WITCH’S LOVE Episode 7 – 1
Dong Ha mandi dan bersiap. Dia bahkan menggunakan hair spray untuk membuat rambutnya klimis. Dong Ha berlatih di depan cermin, cara memanggil Ji Yeon, ‘Ketua Tim’ atau ‘Ji Yeon-ssi’. Yang pasti Dong Ha sangat gugup.
Ji Yeon kesal dengan penghinaan teman-temannya, dia berbalik dan berteriak, “Ya! Aku tidak punya pria!”
Sementara itu Dong Ha sedang berjalan menuju restoran dengan percaya diri.
Ji Yeon berkata lagi, “Kepribadianku buruk dan aku tua. Jadi tidak ada pria yang menyukaiku!”
“Aku kecewa.” Tiba-tiba Dong Ha muncul. “Aku bukan seorang pria?”
Na Rae tersenyum melihat kedatangan Dong Ha. Ji Yeon terkejut melihat Dong Ha. Dong Ha tersenyum pada Ji Yeon.
(Kemudian terjadi pengakuan cinta Dong Ha, yang tidak diperlihatkan lagi di episode 7 ini..)
~Witch’s Love Episode 7~
Mereka kemudian duduk berkumpul di dalam restoran. Yoon Mi bertanya bagaimana mereka bisa bertemu. Dong Ha bilang mereka ditakdirkan untuk bertemu. Ji Yeon menatap Dong Ha.
Dong Ha yang melihat Ji Yeon belum memakan apapun, mencoba untuk menyuapi Ji Yeon. Ji Yeon melihat kue yang disodorkan Dong Ha dan tampak sedikit terkejut.
“Ji Yeon yang aku kenal, tidak memakan bubuk kayu manis.” Sebuah suara mengagetkan semuanya, termasuk Ji Yeon.
Dong Ha menoleh, dan semua orang menoleh ke sumber suara kecuali Ji Yeon. Na Rae berseru memanggil orang itu, “Shi Hoon sunbae!”
Shi Hoon menyapa dan menanyakan kabar semuanya. Yoon Mi dan temannya berdiri menghampiri Shi Hoon. Yoon Mi bilang Shi Hoon terlihat masih sama bahkan setelah 6 tahun. Tapi teman yang satu lagi bilang Shi Hoon tambah tampan.
Ji Yeon gemetaran, dia merasa ini pasti mimpi. Mendengar suara seseorang yang selama 6 tahun ini dia nantikan, tapi hatinya tidak cukup kuat.. Dong Ha melihatnya dan menggenggam tangan Ji Yeon.
Na Rae bertanya pada Shi Hoon spa yang terjadi selama ini tanpa kontak apapun. Shi Hoon tak menjawab. Dia melangkah maju dan menyapa Shi Hoon, “Lama tidak bertemu, Ji Yeon-ah.”
“Mengapa kau gemetar seperti ini di saat aku ada disini?” Dong Ha berusaha menenangkan Ji Yeon. Ji Yeon berdiri dan menatap Shi Hoon. Dong Ha ikut berdiri.
Dong Ha lalu menghampiri Shi Hoon dan memperkenalkan diri sebagai pacar Ji Yeon. Shi Hoon sedikit terkejut.
Na Rae mengajak Shi Hoon duduk. Karena pasti ada banyak pembicaraan yang telah disimpan selama ini.
“Tidak.” Ji Yeon akhirnya bersuara. “Aku tidak punya apapun untuk dikatakan.” Ji Yeon keluar dari restoran.
Shi Hoon hendak mengejar. Dong Ha menahan bahu Shi Hoon dan berkata bahwa itu tidak ada hubungannya dengan Shi Hoon. Dong Ha pun keluar mengejar Ji Yeon. Shi Hoon terdiam, dia terlihat masih ingin mengejar Ji Yeon dan bicara padanya.
Dong Ha menyusul Ji Yeon ke toilet. Dia menunggu di luar. Tapi yang keluar bukan Ji Yeon. Dong Ha pun membuka pintu toilet dan melongok ke dalam sambil memanggil Ji Yeon, membuat seorang wanita kesal. Ji Yeon tidak ada disana.
Ji Yeon ternyata pergi ke taman. Dia menumpahkan kekesalannya pada Shi Hoon. Apa yang dia makan ataupun tidak, apakah itu ada hubungannya dengan Shi Hoon. Terlihat seperti orang baik dengan bertindak perhatian, masih sama. Setelah muncul sekarang, setelah 6 tahun, bagaimana bisa Shi Hoon sangat tidak peduli (maksudnya, Shi Hoon muncul lagi sekarang seperti tidak pernah terjadi apapun di antara mereka, seperti tidak peduli pada perasaan Ji Yeon yang terluka).
