Sinopsis I HEAR YOUR VOICE Episode 15 - 2
Do-yeon sedang
mengetik presentasi untuk persidangan Hwang Dal-joong.
Kemudian ada telpon
masuk ke ponselnya.
Do-yeon: “Halo? Ya,
itu aku. Hasil tesnya sudah keluar? Apa hasilnya?”
Do-yeon sesaat
terdiam, “Ya.. Baik, aku mengerti.”
Mata Do-yeon
berkaca-kaca, kita tahu apa hasilnya. Do-yeon akan menambahkan hasil tas itu
sebagai bukti. Tapi tangannya tidak sanggup untuk di gerakkan lagi. Do-yeon
menitikan air mata.
Lalu terdengar suara
Soo-ha:
“Dia pasti merasa dunianya tiba-tiba runtuh. Dia baru saja mengetahui
kesalahan yang dibuat ayahnya, yang sangat dia percayai selama lebih dari 20
tahun, bagaimana bisa dia menerimanya seketika? Beri dia waktu, pelan-pelan.
Beri dia waktu untuk berpikir.”
Hye-sung
berputar-putar di pintu, kali ini pintu gedung kehakiman. Masih terdengar suara
Soo-ha:
“Aku tidak mengatakan bahwa kau harus mengubur kebenaran. Aku memintamu
untuk melihat kondisi orang itu dulu.”
Hakim Seo datang
bersama dengan staffnya, Hye-sung memanggilnya.
Hye-sung: “Hakim
Seo! Ada sesuatu yang ingin aku katakan.”
Hakim Seo tidak
memperdulikan Hye-sung, seolah tidak ada Hye-sung disana dan terus berjalan.
Hye-sung: “Haruskah
aku mengatakannya disini dengan keras? Ini tentang Do-yeon.”
Dan kata-kata
Hye-sung barusan berhasil menghentikan Hakim Seo. Hakim Seo pun menoleh ke arah
Hye-sung dan meminta staffnya untuk menunggu di dalam.
Hakim Seo:
“Selesaikan dengan cepat. Aku harus menghadiri rapat.”
Hye-sung:
“Sejujurnya, akau akan memanggilmu sebagai saksi. Dan jika kau tidak datang,
aku akan rela terus memanggilmu dengan paksaan untuk datang. Aku berpikir untuk
melihatnya sampai akhir. Hal yang kau lakukan 26 tahun yang lalu, dan cara
bagaimana kau mengahncurkan hidup seseorang. Aku berencana untuk
membongkarnya.”
Hakim Seo:
“Lagi-lagi dengan cerita itu. Sebagai Hakim, aku menetapkan keadilan
berdasarkan bukti. Jika keputusanku itu salah, itu kesalahanku. Itu kesalahan
dari pengacara dan jaksa.”
Hye-sung: “Bagaimana
bisa kau dan Do-yeon mengatakan kata-kata yang sama persis? Do-yeon melakukan
tes DNA. Dan hasilnya keluar hari ini.”
Hakim Seo terkejut.
Hye-sung: “Sepertinya
kau tidak tahu. saat dia menyetujui untuk melakukan tes, dia mengajukan suatu
syarat. Aku datang karenaaku pikir kau harus tahu syarat itu.”
Flashbask.
Hye-sung: “Apa
syaratnya?”
Do-yeon: “Kau tidak
bisa menghancurkan ayahku dalam cara apapun dalam persidangan. Jadi, kau jangan
berani menyebut nama ayahku selama persidangan. Aku tidak menlakukan ini untuk
kepentingan Hwang Dal-joong. Tapi aku melakukannya untuk ayahku. Untuk membuat
semuanya menjadi jelas.”
Flashback end.
Hye-sung: “Saat itu,
dalam sekian tahun aku mengenal Do-yeon itu adalah pertama kalinya aku merasa
kasihan padanya. Jika aku menjadi dia, aku akan sangat membenci seorang ayah
sepertimu.”
Hakim Seo hanya diam
saja.
Hye-sung: “Kami
tidak akan memintamu menjadi saksi. Karena kau berjanji pada Do-yeon.”
Hakim Seo: “Apa kau
sudah selesai bicara?”
Hye-sung mengangguk:
“Ya.””
Hakim Seo kemudian
berbalik pergi, dan berkata: “Aku tidak punya sesuatu yang dijadikan
kesaksian.”
***
Soo-ha merenungkan
kata-kata Kwan-woo: “Pengacara Jang
memilihmu dengan tidak memberiku kesempatan. Jangan merasa cemas, lebih baik
tunjukan padaku alasan mengapa Pengacara Jang memilihmu.”
Kemudian munculah
Hye-sung yang akan pulang. Soo-ha menghampirinya.
Hye-sung: “Aku
selesai, ayo pergi.”
Soo-ha mengetok
penutup muka Hye-sung: “Buka ini dan kita pergi. Ini berbahaya di malam
hari.” (gelap, jalannya nanti tidak
kelihatan.)
Hye-sung: “Aku
baik-baik saja. Dan aku masih marah padamu.”
Hye-sung akan
berjalan pergi, tangannya di tahan Soo-ha.
“Jika kau marah
padaku, katakan dan jangan disembunyikan. Aku tidak akan mudah sakit hati. Saat
paman meninggalkanku, aku mengerti semuanya. Bahkan saat kau mengatakan aku
hanya sesuatu yang menghalangi jalanmu dan memanggilku Gum. Bahkan saat kau
katakan bahwa kesalahanku sehingga ibumu meninggal. Aku baik-baik saja dengan
semua hal itu. Bahkan di masa depan, aku akan terus baik-baik saja. Aku akan
menerima semua pemikiran jahatmu. Dan aku akan menerima semua kekotoranmu (gaya
hisup Hye-sung yang berantakan itu). di masa depan, apapun yang kau pikirkan,
atau sisi manapun dari dirimu yang kau tunjukan padaku. Aku tidak akan pernah
merasa kecewa karena mu. Jadi, jangan sembunyikan wajahmu dengan ini.”
