Sinopsis I HEAR YOUR VOICE Episode 13 - 1
Soo-ha duduk di
depan gedung pengacara, membersihkan darah dari hidungnya. Dia mengingat
perkataan Min Joon-guk yang mengatakn bahwa yang memulai semuanya adalah
ayahnya.
Soo-ha berbicara
pada dirinya sendiri, “Itu…adalah ingatan yang ingin aku hapus. Ini tidak bisa
dihapus hanya karena aku menginginkannya.”
Soo-ha melihat
Hye-sung keluar dari gedung, “Apa yang
harus ku lakukan dengan mu? Jika kau mengetahui kebenarannya, kau pasti akan
marah padaku lebih dari sebelumnya. Jika kau menhetahui bahwa Min Joon-guk
masih hidup, bagaimana ketakutannya dirimu?”
Soo-ha kemudian
membaca pikiran Hye-sung yang sedang tersenyum, “Min Joon-guk masih hidup, Soo-ha tidak membunuhnya. Aku tahu Soo-ha
pasti menjaga janjinya.”
Soo-ha terkejut
Hye-sung tidak ketakutan seperti yang dia perkirakan. Ponselnya berdering.
Soo-ha menjawabnya, dan ternyata dari Hye-sung.
Hye-sung: “Hey!
Dimana kau sekarang? Apakah kau berada di rumah?”
Soo-ha: “Tidak, aku
pergi keluar sebentar.”
Hye-sung: “Jaksa Seo
dan Pengacara Cha, keduanya menemukan bahwa Min Joon-guk masih hidup.”
Soo-ha: “Ya.”
Hye-sung: “Ada apa
denganmu? Aku bilang Min Joon-guk masih hidup! Kau benar-benar tidak bersalah
sekarang, kau tidak perlu menghadiri persidangan lagi.”
Soo-ha berjalan
perlahan mendekati Hye-sung, “Jika Min Joon-guk masih hidup, itu berarti kau
dalam bahaya, benarkan?”
Hye-sung: “Kau
bodoh, itu urusanku. Seo Do-yeon mengatakan sendiri dia tidak akan menuntutmu
lagi. Jadi, kau tidak lagi menjadi terdakwa---”
Soo-ha memeluk
Hye-sung dari belakang. Hye-sung kaget dan berusaha melepaskan diri.
Soo-ha: “Di mataku,
kau yang bodoh. Hidupmu sekarang dalam bahaya lagi. Bagaimana aku tidak bisa
merasa bersalah?”
Soo-ha menangis di
pundak Hye-sung.
Hye-sung mengelus
kepala Soo-ha, menenangkannya.
Hye-sung: “Terima
kasih, telah menjaga janjimu.”
***
Hye-sung dan Soo-ha di dalam bis menuju rumah.
Hye-sung: “Karena
kau sekarang tidak bersalah, kau tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa lagi.
Mendaftarlah di akademi dan bersiap untuk ujian kualifikasi sekolah (GED). Kejar
dengan cepat semua ketinggalan setahun ini. Mengerti?”
Soo-ha: “Ya. Aku
sudah mendaftar di akademi dan memberikan pengajuan untuk ujian kualifikasi
sekolah.”
Hye-sung: “Aku juga
mengikuti ujian kualifikasi sekolah. Coba pikirkan lagi, kau dan aku mempunyai
banyak kesamaan.”
Soo-ha: “Ya..”
(mungkin ujian
kualifikasi sekolah ini, maksudnya kalau di kita ujian kejar paket ya, ujian
persamaan gitu. Kan Soo-ha sebelumnya gak ikut ujian, Hye-sung juga dulu
sekolahnya putus.)
Hye-sung: “Bagaimana
dengan ingatanmu? Apakah masih belum kembali?”
Soo-ha lama
menjawab: “Belum.”
Hye-sung: “Aku
mengerti. Bagaimanapun, kau tahu apa yang harus kau lakukan saat ingatanmu
kembali, kan? Saat itu datang, kau harus melakukannya sesuai janjimu. Kau tidak
boleh menemuiku lagi.”
Soo-ha: “Mengapa aku
harus melakukan itu?”
Hye-sung: “Apa
maksudnya mengapa? Karena tidak ada alasan lagi untuk kita bersama. Aku walimu
dan pengacaramu. Setelah mendapatkan keputusan tidak bersalah dan ingatanmu
kembali, jalani hidupmu sendiri. Jangan meminta-minta padaku lagi.”
Soo-ha:
“Meminta-minta padamu? Apakah aku melakukannya padamu?”
Hye-sung berkata
dalam pikirannya, “Apakah kata-kataku
terlalu kasar? Tidak, aku tidak salah. Lebih banyak aku memberinya simpati,
akan sulit untuk mengendalikan perasaanku.”
Soo-ha menatap
Hye-sung: “Perasaan?”
He-sung: “Aku tidak
mengatakan sesuatu yang salah. Kau sedang meminta-minta padaku sekarang.”
He-sung dalam
pikirannya, “Aku bisa menghapus
perasaanku, kan? Sampai Soo-ha pergi, aku harus bisa menyembunyikan perasaanku
dan menghapusnya.”
Soo-ha: “Mungkinkah….”
Untuk meyakinkan
perkiraannya, maka Soo-ha mengajukan pertanyaan pada Hye-sung, tanpa Hye-sung
tahu maksudnya tentunya.
Soo-ha: “Apakah kau
masih tidak menyukaiku dan berpikir bahwa aku mengganggu?”
Hye-sung menjawab
tanpa melihat Soo-ha: “Ya, aku tidak menyukaimu. Aku menyukaimu.”
