Sinopsis I HEAR YOUR VOICE Episode 11 - 1
Hye-sung berbicara
dengan Soo-ha di ruang tunggu persidangan, sebelum sidang di mulai setelah jeda
rehat episode sebelumnya.
Hye-sung: “Kau
mengerti apa yang baru saja ku katakan, kan? Mulai sekarang kali akan mengganti
strategi. Kita akan mengatakan bahwan Min Joon-guk masih hidup. Keluar dari
tersangka yang tersisa--”
Soo-ha mengalami
kilasan ingatan, dia seperti sedang mengacungkan sesuatu pada Joon-guk. Soo-ha
memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya, dia ketakutan.
Hye-sung: “Jadi,
jika kau bisa, jangan merasa
terintimidasi oleh juri. Mengerti?”
Hye-sung berdiri dan
akan berjalan pergi, tangannya ditahan oleh Soo-ha yang ketakutan.
Soo-ha: “Bagaimana
kau bisa mempercayaiku lebih daripada diriku sendiri? Bagaimana kau sangat
yakin bahwa aku bukan penjahatnya?”
Hye-sung: “Aku sudah
mengatakannya padamu. Kau berjanji padaku bahwa kau tidak akan pernah membunuh
Min Joon-guk.”
Soo-ha: “Kau percaya
padaku karena janji itu? hanya karena sebuah janji?”
Hye-sung duduk
kembali dan memegang tangan Soo-ha.
Hye-sung: “Apa kau
tahu orang seperti apa kau ini? Untuk memegang sebuah janji yang bahkan aku
tidak mengingatnya, kau mencariku selama 10 tahun. Tidakkan itu bisa
dimengerti? Hanya untuk memegang sebuah janji, kau melakukannya untuk 10
tahun.”
Soo-ha terlihat
lebih tenang.
Kembali ke ruang
sidang.
Hye-sung maju ke
depan menghadap jaksa dan juri, “Seperti yang anda katakan, aya menerimna bahwa
kamu melemparkan kecurigaan lain, tanpa adanya bukti. Tapi, anda mengatakan
bahwa hanya ada satu orang yang cocok dengan semua bukti yang ada, kita
berpikir bahwa terdakwa, Park Soo-ha
adalah penjahatnya. Tapi, terus terang, ada satu orang lagi.”
Jaksa dan juri
tercengang.
Hye-sung: “Orang itu
ada di tempat kejadian, cocok dengan semua bukti, dan juga memiliki catatan
panggilan. Juga menggunakan pisau sebagai senjata dan memiliki cukup tenaga
untuk memotong satu tangan.”
Hakim Kim: “Siapa
itu?”
Hye-sung menghadap
hakim: “Itu adalah korban, Min Joon-guk.”
Hakim Kim setengah
berteriak, “Apa maksudmu? Min Joon-guk adalah seseorang yang mati dalam kasus
ini! Bagaimana mungkin dia menjadi tersangka?”
Hye-sung: “Yang
mulia dan para juri, kami percaya bahwa korban, Min Joon-guk, masih hidup.”
Episode 11
I’m Sorry, I Hate You
Hakim Kim: “Jaksa
dan Pembela, bisakah kalian mendekat ke meja hakim sebentar?”
Jaksa dan Pembela
mendekat ke meja hakim. Hakim Kim menutup mikrofonnya.
Hakim Kim: “Pembela,
mengapa kalian seperti ini? Sesuatu yang penting seharusnya diberitahukan
sebelum persidangan.”
Kwan-woo berbisik:
“Jika kami mengetahuinya lebih cepat, kami pasti memberitahumu. Tapi apa yang
bisa kami lakukan jika kami baru saja terpikir saat ini?”
Jaksa: “Ini adalah
perkiraan yang buruk. Kau tahu itu kan?”
Hye-sung: “Kami
tahu. akan tetapi, bahkan jika ini memang perkiraan yang buruk, ini adalah
sebuah pengajuan yang bagus. Untuk kepentingan terdakwa.”
Do-yeon: “Ini Sidang
juri. Jaksa tidak akan menerima bukti atau saksi tambahan apapun.”
Kwan-woo: “Kami akan
mencobanya berdasarkan pada bukti yang telah ada.”
Hakim Kim terlihat
agak stress, “Baiklah. Tapi kalian harus tahu bahwa kami membuat pengecualian
yang tidak biasa untuk kasus ini.”
Kwan-woo dan
Hye-sung: “Terima kasih.”
Hakim Kim:“Mari kita
mulai dengan sesi bertanya pada saksi Hwang Dal-joong.”
Hakim Kim menyuruh
semuanya kembali ke tempatnya, dan menghela nafas panjang. Hakim Kim ini entah
kesal, stress, atau frustasi. J
Hwang Dal-joong
dihadirkan sebagai saksi.
Kwan-woo: “Sampai
sekarang, kau telah dihukum selama 26 tahun untuk kejahatan pembunuhan memutilasi
istrimu, benar?”
