Let’s Eat Season 2 | Episode 2 - 1
Soo Ji mengukur berat badannya. Dan betapa terkejutnya dia saat dia melihat angka di timbangan menunjukkan 57 kg, berat badannya bertambah! Soo Ji bahkan mengulang dan membuka kaosnya, berharap timbangan bisa berkurang. Tapi ternyata sama saja, berat badannya memang bertambah.
Soo Ji terduduk lemas, tak percaya kalau berat badannya bertambah bahkan setelah dia buang hajat. Soo Ji pun mulai menyalahkan Dae Young. Gara-gara Dae Young berat badannya bertambah.
Soo Ji kembali terkejut melihat pantulan dirinya di cermin menjadi seorang ahjumma gendut. Soo Ji memegang pipinya. Dia khawatir akan kembali menjadi dirinya yang dulu. Setelah itu Soo Ji bicara pada gambar Sang Woo yang dia tempelkan di kulkas. Soo Ji meminta Sang Woo tidak khawatir, karena penambahan berat badannya hanya sementara.
“Jangan khawatir. Aku akan berolahraga untuk menjadi gadis yang kau sukai.”
Soo Ji memutuskan untuk melakukan olah raga darurat mulai hari ini. Soo Ji pun memulai gerakan olah raga, menekuk badannya kebawah sambil melipat tangan di depan dada.
Dae Young menguping dari balik pintu kamarnya. Begitu mendengar Soo Ji membuka pintu, dia menghitung sampai tiga lalu membuka pintu. Dae Young pura-pura kaget bertemu Soo Ji dan bertanya apa Soo Ji hendak berangkat kerja ke gedung pemerintahan? Soo Jin diam tak menjawab.
Dae Young yang melihat Soo Ji memasukkan koran ke dalam rumah merasa takjub. Karena orang seusia mereka saat ini tidak banyak yang membaca koran dan lebih memilih melihat ponsel mereka.
Ah, Dae Young mengerti. Tentu saja Soo Ji yang seorang penulis lebih memilih analog daripada digital. Soo Ji menatap kesal pada Dae Young. Soo Ji menyuruh Dae Young pergi. Bukankah kemarin dia sudah menyuruh Dae Young pergi? Soo Ji meminta Dae Young untuk tidak muncul di depan matanya, dan pergi ke tempat lain.
“Pada orang yang baru pindah dua hari yang lalu, bagaimana bisa kau mengatakan itu? Kau membuatku merasa kecewa. Apa sebagai penulis kau tidak tahu peribahasa: menjaga musuhmu tetap dekat?”
“Apa?”
“Kau bilang kau akan balas dendam padaku. Akan lebih mudah untuk membalas dendam jika kau didekatku. Aku tinggal di dekatmu jadi akan lebih mudah untukmu membalas dendam.” Dae Young memegang pundak Soo Ji.
Soo Ji menepis tangan Dae Young dan menendangnya. Tapi Dae Young mengelak, yang membuat Soo Ji hampir terjatuh. Dae Young meminta maaf, dia ingin menerima tendangan Soo Ji itu, tapi refleksnya terlalu bagus. Dae Young pun bertanya apa Soo Ji ingin melakukannya lagi.
Soo Ji kesal dan bergegas pergi. Dae Young berteriak, menyuruh Soo Ji untuk segera balas dendam dan menenangkan diri karena dia ingin berteman lagi dengan Soo Ji seperti dulu. Soo Ji mengumpat dengan suara pelan, hanya mulutnya yang komat-kamit. Dae Young tersenyum jahil.
***
Sang Woo mengusulkan untuk membuat daftar tempat makan yang bisa dengan mudah ditemukan oleh orang asing di buku tentang makanan Korea yang sedang mereka kerjakan saat ini. Bukan hanya di provinsi Chungcheon, tapi juga dari Seoul atau Busan.
Seorang pegawai memberitahu Sang Woo bahwa ada fax untuknya. Lalu ada telepon masuk saat Soo Ji hendak menjelaskan sesuatu, bukan hanya sekali tapi dua kali. Sang Woo keluar ruangan untuk menjawab telepon. Soo Jin senyum-senyum sendiri melihatnya.
Soo Ji menilai Sang Woo sangat bersemangat dengan pekerjaannya, seorang work a holic. In Ah bilang Sang Woo adalah seorang work a holic yang pemilih. Sang Woo hanya jadi work a holic di hari Jumat, karena takut pulang kerja tidak tepat waktu.