Ji Yeon menangis tertahan. Hatinya sakit. Ji Yeon kemudian menghapus air matanya dan mengatur nafas agar sedikit lebih lega. Ji Yeon berkata pada dirinya sendiri agar dia tidak terlalu mempedulikan hal itu, karena itu sesuatu yang semuanya sudah berakhir.
Tiba-tiba muncul Shi Hoon yang mengatakan bahwa Ji Yeon masih sama seperti dulu, kapanpun Ji Yeon merasa marah Ji Yeon akan pergi ke tempat kosong seperti itu untuk bernafas (menarik dan mengeluarkan nafas). Ji Yeon bertanya dengan ketus, apa urusannya hal itu dengan Shi Hoon. Shi Hoon malah bilang Ji Yeon yang gugup dengan bertindak dingin juga masih sama seperti dulu.
Shi Hoon memanggil nama Ji Yeon, hendak mengatakan sesuatu. Ji Yeon menyela dan pamit pergi untuk menemui pacarnya (Dong Ha). Ji Yeon berbalik dan berjalan pergi.
“Apakah orang itu pacarmu? Dia terlihat muda.” Ujar Shi Hoon menghentikan langkah Ji Yeon.
Ji Yeon menguatkan diri dan berbalik menatap Shi Hoon, “Itu benar. Dia jauh lebih muda dariku, tapi dia adalah orang yang bisa aku sandari.”
Ji Yeon kembali berbalik pergi, dan kembali di hentikan Shi Hoon dengan berkata, “Selama ini…apakah kau baik-baik saja?”
Ji Yeon kembali menguatkan diri dan berbalik menatap Shi Hoon, “Sehari sebelum pernikahan, tidak, bahkan sampai pagi itu aku menunggumu. Ada beberapa kali aku dibawa ke rumah sakit karena aku mengurung diri di rumah, dan menangis sampai aku pingsan. Apakah aku baik-baik saja?”
“Ji Yeon…”
“Sunbae, kau benar-benar tidak tahu malu. Semua impianku menghilang 6 tahun yang lalu. Hal yang tersisa denganku? Hanya bekerja, makan…dan tidur. Jangan khawatir karena aku melakukannya dengan sangat baik.” Ji Yeon berkata dengan menahan emosinya.
“Aku ingin menjernihkan kesalahpahaman mengenai hal itu.” Shi Hoon menjelaskan maksudnya menemui Ji Yeon sekarang.
Tapi Ji Yeon menolak, “Tidak ada kesalahpahaman diantara kita. Kau tidak muncul di pernikahan. Dan untuk 6 tahun terakhir kau tidak menghubungi bahkan sekali! Di kebenaran yang pasti ini, bagaimana bisa ada kesalahpahaman?”
Shi Hoon menghela nafas, tak bisa berkata apa-apa lagi, melihat begitu marahnya Ji Yeon padanya. Shi Hoon mengeluarkan kartu undangan dan menghampiri Ji Yeon untuk memberikannya. Itu adalah undangan untuk pameran yang akan dia adakan beberapa hari lagi. Shi Hoon bilang ada gambar yang dia ingin pastikan untuk ditunjukkan pada Ji Yeon. Ji Yeon merobek undangan itu di depan wajah Shi Hoon.
“Bahkan tanpamu, aku hidup dengan sangat baik. Aku juga akan tetap melakukannya di masa depan.” Ji Yeon berkata dengan yakin.
“Tentu saja, kau akan melakukannya.” Dong Ha datang. Dia kemudian berkata pada Shi Hoon, “Aku akan bertanggung jawab untuk Ji Yeon mulai sekarang, jadi kenapa kau tidak mematikan perhatianmu.”
Dong Ha kemudian mengajak Ji Yeon pergi dan menggandengnya hingga keluar restoran.
Ji Yeon melepaskan tangannya dari genggaman Dong Ha. Dia berterima kasih pada Dong Ha karena membawanya keluar. Dong Ha meminta Ji Yeon menunggu, dia akan mengambil skuternya. Ji Yeon menolak, dia akan pergi sendiri.
“Terima kasih telah menolongku hari ini.” Ujar Ji Yeon lalu berjalan sendirian menuju jalan raya.
Dong Ha diam terpaku melihat Ji Yeon yang semakin menjauh. Dong Ha kemudian berlari menyusul Ji Yeon dan membalikan badannya. Dong Ha akan mengantar Ji Yeon pulang. Tapi begitu Ji Yeon berbalik, Dong Ha mendapati Ji Yeon yang menangis. Ji Yeon bilang dia ingin sendiri. Ji Yeon menarik tangannya dan menghentikan taksi.
Dong Ha hanya bisa terdiam, dia menyadari Ji Yeon menganggap pengakuan tadi hanya akting. Dong Ha pun berkata sambil menatap kepergian taksi yang membawa Ji Yeon pergi, “Menolongmu? Aku mengatakan padamu kebenaranku yang tulus.”
