Sinopsis I HEAR YOUR VOICE Episode 9 - 1
Hye-sung berada di
rumah sakit, operasinya berjalan lancar. Dokter mengatakan beruntung tidak ada
organ dalam yang terluka, Hye-sung hanya perlu beristirahat di rumah sakit
beberapa hari untuk memulihkan luka operasinya.
Kwan-woo berterima
kasih. Dokter juga menanyakan, apakah mereka tidak perlu menghubungi polisi,
karena luka itu seperti luka tusukan seseorang. Kwan-woo hanya berkata dia akan
mengurusnya.
Hye-sung terbangun,
dia agak bingung atas apa yang sudah terjadi. Kwan-woo menjelaskan operasi
Hye-sung sudah berhasil, dan Hye-sung belum boleh bergerak banyak. Tapi
Hye-sung langsung teringat Soo-ha, dia menanyakan dimana Soo-ha dan beranjak
bangun untuk mencarinya. Tentunya di tahan Kwan-woo.
Kemudian terdengar
narasi Hye-sung:
“Aku mungkin sudah menghentikannya. Apa yang Soo-ha pikirkan, jika aku
saja aku bisa memahami isyaratnya lebih cepat, kejadian hari ini mungkin tidak
akan terjadi. Soo-ha selalu mendengar suaraku. Tapi aku, di saat yang
dibutuhkan, tidak mendengarkan suara Soo-ha.”
Episode 9
On a Burdensome Day, If Even You Leave Me
Tiga hari
sebelumnya.
Hye-sung menemui
klien barunya, seorang pria buta.
Hye-sung: “Aku tahu
kau bisa melihat.”
Pria: “Aku sudah
mengatakannya, aku tidak bisa melihat.”
Hye-sung: “Jika kau
berbohong di pengadilan, kau tahu bahwa kau akan dituntut dengan sumpah palsu.”
Pria: “Ini bukan
kebohongan. Karena suatu kecelakaan, aku menjadi buta.”
Hye-sung jengah:
“Oooh, jadi kau melakukan pelecehan seksual di bus karena kau tidak bisa
melihat? Dan kau sengaja memilih anak kecil?”
Pria: “Orang itu
sengaja berbohong untuk mendapatkan uang dariku. Aku sedih karena aku tidak
bisa melihat dan kau mengatakan bahwa aku seorang yang berlaku tidak wajar?
Apakah ini sesuatu yang harus dilakukan pada seseorang?”
Hye-sung sedikit menghentak
meja: “Orang yang tidak bisa melihat bisa mengirim pesan, mengendarai dengan
kecepatan di atas batas, dan bahkan mencuci mobil?”
Hye-sung melemparkan
foto-foto si pria itu, terlihat si pria sedikit melirik ke arah foto, tapi dia
tidak mengaku.
Pria: “Itu mungkin
orang lain yang bukan aku.”
Hye-sung akan
melemparkan ponselnya, dan si pria langsung terhentak kaget! (begitu juga saya…
musiknya ngagetin.. ==”)
Hye-sung: “Apa kau
akan tetap berbohong bahkan setelah ini?”
Si pria kesal,
marah, dia berdiri dan melemparkan tongkatnya, “YA! Apa kau seorang jaksa? Kau
seorang pembela umum!”
Teriakannya
terdengar sampai keluar, sampai Pengacara Shin menutup mata (eh?), dan
Yoo-chang juga menoleh.
Pria: “Jika kau
seorang pembela umum, kau harus berada di pihak ku, apapun yang terjadi!”
Hye-sung: “Mengapa
aku harus berada di pihak seseorang yang melakukan pelecehan seksual?”
Pria: “Pelecehan
seksual? Hey! Aku cukup tahu tentang hukum untuk mengerti bahwan sebelum
persidangan, aku dianggap tidak bersalah! Mengapa kau mengatakan bahwa aku
seorang peleceh seksual!?
Hye-sung meremehkan,
“Aku tahu kau sedang mencoba menggunakan azas praduga tak bersalah. Dan karena
taktik itu dunia menjadi tidak patuh pada hukum! Apa kau tahu itu?!” Hye-sung balas membentak.
Kwan-woo tertegun
mendengar perkataan Hye-sung. Pengacara Shin menutup pintu ruangan yang tadi
tidak tertutup sempurna.
Yoo-chang berbisik
pda Pengacara Shin, “Dia mengatakan itu tujuannya pada Pengacara Cha, kan?”