Soo-ha: “Apakah kau
benar-benar ingin aku pergi?”
Hye-sung: “Ya, aku
harap begitu. Aku ingin mengatakan padamu
untuk tetap tinggal di sisiku.”
Soo-ha berbicara
pada dirinya sendiri dalam pikirannya, “Selama
ini, mulutmu mengatakan kebohongan. Tapi, matamu mengatakan kebenarannya.
Matamu mengatakan kata-kata yang selama 11 tahun ini ingin aku dengar. Tapi,
untuk melindungimu, aku harus berpura-pura tidak mendengar kata-kata itu.”
Episode 13
One Word in My Heart That I Just Can’t Say
Hye-sung dan Soo-ha
berjalan ke rumah, dan bertemu duo pakpol di depan rumah.
Hye-sung: “Apa yang
kalian lakukan disini?”
Mereka memberi salam
pada Hye-sung.
Pakpol: “Aku telah
mendengar beritanya. Bahwa Min Joon-guk masih hidup.”
Pakpol Jaga
(rambutnya baru deh): “Pertama, kami akan menginstal CCTV. Kami akan menginstal
dua, di lampu jalan dan jalan masuk ke gang di sana.”
Hye-sung: “Aku tidak
tahu jika dua akan menolong. Aku juga khawatir dengan daerah turunan.”
Pakpol dalam
pikirannya yang di baca Soo-ha, “Ini saja
sulit untuk mendapatkan dua CCTV. Apa yang harus ku lakukan? Apa sajalah. Aku
akan membuat kesepakatan dengan pimpinan jika nanti dia menegur.”
Pakpol: “Kami akan
melakukannya. Kamu akan mencoba untuk mengeceknya sesering mungkin.”
Soo-ha: “Terima
kasih untuk perhatianmu.”
Pakpol tertawa: “Oh,
tidak, tidak, ini bukan apa-apa. Ini memang pekerjaan yang harus kami lakukan.”
Pakpol Jaga pada
Soo-ha: “Aku minta maaf karena aku telah salah paham padamu. Mulai sekarang,
kamu akan berpatroli dengan perhatian lebih. Jadi, jangan khawatir.”
Soo-ha tersenyum:
“Baik.”
Hye-sung menatap
heran pada Soo-ha.
***
Hye-sung masih
merasa aneh pada Soo-ha.
Hye-sung: “Apakah
kehilangan ingatan juga bisa merubah sikap?”
Soo-ha tak mengerti:
“Apa?”
Hye-sung: “Aku pikir
kau menjadi lebih ramah daripada sebelumnya. Kau sekarang lebih rasional
daripada emosional.”
Soo-ha sedikit
tersenyum: “Benarkah?”
Hye-sung: “Jika kau
bertemu Min Joon-guk, sama seperti sekarang, kontrol emosimu dan berpikir lebih
rasional sebelum bertindak. Jangan berpikir untuk berkelahi, lebih baik lari
atau telpon polisi. Mengerti?”
Soo-ha membaca
pikiran Hye-sung: “Aku tidak ingin
melihat hidup anak ini rusak karena pria itu.”
Soo-ha: “Baik.”
Hye-sung tampak
berpikir: “Sekarang aku merasakannya, ini aneh. Mengapa sekarang kau tidak
bicara formal?”
Soo-ha kaget,
ternyata dia lupa dengan bahasanya.
Soo-ha menjawab
dengan tergagap, “Apa..? Oh, itu.. apakah kau tidak suka mendengarku berbicara
tidak formal?”
Hye-sung: “Lakukan
yang kau suka. Apapun yang membuatmu nyaman.”
Soo-ha: “Kalau
begitu, aku akan memelankan cara berbicaraku mulai sekarang.”
Hye-sung: “Lakukan
yang membuatmu senang.”
Soo-ha memperhatikan
Hye-sung yang sedang minum, dan bicara dalam pikirannya: “Jika kau mengetahui bahwa semua ini dimulai karena ayahku, kau tidak
akan pernah mau bertemu denganku lagi, kan?”
Ponsel Hye-sung
berdering, dari Do-yeon.
Do-yeon: “Aku
meminta polisi di wilayah rumahmu untuk berpatroli di sana dan untuk menginstal
CCTV.”
Hye-sung: “Aku tahu.
Apakah kau menelpon untuk menekankan bahwa kau melakukan kemurahan hati
padaku?”
Do-yeon mengumpat
pelan, lalu berkata: “Jika ku menemukan sesuatu yang mencurigakan, segera
telpon aku.”
Hye-sung: “Mengapa?
Apa kau khawatir aku akan terluka oleh Min Joon-guk?”
Do-yeon: “Tidak sama
sekali. Apakah kau pikir aku punya alasan untuk mengkhawatirkanmu? Itu karena
aku harus menangkap Min Joon-guk dengan tanganku sendiri.”
Hye-sung sekarang
yang mengumpat pelan, lalu berkata: “Tentu saja, karena laporanmu sangat
penting untukmu. Bagaimanapun, terima kasih. Sekarang jaksa sedang berusaha
menangkap Min Joon-guk, jadi tubuhku penuh dengan rasa terima kasih.”
Do-yeon: “Jangan
berpikir untuk menyelesaikan semuanya sendirian, khususnya saat kau tidak
mempunyai kemampuan sama sekali.”
Lalu Do-yeon menutup
telponnya.
***
Do-yeon sampai di
depan rumahnya. Dia keluar dari mobil dan menuju pintu gerbang. Tiba-tiba ada
seseorang yang menghampirinya.
Do-yeon: “Hwang
Dal-joong?”