***
Na Rae pulang. Dia minum air menenangkan diri, kemudian bercerita pada Min Goo tentang kejadian di pertemuan klub tadi. Sampai Dong Ha mengakui perasaannya suasananya baik. Kemudian Shi Hoon datang menghancurkan suasana.
“Kemudian dua orang mengambil Ji Yeon dan berjuang atas dirinya. Siapa yang menang?” Min Goo penasaran.
“Dong Ha mengaku dan Ji Yeon menerimanya, jadi…”
“Dong Ha menang.” Min Goo menjentikkan jari.
“Tapi Shi Hoon Sunbae adalah pria yang dia pikirkan untuk menikah…dan Ji Yeon tidak bisa melupakannya, jadi…”
Kalimat Na Rae terpotong karena Dong Ha turun dari lantai atas. Dong Ha mengembalikan setelan yang dipinjamkan Min Goo padanya dan berterima kasih. Na Rae memuji Dong Ha yang menurutnya sangat keren hari ini.
Min Goo seharusnya menyaksikan itu untuk menikmati bagaimana cemburunya para wanita yang ada disana. Na Rae mengajak Min Goo untuk ikut bersama mereka lain kali. Min Goo menolak, menurutnya pertemuan alumni para wanita sangat menakutkan. Na Rae tak mengerti apa yang ditakutkan Min Goo.
Ternyata Min Goo takut pada obrolan para wanita itu tentang pekerjaan suami, berapa banyak yang dilakukan suami selama setahun, apa jenis mobilnya, dimana kau tinggal. Min Goo meminta persetujuan Dong Ha tentang itu, tapi yang ditanya tak mengerti. Dong Ha sibuk dengan pikirannya sendiri saat tadi Min Goo menjelaskan.
***
Ji Yeon termenung sendirian di tepi danau (entah danau atau sungai dink ;p). Dia mengingat pertemuan terakhirnya dengan Shi Hoon sebelum Shi Hoon menghilang.
Shi Hoon membuat kopi yang dia seduh sendiri untuk Ji Yeon yang sedang ngambek. Ji Yeon meluapkan kekesalannya, “Apakah masuk akal bahwa kau akan melakukan perjalanan bisnis ke Eropa ketika hanya ada satu bulan tersisa sebelum pernikahan kita?”
“Bahkan jika aku terlambat aku akan pastikan untuk datang kembali seminggu sebelumnya.” Shi Hoon berjanji. Karena yang memintanya pergi adalah profesor yang sudah dia anggap ayannya sendiri, jadi dia sulit untuk menolaknya.
Shi Hoon pun bertanya haruskah dia tidak pergi saja. Ji Yeon mencibir, bahkan Shi Hoon sudah membeli tiket pesawat dan menyuapnya dengan kopi padahal Shi Hoon pernah memintanya untuk mengurangi minum kopi. Tapi tetap saja, jika Ji Yeon benar-benar membencinya, Shi Hoon tidak bisa.
“Untuk 20 tahun ke depan, baik-baiklah padaku.”
“20 tahun? Hei, akankah 20 tahun saja cukup? Aku harus bersikap baik untuk 200 tahun.”
Ji Yeon tersenyum. Shi Hoon memeluknya dan berterima kasih. Ji Yeon tertawa mendapatkan perlakuan seperti itu. Dia meminta Shi Hoon melepaskannya karena dia belum selesai marah. Shi Hoon melepaskannya sebentar, kemudian memeluk Ji Yeon lagi memintanya untuk tidak marah.
Ji Yeon terisak mengingat janji 200 tahun yang diucapkan Shi Hoon. Kemudian ponselnya berbunyi, dari ibu. Ji Yeon pun menjawabnya. Ibu terkejut mendengar suara
Ji Yeon yang tak bertenaga. Ibu khawatir Ji Yeon belum makan atau Na Rae menyulitkannya karena dia menumpang tinggal di rumah Na Rae (Ji Yeon kan bilang sama ibu tinggal di rumah Na Rae bukan di rumah Dong Ha). Ji Yeon menyangkal, dia sudah makan dan Na Rae juga mengurusnya dengan baik. Dan dia juga bukan tipe seseorang yang menyusahkan orang lain.
Ibu tertawa, itu benar. Ji Yeon anaknya adalah anak yang sempurna. Ji Yeon bahkan berada di tempat pertama saat mencari pekerjaan. Ji Yeon mendesah, apa gunanya semua itu. Seperti yang pernah ibu katakan, dia bahkan tidak bisa menikah sampai usianya yang sekarang.
“Mengapa kau seperti itu? Apakah ada sesuatu yang salah di perusahaan?” Ibu khawatir karena tidak biasanya Ji Yeon seperti itu.