Soo-ha akan membuka
penutup wajah itu, Hye-sung menahannya, “Jangan, kau tidak bisa melihatnya.”
Soo-ha mengenggam
tangan Hye-sung, “Aku sudah mengatakannya, apapun yang kau pikirkan, aku tidak
akan terluka.”
Soo-ha membuka
penutup wajah dan melihat mata Hye-sung, dan terkejut membaca pikiran Hye-sung,
“Apa yang harus ku lakukan? Hatiku terus
berdegup kencang.”
Hye-sung berlari,
Soo-ha mengejarnya.
Hye-sung: “Lepaskan.
Wanita macam apa yang ingin ketahuan saat berpikir seperti itu?” (Hye-sung malu..)
Soo-ha membuka
penutup wajah itu lagi, tapi Hye-sung menutup matanya, “Jangan lihat! Kau akan
mati.”
Soo-ha tersenyum dan
mendekatkan wajahnya, akan mencium Hye-sung. Tapi….wajahnya kepentok penutup
wajah Hye-sung.
Hye-sung membuk mata
dan menyadari tadi Soo-ha akan menciumnya, “Lihatlah. Beraninya kau!”
Soo-ha: “Seperti yang
ku katakan sebelumnya, aku tidak akan pernah merasa kecewa.”
Hye-sung: “Oke, oke.
Aku sangat mengerti.”
Soo-ha: “Oleh karena
itu, kau juga. Tidak peduli apapun yang ku katakan, pria seperti apa aku ini,
tolong jangan pernah merasa kecewa. Jawab aku. Kau menerimanya, kan?”
Hye-sung: “Oke.”
Soo-ha melepaskan
penutup wajah Hye-sung, dan membuangnya ke tempat samap. Mereka pun jalan
bergandengan sambil tersenyum.
***
Kwan-woo mendatangi
sebuah rumah sakit. Dia bertanya pada petugas bagian informasi.
“Bisakah aku bertemu
dengan Profesor Woo Seong-shik?”
Petugas: “Profesor
Woo Seong-shik? Tunggu sebentar.”
Petugas mencari nama
tersebut, “Departemen apa?”
Kwan-woo: “Dulu, aku
mengetahuinya sebagai kepala Pusat Cardiovaskular.”
Ada seorang dokter
yang menghampiri, “Mengapa kau mencari Peofeor Woo Seong-shik?”
Kwan-woo: “Aku
mempunyai beberapa pertanyaan untuknya.”
Dokter:
“Profesor sudah menginggal, sudah lama
sekali.”
Kwan-woo: “Ah,
benarkah? Mungkinkah aku bisa tahu penyebab kematiannya?”
Dokter: “Dia meninggal
dalam kecelakaan mobil. Aku yakin bahwa itu akibat dari mengemudi saat
mengantuk atau mengemudi saat mabuk.”
Kwan-woo:
“Mungkinkah dia meninggal 11 tahun yang lalu?”
Dokter: “Ya, itu
terjadi saat aku baru bertugas di rumah sakit, jadi memang sekitar waktu itu.”
Kwan-woo tampak
memikirkan sesuatu.
Dokter: “Apa ini?
Kau datang untuk menemuinya untuk mengetahui bahwa di sudah meninggal?”
Kwan-woo: “Tidak.
Bukan seperti itu.”
Kwan-woo berbalik
akan keluar rumah sakit, dan bertemu dengan Soo-ha. Kwan-woo kaget Soo-ha
berasa disana, dan akhirnya tahu bahwa Soo-ha juga menyelidiki artikel itu.
Kemudian mereka
berdua bicara di taman.
Kwan-woo: “Jadi, kau
hanya tahu bahwa ayahmu membunuh istrinya Min Joon-guk? Tapi kau tidak tahu
bagaimana kejadiannya?”
Soo-ha: “Ya, aku
hanya mengira itu karena artikel yang dibuat ayahku. Aku tidak tahu lebih
banyak. Saat kau bertemu Min Joon-guk, apa yang dia katakan padamu?”
Kwan-woo: “Dia
mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang mendengarkan ceritanya, bahkan polisi
juga tidak memihak padanya, bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang akan
memihaknya. Itulah mengapa dia memulai semua ini.’
Soo-ha: “Apa kau
pikir Min Joon-guk yang membunuh Profesor Woo Seong-shin 11 tahun yang lalu?”
Kwan-woo: “Kita akan
berusaha untuk mengetahuinya. Tapi aku mempunyai perasaan buruk mengenai itu.”
Soo-ha: “Kalau
begitu kita akan menunggu dan melihat surat apa lagi yang akan di kirim
olehnya.’
Kwan-woo:
“Sebelumnya kau merasa takut, tpi sekarang kau mencari tahu tentang ini?”
Soo-ha: “Ya.”
Soo-ha pun berdiri
dan berkata: “Kita perlu tahu rencana Min Joo-guk secara detail dalam rangka
untuk melindungi orang itu (Hye-sung).”
Soo-ha membungkuk
pada Kwan-woo lalu pamit pergi duluan. Soo-ha terlihat tenang dan lebih dewasa,
itupun dirasakan Kwan-woo.
Kwan-woo melihat
Soo-ha yang berjalan pergi dan kemudian tersenyum, “Dia mendengarkan dengan
baik.”