Dal-joong: “Kau
adalah putri Seo Dae-suk, kan?”
Do-yeon ketakutan,
“Apa yang kau lakukan? Bagaimana kau bisa kemari? Apakah kau bebas bersyarat?”
Dal-joong memegang
pundak Do-yeon dengan erat.
Dal-joong: “Panggil
Seo Dae-suk. Cepat panggil Seo Dae-suk keluar!”
Do-yeon berusaha melepaskan diri, “Apa yang kau lakukan? Kau tidak akan pergi?”
Do-yeon berusaha melepaskan diri, “Apa yang kau lakukan? Kau tidak akan pergi?”
Do-yeon menuju
interkom dan memanggil ibunya keluar. Saat Do-yeon menoleh ke belakang,
Dal-joong terjatuh pingsan.
Do-yeon berusaha
membangunkan Dal-joong, “Apakah kau sakit? Sadarlah, Hwang Dal-joong. Hwang
Dal-joong, Hwang Dal-joong!”
Nyonya Seo dan Hakim
Seo keluar rumah, “Ada masalah apa?”
Hakim Seo terpernjat
mulutnya menganga tak percaya, orang yang dihadapannya adalah Hwang Dal-joong.
Do-yeon meminta
ibunya menelpon 119, sementara dia sendiri melakukan CPR pada Dal-joong.
Do-yeon melihat ayahnya yang memalingkan muka dan seolah tidak peduli.
Di rumah sakit.
Dokter: “Setelah
kita melakukan MRI, dari CT scan, ini terlihat seperti glioblastoma. Operasi
juga akan sulit.”
Hakim Seo: “Apa kau
mengatakan bahwa dia tidak mempunyai banyak waktu untuk hidup?”
Dokter: “Ya. Paling
lama, sekitar tiga atau empat bulan.”
Do-yeon berpikir,
“Jangan katakan, itulah alasan dia keluar dari penjara.
Nyonya Seo pada suaminya,
“Tapi mengapa dia mencarimu setelah dia keluar?”
Belum sempat Hakim
Seo menjawab, datang rombongan polisi penyidik.
Detektif Kang: “Oh,
Jaksa Seo, apakah Hwang Dal-joong disini?”
Do-yeon: “Ya,
Detektif Kang. Di sini.”
Detektif Kang: “Ada
apa dengan Hwang Dal-joong? Setelah ddia keluar dia menusuk seseorang dan
sekarang dia mencarimu.”
Do-yeon: “Dia
menusuk seseorang?”
Nyonya Seo: “Ya
Tuhan. Dia melakukanya setelah dia keluar dari penjara? Mengapa?”
Detektif Kang: “Kami
akan mencari tahu alasannya.”
Hakim Seo hanya
mendengarkan tanpa berkomentar apa-apa.
***
Soo-ha menginsal aplikasi tacking lagi di ponsel Hye-sung tanpa di ketahui Hye-sung.
Hye-sung keluar
kamar dan akan pergi.
Soo-ha: “Apa kau
akan pergi sekarang?”
Hye-sung: “Ya.”
Soo-ha: “Bagaimana
dengan sarapan?”
Hye-sung: “Aku tidak
punya selera makan. Aku pergi.”
Soo-ha menahannya
dengan kata-kata.
Soo-ha: “Duduklah.
Sarapan, kemudian pergi.”
Hye-sung agak marah:
“Apa?”
Soo-ha: “Kau
menghindariku karena kau tidak merasa nyaman, kan? Aku akan pergi. Jangan
membuat alasan lagi, dan makanlah.”
Hye-sung: “Hey. Apa
kau sekarang sedang mengancamku seperti anak kecil karena aku mengatakan kau
boleh menggunakan bahasa tidak formal?”
Soo-ha tidak
menaggapi dan berjalan pergi ke arah pintu.
Hye-sung: “Jika kau
pergi seperti ini, jangan gunakan bahasa tidak formal---“
Hye-sung tiba-tiba
berteriak dan naik ke punggung Soo-ha.
Soo-ha kaget, “Ada
apa? Ada apa? Ada apa?”
Hye-sung: “Kecoa,
kecoa, kecoa!”
Soo-ha clingak
clinguk, “dimana?”
Hye-sung menunjuk
suatu arah, “Disebelah sana, itu!”
Dan, doeng…. “Itu
sepertinya biji semangka.” Kata Soo-ha polos.
Hye-sung langsung
turun dan merapikan diri, “Memalukan,
memalukan, memalukan.”
Soo-ha yang membaca
pikiran Hye-sung tersenyum tipis, kemudian mengambil tissue, dan
membersihkannya. Tanpa kata-kata.
(adegan kocak,
lumayan mengundang tawa. :D)
Soo-ha: “Aku akan
pergi, jadi cepat makan dan keluarlah. Jadi, aku bisa mengantarmu ke kantor.”
Hye-sung bicara
tanpa kata, “Aku seharusnya mengatakan
dia tidak perlu mengantarku. Tapi, karena Min Joon-guk. Aku tidak bisa. Mengapa
aku sangat menyedihkan?”
Soo-ha: “Akademiku
sangat dekat dengan kantormu. Akan akan datang untuk menjemputmu juga.”
Hye-sung: “Baiklah.”
Soo-ha akan keluar:
“Makanlah dan cepat keluar.”
Hye-sung: “Soo-ha,
mari kita makan bersama. Aku akan
menyuruhnya pergi setelah dia menemukan ingatannya. Melakukannya sekarang
menentang nuraniku.”
Soo-ha tersenyum.
Mereka pun makan
bersama, Soo-ha tersenyum dan bertanya pertanyaan yang selalu dia tanyakan saat
makan bersama (Hye-sung belum sadar juga kalau Soo-ha sudah pulih.)