Dal-joong: “Benar.”
Kwan-woo: “Pada saat
itu, karena hanya tangan kiri istrimu yang ditemukan, panggilan untuk kasus itu
adalah kasus Pembunuhan Tangan Kiri, benar?”
Dal-joong: “Benar.”
Kwan-woo: “Saat
menghabiskan waktu bersama dengan korban Min Joon-guk, pernahkah kau mengatakan
padanya tentang kasus ini?”
Dal-joong: “Ya.
Pernah.”
Kwan-woo: “Kau
mendengar bahwa Min Joon-guk telah dibunuh, benar?”
Dal-joong: “Benar.”
Kwan-woo: “Bukti
yang menunjuk pada pembunuhan korban, Min Joon-guk, adalah tangan kirinya yang
ditemukan di tempat kejadian. Apa kau tahu itu?”
Dal-joong: “Tidak.”
Kwan-woo: “Tidakkah
kau berpikir bahwa kasus ini secara kebetulan sangat mirip?”
Dal-joong: “Ya. Aku
pikir juga begitu.”
Kwan-woo menghadap
juri: “Lalu, mari kira berpikir tentang skenario berikut. Saat itu, korban, Min
Joon-guk dicari (buron) untuk percobaan pembunuhan dan pembalasan, dia
mendengar tentang kejadian Tangan Kiri dari saksi dan mendapatkan sebuah ide.
Agar terbebas selamanya dari pencarian polisi, dia juga dapat membalas dendam
pada terdakwa, Park Soo-ha. Dengan demikian, dia memotong tangan kirinya
sendiri dan membuatnya seperti Park Soo-ha melakukan pembunuhan mutilasi.”
Jaksa menginterupsi:
“Yang mulia, Pembela sekarang sedang membelokkan fakta dengan perkiraan.”
Kwan-woo langsung
menaggapi setengah membentak, “Bukankah tuntutan jaksa juga berdasarkan
perkiraan? Hanya tangan kiri yang ditemukan! Bagian dari tubuhnya yang lain
tidak ditemukan dimanapun. Sejak awal, tanpa tubuh, menyebut kasus ini sebagai
pembunuhan adalah perkiraan. Tidak, itu salah, menurut saya.”
Kwan-woo menunjuk
Jaksa, yang tidak bisa membalas perkataan Kwan-woo.
Hye-sung mengangguk.
Hakim Kim juga tampak setuju dengan Kwan-woo dan juri manggut-manggut.
Hye-sung yang sejak
tadi menulis sesuatu di telapak tangannya, diperhatikan oleh Soo-ha.
Saksi kedua. Petugas
polisi, Pakpol.
Jaksa: “Pada 30 Mei
2012, apakah Park Soo-ha datang ke kantor polisi dan mengancammu?”
Pakpol ini terlihat takut-takut melirik ke Soo-ha, “Huh? Ya.”
Pakpol ini terlihat takut-takut melirik ke Soo-ha, “Huh? Ya.”
Jaksa: “Ancaman
seperti apa itu?”
Pakpol agak lama
baru menjawab, dia menirukan kata-kata Soo-ha waktu itu, “Jika kalian tidak
melakukan tindakan, aku mungkin akan mencari Min Joon-guk dan membunuhnya.
Itulah yang dia katakan.”
Soo-ha menatap tak
percaya pada Pakpol.
Jaksa: “Jika Min
Joon-guk telah dibunuh, siapa orang pertama yang kau, saksi, akan dijadika
tersangka?”
Pakpol takut-takut
menjawab: “Park Soo-ha…”
Jaksa tersenyum
senang, “Cukup.”
Hye-sung terlihat
kesal. Pakpol melihatnya dan segera memalingkan wajah.
Pengacara Shin menandain
bukti-bukti yang di patahkan oleh tim pengacara.
Kwan-woo: “Saksi,
pada 31 Mei 2012, kau kehilangan senjatamu, aku benar?”
Pakpol terkejut: “Huh?...”
Pakpol terkejut: “Huh?...”
Dia lalu melirik
Hye-sung, dan mendapat “ancaman” darinya lewat isyarat, “Jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya, aku akan membunuhmu. Aku
mengawasimu.”
Pakpol mengangguk
pelan, “Ya, aku melakukannya.”
Kwan-woo: “Apakah
kau menuduh Park Soo-ha sebagai pencurinya?”
Pakpol: “Ya..”
Kwan-woo: “Apakah
Park Soo-ha benar mencuri senjatanya?”
Pakpol: “Tidak,
tidak! Itu hanya kesalahanku.”
Kwan-woo: “Apakah
kau, sebagai akibat dari ‘kesalahan’ itu, menuduh Park Soo-ha sebagai pembunuh
Min Joon-guk?”
Pakpol tergagap,
“Itu…itu..aku tidak…”
Kwan-woo
menghentikan sesi bertanyanya, “Cukup.”