Sang Woo kembali, “Sudah jam 3. Penulis Park juga harus pulang sebelum jam 4, jadi kau bisa sampai di Seoul tepat waktu.”
In Ah menutup mulutnya, menahan tawa. Dengan keki Soo Ji meralat, namanya bukan Park tapi Baek, dan dia tidak punya alasan untuk pergi ke Seoul. Dia tinggal disana dan kampung halamannya juga disana. Soo Ji mengingatkan kalau dia sudah mengatakan hal itu sebelumnya.
Menghilangkan kecanggungan, Sang Woo bertanya apa Soo Ji hendak pergi ke suatu tempat di akhir pekan ini. Karena baginya sendiri tinggal di Sejong itu membosankan. Teman dan keluarganya ada di Seoul. Setelah jam 8 malam, Sejong menjadi sepi. Karena itu paling tidak dia pergi ke Seoul saat akhir pekan.
In Ah bilang kalau dia iri pada Sang Woo, karena dia akan melewati akhir pekan sendirian. Suaminya yang dokter bedah plastik terkenal di Cheongdamdong masih menerima pasien hingga Jumat malam. In Ah menyarankan Soo Ji untuk tidak menikah dengan seseorang yang terlalu bagus untuknya, karena dia akan kesepian. Soo Ji tersenyum dengan terpaksa dan mengiyakan perkataan In Ah.
Dae Young yang sudah menunggu di depan gedung pemerintah langsung memanggil Soo Ji begitu melihat Soo Ji keluar dengan In Ah dan Sang Woo. Soo Ji bingung Dae Young ada disana. Dae Young beralasan kalau dia ada pekerjaan di dekat sana.
Dae Young memperkenalkan diri pada In Ah dan Sang Woo. Dae Young pura-pura sudah mengenal mereka dari cerita Soo Ji, bahkan menyebut In Ah tampak cantik seperti cerita Soo Ji. Soo Ji awalnya bingung, tapi kemudian dia mengerti tujuan Dae Young. Apalagi sekarang Dae Young mengajak mereka makan malam bersama.
Soo Ji menyela, mengingatkan mereka kalau mereka harus segera ke Seoul. Sang Woo pamit dan segera pergi. Tapi In Ah masih ada disana, dan beralasan kalau dia pulang sekarang dia tetap akan makan sendirian. Dae Young mulai melancarkan rayuannya, dia tidak menyangka In Ah sudah menikah karena In Ah tampak masih muda. In Ah tentu saja tersanjung, karena mereka sebenarnya seumuran.
“Dia bekerja di kantor asuransi.” Soo Ji menyela. “Dia sengaja melakukan itu untuk menjual asuransi padamu.”
Mendengar hal itu tawa In Ah memudar, lalu segera pamit dengan alasan ada janji massage. Dae Young menarik tangan Soo Ji dengan kesal, kenapa Soo Ji melakukan itu padanya. Soo Ji bilang dia tahu tujuan Dae Young, Dae Young memang tidak berubah. Bahkan Dae Young mungkin tidak menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan padanya saat itu.
Dae Young meyakinkan kalau dia benar-benar menyesal. Apa yang harus dia lakukan untuk membuat Soo Ji memaafkannya? Setelah yakin Dae Young memang benar-benar ingin dimaafkan, Soo Ji meminta Dae Young membantunya menikah dengan Sang Woo.
“Apa kau berkencan dengan Sekretaris Departemen itu?”
“Tidak, kami tidak berkencan.”
“Kalian berdua saling tertarik dan kau ingin aku membantumu menikah dengannya?”
“Kami tidak saling tertarik. Dia bahkan tidak tahu namaku.”
“Lalu bagaimana kau mengharapkan aku membuatmu menikah? Bagaimana caranya?”
Soo Ji menatap Dae Young dengan pandangan menuduh. Dia tahu Dae Young tidak punya kepedulian untuk meminta maaf meski hanya seujung jari. Soo Ji lalu pergi meninggalkan Dae Young. Dae Young menyebut Soo Ji wanita aneh.
***
Nenek Jeom Yi bermain kartu dengan Ahjumma Mi Ran. Ahjumma Mi Ran tampak kesal karena di terus kalah. Nenek Jeom Yi mengajak Ahjumma untuk menyudahi permainan mereka, tapi Ahjumma tidak mau karena dia sudah kalah banyak dan ingin merebut kemenangan.