Soo-ha: “Apa kasus
hari ini?”
Hye-sung: “Kasus
percobaan pembunuhan untuk penusukan suami yang melakukan kdrt. Aku akan
mengajukan pembelaan membela diri.”
Soo-ha: “Apa besar
kemungkinan kau memenangkannya?”
Hye-sung: “Mungkin
mendekati nol. Di negara kita, menang dengan membela diri itu sangat sulit.”
Soo-ha: “Lalu
mengapa?” (kau melakukannya?)
Hye-sung: “Terdakwa
ingin menggunakannya sebagai pembelaan. Padahal aku katakan bahwa aku tidak
tahu apakah aku bisa menang, bahkan jika aku bekerjakeras sampai titik darah
penghabisan.”
Soo-ha protes: “Hey,
ada apa dengan “darah” saat makan. Kau bisa mengatakan bahw kau bekerja sangat
keras.”
(ini juga nih,
Soo-ha kan gak suka kalau lagi makan mengeluarkan kat-kata yang jorok dan
semacamnya. Hye-sung belum juga sadar.)
***
Hye-sung dan Soo-ha
pun berangkat. Hye-sung berjalan sambil membawa berkas di tangan kanan dan
membaca dengan tangan kirinya. Soo-ha kemudian membawakan berkas Hye-sung, lalu
melindungi Hye-sung saat ada sepeda berjalan ke arah mereka.
Soo-ha tersenyum
senang, Hye-sung sudah tidak menghindarinya lagi.
Di rumah Hye-sung
telpon berdering.
***
Saat sedang menunggu
bus, Soo-ha membaca pikiran Hye-sung.
“Apa yang harus ku lakukan pada Pengacara Cha? Dia bekerja sangat keras
untuk Soo-ha. Apakah mentraktir makan malam cukup? Ini cukup memberatkan.”
Soo-ha: “Aku punya
pertanyaan untukmu. Apa yang disukai Pengacara Cha?”
Hye-sung: “Apa?
Mengapa kau tiba-tiba menanyakannya padaku?”
Soo-ha: “Aku ingin
memberikannya sebuah hadiah. Dia bekerja sangat keras untuk mendapatkan
keputusan tidak bersalah untukku. Karena dia bekerja keras dalam kasus ku, aku
tidak berpikir untuk terus berdiam diri. Aku harus membayarnya.”
Hye-sung: “Kau mau melakukannya?
Well, apa yang dia suka? Dia pernah bilang bahwa hiking adalah hobinya.”
***
Soo-ha pergi ke toko
yang menjual peralatan hiking. Dia membeli sebuah sepatu yang pramuniaganya
bilang itu adalah sepatu yang banyak di inginkan konsumen walaupun harganya
mahal.
Soo-ha membawa
sepatu itu dan memberikannya pada Kwan-woo.
Soo-ha membungkukan
badan, “Terima kasih untuk semuanya, bertarung untuk keputusan tidak
bersalahku.”
Kwan-woo: “Apa ini?”
Soo-ha: “Karena kau
menyukai hiking, aku membeli sepatu hiking. Aku tahu ini tidak cukup untuk
membayarmu. Jika kau membutuhkan yang lain, aku akan membayarnya pelan-pelan.”
Kwan-woo tersenyum
dan berterima kasih. Lalu Kwan-woo merapikan diri.
Kwan-woo: “Kau tidak
perlu khawatir tentang pembayaran. Lebih baik, beri aku semangat.”
Soo-ha: “Untuk apa?”
Kwan-woo: “Sekarang,
aku sedang mengajukan aplikasi untuk Pembela Umum. Akhirnya, di pengadilan
Yeonjo, ada pengumuman khusus untuk penerimaan Pembela Umum. Sekarang, aku
pikir ini saatnya untuk mendapatkan kembali posisiku. Kau ingat apa yang aku
katakan sebelumnya, kan?”
Soo-ha: “Ya, aku
mengingatnya.”
Kwan-woo: “Oke,
selama kau mengingatnya. Apakah kau
tidak akan memberiku semangat?”
Soo-ha: “Apa kau
pikir aku akan melakukannya?”
Kwan-woo tertawa,
“Aku tahu kau akan seperti itu.”
***
Soo-ha menatap lagi
poster penerimaan akademi kepolisian. Kemudian dia mengingat perkataan Kwan-woo
waktu itu (yang tadi ditanyakan Kwan-woo):
“Soo-ha, jangan bertingkah seperti orang dewasa. Cobalah untuk menjadi
orang dewasa sesungguhnya. Mengenakan setelan tidak membuatmu menjadi dewasa.”
Soo-ha lalu
mengambil formulir pendaftaran.
***
Pengacara Shin
mengendarai mobilnya dengan sangat kencang. Dia menemui Hwang Dal-joong yang
kini kembali di tangkap.
Pengacara Shin: “Apa
yang kau katakam?! Percobaan pembunuhan?!”
Pengacara Shin terlihat sangat marah.
Dal-joong menjawab
dengan lesu, “Ya. Aku seharusnya membunuhnya, tapi aku tidak bisa.”
Pengacara Shin
menghela nafas, “Inikah yang ingin kau katakan? Kau hidup dalam penderitaan dan
akhirnya dibebaskan, tapi kemudian kau menusuk seseorang?!
Pengacara Shin masih
marah dan berkata sambil berteriak.
“Dia adalah orang
itu. Orang yang diduga telah aku bunuh 26 tahun yang lalu.” Kata Dal-joong
dingin tanpa menatap Pengacara Shin.