Juri mensilang
catatannya, Pengacara Shin juga mencoret catatannya.
Do-yeon: “Pisau ini,
yang diduga digunakan saat pembunuhan, adalah pisau yang selalu bawa dalam
kesehariannya dan terdapat sidik jari terdakwa di keseluruhannya.”
Kwan-woo: “Di pisau
tersebut, sidik jari Min Joon-guk juga ditemukan. Juga, satu minggu sebelum
kejadian, saat korban Min Joon-guk melukai Park Soo-ha dan Jan Hye-sung, itu
adalah pisau yang dia bawa lari bersamanya. Itu berarti bahwa korban, Min
Joon-guk, orang terakhir yang memegang pisaunya.”
Jaksa: “Jika anda
melihat catatan panggilan korban, Min Joon-guk, orang terakhir yang dia telpon
terdakwa Park Soo-ha.”
Hye-sung: “Disisi
yang melakukan panggilan telpon adalah korban dan terdakwa menerima telpon.
Jika tujuannya untuk bertemu dan membunuh, maka orang yang memulai telpon pasti
adalah terdakwa.”
Do-yeon: “Terdapat
jumlah darah yang sangat banyak di tempat kejadian, dan juga potongan tangan
kiri ditemukan. Pembela terdakwa pasti mempunyai cukup bukti untuk menetapkan
bahwa korban, Min Joon-guk masih hidup.”
Kwan-woo: “Mendekati
seperti yang dikatakan Jaksa, mereka juga pasti mengajukan cukup bukti untuk
membuktikan bahwa korban benar-benar sudah meninggal. Jumlah darah yang banyak
tidak cukup untuk menyatakan kematian. Juga, hanya sebuah tangan kiri bukanlah
bukti suatu kematian.”
Juri membuat catatan
lagi.
Pengacara Shin
melihat catatannya, “Kalian melakukannya dengan baik. Hampir semua bukti telah
di balikkan.
Kwan-woo kembali
ketempatnya dan sempat bertukar tos dengan Kwan-woo.
***
Yoo-chang memakan
buah di toko buah itu.
Yoo-chang: “Wow, ini
enak sekali. Bibi, berapa harga untuk satu kotak?”
Moon Suk-nam: “ 50
ribu won. Jik kau ke Seoul, ini 10 ribu won hanya untuk satu buah.”
Yoo-chang: “Bisakah
kau membungkusnya dengan rapi jadi aku bisa membawanya?”
Suk-nam tersenyum: “Tentu saja. Kau mau satu kotak?”
Suk-nam tersenyum: “Tentu saja. Kau mau satu kotak?”
Yoo-chang juga
tersenyum, “Tidak. Dua kotak.”
Suk-nam tertawa
senang, “Oke.”
Yoo-chang: “Tapi
bibi… Bagaimana rupa Park Soo-ha saat kau bertemu dengannya? Orang-orang bilang
dia sangat cantik. Apakah dia sangat menarik?”
Suk-nam: “Well, tubuhny
menggairahkab, jadi, dia sangat menarik.”
Yoo-chang
tercengang, si bibi masuk jebakannya, “Oh benarkah? Park Soo-ha seorang
laki-laki. Lihat, kau tidak pernah bertemu langsung dengannya. Lalu, bagaimana
kau merubahnya?”
Si bibi berubah
menjadi marah, “Pergi! Kau datang untuk mengambil uang hadiahku, kan? Aku tidak
akan menjual ini padamu. Pergi! Pergi!”
Si bibi memukuli
Yoo-chang dengan pemukul lalat.
Yoo-chang: “Aku
tidak datang untuk mengambil uangmu. Sumpah! Kadi katakan padaku! Bagaimana kau
mengetahui untuk melaporkannya?”
Si bibi memukul lagi
dan masuk ke dalam tokonya.
Yoo-chang akan masuk
juga, tapi di kunci dari dalam, “Bibi! Bibi! Buka pintunya!”
***
Ruang sidang.
Hakim Kim: “Kita
telah menyelesaikan penyajian bukti dan akan memulai pernyataan penutup. Mari
kita mulai dengan jaksa terlebih dahulu.”
Do-yeon maju
menghadap juri.
Do-yeon: “Setahun
yang lalu, ada sebuah kasus pembunuhan yang ak tanagani. Itu adalah kasus
dimana si penjhat mencari ibunya yang akan menyakiti dan membunuhnya dengan
menggunakan api kebakaran.”
Hye-sung, juga
Kwan-woo mendengarkannya dalam diam.
Do-yeon: “Ada banyak
cukup bukti untuk mengatakan bahwa terdakwa saat itu adalah kriminal. Ada
banyak bukti yang memiliki hubungan rasa permusuhan. Dan di terlihat sebagai
orang terakhir di depan CCTV toko sebelum itu di manupulasi. Di kepala korban
tedapat luka yang diakibatkan oleh dua kali pukulan senjata tajam. Korban benar-benar
terlihat seperti dibunuh.”