Ahjumma lalu kesal karena suaminya menelepon memintanya pulang. Nenek tertawa, karena dia sekarang tinggal sendiri, dia merasa bebas tidak perlu menjadi budak melayani lelaki tua dan bisa makan kapanpun dia ingin makan.
Ahjumma tertawa setelah melihat kartunya, dia merasa kalau sekarang dia akan menang. Tapi kesenangan itu tak berlangsung lama karena kemudian alarm di ponselnya berdering, tanda les Joo Wan sudah berakhir dan dia harus segera menjemputnya. Ahjumma segera bersiap.
“Aigo~ apakah itu keluargamu atau suamimu, kau tidak pernah punya waktu untuk bermain.” Sindir Nenek.
Nenek lalu berjalan menuju meja, dia hendak berlatih menggunakan komputer tentang apa yang sudah dia pelajari di pusat kebudayaan. Nenek menyuruh Ahjumma pergi saja dan dia yang akan menutup kantor.
Ahjumma melarang Nenek bermain komputer. Ahjumma kesal, kenapa nenek tidak membeli komputer sendiri saja, sekarang kan harga komputer murah, dan nenek bisa membelinya dengan uang yang dia dapatkan hasil bermain kartu tadi.
“Apa tempat ini terlihat seperti warnet?” Ahjumma berdecak.
“Apa? Karena kekalahan 10 ribu won, kau menjadi marah padaku? Aigo..aku muak. Baik! Aku akan membeli sebuah komputer. Lalu aku akan pindah! Siapakan uang deposit. Aku pindah!”
Nenek lalu berjalan keluar dengan marah. Ahjumma Mi Ran tak bisa berkata-kata. Rupanya setiap kali Ahjumma ngambek, Nenek selalu mengancam akan pindah rumah.
Nenek berjalan ke rumah sambil menggerutu. Dae Young yang juga baru pulang bertanya siapa yang membuat Nenek kesal. Nenek pun curhat bahwa Ahjumma Mi Ran membuat keributan dengannya karena dia ingin meminjam komputer.
Dae Young membela Nenek dan menyebut Ahjumma bersalah. Dae Young lalu mengajak nenek makan bersama.
“Jika nenek makan sesuatu yang enak saat nenek sedang kesal, nenek akan merasa lebih baik.”
Nenek setuju, dan akan mentraktir Dae Young karena nenek baru saja mendapatkan uang. Dae Young lalu mengingatkan nenek yang tidak memakai topi. Tapi Dae Young bilang jika nenek memakai topi, nenek akan terlihat sangat muda. Orang-orang akan berpikir mereka sedang pacaran dan akan menjadi skandal. Nenek tertawa, dia mungkin sebaiknya membawa Dae Young untuk tinggal bersama. Nenek menggamit lengan Dae Young.
***
Soo Ji berdiri di depan sebuah restoran yang menyajikan mie kerang dalam dua porsi. Soo Ji meyakinkan diri kalau dia bisa memesan dua tapi hanya memakan satu. Tapi keyakinan itu dipatahkan oleh dirinya sendiri, dia mungkin akan menghabiskan semuanya.
Soo Ji merengek, “Aku benar-benar ingin makan. Aku harus makan apapun yang aku inginkan karena aku makan satu kali sehari.” Soo Ji lalu memarahi dirinya sendiri. “Kau hanya akan sadar saat kau kembali menjadi seekor babi setelah memakan semua yang kau inginkan.”
Soo Jin menoleh ke arah restoran lagi, dan kembali tergoda. Dia menyalahkan daging yang muncul di depannya.
“Baek Soo Ji benar-benar hebat bicara sendiri.” Tiba-tiba Dae Young muncul mengagetkan Soo Ji.
Nenek Jeom Yi penasaran apa Dae Young dan Soo Ji menjadi dekat, karena sekarang mereka bahkan berbicara. Dae Young menjelaskan bahwa Soo Ji temannya di sekolah dasar. Nenek bilang itu adalah takdir. Soo Ji bergumam tak setuju.
Dae Young dan nenek mengajak Soo Ji makan bersama. Soo Ji akhirnya menemukan alasan untuk makan. Dia tidak mungkin menolak ajakan nenek untuk makan bersama, karena tidak sopan menolak ajakan orang tua.