Pengacara Shin
memukul dahi Yoo-chang dengan gulungan kertas. Yoo-chang meledek Pengacara Shin
di belakangnya dengan memegang giginya. (Lucu, tapi sudah ngejelasinnys.. ^^)
Pengacara Shin
menghampiri Kwan-woo, “Kau jangan terlalu mencemaskan hal itu. Kerjakan saja
tugasmu. Besok adalah hari Min Joon-guk dibebaskan?”
Kwan-woo menjawab
dengan masih termangu, “Ya..”
***
Lee Jeong-hoon
(teman Joon-gi yang tidak melihat Soo-ha di lapangan itu), melihat kaki Seong-bin
yang menjulur dari jendela pintu. Dia segera berlari menghampirinya dan
memegang kaki Seong-bin erat-erat, “Hey! Hey! Apa kau gila?! Apa kau ingin
mati?”
Seong-bin: “Hey. Kau
tetap pegang kakiku. Aku pikir aku bisa membacanya.” Seong-bin mencoba melihat
sesuatu yang ada di bawah.
Jeong-hoon terlihat
bingung, dan sambil tetap memegang Seong-bin dia ikut melongok ke luar jendela,
“Membaca apa? Hey, kau dapat melihat itu?”
Seong-bin: “Ya, aku
melihatnya. Sedikit lagi..”
Seong-bin membaca, “Bahkan jika aku….menghilang…? apa yang
dia maksud ‘menghilang’?”
Soo-ha di bawah
sedang menulis di diarynya, Joon-gi menghampirinya, dan sediki menendang tas
Soo-ha.
Joon-gi: “Ada apa
dengan tas ini? Apa kau tidak akan masuk ke kelas tambahan lagi?”
Soo-ha memasukkan
bukunya dan berdiri, “Ya. Itu bukan urusanmu.”
Joon-gi: “Mengapa
itu bukan urusanku? Kau mengacaukan suasana di kelas kita.”
Soo-ha: “Jika kau
tidak menyukainya, katakan saja pada guru.”
Soo-ha menepuk
pundak Joon-gi dan beranjak pergi.
Joon-gi: “Bahkan
jika kau tidak mengatakannya, aku akan memberitahu guru.”
Soo-ha berbalik dan
menghampiri Joon-gi lagi. Joon-gi agak mundur ketakutan, “Ada apa? Kau yang
mengatakan padaku untuk mengatakannya pada guru!”
Soo-ha: “Aku ingin
memberimu beberapa saran, karena mungkin ini terkahir kali aku bertemu
denganmu. Jika kau menyukai Seong-bin, cepat beritahu dia dan jangan
menggangguku karena itu.”
Joon-gi berteriak
pada Soo-ha yang menjauh: “Apa yang dia katakan? Aku tidak menyukainya! Aku
memiliki standar yang sangat tinggi!! Apa dia gila?”
“Hey! Soo-ha pasti
sudah gila!” Joon-gi berkata pada temannya yang lewat.
Seong-bin berlari
menghampiri Joon-gi, “Hye! Apa yang baru saja katakan padamu?”
Joon-gi: “Dia bialng
kau sangat jelek dan gendut! Jika harimau menangkapmu, akan butuh tiga sampai
sepuluh hari untuk memakanmu. Puas?!”
Seong-bin menendang
kaki Joon-gi. Seong-bin menatap kepergian Soo-ha dengan penasaran dan juga
khawatir.
***
Soo-ha mengikuti
Kwan-woo yang baru saja keluar dari kantor. Terus mengikuti Kwan-woo, sampai
Kwan-woo sendiri merasa diikuti dan sembunyi.
Soo-ha kebingungan
mencari Kwan-woo, yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
Kwan-woo: “Aku kira
siapa yang mengikutiku. Itu kau?”
Soo-ha: “Bagaimana
kau bisa tahu?”
Kwan-woo: “Aku
pernah menjadi polisi.”
Soo-ha: “Apa kau
pandai bela diri?”
Kwan-woo membuang
tasnya dan memasang kuda-kuda, “Mengapa harus bertarung? Anak ini bisa Taekwondo, huh? Dia akan melakukannya padaku.. mungkin..”
Soo-ha tersenyum:
“Aku tidak akan berkelahi denganmu. Aku ingin meminta pertolonganmu.”
Kwan-woo menurunkan
kuda-kudanya: “Pertolongan? Pertolongan apa?”
***
Di tahanan.
Tahanan kacamata:
“Hey, kak Min. Ini akan menjadi malam terakhirmu disini?”
Joon-guk tertawa:
“Itu semua tergantung apa yang akan dikatakan hakim. Aku belum tahu apapun.