***
Pagi di rumah
Soo-ha.
Soo-ha: “Jam berapa
persidangannya di mulai?”
Hye-sung:
“Persidangannya jam 11. Seleksi juri jam 9.”
Soo-ha: “Kalau
begitu aku akan ke sekolah dulu, dan akan ke pengadilan jam 11. Lalu haruskah
aku membimbingmu setelah aku membaca pikiran juri dan hakim?”
Hye-sung: “Ya.. “
Lalu Hye-sung
berpikir sebentar dan mengatakan pada Soo-ha untuk tidak usah datang ke
persidangan.
Hye-sung: “Aku tidak
bisa selalu bersidang dengan bimbinganmu. Jika aku terus menggunakan
kemampuanmu, aku merasa nanti aku tidak bisa melakukan pembelaan sendiri. Aku
tidak bisa mempercayakannya pada isyarat tanganmu melamanya, aku tahu.
bagaimanapun juga, aku seorang pengacara. Hari ini, aku ingin mencobanya
sendiri.”
Soo-ha: “Oke.”
Hye-sung: “Jangan
khawatir, aku akan melakukannya dengan baik. Kau melihatku waktu itu, saat di
persidanganmu, kan? Bahkan tanpa matamu, aku melakukanya dengan sangat baik.
Sepertinya matanya tidak sepenuhnya tidak
berguna! Ayo berangkat.”
Soo-ha: “Hem..”
Hye-sung menuju
pintu, raut wajah Hye-sung di belakang Hye-sung tampak muram.
“Saat kerakusanku terus tumbuh, kata-kata lembutmu seperti ini lebih
melukai diriku. Daripada kata-kata cacianmu, atau kata-kata kasarmu. Kata-kata
itu menduga bahwa akan ada suatu hari dimana aku tidak bersamamu. Mengapa kau
terus menduga situasi seperti itu?”
Hye-sung menegur
Soo-ha yang melamu, “Kau tidak pergi?”
Soo-ha tersenyum,
“Ayo pergi..”
***
Hye-sung masuk ke
dalam lift. Tampak Do-yeon yang juga menuju loft. Hye-sung menghentikan pintu
lift yang akan menutup, sehingga Do-yeon masuk bersamanya.
Hye-sung: “Akhirnya
hari ini tiba.”
Hye-sung menoleh
melihat Do-yeon: “Akankah kau baik-baik saja?”
Do-yeon: “Ya, aku
baik-baik saja.”
Hye-sung menoleh ke
Do-yeon lagi, “Matamu terlihat sembab.”
Do-yeo: “Ya. Aku
terjaga sepanjang malam, menulis alasa untuk penuntutan.”
Hye-sung: “Benarkah
kau benar-benar bisa berdiri sebagai jaksa hari ini, di persidangan?”
Do-yeon: “Ya.”
Hye-sung: “Tetap
saja, bagaimanapun juga, Hwang Dal-joong adalah ayah biologismu.”
Do-yeon: “Hentikan.
Kau terus saja mengungkit hal itu. Tidak peduli bagaimana kau mengatakannya
padaku, dia hanya seorang pembunuh di mataku. Aku belum pernh bertemu dengannya.
Aku tidak mempunyai keinginan untuk melakukanna. Jangan menggunakan alasan
darah untuk membuatnya menjadi ayahku.”
Do-yeon keluar dari
lift lebih dulu.
Hye-sung: “Dia
benar-benar kuat….lebih kuat daripada aku. Itu sungguh tidak mudah.”
Do-yeon menguatkan
dirinya sendiri di toilet, “Aku bisa melakukannya.”
***
Di Nail shop,
Seong-bin sedang menyapu, lalu datang Joon-gi yang beralasan ingin melakukan
perawatan kuku, karena pekerjaanya di bengkel mobil membuat tangannya terlihat
buruk.
Seong-bin mengkikir
kuku Joon-gi dengan wajah cemberut, sedangkan Joon-gi menahan senyumnya.
Joon-gi sedang pedekate sepertinya.. :)
Mereka lalu melihat
berita di televisi tentang percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Dal-joong.
Terlihat Dal-joong
sedang merapikan diri di ruang tunggu pengadilan.
Nyonya Seo juga
melihat berita itu di televisi, sedangkan Hakim Seo acuh saja dengan membaca
koran.
Hye-sung dan
Pengacara Shin dikelilingi reporter dan kameramen yang ingin mewawancarai
mereka. Jaksa dan Hakim juga menuju ruang sidang.
Seong-bin: “Dia
membunuh istrinya, jadi dia dipenjara selama 26 tahun. Tapi istrinya masih
hidup? Itu benar-benar tidak adil menyia-nyiakan hidupnya.”
Joon-gi: “adi,
itulah mengapa dia menikam istrinya? Di dunia apa…hal semacam itu bisa
benar-benar terjadi?”
Seong-bin: “Tapi,
tidakkah ini tidak mungkin? Dia membunuh seseorang, lalu dia dihukum. Dia
menikan orang yang sama, lalu dia akan dihukum lagi? Dia sudah dihukum untuk
kesalahannya.”
Joon-gi: “Dengan
kata lain, itu adalah itu, dan ini adalah ini. Bagaimanapun, dia menikah
seseorang yang hidup.”
Seong-bin: “Tidak,
dia menikam seseorang yang sudah mati. Ah, ini pasti alasannya mengapa mereka
menyebutnya “Kasus Pembunuhan Hantu”! bukan seseorang yang hidup tapi seseorang
yang sudah mati yang dia tikam!”
***
Di persidangan juri,
Do-yeon sedang membacakan tuntutannya.