“Ibu. Aku benar-benar…pasti telah hidup dengan salah selama ini. Atau sesungguhnya…” Ji Yeon menahan tangisnya, “..nasibku yang ganas?”
Ibu makin khawatir, “Kenapa kau tiba-tiba mengeluh tentang nasibmu? Kenapa? Apakah seorang baji**** melihat artikelmu dan mengatakan dia akan menuntutmu?! Kau juga harus menuntutnya! Ibu akan menjual beberapa tanah dan mempekerjakan pengacara paling mahal untukmu.”
Ji Yeon tertawa. Ji Yeon memberitahu ibu kalau dia benar-benar tertawa karena ibu. Tapi Ibu sungguh-sungguh mengkhawatirkan Ji Yeon. Ibu bilang ibu percaya pada Ji Yeon. Bahkan jika semua orang di dunia mengatakan sesuatu, ibu ada di pihak Ji Yeon. Terus terang bahkan jika semua mata pria Korea adalah miring (karena tidak bisa melihat Ji Yeon) dan Ji Yeon tumbuh tua sebagai perawan tua, di mata ibu Ji Yeon menempati tempat pertama. Tapi, ibu tetap berharap, akan baik jika Ji Yeon bisa menikah dalam tahun ini.
Ji Yeon menahan agar suara tangisnya tidak kedengaran oleh ibu. Kata-kata ibu membuatnya terharu dan semakin sedih. Ibu kemudian menyemangati Ji Yeon, “Putriku berjuang, bergembiralah!”
Ji Yeon menutup telponnya dan terus terisak.
***
Shi Hoon minum sendirian dan melamun. Saat akan menuangkan minuman lagi, asistennya Hong Chae Hee mencegahnya. Ji Yeon memberitahu bahwa dia datang ke pertemuan alumni. Chae Hee bertanya apakah Shi Hoon bertemu wanita itu (Ji Yeon). Shi Hoon mengangguk.
“Apakah kau memberitahunya mengapa kau melakukan itu (tidak datang ke pernikahan) 6 tahun yang lalu?”
“Aku tidak bisa…karena dia tidak memberikan aku kesempatan untuk bicara.”
“Dia adalah wanita yang tidak ada disana saat kau mengalami waktu yang sulit. Dia mengembalikan cincinnya dan mengatakan bahwa dia tidak ingin bertemu denganmu lagi.”
“Walaupun begitu, aku tidak punya hak untuk membenci Ji Yeon. Bagaimanapun itu karena aku yang tidak bisa pergi ke pernikahan.”
Chae Hee mengingatkan, Shi Hoon juga punya alasan. Shi Hoon tidak mau membahas lebih jauh lagi. Dia pamit istirahat dengan mengatakan bahwa dia lelah. Shi Hoon beranjak ke kamarnya, dan Chae Hee nampak khawatir.
***
Dong Ha mondar mandir menunggu Ji Yeon pulang. Kemudian terdengar suara pintu dibuka. Dong Ha langsung menyambut Ji Yeon yang baru pulang. Tapi Ji Yeon tak mempedulikan Dong Ha dan masuk begitu saja ke kamarnya.
Dong Ha membetulkan letak sepatu Ji Yeon dan memandang ke arah kamar Ji Yeon dengan khawatir.
***
Rupanya semalam, Ji Yeon terus menangis. Kini dia pergi ke kantor dengan memakai kacamata hitam besar. Trio BCR melihatnya dengan aneh. Di ruang rapat Ketua Tim Byun juga menyindir Ji Yeon yang memakai kacamata hitam di hadapan CEO Kwon, menurutnya itu tidak masuk akal. Ji Yeon membalas, Ketua Tim Byun seharusnya mematikan perhatiannya pada gaya mode orang lain.
CEO Kwon bertanya apakah ada sesuatu yang salah sehingga Ji Yeon menggunakan kacamata. Ji Yeon menjelaskan bahwa hanya ada sesuatu yang tumbuh di matanya. CEO Kwon tidak mempermasalahkan, kacamata hitam atau kacamata biasa, seorang reporter yang mendapat berita pertama adalah reporter yang layak. Dong Ha melirik ke arah Ji Yeon dengan khawatir dan merasa tidak nyaman karena diacuhkan Ji Yeon sejak semalam.
Mereka kemudian memulai rapat tentang pameran yang akan diadakan Hannam Galery yang merupakan salah satu pengiklan terbesar perusahaan mereka. Young Shik menjelaskan tentang Phillip Noh yang akan melakukan pameran itu. Phillip Noh benar-benar terkenal di luar negeri. Dia memenangkan National Geographics award, dia wartawan foto pertama yang mengadakan pertunjukan di Museum of Modern Art di New York. Dia biasanya tidak melakukan wawancara dan tidak pernah difoto.