Jika hakim percaya pernyataanku, maka aku akan bebas. “
Tahanan kacamata:
“Aku dengar karena kau mendapatkan pengacara yang bagus, kau akan bebas. Semua
orang di penjara mengatakannya.”
Joon-guk tertawa
lagi: “Mmm. Aku beruntung.”
Lalu dia berkata
dalam hatinya, “Omong-omong, anak
kecil..Bagaimana kau akan menyambutku?”
***
Soo-ha memakai topi,
dan membawa tas hitamnya. Dia melihat ke sekeliling rumahnya, dan kemudian
keluar.
Di jalan depan
rumahnya, ada Seong-bin menunggunya.
Seong-bin memegang
lengan Soo-ha, “Soo-ha!”
Soo-ha terkejut:
“Apa yang kau lakukan disini?”
Seong-bin: “Apa
maksudmu? Aku datang kesini agar kita bisa berangkat bersama ke sekolah. Tapi
mengapa kau tidak memakai seragam sekolah?”
Soo-ha melepaskan
pegangan tangan Seong-bin, “Aku tidak pergi sekolah hari ini. Kau pergi
sendiri.”
Seong-bin: “Jika
tidak ke sekolah, kau mau pergi kemana?”
Soo-ha: “Kau tidak
perlu tahu.”
Seong-bin menarik
dan mengambil tas Soo-ha sambil berlari.
Soo-ha mengejarnya:
“Go Seong-bin!” dan berhasil memegang tas punggung Seong-bin.
“Apa yang kau
lakukan? Berikan tasnya padaku!”
Seong-bin: “Aku
tidak mau! Aku kita pergi bersama ke sekolah!”
Seong-bin memegang
sesuatu yang ada dalam tas Soo-ha, “Apa
ini? Ini terasa seperti pisau.”
Soo-ha segera
menarik tasnya dengan kasar, “Berikan padaku”
Seong-bin: “Kau…apa
itu yang ada dalam tasmu?”
Soo-ha: “Ini bukan
apa-apa. Jangan berpikir hal bodoh. Jangan katakan pada siapapun.” Soo-ha
beranjak pergi.
Seong-bin: “Aku
harus tahu apa yang salah! Kau mau pergi kemana? Apa yang akan kau lakukan?”
Soo-ha terus
berjalan, tidak peduli dengan pertanyaan Seong-bin.
Seong-bin terlihat
khawatir.
***
Ruang sidang.
Hakim akan
membacakan keputusannya. Dia melihat Hye-sung dan mendesah.
Hakim: “Hari ini,
keputusan yang sangat sulit di tentukan sebagai hakim, akan di umumkan disini.
Terkdawa, silahkan berdiri. Terdakwa Min Joon-guk telah dituntut untuk
pembunuhan pada 9 Juni 2012 di Myeongwoldong, Sangmoo city di restoran ayam
milik Eo Choon-shim, dia memukul kepala korban dengan senjata tumpul. Setelah
itu, dia membuat kebakaran untuk menutupinya sebagai kecelakaan. Fakta bahwa
korban adalah ibu dari saksi yang bersaksi untuk melawan terdakwa, dan terdakwa
terangkap kamera CCTV di sekitar tempat kejadian. Tetapi itu telah dibantah,
jika terdakwa berbuat kesalahan pada korban, lalu fakta bahwa terdakwa dan
korban berhubungan cukup baik, setelah dia bekerja di restoran ayam, sangat
sulit untuk di percaya. Dengan kata lain, mungkin saja cedera di kepala korban
disebabkan karena di terjatuh akibat arrhytmia yang muncul tiba-tiba. Terdakwa
juga mengalami luka saat mencoba untuk menyelamatkan korban. Akan tetapi, jika
dia sengaja membuat kebakaran untuk menutupi pembunuhan, dia mengambil resiko
dengan mengabaikan mungkin di akan di tangkap sebagai pelaku. Oleh karena itu,
dia pasti akan mengambil tindakan yang berbeda jika dia benar-benar ingin
melakukan pembunuhan. Jadi, alasan itu cukup kuat untuk meringantakn tuntutan
atas terdakwa. Berdasarkan hukum, jika tidak ada alasan kuat yang mengarah pada
bersalah, maka pengadilan harus menyatakan terdakwa tidak bersalah. Hak asasi
dalam prosedur kejahatan bahwa keputusan harus dibuat dengan hati-hati untuk
terdakwa. Oleh karena itu, mengacu pada Hukum Persidangan, bagian no. 325,
terdakwa dibebaskan.”
Semua terdiam, hanya
Min Joon-guk yang berteriak kegirangan.
Hye-sung berusaha
menahan air matanya. Bahkan hakim pin sepertinya enggan memberikan keputusan
itu, mereka menghela nafas.