Pengacara Shin
terkejut, “Apa?”
Dal-joong: “Bisakah
kau mempercayainya? Istriku masih hidup! Aku…26 tahun yang lalu, setelah
dinyatakan bersalah, aku berpikir bahwa itu memang benar terjadi. Karena kau
sangat mabuk dan aku menjadi gila, bahwa aku dengan kejam telah membunuh
seseorang. Tapi, itu tidak benar.”
Dal-joong tidak bisa
lagi menahan emosinya, dia menangis.
“Ini sudah 26 tahun!
Untuk 26 tahun, aku membusuk disini untuk kejahatan yang tidak aku lakukan. Aku
menghabiskan separuh hidupku di sini.”
Pengacara Shin juga
menangis, matanya berkaca-kaca: “Jadi, kau menikamnya?”
Dal-joong: “Ya.
Lagipula dia adalah orang yang sudah mati. Aku tidak menikam seseorang, hanya
seorang hantu. Jadi, aku tidak bersalah. Jadi, kau harus pergi dan memperoeh
kembali keputusan tidak bersalah untukku. Kau harus melakukannya.”
Dal-joong menangis
keras, sedangkan Pengacara Shin menangis dalam diam.
***
Nyonya Seo dan
Do-yeon sedang berbincang di dapur.
Nyonya Seo: “Apa kau
baru saja mengatakan bahwa orang yang sudah meninggal 26 tahun yang lali muncul
kembali?”
Do-yeon: “Ya. Itu
yang dia katakan, tapi itu seperti mengada-ada. Ini tidak mungkin terjadi, kan?”
Nyonya Seo: “Tapi,
mengapa dia membunuh istrinya 26 tahun yang lalu?”
Do-yeon: “Itu
sepertinya karena dia mempunyai hubungan lain dengan pria lain. Dan juga, dia
selalu mengatakan ingin lari karena suaminya memiliki banyak hutang.”
Nyonya Seo: “Aigo..
Orang itu pasti juga sangat…. Untuk 26 tahun, sejak dia menjalani hidupnya di
penjara, dia seharusnya menjalani sisa hidupnya dengan tenang. Mengapa dia
menikan orang lain lagi?”
Do-yeon: “Orang
bilang, seorang iblis yang berganti pakaian tidak akan menjadi malaikat. Dia
terlahir sebagai seorang pembunuh.”
Nyonya Seo: “Kau
benar. Jadi, kau menangani kasusnya?”
Do-yeon tersenyum,
“Ya. Walaupun ini terlihat sulit, aku pikir ini akan menarik.”
Sementara itu, Hakim
Seo menyendiri di ruangan kerjanya. Dia tampak memkirkan sesuatu. Lalu Hakim
Seo menelpon seseorang.
Hakim Seo: “Kepala
Jang, ini aku, Seo Dae-seok. Aku menelpon karena aku mempunyai suatu
permintaan. Ini bukan sesuatu yang besar, tapi…kasus Hwang Dal-joong…bisakah
kau menugaskannya pada orang lain selain putriku?”
Di meja kerja Hakim
Seo ada koran yang memuat berita tentang Hwang Dal-joong.
***
Pengacara Shin melewati
patung simbol keadilan, dia menatapnya dan mengingat perkataannya pada
Dal-joong.
Flashback.
Pengacara Shin: “aku
juga ingin mendapatkan kembali keputusan tidak bersalah untukmu. Tapi,
bagaimana aku melakukannya saat kau menikam seseorang? Mari kita ajukan
permohonan bahwa kau menyesali perbuatanmu dan meminta keringanan hukuman. Dan
setelah kau dibebaskan dengan keputusan pengskorsan--”
Dal-joong memotong,
“Aku tidak membutuhkan semua itu. bagaimanapun juga, aku tidak mempunyai banyak
waktu tersisa untuk hidup. Aku tidak bersalah. Tolong dapatkan keputusan tidak
bersalah untukku!”
Flashback end.
Pengacara Shin
menatap patung itu sekali lagi dan melihat ruang sidang yang lampunya menyala.
Pengacara Shin masuk
ke ruang sidang itu. Ternyata di dalam ada persidangan antara Hye-sung melawan
Do-yeon.
Do-yeon: “Terdakwa
Shim Hal-do, dengan tegas memukul Gu Sang-man. Kekerasan dalam rumah tangga,
telah menjadi masalah dalam rumah tangganya untuk waktu yang lama. Pada 30 Juni
2013, sekitar pukul 9 malam, untuk alasan makan malam yang belum siap, korban
menampar wajah terdakwa dan memukul perutnya dengan kepalan tangan dan kakinya.
Yang mengakibatkan terdakwa merasa marah sekali.”
Hampir semua orang
di ruang sidang merasa kepanasa. Lalu Hakim Kim membuat kelucuan, dia menekan
tombol on kipas yang ada di bawahnya dengan jari kai pada tombol pemutar yang
paling tinggi, mengakibatkan jubahnya menggelembung dan seakan dia akan
terbang. Membuyarkan konsentarasi semua orang di ruangan yang menatapnya aneh.
Duo hakim membantunya mematikan kipas itu. Hakim Kim memasang wajah tanpa dosa
dan tak mengatakan apapun.
(Ini adegan kocak
juga.)
Do-yeon dengan
terbata melanjutkan, “Terdakwa menadi marah. Terdakwa, dengan tujuna membunuh
korban, menggunakan pisau dapur sepanjang 16 cm dan menimbulkan luka 2 cm di
leher korban, dan pada perutnya, luka tusukan sedalam 7 cm. Kitab Hukum Pidana
Pasal 250, paragraf 1. Berdasarkan ketetapan, terdakwa di tuntut dengan
percobaan pembunuhan.”