Do-yeon menghadap
dan menghormat pada hakim.
Do-yeon: “tentu
saja, berdasarkan kriteria saya. Namun, pengacara menyatakan bahwa itu bukan
pembunuhan melainkan sebuah kecelakaan. Dua retak di kepala adalah akibat dari
arrhythmia, CCTV rusak secara kebetulan, dan kebakaran adalah kebakaran tak
disangka, buka sengaja dibakar.”
Kwan-woo tampak
merasa sangat terpukul. Soo-ha yang kurang mengeri menatap Hye-sung dan
Kwan-woo.
Do-yeon: “Pengacara mengatakan bahwa itu adalah sebuah kecelakaan dibuat oleh kebetulan yang mengerikan. Dan bahwa terdapat keraguan yang beralasan, penjahatnya di bebaskan. Lalu, segera setelah dibebaskan, di pergi menemui orang-orang yang melawannya di pengadilan dan melakukan dendam dan mengancam mereka. Dari sekian banyak bukti, kami hanya memberi nilai 80 dari 100, maka dia dibebaskan...
....Karena menunggu 20 bagian dapat berkumpul untuk membuat sebuah gambar yang berbeda, yang akan menimbulkan kecurigaan yang beralasa, terdakwa dinyatakan tidak bersalah. 100 bagian dari puzzle gajah, memasangnya hanya 80 bagian tidak akan membuatnya terlihat seperti harimau atau kucing. Jika kau hanya menggabungkan 80 bagian, bahkan anak TK bisa mengatakan bahwa itu adalah seekor gajah...
...Lihatlah pada puzzle
yang aku tunjukkan hari ini, kalian tahu gambar apa itu. Sidik jari terdakwa
dalam pisau, hubungannnya, catatan ponsel, pengakuannya dan tangan kiri. Aku
memohon pada kalian untuk persidangan yang adil, jadi semua bukti tidak akan
menjadi sia-sia seperti persidangan tahun lalu. Dan juga tidak untuk memberikan
keputusan yang salah.”
Semua tegang.
Kemudian hakim menyuruh pembela untuk melakukan pernyataan penutup.
Kwan-woo akan
beranjak duduk, lalu ditahan Hye-sung.
Hye-sung: “Aku akan
melakukannya. Biarkan aku melakukannya.”
Hye-berdiri di depan
juri.
Hye-sung: “Pertama,
aku berterima kasih pada kalian semua untuk tetap bersama kami dalam
persidangan yang panjang ini. Sebelum kesimpulan, aku yang ingin kalian mengetahui
suatu hal. Ini tentang kasus yang baru saja dibicarakan oleh jaksa. Korban dalam
kasus itu adalah ibuku.”
Hye-sung menahan
tangisnya. Terjadi kegaduhan dalam ruangan sidang, mereka tidak menyangka jika
itu ibunya Hye-sung.
Hye-sung: “Pada saat
itu, aku mengatakan kecurigaan yang beralasan itu, akhirnya, pembebasan
kriminal, asumsi tidak bersalah, adalah aturan yang seharusnya menjadi makanan
hewan. Aku ingin mencekik siapa orang yang membuat aturan itu. akan tetapi, aku
mengetahuinya hari ini mengapa prinsip menyebalkan ini dibutuhkan.”
Hye-sung menatap
Soo-ha, “Terdakwa tidak memiliki ingatan apapun tentang apasaja yang terjadi
setahun yang lalu. Dan, tangan kiri korban Min Joon-guk ditemukan, ada 2
kejadian yang bisa terjadi. Yang pertama adalah bahwa terdakwa benar-benar
membunuh korban. Atau Min Joon-guk membuat seluruh skenario dan kemudian pergi
bersembunyi.”
Hye-sung kepada
juri, “Saat menyaksikan persidangan ini.. jika dalam pikiran anda, keduanya
memiliki kemungkinan alasan yang sama, maka terdakwa harus dibebaskan. Jika
mengalami keraguan, memberikan keuntungan pada terdakwa adalah prinsip dari
persidangan kriminal. Jaksa mengatakan bahwa kasus ini seperti 100 bagian
puzzle dengan 20 bagian menghilang. Tentu saja, walaupun 20 bagian menghilang,
puzzle gajah tidak akan berubah menjadi puzzle singa. Akan tetapi, karena
kehilangan 20 bagian, seseorang tidak bisa mengatakan bahwa gajah menggunakan
kakinya untuk membunuh seseorang atau menendang bola.”
Hye-sung
melanjutkan: “Jika anda hanya menyimpulkan, mengabaikan 20 bagian yang hilang
dan melihat pada gambar tanpa bagian kaki bahwa gajah tersebut melangkahi
seseorang yang bisa membunuhnya, apa yang akan terjadi? Jika anda membunuh
gajah itu dan menunggu 20 bagian yang menghilang ditemukan sesudahnya, yang
menunjukkan bahwa sesungguhnya gajah itu hanya menendang bola, apa yang akan
anda lakukan? Anda tidak bisa menghidupkan kembali gajah yang sudah mati.”