Do-yeon: “Terdakwa
membunuh istrinya 26 tahun yang lalu, dan telah di penjara untuk kejahatan
pembunuhan dan memutilasi. Hukumannya dihentikan karen tumor jahat di otaknya.
Tapi, setelah dibebaskan, dia melakukan percobaan pembunuhan. Saat itu adalah
hari dimana dia dibebaskan dari penjara, 23 Juli 2013, pukul 23:40, terdakwa
melihat korban yang tidak mempunyai tangan kiri di rumah sakit Sae Poong---“
Kata-kata Do-yeon
terhenti saat tanpa sadar dia akan menoleh ke arah Dal-joong. Dia kemudian
membalik badannya lagi, membeakangi Dal-joong.
Do-yeon: “Dalam
keyakinan yang salah bahwa istri yang dia bunuh 26 tahun yang lalu masih hidup,
membuat dia menjadi sangat marah. Dan menggunakan pecahan kaca dari vas bunya
yang pecah, dia menikam korban di lehernya, merusak esofagus dan jalannya udara
dalam percobaan untuk membunuhnya.”
Do-yeon menghadap
hakim, “Menurut Kitab Pidana Pasal 250 paragraf 1, bagian 254, terdakwa
dituntut untuk percobaan pembunuhan.”
Dal-joong, hakim,
dan Hye-sung menghela nafas.
Hakim: “Terdakwa,
apakah kau mendengar fakta dari tuntutan tadi?”
Dal-joong: “Ya..”
Hakim: “Terdakwa,
apa kau menerima tuntutannya?”
Dal-joong: “Aku
menerima bahwa aku menikam orang itu.”
Dal-joong
mengalihkan pandangannya pada Do-yeon, “Akan tetapi, aku tidak bersalah.”
Hakim: “Baiklah, aku
mengerti. Pembela, berikan pernyataanmu.”
Pengacara Shin maju
menghadap Juri, “Aku adalah pengacara terdakwa dari kasus pembunuhan tangan
kiri 26 tahun yang lalu. 26 tahun yang lalu, terdakwa, untuk pembunuhan
terhadap istrinya dan menyembunyikan mayatnya, menerima keputusan bersalah. Dan
samapai sekarang, dia sudah menerima hukumannya. Dan juga, berdasarkan kasus
ini, kami menemukan bahwa keputusan itu, dari 26 tahun yang lalu, telah salah.
Terdakwa menyadari bahwa dia tidak bersalah dan menhgabiskan 26 tahun hidupnya
dalam penjara.”
Pengacara Shin
menyampaikan pernyataanya dengan emosi (bukan marah), “Terdakwa, untuk
pembunuhan yang tidak dia lakukan, telah dihukum selama 26 tahun. Dan juga,
untuk menikam orang itu lagi, yang telah diperkirakan sudah mati, dia hari ini
berdiri di sini. Biasanya, bahkan jika dari pihak penuntut mengatakan bahwa
istrinya dari 26 tahun yang lalu, bernama Jeon Young-ja tidak sama dengan orang
yang sekarang menjadi korban, Shim Chae-ok, tapi dengan banyak bukti, kami akan
membuktikan bahwa dua orang ini adalah satu orang dan sama.”
Dal-joong menatap
Do-yeon.
Pengacara Shin
melanjutkan: “Sebagai tambahan, saat dia sudah membayar untuk pembunuhan, untuk
menghukum dia lagi karena melukai orang sama adalah pertimbangan yang sangat
berbahaya, karena penolakan, berarti karena terdakwa mencoba untuk melakukan
kejahatan yang sama dengan keputusan hakim yang telah ada sebelumnya, kami
berpendapat bahwa terdakwa tidak perlu di hukum lagi.”
Hakim menoleh ke
arah juri yang sedang mencatat.
***
Joon-gi: “Tapi,
istri yang dia bunuh 26 tahun yang lalu dan orang yang dia tikam, bagaimana
kita mengetahuinya bahwa mereka orang yang sama?”
Seong-bin memukul
tangan Joon-gi, “Kau akan mengetahuinya hanya dengan melihat. Apakah karena
sudah 26 tahun, dia tidak akan mengenali istrinya sendiri? Dan fakta bahwa
kedua wanita itu tidak mempunyai tangan kiri.”
Joon-gi: “Bisakah
kau dua orang itu adalah orang yang sama hanya berdasarkan hal itu?”
***
Jaksa Cho memberikan
pernyataan tuntutannya, “Kita tidak bisa mengatakan dua orang wanita itu adalah
orang yang sama. Terdakwa mengutip fakta bahawa korban tidak mempunyai tangan
kiri, dan hasil tes DNA korban, terdakwa dan putri mereka sebagai bukti. Tapi,
hanya tangan kiri yang hilang tidak bisa membuktikan korban dan istri terdakwa
adalah satu dan orang yang sama. DNA putri mereka juga tidak bisa diterima
sebagai bukti, tanpa jaminan identitas putrinya.”
Dal-joong kembali
menatap Do-yeon. Sepertinya Dal-joong sudah tahu atau curiga bahwa Do-yeon
adalah putrinya.
Hye-sung menggerutu
sendiri, mengutuk Jaksa Choi.
Giliran Hye-sung
yang menyampaikan pembelaannya.
Hye-sung: “Putri dua
orang ini hidup dengan tenang tanpa menyadari bahwa dia di adopsi. Aku akan
menyebut putri itu sebagai Shim-jeon. Untuk persidangan ini, Shin-jeon meminta
identitasnya untuk tidak di ungkapkan.”
Hye-sung menatap
Jaksa Cho: “Itulah mengapa aku tidak bisa menyebutkan identitasnya.”