Hakim: “Penasehat. Silahkan
sampaikan permohonan.”
Hye-sung berdiri dan
menghadap hakim, “Kami mengakui fakta dasar dari dakwaan.”
Hye-sung menatap
terdakwa dan berkata lagi: “Bagaimanapun, posisi kami adalah tidak bersalah
karena disana ada fakta pembelaan diri dalam menghadapi keadaan kejahatan.”
***
Sementara itu,
Kwan-woo menuju ruang tunggu audisi Pembela Umum. Dia masuk dan menghitung
jumlah orang yang mengikuti audisi.
Kwan-woo berbicara
sendiri, “Jika ini 20 banding 1, bukankah ini lebih baik dari sebelumnya?”
***
Kembali ke
persidangan.
Do-yeon: “Walaupun
terdakwa berarguman sebagai pembelaan diri, tindakan terdakwa bukanlah
pertahanan, tapi sebuah penyerangan. Bahwa dia menikam leher korban dengan
pisau adalah lebih dari pertahanan. Bahwan luka korban lebih besar dari pada
terdakwa membuatnya sulit untuk dilihat sebagai pembelaan diri.”
Hye-sung: “Itu
karenatangan korban merupakan senjata mematikan maka menyebabkan terdakwa
mengambil pisau. Korban adalah mantan pemain voli. Setalah mengalami
penderitaan bertahun-tahun, terdakwa memperlihatkan ‘Sindrom pukulan mabuk’. Ini
adalah penyakit seseorang yang dipukul berkali-kali di kepalanya. Jadi aku penasaran
jika kau bisa melihatnya, tanpa mempertimbangkan keadaan psikologi, bahwa
cidera korban bisa lebih besar dari terdakwa?”
Do-yeon: “Sebelum
menggunakan pisau ke arah korban, dia seharusnya menghubungi atau melapor pada
polisi. Dan,jika dia punya cukup kekuatan untuk mengambl pisau, dia seharusnya
bisa melarikan diri. Tempat tinggal terdakwa cukup dekat ke rumah tetangga yang
bahkan bisa mendengar suara buang angin. Dia seharusnya menemukan cara yang
layak untuk menentang daripada menggunakan cara kekerasan.”
Hye-sung: “Jaksa,
bagaimana cara yang layak untuk menentang itu? aku mencoba seberapa layak cara
itu.”
Hye-sung menunjukan
video percobaannya di depan rumah terdakwa. Pertama dia menyetel musik yang
sangat kencang, dan tidak sampai 10 menit sudah mendapat respon dari para
tetangga yang marah-marah. Kemudian Hye-sung memutar suara seorang wanita yang
berteriak kesakitan karena di pukuli dan meminta pertolongan, tapi para
tetangga hanya diam. Hening. Tidak ada yang
merespon, bahkan bersuara.
Hye-sung: “Terdakwa
telah berkali-kali berteriak untuk meminta pertolongan. Setiap kali dia
melakukannya, mereka hanya diam dan acuh. Apakah tetanggaku berbeda? Akankan aku
dilaporkan? Bagaimana aku bisa, sendirian, menyelamatakn diriku sendiri? Tapi aku
tidak bisa. Jadi aku akan mempertahankan diriku sendiri. Sepertiku, dengan
sikap diam dan acuk orang lain, tidak ada banyak cara terdakwa bisa melindungi
dirinya sendiri dengan tangan kosongnya.”
Terdakwa menangis. Do-yeon
seakan tidak percaya dengan taktik Hye-sung. Dan Pengacara Shin
manggut-manggut.
***
Giliran Kwan-wo di
wawancara.
Hakim: “Ini situasi
yang tidak menguntungkan untukmu, pengacara pembela, Cha. Walaupun kau
mempunyai nilai yang bagus, karena kau sudah keluar sebelumnya, ada kemungkinan
bahwa kau akan keluar lagi.”
Kwan-woo: “Aku tahu.
tapi, aku juga berpikir bahwa itu mungkin bisa menjadi poin yang bagus untukku.”
Hakim: “Mengapa?”
Kwan-woo: “Aku tidak
lagi memiliki khayalan tentang menjadi seorang pembela umum. Aku juga tahu
bagaimana berbahayanya bersenjata prinsip dan ide yang setengah-setengah. Ada seseorang
yang membuatku menyadarinya.”
Hakim: “Siapa itu?”
Kwan-woo: “Pengacara
Jang, yang bekerja denganku.”
***
Hye-sung dicegat
Do-yeon.
Do-yeon: “Kau
terlihat cukup baik hari ini.”
Hye-sung: “Apa
maksudmu?”
Do-yeon: “Aku
mengira kau adalah Pengacara Cha. Kau bahkan membawa video dan menunjukan
pertunjukan pada kami. Menjadi pembelaan yang penuh perasaan. Sejak kapan kau
mulai meniru seperti Pengacara Cha?”
Hye-sug menghela
nafas kesal, “Ada kata lain yang disebut belajar, dari pada meniru. Aku belajar
beberapa hal dari Pengacara Cha. Apakah belajar juga menjadi masalah? Melihat Pengacara
Cha, ada beberapa hal yang bisa dipelajari? Apakah kau tudak berpikir seperti
itu?”
***
Kwan-woo: “Aku
memperlajari banyak hal saat melihat Pengacara Jang. Bagaimana berbahayanya
terlalu percaya pada terdakwa. Aku juga menyadari bagaimana tidak kompetennya,
seorang pengacara pembela dengan perasan kasihan dan tanpa kualifikasi yang
lengkap.”