CEO Kwon meminta Ji Yeon membuat sebuah artikel tentangnya, Ji Yeon bisa menggali latar belakangnya dan membuat masalah dengan perasaanya. Ji Yeon menolak, ada sesuatu yang sedang dia kerjakan. Ketua Tim Byun menawarkan diri untuk melakukannya.
“Aku sudah memberitahumu bahwa mereka adalah pengiklan terbesar kita.” Tampaknya CEO Kwon tidak ingin Ketua Tim Byun yang melakukannya. Dia menghela nafas panjang dan kemudian berkata, “Biasanya untuk hal seperti ini Ketua Tim Ban ahlinya, tapi jika Ketua Tim Ban bilang dia benar-benar tidak ingin melakukannya…kalau begitu singkirkan saja! Kita akan jalankan dengan halaman kosong!”
Ji Yeon yang tahu CEO Kwon sedang merajuk, akhirnya menyetujui keinginan bosnya itu. CEO Kwon tak lupa berterima kasih. Ji Yeon sepertinya tidak tahu jika Phillip Noh adalah Shi Hoon.
Young Shik sangat antusias sekali akan bertemu Phillip Noh, dia bercita-cita menjadi wartawan foto terkenal di dunia seperti Phillip. Ji Yeon meminta Young Shik untuk tidak mengatakan hal tidak berguna, persiapkan saja peralatan yang akan mereka gunakan.
Soo Chul datang ke kantor Trouble Maker untuk memberikan sampel makanan yang dijual di restorannya. Dia juga mengundang semuanya datang ke acara grand opening, yang tentu saja gratis. Soo Chul meminta semuanya untuk mencoba. Ji Yeon yang ada disana bilang akan memakannya.
Soo Chul akan mengomentari kacamata yang digunakan Ji Yeon, “Aiyoo, Noonim, benar-benar, gaya kacamata hitam…” Ji Yeon menoleh, Soo Chul ciut seperti biasa dan bilang, “..itu bagus.”
Ketua Tim Byun kaget melihat Soo Chul dan Ji Yeon yang sudah baikan. Soo Chul menjelaskan kalau dia berlutut di depan Ji Yeon (itu sebabnya Ji Yeon memaafkannya). So Chul meminta mereka menghubunginya jika makanan itu rasanya enak. Young Shik yang sudah makan duluan malah minta nambah. Ji Yeon mengajak Young Shik pergi dan makan di jalan saja. Mereka pun pergi. Ji Yeon masih tidak menyapa Dong Ha.
Dong Ha melihat Eun Chae turun dari lantai atas dan mengajaknya makan bersama. Soo Chul terpesona melihatnya. Soo Chul memberikan satu kotak makanan pada Eun Chae.
Rin Ji bertanya apakah Soo Chul membuka toko itu sendiri. Menurut Chang Min membuka franchise seperti itu akan membutuhkan banyak uang. Kemudian Dong Ha memberitahu bahwa ayah Dong Ha memiliki lima resort. Rin Ji terkejut mendengarnya, atau lebih tepatnya terpesona. Soo Chul merendah, yang kaya adalah ayahnya, sedang dia sendiri miskin.
Ketua Tim Byun meledek makanan yang dibawa Soo Chul. Soo Chul berbisik pada Dong Ha, mengapa orang-orang di sana begitu lama menyimpan dendam. Dong Ha hanya menggeleng.
***
Ji Yeon dan Young Shik sampai di halaman galeri. Young Shik memuji-muji Phillip Noh yang menakjubkan. Dia mendengar galeri itu bekerja keras untuk Phillip Noh melakukan pameran. Mereka tidak biasanya mengundang orang ke sana. Young Shik ingin terlihat baik bagi Phillip Noh. Young Shik bahkan meminta pendapat Ji Yeon mengenai penampilannya.
“Apa gunanya terlihat baik untuk pria?” Ji Yeon membuka kacamatanya dan balik bertanya tentang matanya, “Apakah aku benar-benar bengkak?”
“Kau tampak baik-baik saja bagiku. Tetapi tidakkah kau mengenakan kacamata hitam karena kau memiliki infeksi mata?”
Ji Yeon tidak menjawab dan kembali berjalan. Young Shik menduga Ji Yeon makan ramen semalam makan ramen sebelum tidur, jadi matanya bengkak.
Phillip Noh alias Shi Hoon berjalan bersama Chae Hee. Dia memberitahukan Shi Hoon tentang wawancara majalah yang akan segera mereka lakukan. Shi Hoon memastikan berapa wawancara yang ada untuk minggu ini, dia benci wawancara. Chae Hee memberitahukan bahwa Tim PR di galeri yang menjadwalkan sehingga tidak ada banyak yang bisa mereka lakukan. Itu hanya menunjukkan seberapa besar harapan mereka untuk undangan pameran ini.