Soo Ji protes pada Dae Young yang hendak menggunting kimchi. Karena menurutnya akan lebih enak jika kimchi di sobek dengan tangan. Tapi Dae Young bilang merobek dengan tangan itu tidak higienis. Dan dengan mengguntingnya membuat orang yang hanya ingin makan bagian batang atau daun saja bisa memakan bagian itu.
Nenek menengahi, memberi saran agar mereka membagi kimchi itu ke dalam dua wadah, satu digunting dan satu lagi tidak. Ye,,ada penengahnya juga.
Mie kerang datang. Dae Young akan menyingkirkan cangkang kerang dari mangkuk mie. Soo Ji buru-buru melarang, saat Dae Young sibuk melakukannya mie mereka akan mengembang. Dae Young bilang Soo Ji mengatakan banyak hal yang salah. Jika mereka tidak menyingkirkan cangkangnya, maka akan merusak makan mereka. Nenek menelan ludah, sudah tak sabar ingin makan.
Tapi Soo Ji bilang apa yang dikatakan Dae Young tadi adalah untuk seorang amatir yang tidak tahu apapun. Mereka bisa makan langsung. Soo Ji memberi contoh. Dia mengambil mie dan kerangnya langsung, memakan daging kerang langsung dari cangkangnya.
Dae Yong tak mendebat lagi, dia mengajak nenek untuk segera makan. Jika tidak Soo Ji akan menghabiskan semuanya.
Mereka pun menikmati hidangan dengan cara masing-masing. Soo Ji merobek kimchi dengan tangannya dan memakan daging kerang langsung dari cangkangnya.
Sedangkan Dae Young mengambil mie dalam mangkuk kecil, lalu menyingkirkan cangkang kerang, untuk kemudian memakan daging kerang beberapa potong sekaligus. Nenek menyeruput kuah dari piring.
Lalu Nenek, Dae Young dan Soo Ji makan daging yang dibalut daun selada.
Selesai. Dae Young mencegah nenek yang hendak minum air dingin, dan meminta pemilik restoran untuk mengambilkan air hangat. Dae Young bilang jika nenek minum air hangat, nenek bisa mencerna makanan di dalam perut lebih cepat dan itu lebih baik untuk nenek.
Nenek merasa senang dengan perhatian Dae Young. “Sebagai seseorang berusia 70 tahun, aku hanya memberi makan dan tidak pernah menerima makan. Saat aku makan dengan pria muda dari Seoul ini, dia memperhatikanku dengan sangat baik sehingga aku merasa sangat spesial.”
Dae Young merendah, nenek tidak perlu berterima kasih padanya. Karena dia menyukai nenek yang seperti itu. Soo Ji tertawa garing, lalu melanjutkan makan. Nenek bilang Soo Ji juga seperti itu sebelumnya, makan banyak. Nenek merasa Soo Ji punya perut yang sangat besar. Soo Ji pun segera menyimpan sumpitnya.
Saat Dae Young pergi untuk mengambil minuman hangat yang tadi diminta, Soo Ji meminta nenek untuk berhati-hati. Soo Ji memberitahu kalau Dae Young hendak mencoba menjual asuransi pada nenek.
Saat Dae Young datang, Soo Ji segera pamit dan berterima kasih untuk makanannya. Sementara sikap nenek sedikit berubah pada Dae Young. Mungkin nenek memikirkan perkataan Soo Ji, bahwa Dae Young baik padanya karena hendak menjual asuransi.
***
Soo Ji melakukan sit up sambil memandangi foto Sang Woo di ponsel yang dia tempatkan di kedua lututnya. Soo Ji bertekad, dia akan menjadi gadis kurus untuk Sang Woo. Selesai sit up, tiba-tiba gantungan bajunya roboh. Soo Ji kesal, andai dia punya suami dia akan meminta suaminya untuk memperbaikinya.
Bel pintu berdering. Dae Young langsung masuk ke dalam begitu Soo Ji membuka pintu. Dae Young segera mencoba memperbaiki gantungan baju Soo Ji. Soo Ji mencegah, dia tidak meminta bantuan Dae Young. Dae Young bilang dia tidak memperbaiki untuk membantu Soo Ji, tapi karena dia tidak ingin mendengar suara gantungan itu terjatuh. Rupanya gantungan itu sudah jatuh beberapa kali.