Hakim: “Ini bagus
untuk tidak lagi memiliki fantasi tentang menjadi pembela umu, tapi bukankan
ini juga bisa menjadi masalah? Kau harus punya alasan mengapa kau ingin
melakukannya.” (menjadi pembela umum.)
Kwan-woo: “Aku
punya. Untuk Pengacara Jang dan aku, punya alasan mengapa kami harus menjadi
pembela umum.”
Diperlihatkan adegan
Soo-ha mengikuti ujian GED.
Kwan-woo: “Pengacara
Jang dan aku menyelamatkan hidup seseorang saat menjadi pembela umum. Kami menyelamatkan
hidup yang tidak bersalah yang mungkin bisa membusuk di penjara. Sekarang teman
kami itu menjalani hidupnya sebagai orang baik di dunia luar. Hidup orang itu
adalah alasan mengapa Pengacara Jang dan aku ingin menjadi pembela umum.”
***
Do-yeon masuk ke
ruangan jaksa dan bertanya pada staff nya.
Do-yeon: “Ketu Yang,
kapan Hwang Dal-joong diperkirakan akan datang?”
Ketua Yang: “Itu….”
Jaksa Cho yang
sedang membaca berkata: “Jaksa Seo, kasus Hwang Dal-joong telah dilimpahkan
padaku.”
Do-yeon: “Dilimpahkan?
Mengapa?”
Jaksa Cho: “Aku
tidak tahu mengapa. Aku hanya mengerjakannya karena pimpinan mengatakannya
demikian.”
Do-yeon kesal: “Sejak
kapan kita punya alasan untuk mengambil kasus? Aku sudah menemukan banyak hal
mengenai kasus Hwang Dal-joong.”
Jaksa Cho: “Hey, aku
tidak berpikir seperti itu. Apa kau pikir aku suka mengambil pekerjaan orang
lain?”
Do-yeon: “Mengapa
dia (pimpinan) tiba-tiba menjadi seperti ini?”
Jaksa Cho: “Aku
tidak tahu, tapi sepertinya dia mendapat telpon dari ayahmu.”
Do-yeon tampak
berpikir, “Ayahku?”
***
Do-yeon di
kantornya. Dia mengingat saat ayahnya menyuruhnya meninggalkan kasus Min
Joon-guk saat tahu bahwa teman satu sel nya adalah Hwang Dal-joong. Dan saat
semalam ayahnya sangat terkejut dan seolah tidak peduli saat Hwang Dal-joong
pingsan.
Do-yeon tampak
memikirkan sesuatu,
***
Telpon berdering di
rumah Hye-sung.
Hye-sung berlari
untuk menjawabnya, tapi telponnya berhenti.
Soo-ha masuk ke
dalam rumah. Soo-ha akan menyiapkan makan malam. Dan Hye-sung akan mencuci. Soo-ha
memberikan kemejanya untuk di cuci.
Hye-sung: “Bukankah
kau bilang kau akan mengikuti GED hari ini?”
Soo-ha: “Ya.”
Hye-sung: “Kau
melakukannya dengan baik?”
Soo-ha: “Tentu saja,
aku melakukannya dengan baik.”
Hye-sung menemukan
secarik kertas di kantong kemeja Soo-ha, “Apa ini?”
Soo-ha panik dan
segera berlari menghampiri Hye-sung, “Jangan lihat, jagan lihat! Kembalikan
padaku!”
Soo-ha berusaha
merebut kertas itu, dan Hye-sung mempertahankannya. Mencoba membuka dan
membacanya, “Oh, akademi polisi!”
Soo-ha berhasil
merebutnya.
Hye-sung: “Hey, apa
kau tertarik masuk akademi polisi?”
Soo-ha tidak
mengaku: “Ah, tidak. Aku hanya melihatnya sebagai hobi (kesenangan).”
Hye-sung: “Hobi? Orang
bilang sangat sulit masuk kesana.”
Soo-ha: “Aku tahu.
Jadi, aku melihatnya sebagai hobi. Karena jika aku melihatnya sebagai tujuan
dan gagal, akan sangat memalukan.”
Hye-sung tersenyum
melihat Soo-ha.
Hye-sung memandangi
Soo-ha yang sedang makan.
Hye-sung: “Tidak ada
yang akan memalukan. Jika kau belajar dengan baik, kau akan dapat masuk ke
sana. Kau pasti tidak tahu karena kau kehilangan ingatan, tapi, kau pintar
dalam belajar. Aku milhat kartu laporanmu. Jadi, kau harus percaya padaku. Jadi,
jangan melihatnya sebagai kesenangan, tapi, lakukan dengan baik untuk itu.”
Hye-sung berkata
dalam pikirannya, “Apakah tidak apa-apa menggunakan hal ini? Jika nanti dia
pergi, itu akan sulit, kan? Seperti setahun yang lalu.”
Soo-ha yang membaca
pikiran Hye-sung pun bertanya, “Apa yang kau pikirkan?”
Hye-sung: “Hanya…bahwa kau harus cepat-cepat
mengembalikan ingatanmu dan pergi."komentar:
Hye-sung akhirnya sedikit membuka diri pada Soo-ha. Semoga saja terus seperti itu.
yang membuat Soo-ha tidak memberitahu Hye-sung tentang ingatannya yang sudah pulih adalah janjinya saat masih hilang ingatan bahwa dia akan pergi setelah mendapatka ingatannya kembali dan juga Hye-sung yang berkali-kali mengatakan itu.
Soo-ha tidak bisa pergi dari Hye-sung, bukan karena dia mencintainya, tapi karena dia ingin melindungi Hye-sung dari Min Joon-guk yang masih berkeliaran.
