agak kesal.
Myun Jae masuk ke dalam bank. Myung Jae melihat Jang Mi yang dimarahi oleh nasabah. Jang Mi menangis. Kemudian giliran nomor antrian Myung Jae. Myung Jae pun menghampiri meja Jang Mi.
Jang Mi meminta maaf pada nasabahnya untuk memberinya sedikit waktu, Jang Mi tidak menyadari kalau itu adalah Myung Jae. Myung Jae ternyata memegang beberapa nomor antrian, mungkin maksudnya agar Jang Mi bisa sedikit ada waktu.
Myung Jae memberikan sapu tangannya, “Kau bisa menggunakan ini untuk menghapus air matamu.”
Setelah agak tenang, Jang Mi menanyakan apa yang bisa ia bantu pada Myung Jae. Myung Jae menjawab dia ingin membuat akun untuk penghasilan dari pekerjaan.
Jang Mi meminta Myung Jae meununjukan kartu identitas dan juga stempel. Jang Mi belum juga mengenali Myung Jae. Padahal Myung Jae sudah memberikan tanda-tanda dengan menunjuk fotonya di KTP saat tadi diberikan pada Jang Mi dan juga menyebut namanya saat menyerahkan stempel.
Jang Mi meminta Myung Jae untuk menuliskan sesuatu di kertas. Myung Jae bertanya, “Apa kau mengenalku?”
Jang Mi yang penasaran kemudian melihat foto di KTP dan tersenyum, “Pangeran kodok?” Myung Jae tertawa.
Akhirnya akun sudah selesai dibuat. Tapi Myung Jae sepertinya tidak ingin segera berakhir.
“Membuka akun baru, prosesnya sangat cepat.”
“Ya..”
“Kalau begitu, aku pergi.”
Jang Mi kemudian menawarkan Myung Jae untuk membuat kartu ATM. Tapi Myung Jae dihubungi kantornya, jadi dia segera kembali ke kantornya. Sepertinya Myung Jae tidak ingin cepat pergi karena ingin menanyakan nomor telpon Jang Mi, tapi ia terlalu malu.
***
Jang Mi berada di tempat karaoke bersama rekan-rekan kerjanya. Namun, Jang Mi tidak tampak gembira. Jang Mi pun keluar dari ruangan. Begitu keluar, dia di tarik oleh managernya ke sebuah ruangan. Managernya itu mencoba mencium Jang Mi. Jang Mi menendang dan menamparnya.
Managernya itu mencoba untuk menciumnya lagi, dan dipukul lagi oleh Jang Mi. Dia mengatakan akan menjadi yang terbaik untuk Jang Mi. Jang Mi menolaknya. Manager itu bilang apakah karena orang itu. Yang mengambil 10 nomor untuk mendatangi Jang Mi.
***
Myung Jae juga ternyata sedang berkaraoke ria bersama rekan kerjanya di tempat yang sama. Myung Jae menyanyi dan sepertinya suaranya sudah lumayan, rekannya tidak ada yang tertawa. :)
***
Jang Mi memberikan kartu namanya pada temannya. Untuk memberikannya jika dalam tiga hari ada yang mencarinya. Jika lebih dari tiga hari, buang saja.
***
Myung Jae sedang meeting di kantornya. Sementara Jang Mi pindah dari bank itu, dan menunggu telpon dari Myung Jae.
Suara Myung Jae: “Tingkat persaingan adalah 120:1. Perusahaan berkualitas dasalah keluarga. Bagaimana membawa seluruh keluarga? Jadi, masuk ke perusahaan ini kemungkinannya adalah 1/240. Bank yang dekat memiliki 10 keluarga. Pertemuan kami dibandingkan dengan tiket lotre atau sambaran kilat kemungkinannya sangat kecil. Pertemuan ini adalah memenangkan tiket lotre tapi tetap tersambar halilintar.”
Myung Jae pulang cepat hari ini. Dia bergegas ke bank untuk menemui Jang Mi. namun Jang Mi sudah tidak disana, dia menanyakan pada managernya.
“Dia tidak lagi bekerja disini.” Ujar Manager itu.
“Lalu, dia tidak memberitahu kemana dia pindah padaku?”
“Mengapa aku harus memberitahukannya padamu?”
“Itu. Apakah dia juga tidak memberikan nomor telponnya?”
Manager itu malah berkata kasar pada Myung Jae. Myung Jae menatap tajam padanya. Si manager tersulut emosi dan mencengkran kerah baju Myung Jae, dan di balas oleh Myun Jae. Manager itu akan memukul Myung Jae, tapi untungnyada yang melerai mereka.
Myung Jae keluar dari bank. Ada seseorang yang memanggilnya. Teman Jang Mi.
“Tunggu sebentar. Apa kau mengenal Baek Jang Mi?”
“Ah, ya.”
Teman Jang Mi memberikan kartu nama Jang Mi yang waktu itu dititipkan, “Seharusnya aku memberikan itu padamu.”
“Mengapa?”
“Tidak apa-apa.” Teman Jang Mi pamit. Berarti ini hari ke empat, untung saja kartu namanya tidak dibuang.
Myung Jae lalu mengeluarkan ponselnya. Dia mencoba menelpon Jang Mi di nomor yang tertera pada kartu itu. Sayang, ponsel Jang Mi tidak aktif. Myung Jae segera berlari menuju kantor Jang Mi yang baru.
Myung Jae menemukan Jang Mi. Dia berdiri di depan Jang Mi.