“Aku akan lelah dari wawancara bahkan sebelum pameran.” Keluh Shi Hoon.
Dia kemudian menanyakan penampilannya pada Chae Hee. Chae membetulkan sedikit jas yang dipakai Shi Hoon dan mengatakan Shi Hoon sudah terlihat baik.
Ji Yeon terpaku melihat orang yang ada di depannya, Phillip Noh yang ternyata adalah Shi Hoon. Shi Hoon juga diam menatap Ji Yeon. Chae Hee tampak tidak senang melihat Ji Yeon.
Young Shik memecah keheningan dengan memperkenalkan dirinya yang senang bisa bertemu dengan Phillip Noh. Young Shik akan memperkenalkan Ji Yeon, tapi Ji Yeon diam saja membuatnya heran apa yang terjadi dengan Ji Yeon.
Ji Yeon meminta Chae Hee untuk mengirimkan materi pers untuk pameran. Lalu mengajak Young Shik pergi. Ji Yeon berjalan begitu saja melewati Shi Hoon, diikuti Young Shik yang tak mengerti kenapa Ji Yeon seperti itu.
“Reporter Ban Ji Yeon!” Shi Hoon mengentikan langkah Ji Yeon. “Sulit juga bagiku untuk meluangkan waktu ini. Ini sedikit kasar.”
“Artikel ini masih akan keluar. Aku akan mengurangi ‘waktu sulit’ yang telah kau buat.” Ji Yeon kembali berbalik keluar dari galeri.
Young Shik kesal pada Ji Yeon. Mengapa Ji Yeon melakukan itu. Young Shik merasa Ji Yeon sudah benar-benar aneh sejak pagi. Young Shik sudah bilang pada Ji Yeon bahwa dia adalah penggemar Phillip Noh, dan ini mungkin hanya satu-satunya kesempatan untuk bertemu Phillip Noh di dalam hidupnya.
“Bagaimana orang bisa menyebut diri mereka sendiri ‘sunbae’ dengan menginjak tunas baru (hobae)? Apakah kau mendengar apa yang aku katakan, Sunbae?” tanya Young Shik yang belum juga mendapat jawaban dari Ji Yeon.
Young Shik bertanya lagi apakah Ji Yeon tidak penasaran, mengapa orang yang menakjubkan memungkinkan wajahnya dikenal publik dan memiliki sebuah pameran di Korea. Ji Yeon yang dari tadi diam dengan pikirannya sendiri, kemudian meminta Young Shik mengikutinya.
Ji Yeon ternyata kembali ke galeri dan akan melakukan wawancara. Shi Hoon terlihat sedikit senang. Ji Yeon memulai wawancaranya tanpa basa basi.
“Tampaknya Anda sudah biasa mengambil gambar di tempat-tempat yang berbahaya sejauh ini. Jika Anda memiliki pengalaman khusus, silakan beritahu kami. Dan tolong jelaskan secara singkat tentang proyek ini juga.”
Shi Hoon sedikit tersenyum, “Saya sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu di tempat lain (wawancara lain).”
“Jika kami mengambil cerita tentang pekerjaan Anda atau episode pemotretan dari wawancara seorang fotografer, apa yang harus kita bicarakan? Lalu apa, haruskah saya menanyakan apa yang Anda makan untuk sarapan pagi ini?” tanya Ji Yeon ketus, membuat Young Shik menegurnya.
Shi Hoon tertawa, “Itu bagus juga. Meskipun itu tidak pagi ini, saya sudah menangkap dan makan kadal untuk sarapan sebelumnya. Karena aku harus bertahan hidup di hutan bagaimanapun juga. Dan saya juga hampir menjadi sarapan untuk buaya sekali.”
Ji Yeon mencibir, “Saya mendengar Anda seorang fotografer koresponden perang, Anda berbicara sedikit mengagungkan diri sendiri.”
“Bukan begitu. Saat pemotretan, ada banyak situasi seperti itu disana-sini.”
Shi Hoon kemudian menunjukkan sebuah foto singa yang dia ambil di Kenya, Afrika. Singa hamil itu membuatnya terluka. Ji Yeon berkata Shi Hoon terlihat baik-baik saja. Shi Hoon menjelaskan, disaat cakar menyentuhnya, darah menyembur keluar. Dia mungkin sudah mati jika pemandu tidak menembak singa dengan senjata pembius. Ji Yeon menunduk.
Tapi Shi Hoon bilang itu semua ada hasilnya, karena dia mendapatkan foto itu. Shi Hoon juga menunjukkan foto buaya yang dia temui di Amazon setelah dua hari bersembunyi untuk mengintai. Shi Hoon bercanda dengan bilang bahwa dia ditelan utuh-utuh oleh buaya itu tapi kemudian di muntahkan kembali karena mungkin dia tidak enak (tapi gak lucu…).