Hye-sung menghadap
Soo-ha, “Begitu juga dengan terdakwa. Jika dia menerima keputusan yang tidak
adil dengan dipenjara bertahun-tahun...jika dia menghabiskan waktu terbaiknya
di dalam penjara, kita tidak bisa mengembalikan waktu itu padanya.”
Hye-sung mengahadap
hakim lagi, “Inilah mengapa kami membutuhkan prinsio menyebalkan itu.”
Hakim menghela
nafas..
Hye-sung menghadap
juri sambil menahan tangisnya, “Ini adalah prinsip mengerikan yang membebaskan
pembunuh ibuku, tapi juga dapat menyelamatkan terdakwa yang sekarang ada
dihadapanku. Prinsip yang seperti tali tipis dimana kami bergantung padanya
dengan penuh harapan.”
***
Kwan-woo sedang
menelpon Yoo-chang di tangga di luar ruang persidangan.
Kwan-woo: “Para juri
baru saja melakukan perundingan. Dimana kau?”
Yoo-chang: “Aku
berada di perjalanan menuju Seoul.”
Kwan-woo: “Kau tidak
menemukan apapun tentang Moon Sung-nam?”
Yoo-chang: “Ya. Aku
tetap menunggu, tapi dia tidak keluar juga.”
Kwan-woo: “Baiklah.
Sampai ketemu besok.”
Kwan-woo melihat
Hye-sung berjalan di bawah, dia akan memanggilnya, tapi ada Do-yeon yang
memanggilnya terlebih dulu.
Do-yeon membalikkan
badan Hye-sung, memegang lengannya, “Jang Hye-sung.”
Hye-sung: “Ya. Ada
apa?”
Do-yeon: “Biarkan
aku menanyakan sesuatu. Apa kau tidak merasa bersalah pada ibumu?”
Hye-sung: “Tidak.
Mengapa?”
Do-yeon: “Metode
yang baru saja kau gunakan adalah metode yang sama dengan yang digunakan
Pengacara Cha dalam kasus Min Joon-guk, apa kau tahu? Kau tahu?”
Hye-sung: “Aku
tahu.”
Do-yeon: “Lalu, apa
kau mengatakan bahwa Pengacara Cha benar?”
Kwan-woo
mendengarkan pembicaraan mereka, tanpa di sadari oleh mereka.
Do-yeon: “Dengan
logika seperti itu, dia membebaskan seseorang yang membunuh ibumu.”
Do-yeon terlihat
emosi, sedangkan Hye-sung terlihat tidak bersemangat.
Hye-sung menurunkan
tangan Do-yeon dari lengannya.
Hye-sung: “Ya. Aku
berpikir Pengacara Cha melakukan apa yang harus dia lakukan sebagai seorang
pengacara.”
Do-yeon: “Aku merasa
sangat sedih untuk ibumu. Jika dia tahu, dia akan sangat kecewa.”
Hye-sung: “Tidak.
Dia akan mengatakan bahwa aku benar. Bahwa aku melakukan hal yang benar. Dia
akan mengatakan aku telah melakukannya dengan baik.”
Kwan-woo
berkaca-kaca mendengar perkataan Hye-sung.
Do-yeon: “Aku tidak
berpikir seperti itu.”
Hye-sung: “Dia
ibuku. Aku mengenalnya dengan baik. Aku yakin, dia akan mengatakan padaku bahwa
aku melakukannya dengan baik.”
(Ya benar, ibu
Hye-sung pasti akan mengatakan itu, bahkan di akhir hidupnya, ibu masih tetap
mengatakan bahwa Hye-sung melakukannya dengan baik.)
Hye-sung kemudian
berjalan pergi. Kwan-woo sudah meneteskan air matanya.
***
Hye-sung di toilet,
membersihkan coretan di tangannya. Dia meneteskan air mata, dan berbicara pada
cermin seolah berbicara dengan ibunya.
“Ibu.. aku benar,
kan? Aku melakukannya dengan baik, kan?”
Hye-sung sudah tidak
bisa menahan isak tangisnya, dia menangis keras.
Di luar, ternyata
ada Kwan-woo yang mendengar kata-kata dan tangisan Hye-sung. Kwan-woo ikut
menangis.
(Aku baru liat
akting menangis aktor ini, bagus juga, waktu dia jadi Oska di SG, gak pernah
liat dia nangis seperti ini..)
***
Kwan-woo menemani
Soo-ha di ruang tunggu.
Soo-ha: “Jam berapa
ini?”
Kwan-woo melihat jam
di tangannya, “10.50.”
Soo-ha: “Ini
menghabiskan waktu lebih lama dari pada yang aku perkirakan.”