“Kau disini. Bagaimana kau menemukannya?”
“Aku hanya ada urusan di sekitar sini.”
“Lalu, apakah kau akan membuka akun baru lagi?”
Myung Jae duduk dan berkata akan menutup akunnya. Jang Mi kecewa karena Myung Jae bukan datang untuk mencarinya. Jang Mi menyuruh Myung Jae untuk mengambil nomor antrian dulu.
Giliran nomor antrian Myung Jae. Myung Jae maju dan duduk di meja Jang Mi. Myung Jae melihat Jang Mi yang cemberut.
“Aku menelponmu.” Kata Myung Jae memberanikan diri.
“Ponselku batreinya habis. Bagaimana kau mendapatkan kartu namaku?”
“Hari ini..oh tidak, kemarin.”
Jang Mi menulis sesuatu, untuk menutup rekening Myung Jae.
Lalu Myung Jae berkata: “Maukah kau makan malam bersamaku?”
***
Mereka pun pulang bersama dan makan di restoran mie.
“Melihat kartu identitasmu. Kau lebih tua 2 tahun dibandingkan aku. Haruskan aku memanggilmu ‘oppa’?”
Myung Jae menggeleng, “Tidak usah.” Mereka pun tertawa bersama.
“Apa kau masih bergabung dengan Howl will sampai kelulusan?”
“Ya. Ketua memiliki perusahaan game.”
Mereka kemudian membicarakan Jung Woo yang sudah menjadi dokter gigi dan Seo Young yang belajar ke luar negri.
Mereka pindah ke café kopi.
Jang Mi melihat Myung Jae masih mengenakan cincin di jarinya, “Kau masih mengenakan cincin itu dijarimu?”
“Bagaimana kau tahu cincin ini?”
“Terlihat tidak menyenangkan.”
“Kenapa?” Tanya Myung Jae heran.
“Karena tangannya.”
Jang Mi kemudian menyakan jam dengan panik.
Kini mereka berada di dalam mobil Myung Jae. Jang Mi terus saja melihat jam tangannya. Sepertinya ibunya masih menerapkan jam malam untuknya.
“Berapa banyak dendanya?”
“Setiap 10 menit, 5000 won.”
“Aigo..apa yang bisa kulakukan? Jangan khawatir. Kau tidak akan terlambat.” Myung Jae ikutan panik.
Tiba-tiba ada mobil dari depan yang memotong jalur. Myung Jae berusaha menghindar. Namun malah mobilnya yang terbalik.
Jang Mi menelpon ibunya bahwa mobil yang dia tumpangi mengalami kecelakaan. Jang Mi pun diberikan tambahan waktu.
Jang Mi dan Myung Jae lalu mengobrolkan sesuatu. Myung Jae kemudian menjulurkan tangannya untuk di genggam Jang Mi. Perlahan Jang Mi menggenggamnya. Tidak berapa lama, Myung Jae merasa tidak asing dengan tangan yang di genggamnya itu, dia teringat malam di vila. Jang Mi pun begitu, merasa tidak aing dengan tangan yang ia genggam, dan teringat malam itu.
Myung Jae berkata pada Jang Mi, “Tanganmu hangat. Hangat.”
Mereka berdua berpandangan. Dan memang benar, malam itu tangan Jang Mi lah yang di genggam Myung Jae, begitupun sebaliknya. Mereka salah mengenali orang.
Bersambung ke Episode 2
Komentar:
Siapa sangka pria yang semasa kuliah tidak menarik sama sekali, setelah lulus dan bekerja malah menjadi tampan dan menarik. ^^
Maaf bahasanya agak kacau. Subtitlenya juga kacau bahasa inggrisnya, jadi aku nebak-nebak aja,, hehe…
Ibunya jung mi disiplin banget, suka suka :)
ReplyDeletewah pagi2 sudah ngepost, makasih mbak mumu
Typo >,< jang mi maksutnya :D
Deleteunni... thaks atas sinop nya..
ReplyDeletedi tunggu lanjutan nya ya unni
o iya,, unni...
yg jdi jang mi mukanya familiar deh
sbelumnya dia pernah main drama apa aja ya..
Baker Kim Tak Goo, jadi adenya Joo Won...
DeleteMy Daughter Seo Young jadi ade ipar Seo Young..
lumayan nih bisa baca sinopsis baru, sambil nungguin sinopsisnya master sun......
ReplyDeletejangan lama-lama buat lanjutin sinopsisnya.......
Wah, sambil tunggu master sun baca sinop yang lain buatan mba mumu. Di awal itu ceritanya dari sudut pandang Myung Jae terus lanjut ke Jang Mi yah? Wah...wah...Mba Mumu dilanjut mpe tamat ya. Sambil update master sun juga. hehe... Makasih mba. Semangat!
ReplyDeleteMba mumu makasih yaa..d tggu sinop brktnya,plus master sun jg..hehehe.semangaaatttt
ReplyDeletethanks sinopsisnya mbak
ReplyDeleteMakasih mba, ditunggu kelanjutannya. ^^
ReplyDeleteDan juga sinopsis the master's sun ditunggu terus sampe ending.
Fighting mba mumu. ^_^
Mb mumu kpn nich lnjutin sinopx like a fairy talex?
ReplyDeleteplease c0z penasaran abiz
gumawo
Sabar ya... Masih blm bsa update blog nih.. :)
ReplyDeletembak lanjutin dunk,trims
ReplyDeletemba ditunggu kelanjutan sinopsisnya...
ReplyDeletegomawo ..............