Lalu Hye-sung
menunjukan hasil tes DNA.
Hye-sung: “Jika
kalian melihat hasil dari tes DNA ini, Shim-jeon dan Hwang Dal-joong adalah
99.9999997% (Hye-sung ngomongnya sambil monyong ke Jaksa Choi, ngakak saya..
^^) dan juga dengan korban Shim Chae-ok adalah
99.9999997% (masih monyong ke Jaksa Cho. Jaksa Cho nya membuang muka.).
Hubungan orant tua telah ditetapkan. Jadi, ini mberarti Hwang Dal-joong, terdakwa,
dan korban Shim Chae-ok adalah pasangan yang menikah.”
Hakim dan Juri
mengangguk-angguk. Dal-joong terus saja memandangi Do-yeon, sedangkan Do-yeon
sendiri berusaha untuk tidak menatap Dal-joong.
***
Joon-gi: “Oke, aku
mengakui. Lalu, seperti yang kau katakan, mereka sudah menikah. Lalu mengapa
itu jadi masalah? Dia tetap saja menikam orang yang masih hidup.”
Seong-bin berdiri
dan memukul kepala Joon-gi.
Joon-gi marah,
“Mengapa kau memukulku?!”
Seong-bin: “Itu
hukuman untuk mengatakan pada polisi tentang loker Soo-ha.”
Joon-gi: “Kau sudah
memukulku saat itu!”
Seong-bin tersenyum,
“Lihatlah! Jika kau sudah di pukul, tapi
di pukul lagi, kau juga menjadi marah. Itu sama saja untuk kedua orang itu. kau
sudah di hukum sebelumnya, tapi mereka akan menghukum mu agi untuk kejahatan
yang sama.”
Joon-gi marah,
“Apakah itu hal yang sama?!”
(percakapan
Seong-bin dan Joon-gi ini, ibarat mewakili Pembela dan Jaksa, soalnya
nyambung..)
***
Jaksa Cho: “Itu
benar-benar tidak sama. Di negara kita, ada larangan untuk menuntut resiko
ganda. Saat keputusan akhir sudah dilakukan, kasus yang sama tidak bisa
dituntut lagi. Ini adalah salah satu prinsip yang mengatur kasus kriminal.”
Jaksa Cho menatap
tajam Hye-sung (mau balas yang tadi..): “Tapi, ini sangat sulit untuk
mengatakan bahwa kasus ini sama dengan kasus 26 tahun yang lalu. Waktu, tempat,
dan tuntutan, semuanya berbeda. Cara dan maksud kejahatannya berbeda. Dan juga,
hasil kejahatannya juga berbeda. Korban dan terdakwa adalah yang hanya sama
dalam dua kasus. Tapi tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa dua kasus ini
adalah sama.”
Giliran Pengacara
Shin memberikan kesimpulan pembelaan.
Pengacara Shin: “26
tahun yang lalu, pengadilan memutuskan terdakwa untuk hidup di penjara untuk
hukuman atas pembunuhan, mutilasi, dan menyembunyikan mayat. Karena hukuman
ini, korban Shim Chae-ok menjadi orang yang sudah mati secara legal. Jadi,
terdakwa menikam orang yang sudah mati, atau dengan kata lain, seorang hantu.
Dia hanya menikam seorang hantu, tapi mengap kita harus menerapkan untuk
percobaan pembunuhan?”
Do-yeon menghela
nafas, kini gilirannya kembali.
Do-yeon: “Inti bahwa
korban yang disangka meninggal ternyata masih hidup, dan bahwa terdakwa secara
tidak adil menghabiskan waktunya di penjara karena itu, kamu juga ikut
menyesal.”
Do-yeon menghadap
Hye-sung, “Ketidak bersalahannya untuk kasus itu harusnya bisa diajukan untuk
persidangan ulang, tapi untuk percobaan penbunuhan, itu harus dipertimbangkan
secara terpisah walaupun korbannya adalah sama. Oleh karena itu, permohonan
terdakwa untuk dibeabskan sangat tidak mungkin.”
Dal-joong menunduk.
Hye-sung: “Untuk
mengungkapkan bahwa dia tidak bersalah dalam persidangan ualng, itu sangat
terlambat. Sangat disayangkan, terdakwa sedang menderita tumor otak ayng di
sebut dengan glioblastoma multiforme,
dan tidak memiliki banyak waktu tersisa untuk hidupnya.”
Hye-sung menatap
Dal-joong: “Satu bulan untuk kita, berarti satu tahun untuk terdakwa, tidak
sepuluh tahun untuknya. Di negara ini, pengajukan untuk persidangan ulang itu
sendiri sangat sulit untuk dimulai, dan bahkan jika kau mengajukannya, akan
memakan waktu lama sampai persidangan ulang dilaksanakan.”
Hye-sung menatap
Do-yeon: “Jadi, saat menunggu untuk itu, terdakwa bisa saja meninggal dunia.”
Do-yeon tampak
berkaca-kaca.
Hakim: “Berikutnya,
pertanyaan untuk terdakwa di mulai.”
Soo-ha masuk ke
ruangan sidang. Hye-sung terkejut, dan Soo-ha hanya tersenyum.
Do-yeon maju ke
dekat Dal-joong dengan langkah gontai.
Dal-joong tiba-tiba
menginterupsi, “Yang Mulia, sebelum pertanyaan, ada sesuatu yang ingin aku
katakan.”
Hakim: “Apakah
sangat panjang?”
Dal-joong: “Tidak,
ini pendek.”
Dal-joong berdiri,
“Kata-kata yang aku sampaikan sekarang akan terekam, kan?”