Gumawo Mumu.. ^_^
ReplyDelete(Vi)
thank mba, aq selalu setia nunggu sinopsisnya tayang :)
ReplyDeleteSeneng bgt liat hyesung dan soo ha bersama2. Otot lengan soo ha keren jg pantes masuk akademi.Kkk... thanks bgt mb Mumu,fighting !
ReplyDeleteviannie
makasiihh mbakk mumu....haaa...menyempatkan diri membaca sinopsis disela-sela kesibukan kuliah Aljabar Linier.....makasiihh mbak.....
ReplyDeletethx mba mumu yg pengertian sama readernya..udah bisa di baca mba ga susah kayak kemarin..makasih bgd mba :D
ReplyDeletedi tunggu part 2nya mba
lia
makasih mba,si soo ha bdnya keren oops lupa lg puasa
ReplyDeleteditnggu part 2nya ya mba
Thanks mba mumu,,
ReplyDeleteditunggu part 2 nya mbaa, sudah jatuh cinta sekali sama soo ha :D
ReplyDeleteAsYyik..
ReplyDeleteAku pikir pasti menyenangkan bila punya kekuatan yg bisa baca pikiran orang sperti sooha..jadi pengenn...hahaha
Maksih uniee sinops dan lanjut trus .
Semangattttttt
AsYyik..
ReplyDeleteAku pikir pasti menyenangkan bila punya kekuatan yg bisa baca pikiran orang sperti sooha..jadi pengenn...hahaha
Maksih uniee sinops dan lanjut trus .
Semangattttttt
makasih kak mumu,, semangat terus yah... :D
ReplyDeleteAsYyik..
ReplyDeleteAku pikir pasti menyenangkan bila punya kekuatan yg bisa baca pikiran orang sperti sooha..jadi pengenn...hahaha
Maksih uniee sinops dan lanjut trus .
Semangattttttt
Fighting chingu buat next episode y :-D
ReplyDeleteMakasih bnyakkk mba mumu.......chayoooooo.......
ReplyDeletemakasih ya mbak sinopsisnya...I love this drama.....
ReplyDeleteya ampun ! Mkin suka aja sma soo ha ,makin ksni mkin kren .. Hehehe,
ReplyDeletemkasih buat sinopsis.nya ya mbak mumu .. n smangat buat part 2.nya :)
Makasih mba mumu........:-) tetep SEMANGAT buat sinopsis nya...I LikE u......
ReplyDelete-wiRa_
makin seru,, jd gk sabar nunggu sinop lanjutannya,,, please semangat sampai tamat ^^
ReplyDeletegomawo mumu onni
ReplyDeleteseneng lihat soo ha ma hyesung sama*, coba kalo gini terus,..
soo ha keren >.<
fighting onni!!!
qumawo mumu onne.... soka banget liat soo ha meluk dri belakang hye sung d senaan sekali ingatan soo ha udah kembali...^^ moga sj ceritanya happy ending.. jdi gk sabar unne nunggu sinop selanjutx.. sy tunggu unne,,faighting,yel...yel..yel...^__^
ReplyDeletemakasih banyak mba ga sabarrr ditunggu y
ReplyDeleteGak sabar part2 nyaa
ReplyDeleteSemangaaaat buat sinopsnyaaa...dtunggu teruusss hee
Makaci mbak mumu Ɓυ̲̣ɑ̤̈̊τ̩ sinopsisnya, seneng deh liat soo ha berebutan kertas ♍ɑ̤̥̈̊suk akademi polisi ¡tυ̲̣..agak Ģ̃¡mɑ̤̥̈̊ŋɑ̤̥̈̊ Ģ̃¡τ̩υ̲̣,soo ha nya pas dibelakang hye sung...gomawo..Ģ̃ɑ̤̈̊ªª>:/ sabar nunggu part 2 nya
ReplyDeletePart 2 nya kapan ya? mwheehehee:)
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteUnnie tulisa.mu yg bgian akhirny enggk jlz background.ny i2 enggk mndukung pdhl headerny bgz,jd tulisanny smar2 bt putih semua aja smpai bwah.,
ReplyDeletedtunggu next part.ny ^^~
alasan hye sun jadi pembela umum bukannya demi uang? tapi ternyata dia punya keahlian yang hebat ,aku greget kalo liat soo ha nahan untuk pura" ngga tau apa yang difikirkan hye sung
ReplyDeletemakasih sinopsisnya :)
Eonni......JebaL....part 2 nya.....
ReplyDeleteaku menunggu......
CeMunguttttttttt.....
_wiRa_
eonie..... part 2'x kpannnn.....?????? ;-(
ReplyDeleteMbak mumu part 2 x kpan
ReplyDeleteeonnie gomawo ^^
ReplyDeleteditunggu part2 nya
fighting !! ( '-')9
CemuNgutttt Eonni buat sinopsis nya....
ReplyDeleteaku sabar menunggu.....
CEMUNGUUUTTTT....:)
_wiRa_
Gomawo onnie
ReplyDeletepart 2 please? TT
ReplyDeleteMakasih mba .... ditunggu part 2 nya ... :)
ReplyDeletemba mana nih part 2nya. aku jadi galau nungguinnya
ReplyDeleteUuuhhhh makin nggak sabar neh nungguin kelanjutanny,,,
ReplyDeleteSemangat mb,,,,byk yg menanti neh sinopsisny
next to part 2 eonni
ReplyDeleteLantuk ke part 2 ^^
ReplyDeleteSeruuu,,
ReplyDeleteaku suka critanyaa