Young Shik bertanya apakah Shi Hoon terluka saat pergi ke banyak zona perang. Shi Hoon membenarkan, dia terlukan. Young Shik bertanya lagi, ranjau darat, bom? Shi Hoon menjawab sambil menatap Ji Yeon, “Senjata. Saya ditembak sebuah peluru.”
Selama wawancara ini seolah Shi Hoon ingin memberitahukan Ji Yeon apa saja yang sudah dia lakukan selama ini. Dan Ji Yeon yang sepertinya juga penasaran, diam mendengarkan. Sementara itu Chae Hee terlihat begitu gelisah menunggu wawancara itu selesai. Agak mencurigakan asisten Shi Hoon ini…
“Aku tidak pernah berpikir untuk melakukan apa pun kecuali mengambil gambar. Mendengar cerita saya, bukankah dunia luar benar-benar menarik?” ujar Shi Hoon pada Young Shik.
“Saya akan mengajukan satu pertanyaan terakhir.” Ujar Ji Yeon. “Apakah ada foto yang Anda benar-benar ingin ambil? Lupakan. Orang lain mungkin sudah menanyakan pertanyaan itu. Saya akan menanyakan hal sebaliknya. Apakah ada sesuatu yang Anda tidak akan pernah ambil gambarnya?”
“Ya. Tapi itu adalah hal yang sangat pribadi.”
Young Shik penasaran apa yang Shi Hoon maksud. Ji Yeon mengingatkan bahwa Shi Hoon bilang itu hal yang bersifat pribadi. Mereka akan melupakan pertanyaan terakhir. Ji Yeon mengajak Young Shik untuk pulang. Ji Yeon juga tak lupa mengucapkan terima kasih pada Shi Hoon atas waktu untuk wawancaranya.
***
Di kantor, Young Shik terus memuji Shi Hoon. Keren, benar-benar tampan, dan memiliki karisma lembut. Ji Yeon menegurnya. Ji Yeon kemudian menerima telpon dari Na Rae, dia terkejut dan segera pergi ke tempat Na Rae.
Ternyata Na Rae mengabarkan kedatangan ibu ke tempatnya. Ibu memuji kehidupan pernikahan Na Rae dan memuji Min Goo yang terlihat tampan dengan mata besarnya. Min Goo berterima kasih atas pujian ibu padanya.
“Tapi Ji Yeon yang mengganggu di rumah pengantin kalian. Aku mengatakan padanya untuk datang ke rumahku, tapi dia tidak mau!”
“Tidak sama sekali!” Na Rae menyangkal. “Kami sama sekali tidak merasa tidak nyaman. Benar kan, Min Goo?” Min Goo membenarkan.
Ibu tersenyum. Ibu berharap Ji Yeon mungkin ingin menikah karena iri setelah melihat Na Rae dan Min Goo hidup dengan sangat bahagia dan bersenang-senang. Min Goo hampir bicara yang tidak-tidak, tapi dihentikan Na Rae dan mereka pun tertawa. Ibu merasa akan menyenangkan jika dia memiliki menantu seperti Min Goo.
“Putrimu memiliki standar tinggi, kau tahu.” Ji Yeon pun sampai disana. “Mengapa Anda menerobos ke toko orang lain tanpa pemberitahuan?”
“Kau menjadi gangguan bagi mereka, bagaimana mungkin saya hanya mengabaikannya? Aku membawa beberapa kimchi dan daging diasinkan.” Ibu membela diri.
Ji Yeon memberikan kode pada Na Rae untuk pergi. Na Rae pun kemudian mengajak Min Goo untuk pergi menusuk beberapa kue ikan. Min Goo awalnya bingung, tapi ikut saja dengan Na Rae.
Ji Yeon juga mengajak Ibu untuk pergi dari sana, agar ibu tidak meminta masuk ke kamarnya yang memang bukan disana. Ji Yeon mengajak ibu ke rumahnya. Dia akan pindah akhir minggu ini. Ibu tidak mau, karena dia sudah ada disana dia ingin melihat dimana Ji Yeon tidur selama ini. Ji Yeon merasa tidak enak, dia sudah menumpang di rumah pengantin baru, dan bahkan sekarang Ibu ingin masuk ke sana.
Ibu ingin mengucapkan salam. Ji Yeon menahan tangan ibu dan berteriak mengucapkan salam atas nama ibu, semoga Na Rae cepat kaya dan bahagia. Ji Yeon menyeret ibu keluar.
Ji Yeon membawa ibu ke rumahnya yang sebentar lagi selesai di perbaiki. Ibu bilang tidak banyak yang berubah, kenapa Ji Yeon menggunakan uangnya sia-sia. Ji Yeon meminta ibunya untuk melihat ke sekeliling dengan baik. Pencahayaannya sedikit berubah, dan jika dilihat dengan teliti beberapa hal berubah. Ibu merasa semua terlihat sama saja untuknya. (memang sama ibu, Ji Yeon kan hanya cari alasan agar ibu kesana.. hehe..)