Joon-guk menyalami
Kwan-woo, “Terima kasih atas kerja kerasmu. Ini jadi mungkin berkau kau,
Pengacara Cha.”
Kwan-woo: “Jangan
sungkan. Sekarang kau bisa pergi ke pusat tahanan untuk mengambil
barang-barangmu.”
Joon-guk: “Baik,
terima kasih. Terima kasih banyak.”
Joon-guk membungkuk beberapa kali.
Hye-sung kesal
melihatnya, diapun beranjak keluar ruangan. Joon-guk melirik ke arahnya,
Kwan-woo juga. Lalu Kwan-woo mengejar Hye-sung keluar.
Kwan-woo memegang
lengan Hye-sung, “Pengacara Jjang…Pengacara Jjang! Ayo kita bicara. Aku tahu
ini sangat berat untukmu sekarang. Aku juga mengerti bahwa kau sangat merasa
sakit hati (marah) padaku. Tapi aku tidak mau kehilanganmu karena ini. Apa yang
bisa kulakukan? apa yang akan membuatmu mau bertemu denganku lagi? Aku akan
melakukan apapun!”
Hye-sung menoleh dan
berkata dengan dingin, “Jangan lakukan apapun. Aku butuh seseorang yang bisa aku
salahkan. Jika aku tidak memilikinya, maka aku akan marah pada diriku sendiri.
Tetap diam dan jangan lakukan apapun. Jadi aku bisa membencimu.”
Hye-sung melepaskan
tangannya dan meninggalkan Kwan-woo yang masih mematung. Di pintu keluar,
Hye-sung tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Dia berjongkok dan menangis
memanggil ibunya.
Sementara itu,
Joon-guk keluar dari pusat tahanan dengan tersenyum dan disambut oleh para
relawan dari gereja.
Hakim Kimdan dua
rekan hakimnya, lewat di belakang Hye-sung. Mereka berhenti dan menatapnya
dengan menyesal (?).
(Hakim juga serba
salah, dia sepertinya percaya pada Hye-sung tapi bukti-bukti nya tidak ada…)
Joon-guk diajak
pergi makan oleh teman-temannya. Saat akan masuk mobil, dia melihat Soo-ha.
Joon-guk hanya tersenyum, ada sesuatu yang dikatakan dalam pikirannya, Soo-ha
mengetahuinya. (tapi penonton tidak diberi penjelasan.)
***
Pengacara Shin
mengunjuni Dal-joo di penjara.
Dal-joong: “Maafkan
aku. Aku sangat malu bertemu denganmu sekarang.”
Pengacara Shin: “Jika
kau menyesal, maka jangan pernah terjebak dalam trik semacam itu lagi. Apa kau
mendapat panggilan dari Jaksa Seo lagi?”
Dal-joong: “Ya. Dia
memintaku untuk menjadi saksi di pesidangan banding.”
Pengacara Shin:
“Jangan lakukan itu. walaupun kau melakukannya, itu tidak akan membantu, tapi
malah akan membahayakan.”
Dal-joong: “Tapi, aku
merasa tidak enak.”
Pengacara Shin:
“Jaksa Seo adalah putri dari Hakim Seo.”
Dal-joong: “Siapa?”
Pengacara Shin:
“Hakim yang memenjarakanmu 25 tahun yang lalu. Hakim Seo Dae-seok. Jadi, jangan
berhubungan dengan mereka.”
Dal-joong terlihat
sangat marah dan sedih sampai krayon di tangannya patah.
***
Keluarga Seo sedang
makan bersama.
Nyonya Seo: “Ya
tuhan. Pembunuh itu dinyatakan tidak bersalah karena tidak cukup bukti?”
Do-yeon: “Ya. Tapi
aku mengajukan banding. Aku tidak bisa membiarkannya seperti ini.”
Hakim Seo: “Mengapa
saksi mengubah pernyataannya?”
Do-yeon: “Dia
ketakutan setelah pengacra membalikkan kata-katanya. Jadi dia tidak akan
membuka mulutnya setelah itu. Tapi jika aku berbicara dengannya lagi-“
Hakim Seo
memotongnya, “Jangan. Saksi itu sudah ternoda.” (tidak valid)
Hakim Seo
memotongnya, “Jangan. Saksi itu sudah ternoda.” (tidak valid)
Do-yeon: “Tapi aku
ingin mencoba. Jika Hwang Dal-joong tidak bisa diajak kerja sama, lalu aku akan
mencari saksi lain.”
Hakim Seo
terperanjat mendengar nama saksi itu, “Siapa?”