Kwan-woo: “Aku kira
mereka berpikir lebih lebih panjang untuk ini. Itu akan berakhir dengan cepat
jika mereka semua memiliki pemikiran yang sama.”
Kwan-woo menghadap
Soo-ha, “Walaupun jika nanti kita kalah, jangan khawatir. Kita dapat mengajukan
banding.”
Soo-ha: “Aku ingin
mengatakan ini sebelum keputusan. Terima kasih untuk kerja kerasmu hari ini.” Soo-ha membungkuk pada Kwan-woo.
Kwan-woo: “Tidak…itu
yang ingin aku katakan. Kau mungkin tidak mengingatnya, tapi aku berhutang
padamu. Pada Pengacara Jjang juga. Aku belum membayar hutang iu. Jadi, itulah
mengapa kau tidak bisa berada di dekat Pengacara Jjang. Persidangan hari ini
adalah kesempatan untukku. Kesempatan untuk kembali ke sisi Pengacara Jjang.”
Soo-ha tampak
berpikir, “Kau sepertinya menyukai Pengacara Jjang.”
Kwan-woo tersenyum,
“Ya. Sangat.”
Lalu petugas
memberitahu mereak untuk bersiap-siap, karena pembacaan keputusan akan segera
dilakukan.
***
Ruang sidang.
Hakim Kim: “Aku akan
membacakan keputusan untuk kasus Park Soo-ha. Terdakwa, silahkan berdiri.”
Soo-ha yang terlihat
tegang pun kemudian berdiri.
Hakim Kim kemudian
membacakan keputusan.
“Terdakwa, Park
Soo-ha telah dituntut untuk pembunuhan Min Joon-guk. Terdakwa menyatakan bahwa
dia tidak melakukan pembunuhan dan mengajukan pembelaan tidak bersalah.
Keputusan resmi, hasilnya adalah 5 banding 4. Berdasarkan hasil juri, aku akan
menetapkan keputusan dari persidangan ini. Dalam persidangan kriminal,
pengakuan kebenaran harus didasarkan pada bukti. Sebagai tambahan, penetapan
bersalah tidak hanya ditentukan oleh bukti langsung, tapi juga dapat ditetpkan
berdasarkan bukti tidak langsung.”
Do-yeon menghela
nafas lega.
Hakim: “Bahwa
terdakwa, Park Soo-ha, mengakui kejahatannya sangat cepat dalam penyelidikan
polisi, fakta bahwa tangan kiri korban ditemukan di tempat kejadian, dan
terlihat tidak ada tanda-tanda kehidupan. Jika kau mengambil pertimbangan bahwa
senjata pembunuhan memili sidik jari terdakwa, terdakwa membunuh korban karena
dendam, dan ada kemungkinan bahwa mungkin dia memotong korban. Dalam hal ini,
tedakwa membunuh korban seperti yang dituduhkan, kami akan melihat jika ada
bukti nyata.”
Hakim membalikkan
halaman kertas keputusan, “Pertama, pengakuan terdakwa sama dengan apa yang
dituduhkan, karena terdakwa menderita amnesia, maka kebenarannya diragukan.
Juga, dengan pisau yang bahkan tidak memiliki ukuran 20 cm, memotong korban
yang memiliki berat mendekati 80 kg ke dalam potongan-potongan kecil sangat
tidak memungkinkan, bahwa mayat korban atau bentuk fisik lainnya tidak
ditemukan, juga fakta bahwa korban telah
dibunuh dan kemungkinan lainnya, adalah situasi di mana kami merasa ragu.”
Do-yeon ingin
menyangkal sepertinya, tidak percaya dengan keputusan juri.
Hakim: “Terutama
korban dengan licik menunjukkan sisi kelicikannya. Juga, dengan fakta dari
kasus Hwang Dal-joong, yang dipenjara dalam sel yang sama dengan korban, fakta
bahwa kasus ini sangat mirip, jadi kemungkinannya sangat tinggi bahwa korban
melukai dirinya sendiri dan melarikan diri.”
Hye-sung tersenyum,
ada harapan untuknya.
Hakim: “Akhirnya,
dengan memperhatika tuntutan pada kasus ini, kami tidak dapat melihat bahwa
tidak ada bukti layak, dan dalam situasi seperti ini, dalam keraguan, mengukuti
prinsip kriminal yang cocok bahwa terdakwa tidak ada lagi alasan untuk di
adili. Berdasarkan akhir undang-undang kriminal 325, terdakwa….tidak bersalah.”
Kwan-woo mengepalkan
tangannya gembira. Soo-ha menghela nafas lega. Hye-sung menelungkupkan
tangannya ke wajah, lega. Do-yeon menundukkan kepalanya, kecewa. Hadirim
tersenyum bahagia. Pegacara Shin mengepalkan tangannya dan berucap, “Kau
melakukannya dengan baik.”