Hakim: “Ya, akan
terekam.”
Do-yeon bediri di
tempatnya, tanpa menatap Dal-joong.
Dal-joong: “Hari ini,
putriku Shim-jeon yang melakukan tes DNA untukku, aku ingin mengucapkan terima
kasih padanya. Siapapun dia, dimanapun dia tinggal, yang bahkan aku tidak tahu
apapun tentangnya, aku ingin mengatakan padanya untuk tetap hidup seperti itu,
bahagia dan hidup dengan baik. Aku ingin mengatakan itu. Hanya itu.”
Dal-joong duduk
kembali. (dan saya menangis… T.T)
Hakim: “Ya, saya
mengerti. Jaksa, lanjutkan dengan pertanyaamu.”
Do-yeon: “Baik.”
Do-yeon menghela
nafas, terlihat jelas dia menahan tangisnya.
Do-yeon melihat
catatan pertanyaan miliknya, “Terdakwa, pada 3 Juli, kau bertemu dengan korban
di rumah sakit secara tidak sengaja, kan?”
Dal-joong: “Ya.”
Do-yeon: “Kau,
terdakwa, apakah kau menyerang korban Shim Chae-ok dengan maksud untuk
membunuhnya?”
Dal-joong: “Tidak.”
Do-yeon dan
Dal-joong tanya jawab tapi tidak saling melihat satu sama lain. Biasanya kan
dipersidangan pasti saling melihat ya..
Do-yeon melihat lagi
catatan pertanyaannya. Lama, dia tidak bersuara, membuat Jaksa Cho terlihat
keheranan. Dan sepertinya Soo-ha membaca pikiran Do-yeon.
Do-yeon pun
melanjutkan, “Sekarang ini, korban sedang koma dan jika korban meninggal,
apakah kau tahu bahwa kau kemudian akanmenjadi seorang pembunuh?”
(Pertanyaan ini
sepertinya tidak ada di dalam catatan, ini pertanyaan pribadi Do-yeon, dan
Soo-ha sepertinya menyadarinya.)
Hye-sung dan
Pengacara Shin berbarengan menginterupsi, “Hakim! Korban masih hidup!”
Hakim: “Ya, jaksa,
tolong menahan diri dari pertanyaan yang kejadiannya belum pernah terjadi.”
Do-yeon: “Baik.”
Do-yeon menghela
nafas dan menurunkan catatan pertanyaannya, “Tidak ada lagi pertanyaan.” Dia
langsung menuju tempatnya.
Hakim merasa aneh,
“Apakah sudah selesai?”
Do-yeon: “Ya.”
Hakim saling
berpandangan, Pengacara Shin juga heran dan menengok ke Hye-sung yang sedang
menatap Do-yeon.
Dal-joong menoleh ke
arah kanan, Soo-ha berusaha membaca pikirannya, lalu Dal-joong menoleh ke
Do-yeon yang melamun.
Jaksa Cho bertanya
pada Do-yeon: “Mengapa kau mengabaikan semua pertanyaan?”
Do-yeon memberika
alasan, “Semua pertanyaan kemungkinan besar sama dengan pertanyaan sebelumnya.”
Do-yeon terlihat
sedih, dan Hye-sung melihatnya.
Giliran Pengacara
Shin yang bertanya pada Dal-joong.
Pengacara Shin: “Di
rumah sakit, saat kau bertemu dengan korban Shim Chae-ok, ah tidak, Jeon
Young-ja, apa yang dia katakan?”
Dal-joong: “Dia
membuat alasan menapa dia membuatku menjadi seorang pembunuh 26 tahun yang
lalu.”
Pengacara Shin: “Apa
yang dikatakan olehnya?”
Dal-joong: “Dia
tidak menyukaiku. Dia juga tidak menyukai hutangku. Dia ingin hidup dengan pria
lain. Dan putriku… dia tidak ingin membesarkannya dengan banyak hutang. Jadi,
dia menumbuhkan keberaniannya, memotong tangannya sendiri, dan mengirimku ke
penjara. Dan dia juga mengatakan bahwa mungkin lebih baik hidup di penjara
daripada hidup menderita karena hutang. Itulah mengapa aku….”
Pengacara Shin:
“Lalu, kata-kata korban memprovokasi mu, jadi kau mengambil pecahan vas secara
spontan? Apakah aku benar?”
Dal-joong: “Ya.”
Pengacara Shin
menunjukan potongan vas yang digunakan Dal-joong.
Pengacara Shin:
“Apakah ini pecahan vas yang kau gunakan untuk menikam korban?”
Dal-joong: “Ya.”
Pengacara Shin:
“Saat vas pecah, pasti banyak pecahan lain yang lebih besar juga. Mengapa kau
memilih pecahan yang kecil?”
Dal-joong: “Aku
hanya mengambil yang bisa ku ambil.”
Pengacara Shin pada
Juri: “Seperti yang kalian dengar, terdakwa tidak mempunyai maksud untuk
membunuh korban. Ini kejadian yang tidak sengaja.”
Hakim melihat jam
tangannya, “Anggota juri, kalian pasti merasa lelah karena persidangan yang
panjang ini. Kita akan melanjutkan pada pukul 4 sore setelah istirahat
sebentar.
***
Di luar ruangan,
Soo-ha melihat Do-yeon yang berjalan dengan gontai, dan Soo-ha membaca
pikirannya, “Ayah, maafkan aku. Aku
sungguh-sungguh minta maaf.”
Hye-sung menghampiri
Soo-ha, “Hey, apakah kau melihat para juri? Berapa banyak menurutmu yang berada
di pihak kita?”