Ibu kemudian bertanya tentang CEO Kwon, apakah dia memakai wig. Ji Yeon menanyakan alasan ibu yang penasaran dengan hal itu. Ibu tidak alasan, hanya karena gaya CEO Kwon sangat bagus, jadi dia penasaran.
“Apakah kau tidak melihatnya? Syal Jackie S-nya. Dia benar-benar seorang fashionista. Dia benar-benar rajin olahraga juga, karena dia khawatir dia tidak akan terlihat baik dalam berpakaian jika berat badannya bertambah. Meskipun dia jelek, aku dengar mantan istrinya adalah seorang model.”
Tapi sayangnya menurut Ji Yeon, wajah CEO Kwon jelek. Ibu membela, kalau pria tidak begitu memperhatikan penampilan wajah. Ji Yeon pun menatap ibu curiga.
***
Eun Chae makan malam bersama ibunya. Eun Chae sangat senang dan ingin makan masakan ibunya setiap hari. Ibu membawakan hidangan utama yang baru selesai dia buat ke atas meja. Sup kepiting biru. Ibu membelinya di pasar ikan, karena sekarang musimnya, jadi rasanya pasti enak. Ibu ingat jika Eun Chae menyukainya.
“Young Chae lah yang menyukai kepiting biru. Aku alergi kerang-kerangan.”
Ibu gelagapan, “Saat kau masih muda, kau dan Young Chae akan bertengkar satu sama lain karena kepiting biru.”
Eun Chae tertawa, “Benarkah? Aku tidak mengingatnya. Saat aku di Amerika, aku benar-benar sakit karena makan lobster. Setelah itu kapanpun aku makan sesuatu yang bercangkang, seluruh tubuhku akan mengalami hives.” (Hives = penyakit gatal, bintik merah dan bengkak karena alergi)
Ibu terdiam menyadari kesalahannya. Eun Chae lalu bertanya apakah ibu pernah bertemu pacar Young Chae sebelumnya. Ibu menghindari pertanyaan itu dengan membawa kerang biru kembali ke dapur dan akan membuat telur kukus. Eun Chae merasa sedikit aneh karenanya.
***
Bersambung ke bagian 2~
***
Komentar:
Dengan sikap Ji Yeon yang seperti itu, kita tahu bahwa sebenarnya Ji Yeon masih mencintai Shi Hoon diantara rasa bencinya. Seperti kata Yoo Jung, Ji Yeon masih menunggu Shi Hoon. Dan begitu melihat Shi Hoon yang tampak baik-baik saja tanpa dirinya, Ji Yeon merasa sakit.
###
Aaaaaah makasi loooh kaaa WLnyaa
ReplyDeleteAku punya firasat kyknya managernya SH suka deh ama SH
Kasian si DH dikacangin mulu ama JY
*poor DH*
Ditunggu kelanjutannya kaa :D
Sedih lihat JY nangis ... mang bener2 gak punya waktu tho SH itu mosok 6 th gak ada khabar sama sekali .... kasihan DH antara khawatir ma bingung .... dilanjut ya jenk ... semangat ... ( ina )
ReplyDeletewah,,yg pst emg mencurigakan tuh asisten nya shi hoon,ky ny emg hong chae hee it ad rasa2 deh ke shi hoon nya
ReplyDeletemw it rasa cinta or benci yg pst d hati ji yeon msh ada shi hoon,,jd dong ha hrs extra keras deh ngrebut perhatian ji yeon spy selalu dong ha yg ad d pikiran ji yeon bukannya shi hoon lg
Part 2nya onnie,ditunggu...gomawo
ReplyDeleteWahhh..ji yeon g nganggep pernyataan Dong ha dikiranya ji yeon dong ha cma ngebantu dia biar g malu di depan tmen2nya....padahal Dong Ha Tulusssss...Poor Dong Ha...
ReplyDeleteShi hoon bener2 ga ngabarin satu kali pun ke ji yeon tentang alasan dia ga dateng ke pernikahan? 6 tahun waktu yg ga sebentar lho. Deabaaaakkk laki-laki luar biasaaa... Cintanya sebesar apa?? Sampe segitunya. I Hate Shi Hoon.
ReplyDeleteMau tanya mba ni drama masih tayang di negaranya nya..?kok sinopsisnya blm lengkap... hehe he...pen
ReplyDeleteasaran sm ceritanya nich..!! Ditunggu kelanjutannya nya mba d..!!
Suka ama sikap ibu JY yg sll mendukung apa pun yg dilakukan anak nya...poor Dong ha dikacangin ji yeon...sini2 ama aq ajah....#hadeh ngarep bgt....
ReplyDelete