Hakim pun terlihat
cukup lega. Juri menganggukan kepalanya dan tersenyum.
Hye-sung tersenyum
pada Soo-ha.
***
Hakim Kim tampak
keluar ruangan dengan gagah. Beberapa saat kemudian dia limbung dan hampir
tejatuh, untung segera ditangkap oleh rakannya.
Hakim 1: “Apa kau
baik-baik saja?”
Hakim 2: “Apa kau
merasa kurang sehat?”
Hakim Kim: “Aku
gugup…karena itu aku merasa sangat lemas.”
(Lucu liat adegan
ini… ^^)
***
Soo-ha diam berdiri
di depan ruangan sidang. Dia berkata dalam hatinya, “Ke mana aku harus pergi sekarang?”
Lalu ada Hye-sung
menghampirinya.
“Apa yang kau
lakukan disini tanpa pulang ke rumah?”
Soo-ha: “Aku ingin
pulang ke rumah, tapi aku tidak ingat dimana tempatnya.”
Hye-sung: “Aku akan
mengantarmu, aku tahu dimana alamatmu.”
Soo-ha tersenyum,
“Ya..”
***
Kwan-woo berdiri di
ruangan sidang yang gelap, lalu datang Pengacara Shin menghampirinya.
Pengacara Shin: “Apa
yang kau lakukan? Ini sudah larut.”
Kwan-woo: “Aku ingin
mengingat ini dalam ingatanku… apa yang telah terjadi… hari ini dan waktu ini.”
Pengacara Shin:
“Hmm? Apa maksudmu?”
Kwan-woo: “Mulai
sekarang, aku akan terluka saat mencoba membela seseorang. Seperti kasus Min
Joon-guk. Mengecilkan hati dan terluka dengan kebohongan terdakwa. Dan akan ada
banyak momen tidak berharga. Dan saat itu terjadi, aku akan merasa ingin
melepaskan pekerjaanku sebgai seoran pengacara. Benarkan?”
Pengacara Shin
tersenyum, “Ya. Mungkin..”
Kwan-woo: “Setiap
kali itu terjadi aku akan mengingat persidangan hari ini. Dengan itu, aku akan
memegangnya dengan kuat. Saat itu akan segera datang, dimana itu akan menghapus
semua kepedihan dan kenangan buruk. Untuk saat itu, aku akan memegangnya erat
dengan seluruh kekuatanku.”
Kwan-woo
berkaca-kaca, dia menyadari bahwa pedihnya menjadi seorang pengacara. Pengacara
Shin memegang pundaknya menenangkan.
***
Hye-sung sampai di
apartemen Soo-ha. Hye-sung ternyata tahu alamat Soo-ha dari berkas persidangan.
Begitu sampai Hye-sung langsung pergi meninggalkan Soo-ha.
Hye-sung: “Kita
sudah sampai, apartemen nomor 804. Masuklah, aku pergi.”
Soo-ha hanya
tersenyum. Kemudian dia bingung berapa password pintu apartemennya. Dan
ternyata Hye-sung kembali lagi untuk mengecek.
Hye-sung: “Apa yang
kau lakukan, kenapa tidak masuk?”
Soo-ha: “Aku tidak
mengingat kodenya.”
(Lagian Hye-sung,
udah tau Soo-ha hilang ingatan, masa dia bakal tau kodenya….)
Hye-sung lalu
menelpon tukang yang bisa mengubah password. Dan mereka akan datang dalam 30
menit.
Hye-sung duduk
berjongkok di lantai, bersebrangan dengan Soo-ha. Hye-sung tampak kelelahan.
Sudah lewat 30
menit, tapi tukangnya belum juga datang.
Lampu mati, Hye-sung
menepuk tangannya dan lampu menyala lagi.
Soo-ha: “Apa kau
khawatir, Pengacara?”
Hye-sung: “Tentang
apa?”
Soo-ha: “Jika Min
Joon-guk masih hidup, apakah kau dalam bahaya?”
Hye-sung: “Mungkin.”
Soo-ha: “Jika aku
benar-benar membunuh Min Joon-guk kau tidak akan khawatir, benar kan?”
Hye-sung sedikit
membentak, “Jangan bicara omong kosong. Ini 100 kali lebih baik bahwa Min
Joon-guk masih hidup daripada kau menjadi seorang pembunuh.:
Soo-ha menunduk,
seperti anak kecil yang menyadari kesalahannya, “Baik.”
Lampu mati lagi,
tapi Hye-sung diam saja. Lalu Soo-ha yang menepuk tangannya.
Lampu menyala dan
Soo-ha melihat Hye-sung yang tertidur.
Soo-ha pindah
mendekat dan memandangi wajah Hye-sung sambil tersenyum.