Soo-ha: “Apa ini,
bukankah kau bilang kau bisa melakukannya sendiri?”
Hye-sung:
“Ya…itu..karena kau ada di sini, ketakan padaku.”
Soo-ha: “Lebih
daripada itu, mengenai Jaksa Seo…”
Hye-sung: “Jangan
mengungkit-ngungkit dia lagi. Kau terus mengatakan padaku untuk memahaminya,
jadi aku melakukannya, tapi dia benar-benar seorang mesin. Bahkan tanpa
mengejapkan mata, dia memojokan ayahnya.”
(ternyata Hye-sung
berpikir seperti ini, ku kira dia tadi tahu Do-yeon bersedih, masa gak bisa
lihat perbedaan sikap Do-yeon dari biasanya sih?)
Soo-ha: “Aku tidak
berpikir seperti itu.”
Hye-sung: “Apa?”
Soo-ha: “Hwang
Dal-joong sepertinya tahu bahwa Jaksa Seo adalah putrinya.”
Hye-sung: “Benarkah?
Bagaimana dia bisa tahu?”
***
Do-yeon memcuci
tangannya di toilet. Dia kemudian mengingat pertemuannya dengan Hwang Dal-joong
sehari sebelumnya.
Flashback.
Dal-joong: “Putri
dari Seo Dae-suk adaah jaksa di persidanganku. Aku sepertinya memiliki takdir
yang kuat dengan keluargamu. Sangat kuat… mengapa kau datang kemari?”
Do-yeon: “Ayahku
tidak akan pernah meminta maaf untuk persidangan yang terjadi 26 tahun yang
lalu. Jika kau mengharapkannya, sebaiknya kau menyerah.”
Dal-joong: “Kau
datang untuk memberitahuku itu? kalau begitu, tidak ada lagi yang bisa ku
dengar.” Dal-joong berdiri.
Do-yeon dengan cepat
meminta maaf, “Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Aku minta maaf padamu
atas nama ayahku.”
Dal-joong: “Mengapa
kau yang meminta maaf?”
Do-yeon: “Ayahku
mungkin menyesali keputusannya saat itu. Mungkin itulah mengapa aku…”
Dal-joong: “’aku’?”
Do-yeon: “Ayahku
bukan seseorang yang mudah untuk menerima hal semacam itu. Itulah cara dia
hidup selama bertahun-tahun. Itulah mengapa..aku meminta maaf padamu. Kumohon
maafkan dia.”
Do-yeon berdiri,
sedangkan Dal-joong sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
Do-yeon: “Aku akan
bertemu denganmu lagi di persidangan besok. Di pengadilan, aku bukanlah putri
Seo Dae-suk, tapi aku akan berdiri sebagai jaksa.”
Do-yeon sudah
membalikan badan hendak pergi, Dal-joon menghentikannya dengan bertanya: “Kau…
berapa usiamu?”
Do-yeon menjawab
tanpa menoleh: “Umurku 29 tahun.”
Dal-joong menyentuh
kaca pembatas: “Apakah aku Ga-yeon?”
Dan terlihat Do-yeon
yang menitikan air mata, berusha menjawab dengan biasa, “Bukan, aku Seo
Do-yeon.”
Do-yeon pun
melangkah pergi.
(Do-yeon tidak
menatap Dal-joong selama percakapan.)
Flashback end.
Do-yeon menangis
dengan keras. Pertahanannya jebol, dia sudah tidak bisa lagi membendung
kesedihannya.
Hye-sung masuk ke
toilet dan terkejut mendapati Do-yeon yang sedang menangis.
Hye-sung: “Seo
Do-yeon….mengapa kau….”
Do-yeon berkata
sambil menangis dengan terbata-bata, “Hye-sung…aku…aku…aku pikir aku akan mati.
Tolong aku….tolong selamatkan ayahku…kumohon…”
Do-yeon menangis
tersedu-sedu.
Komentar:
Daebak! Akting
menangis Lee Da Hee top banget deh. Di episode awal, aku ikut menangis saat
Hye-sung menangisi kepergian ibunya. Dan di episode ini, aku juga ikut menangis
tersedu, melihat Do-yeon yang sangat terluka melihat ayahnya.
Mungkin pada awalnya
Do-yeon memang menyangkal Dal-joong sebagai ayahnya dan tidak mau mengakuinya.
Dia mungkin malu ternyata ayah kandungnya adalah seorang pembunuh. Tapi saat di
persidangan tadi, dia mendengar sendiri penjelasan ayahnya, bahwa dia tidak
membunuh siapapu, dan bahwa yang sebenarnya “jahat” adalah ibu kandungnya.
Makanya dia merasa sangat terluka untuk ayahnya, apalagi dia menjadi pihak yang
menuntut ayah kandungnya itu.
Duuhh,, maaf ya telat mulu... aku jadi bosen jg nih minta maaf mulu.. tapi jangan ikutan bosen maafin aku ya readers, hehe...
As your wish, penulisannya kembali seperti semula.. :)
:D sudah keluar lagi... trimakasih unnie
ReplyDeleteakhirnya keluar juga..i waiting for this all day long..
ReplyDeletethx unnie..
thank you kak atas sinopsis ny ditunggu next episode ny ya. sudah tidak sabar menanti
ReplyDeleteGomawo eonnie ^^
ReplyDeleteNgga papa kok telat, asal jangan berenti di tengah aja
Ditunggu ep selanjutnya, semangatt !!
Do yoen kaya barbie dh.. Tp dark barbie, cantik..., dya b'usaha menyangkal perasaan πŶª tp akhirnya jebol jg... So sad.. Smga stlah ini dy tersenyum. :)
ReplyDeleteThx sinopnya
Daebak..... Keren banget Unnie.... Makasih udah balik lg ke gaya semula....