Selesai memperbaiki gantungan, Dae Young melihat-lihat apartemen Soo Ji yang sangat rapi itu. Dae Young takjub, masih ada orang yang memakai televisi model lama. Ditambah dengan koran, Dae Young bilang Soo Ji benar-benar analog. Soo Ji bilang dia akan membeli televisi baru saat dia sudah menikah.
Dae Young melihat penghargaan milik Soo Jung yang ada di atas televisi. Penghargaan Kompetisi Novel Chungcheon. Dae Young baru percaya kalau Soo Ji benar-benar seorang penulis. Soo Ji menyindir kalau itu semua berkat Dae Young, apalagi yang bisa dia lakukan sambil bersembunyi. Saat menulis ini itu, jadilah novel itu. Dae Young bergumam, kenapa Soo Ji membicarakan hal itu sekarang.
Dae Young lalu menemukan foto Sang Woo yang tertempel di kulkas. Soo Ji langsung menutupinya dengan badannya. Tapi kemudian Soo Ji membenarkan bahwa itu adalah Sang Woo.
“Kau tidak bercanda kan?”
“Apa kau pikir aku bercanda?”
Dae Young berpikir Soo Ji memintanya menjadi mak comblang itu hanya bohongan, untuk membalas dendam. Karena Dae Young sudah tahu kebenarannya, Soo Ji memastikan bagaimana caranya Dae Young mengatur pernikahan itu.
“Apa kau tahu sesuatu tentang apa yang dia sukai? Seperti pilihannya untuk makanan atau hobi?”
Soo Ji menggeleng.
“Lalu apa yang kau tahu tentang dia?”
Soo Ji berpikir, “Dia berasal dari Seoul, distrik Daechi dan dia lulusan universitas peringkat atas, dan sekarang dia tinggal sendirian di sebuah apartemen di kota Sejong.”
Dengan keterangan Soo Ji itu, Dae Young menyimpulkan bahwa Sang Woo adalah orang kaya, berpendidian, pegawai negri tingkat lima dan tampan. Dae Young lalu meledek, kenapa Soo Ji tidak memintanya membantu Soo Ji menikah dengan Pangeran Harry saja.
Soo Ji memastikan apa Dae Young mengatakan bahwa dia tidak selevel dengan Sang Woo. Dae Young mengakui Soo Ji telah kurus dan bertambah cantik, tapi tidak sampai pada titik dimana Soo Ji bisa bersama dengan Sang Woo.
Dae Young kesal, bagaimana bisa Soo Ji selalu berpikir tentang pria seperti itu. Soo Ji juga dulu mengejarnya saat mereka masih muda. Soo Ji menyangkal, dia tidak pernah mengatakan suka pada Dae Young. Terserah, ujar Dae Young.
“Bagaimanapun, aku tidak hanya akan dimanfaatkan olehmu seperti di masa lalu. Jika kau ingin mendekati pegawai negeri dengan bantuanku, kau juga harus membantuku.”
“Oke. Aku akan mendekati pegawai negeri sendiri. Itu akan menjadi jutaan kali lebih mudah untuk dilakukan daripada mencoba mengatur pernikahanmu dengan pria ini.” Dae Young lalu pergi.
Soo Ji berteriak kesal, “Apa kau pikir aku tidak bisa menikah setelah melakukan diet yang sulit ini?”
***
Sang Woo bersiap berangkat kerja. Setelah berpakaian rapi, Sang Woo mengambil kopi di dapur, mematikan televisi, dan menyalakan mesin pembersih otomatis.
Di kantor, Sang Woo mengusulkan untuk menggunakan konsep makanan Korea yang tidak terkenal. Sang Woo meminta pendapat Soo Ji dan menyebutnya (lagi) dengan Penulis Park. Soo Ji cemberut. Sedangkan In Ah tertawa terbahak-bahak, dia menilai Sang Woo benar-benar tidak tertarik pada Soo Ji.
“Maksudku.. bagaimana bisa kau memanggilnya dengan nama yang salah setiap kali bertemu?” In Ah kembali tertawa.
Sang Woo lalu meminta maaf pada Soo Ji dengan canggung. Soo Ji bilang dia baik-baik saja dan meminta Sang Woo melanjutkan perkataannya tadi. Sang Woo melanjutkan, dia menyarankan agar mereka membuat daftar makanan Korea yang tidak terkena. Sang Woo bilang karena Soo Ji bukan berasal dari Sejong mungkin topik itu akan sulit.