(Ost. by Jung Yeop,
aku sengaja pasang banyak gambarnya, sayang untuk dilewatkan… walaupun hilang
ingatan, sepertinya ‘rasa’ yang dimiliki Soo-ha tidak hilang, romantisnya masih
ada… ^^)
Soo-ha mengatupkan
dagu Hye-sung, menutup mulutnya yang agak terbuka dan menyandarkan kepala
Hye-sung ke bahunya.
Soo-ha melihat bekas
coretan di tangan Hye-sung di persidangan. Dia lalu mencium tangan itu.
Melihatnya kembali, menggenggamnya dan menciumnya lagi.
***
Hye-sung terbangun
di atas sofa di dalam apartemen Soo-ha.
(Berarti Soo-ha yang
menggendongnya ya…)
Hye-sung melihat
Soo-ha yang duduk tertidur di sampingnya. Hye-sung ingin membelai kepala
Soo-ha, tapi tertahan. Dia tidak berani menyentuhnya. Hye-sung pun menulis
sesuatu.
***
Soo-ha bermimpi. Dia
sedang berlari, entah berlari menghindari apa atau siapa. Tiba-tiba dari arah
depan ada mobil yang menabraknya. Bukan Joon-guk yang menabraknya. (Mirip si
kakek yang di pulau gak?) Soo-ha terjatuh dah tak sadarkan diri.
***
Soo-ha terbangun,
dan mencari Hye-sung yang sudah tidak ada di sisinya. Dia menemukan banyak note
ditempel di kulkas untuknya dari Hye-sung. Matanya lalu tertuju pada note yang
terakhir, “Jangan hubungi aku lagi.”
Soo-ha memandanginya
dengan sedih.
Gomawo mba MumU buat pict So Ha n Hye Sung... di post hahha emang sayang di lewatkan mba romantis...palagi pas So Ha cium tngan Hye Sung.. aissssh so sweetttt habis.. ckckckc (tapi lucu juga pas lampu mati tepuk tangan langsung nyala hahhaah :D )
ReplyDeleteScene Hakim Kim habis baca keputusan, dia mau jatuh emang lucu, aq nonton tanpa sub aja ketawa hahaha :D
Gomawo
Kyaaaaa,,,romantis kmren sdh bca versi englishx sih tp sy cm bca gambar :D
ReplyDeleteGomawo onniii,,,
Akhirnya..sinopsis yg ditunggu2 di posting juga... Makasih byk mba mumu...
ReplyDeleteSenang So Ha bisa bebas... Dah gitu byk sweet scane SH + HS ...
bkn digendong, hye sung jalan sndr waktu cut sblm mulai acting nya lalu pura2 tidur... wkwkwkwk.....
ReplyDeleteromantis ya soo ha..
kyknya itu ingatan soo ha kail ya mknya dia amnesia gr2 ketabrak
drama ke 2 yang bikin galau tiap minggunya stelah nice guy...nuhun teh
ReplyDeletesweet bngt ini episode :)
ReplyDeleteGomawo oenni buat pic soo ha & hye sung. Soo ha romantis...bikin melting... :)
ReplyDeleteTetap semangat bikin sinopsis2 selanjutnya. Fighting oenni!!
Makasih sinopsisnya,,,,dah di tunggu2....:-)
ReplyDeletesoo ha romantis ,bikin senyum" sendiri :D
ReplyDeleteitu hakim kim sama 2 hakim lainnya 3 an terus,nempel kali ya :D semangat eonni buat nerusin sinosisnya :)
Gomawo ka sinopsisnya...aku suka film ini n suka cara kaka nulis snopsisnya..dtunggu y lnjutannya udh gak sabar bgt pngen tau endingnya..
ReplyDeleteEps 11 udah 2 kali sy baca mba,sy pliing senan liat gambar soo ha d heysung di dpn rmh so haa so sweeet bangeet^^.. makasi mba atas sinopsisx jdi tamba penasaran gimna akhir ceritanay.
ReplyDeleteMbak... g ada terjemahan untuk coretan di tangan kiri Hye Sung ya... penasaran artinya apa... :( . ( Trisna)
ReplyDeletetengkyu pol buat yang sharing sinopsis film ini, aku hanya bisa nonton film ini seminggu sekali d indovision di channel tv one khusud siaran korea ,dg baca sinopsis ini ak g perlu jadi manusia penasaran selama seminggu utk menunngu ep brikutnya--- mau ntn dvd bajakan tp sikon gak memungkin so thankful buat mbaknyaaaaaaaaa
ReplyDeletetengkyu pol buat yang sharing sinopsis film ini, aku hanya bisa nonton film ini seminggu sekali d indovision di channel tv one khusud siaran korea ,dg baca sinopsis ini ak g perlu jadi manusia penasaran selama seminggu utk menunngu ep brikutnya--- mau ntn dvd bajakan tp sikon gak memungkin so thankful buat mbaknyaaaaaaaaa
ReplyDeleteuwaaa semakin seru azz,,
ReplyDeleteaku suka banged thanks y mbak sinopsisnyaa
lengkap n kerennn