ReplyDeleteLebih mengena... Ditunggu update selanjutnya....
Terima kasih....
huuhhh,, akhirnya keluar juga yg part 2 nya,, wkwk :D
ReplyDeleteadegan melo trus nih,, siapin tissue 2 dus,, wkwk
;)☆̤̥ ƬҼr¡♍ɑ̤̥̈̊ Ƙɑ̤̥̈̊s¡Ћ ☆̤̥;) mbak mumu Ɓυ̲̣ɑ̤̈̊τ̩ part 2 nya
ReplyDeleteditunggu banget kaka sinopsisnya :) kadang gregetan deh sama hyesung, tp do yeon kali ini bikin aku bener2 nangis, gak tega :'(
ReplyDeletefighting ya, smoga episod selanjutnya cepat publish O:)
di tunggu kelanjutannya...............
ReplyDeleteikut nangis liat Da yeon seperti itu
ReplyDeletedi tunggu kelanjutannya.
ReplyDeleteSemangat...
Thankyou
ReplyDeleteSediiihhhhnyaaa
ReplyDeleteKasian do yeon :'(
Terimakasih mbak mumu.. Seneng rsnya baca sinop Ɣªήğ dibikin sm mbak.. Sangat menghibur.. Bs menghilangkan stress jg disela2 kesibukan baca blog mbak. Tetep semangat ya mbak.. *hug
ReplyDeleteakhirnyaa keluar juga part 2 nya ^^ daebak dehh !! aku baca sinopsisnya aja sudah berkaca-kaca *ciehh, wkwkkw.. semangat mumu eonni !! always hwaiting ^^
ReplyDeleteakhirnya..... terima kasih mbak mumu!!
ReplyDeletefighting <3
wahh keren ,, di lanjut iya sinopnya :D
ReplyDeletesemangat noona,, tinggal 3 episode lg. ya walaupun telat,, yg penting tetep dilanjutin,, jng putus tengah jalan ya,, aq turut sedih bwt do yeon,,, jd ikutan sedih :( but i hope it's will be happy ending ^^
ReplyDeleteHuhu x_x mba mumu aku pngin nangis disaat do-yeon di toilet :( pkknya ttg do-yeon & dal-joong lah, tp syng gi puasa (n) hrs tabah deh (y)
ReplyDeletethx mbak mumu sinop nya :) tiap hari sll nungguin sinopnya ihyv ini.. mbak mumu bikin sinopnya hundred year inheritance dong...
ReplyDeleteLove love love ditunggu kelanjutannya...
ReplyDeleteDi tunggu bangt klanjutanx...ingin tau expresi hye sung sama kebnaran ttng mslah ayh soo ha!!!
ReplyDeleteJdi ingin tau akhirx!!!
Moga happy ending & soo ha ♡ hye sung bersatu ampe akhir...^^
aku ikut nangis liat do yeon nangis :(
ReplyDeletesedih ya huhuhu
ReplyDeleteWahh..seneng bgt part2nya udh kluar.. (ʃƪ´▽`) makasii sinopnya. Tetap semangatt (҂˘̀^˘́)9 penulis! Kami mendukungmu..!
ReplyDeleteAkhirnya keluar jg part 2 nya,, ikutan nangis liat do yeon nangis d toilet jd tambah penasan kelanjutannya,, mumu oeni fighting
ReplyDeleteDee on
mkasih mba.... d tnggu lnjtnx.... bkin pnasaran....
ReplyDelete:)
Semangat ya mb,,,aq tunggu next sinopny
ReplyDeleteBtw jg sering buka blog ini buat ngecek update sinop ihyv
Penasaran tingkat dewa,,,,,,,he,,he,,he
Wahhhhh semakin seru ceritanyaaaaaa
ReplyDeleteMba saya mau kasih masukan, tulisan nya banyak yg typo (salah ngetikan. Ex: hyesung » heysng , etc) . Sama suka salah penyebutan nama, yg harusnya soo ha jadi hyesung. Cuma masukan aja. Jangan diambil hati.
Hhaahhaa
Tapi makasih banget udah share padahal lagi sibuk ya. 화이팅 !!!
tengkyu masukannya. hmm,,sebenernya udah tahu sih aku emg suka typo, ketahuan pas udah di post. dan belum ada waktu lagi untuk mengoreksinya, sinopsis kejar tayang.. ^^
Deletemohon di maklum aja, dan yang penting readers tahu maksdunya. oke!
makin makin serruuuuu
ReplyDeletesemangaaaaaat ya mba nulis sinopsisnya
ReplyDeletebentar lagi mau selesai nih...
semangat... semangat
ngga krasa bentar lagi mulai selesai hu...huuu
ReplyDeletetapi ihyv emang kerrreeeen
makasih ya mba dah buat sinopsisnya
baca sinopsisnya aja udah nangis T_T, apalagi nonton langsung.
ReplyDeletejempol deh buat mbak mumu atas tulisannya yang keren. penyampaian yang pas dan ngena banget. fighting
-̶̶•-̶̶•̸Ϟ•̸Thank You•̸Ϟ•̸-̶̶•-̶ sinopsisnya unnie....ditunggu kelanjutannya S̤̥̈̊є̲̣̥м̣̣̥̇̊ά̲̣̣̣̥п̥̥̲̣̣̣̥G̲̣̣̣̥ά̲̣̣̣̥τ̣̣̥ :) :D
ReplyDeleteeonni mksih dah mau posting sinopsis ini,
ReplyDeleteaku tunggu lanjutannya ^_^ ,,