Tawa In Ah meledak lagi. In Ah bilang Sang Woo benar-benar tidak tertarik pada Soo Ji. Di setiap rapat, Soo Ji bilang kalau kampung halamannya disini, tapi Sang Woo kembali salah. Sang Woo tampak tak enak hati. Dia lalu meminta maaf pada Soo Ji, dan beralasan kalau dia kurang tidur jadi terus membuat kesalahan. Soo Ji hanya tersenyum. Sang Woo mengajak mereka untuk rehat sebentar.
In Ah heran apa Sang Woo tidak bisa tidur banyak di akhir pekan. Sang Woo mengalihkan pembicaraan dengan bertanya bagaimana bisa In Ah pulang-pergi kerja setiap hari ke Seoul? Dia saja yang hanya pulang-pergi di akhir pekan merasa lelah.
In Ah bilang dia juga lelah, tapi apa yang bisa dia lakukan, suaminya tidak bisa berpisah dengannya. Dan dia benar-benar tidak bisa meminta suaminya membuka klinik di Sejong, karena seperti yang diketahui banyak orang suaminya itu dokter operasi plastik terbaik di Cheongdamdong. Soo Ji tersenyum paksa, dan diam-diam dia menunjukkan jari tengahnya pada In Ah di bawah meja.
***
Hye Rim, seperti biasanya bersolek sambil menjaga swalayan. Dan ada seorang pria yang menatapnya dengan kagum. Dae Young ada di swalayan membeli sepasang kaos kaki sambil menjawab telepon. Di telepon Dae Young membicarakan tentang acara reunian dengan teman-teman sekolah dasarnya.
Dae Young lalu membayar, dilayani oleh pria yang tadi menatap Hye Rim. Melihat pria itu, Dae Young menatap heran pada Hye Rim.
***
Nenek memberi makan anjing kecil. Dae Young datang dan menyapa nenek. Nenek lalu berdiri dengan kepayahan. Dae Young menyarankan nenek pergi ke rumah sakit karena tulang sendi nenek pasti sudah lemah. Dae Young pun bertanya apakah nenek sudah punya asuransi untuk perawatan orang tua.
Dae Young hendak menjelaskan tentang asuransi itu, tapi kemudian nenek menyela. Nenek meminta Dae Young mengajarinya mengunduh aplikasi di ponsel. Dae Young pun mengajarinya. Nenek tampak kesulitan melihat ponsel.
Melihat itu Dae Young kembali melancarkan aksinya. Dia bilang tubuh itu memang penting, tapi oran bilang mata lebih penting. Mobil-mobil berjalan dengan cepat, bagaimana jika nenek kecelakaan, banyak biaya yang harus di keluarkan.
Dae Young hendak menjelaskan lanjut tentang asuransi, tapi nenek kembali menyela. Nenek meminta Dae Young memperbaiki karet pintu di rumahnya. Dae Young tidak menyerah untuk meyakinkan nenek.
“Waktu berlalu. Sepertinya Tahun Baru baru saja kemarin, tapi sekarang sudah April. Waktu berlalu dan aku bertambah tua.. Bertambah tua artinya tubuhmu menjadi lemah jadi kau harus berhati-hati.”
“Itu benar. Oh, apa yang harus aku lakukan?” Nenek tampak bingung. “Aku ada latihan dansa. Aku benar-benar lupa. Aku akan terlambat. Apa yang harus aku lakukan?”
Nenek segera bersiap. Lalu meminta Dae Young yang punya mobil untuk mengantarnya.
***
Bersambung ke bagian 2~
Komentar:
In Ah ini sebenarnya kesepian, tapi dia selalu menyombongkan tentang suaminya yang seorang dokter plastik terkenal. Jadi penasaran, apa memang benar suaminya dokter terkenal, atau hanya bualan saja.
Sang Woo juga pria kesepian. Dia menyalakan televisi besarnya di rumah bukan untuk ditonton, tapi hanya untuk memecah keheningan di rumah. Agar tidak terlalu terasa kalau dia sendirian.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteYg di tangga lucu adegn soo ji sm dae young jgn2 in Ah cm ngmg doang klw suaminya dr bedah plstk terknl seruh.makin sk sm doojoon#mian salh fokus.
ReplyDelete