Do-yeon: “Apa? Tuan
Hwang Dal-joong.”
Hakim Seo: “Teman
satu sel Min Joon-guk adalah Hwang Dal-joong?”
Ibu mengingat nama
itu, “Hwang Dal-joong? Nama itu terasa familiar. Siapa dia?”
Hakim Seo: “Lepaskan
kasus itu. keputusan hakim telah diumumkan. Jadi, dia bukan lagi tanggung jawabmu.”
Do-yeon bingung,
“Tapi ini bukan sembarang kasus. Ini kasus Hye-sung--“
Hakim Seo menyela
lagi, “Jika aku bilang untuk melepaskannya, maka lepaskan.”
Do-yeon masih
terlihat bingung dengan maksud ayahnya.
***
Kwan-woo melamun di
kantornya, dia menunjukkan wajahnya. Kemudian Yoo-chang memberikan bungkusan.
Kwan-woo bertanya bungkusan apa itu.
Yoo-chang: “Aku
tidak yakin. Mungkin berkas yang kau minta waktu itu. Itu datang lewat pos hari
ini.”
Kwan-woo: “File yang
aku minta? Ini datang terlambat.”
Yoo-chang: “Dari
mana datangnya berkas-berkas ini?”
Kwan-woo: “Ini
catatan persidangan pembunuhan Park Cho Wook sepuluh tahun yang lalu.” (kasus ayah Soo-ha.)
Yoo-chang:
“Pembunuhan pertama yang dilakukan Min Joon-guk?”
Kwan-woo mengangguk,
“Ya. Kau pergi saja duluan. Aku akan pergi setelah membaca ini sebentar.”
Yoo-chang:
“Baiklah.”
Kwan-woo mulai
membaca berkas itu. Ada kilasan adegan saat Hye-sung bersaksi di pengadilan
yang mengatakan dia memiliki video Joon-guk yang memukul supir dengan tongkat
besi.
“Aku mengambil foto pada saat pria itu memukul kaca mobil dengan
tongkat. Apakah ini juga tidak bisa dijadikan bukti?”
Lalu ada kilasan
Joon-guk yang menyerang Hye-sung di pengadilan, dan mengancam akan membunuhnya.
“Aku katakan kalau aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu. Aku akan
membunuh orang yang kamu beritahu! Aku memegang perkataanku. Aku akan
membunuhmu. Jangan berpikir semuanya berakhir karena ini hanya baru permulaan!”
Kwan-woo tertegun,
lalu dia teringat permintaan Soo-ha tadi malam.
Flashback..
Soo-ha: “Aku ingin
meminta pertolongan.”
Kwan-woo:
“Pertolongan? Pertolongan apa?”
Soo-ha: “Jika Min
Joon-guk di nyatakan tidak bersalah, lindungi Pengacara Jang.”
Kwan-woo: “Apa?”
Soo-ha: “Jika Min
Joon-guk bebas, dia akan mendatangi Pengacara Jang.”
Kwan-woo: “Aku tidak
berpikr Min Joon-guk adalah orang yang akan melakukan itu.” Dipikiran Kwan-woo:
“Tapi jika dia benar-benar mendatangi
Pengacara Jjang, apa yang harus aku lakukan?”
Soo-ha: “Kau tidak
yakin 100% kan? Kau berpikir bahwa mungkin aku benar.”
Flashback end..
Kwan-woo tersadar,
kemudian di bergegas keluar kantor.
***
Hye-sung pulang ke
rumah. Dia melemparkan tasnya begitu saja ke lantai. Meminum air dari botolnya,
tapi ada Soo-ha yang mengambilnya dan menuangkan ke gelas. Tapi itu hanya
khayalannya saja, tidak ada Soo-ha disana.
Hye-sung akan
mengambil gelas di lemari atas yang susah dijangkau, ada Soo-ha yang
mengambilkanya. Tapi, lagi-lagi, itu hanya khayalan Hye-sung.
Hye-sung akhirnya
minum dari botolnya.
Hye-sung masuk kamar
dan berbaring, “Ini bagus. Aku tidak mau mendengar semua omelannya. Aku merasa
lebih baik sekarang.”
Tapi wajahnya
menunjukkan ekspresi sebaliknya. Hye-sung menutup mata dengan tangannya, “Pria
jahat. Mengapa, sekarang, pergi di waktu
seperti ini.”
Lalu terdengar suara
pecahan kaca. Hye-sung terperanjat, “Apa itu?”
Hye-sung segera
keluar kamar dan menelpon polisi. Ada botol yang mengeluarkan asap di dalam
rumahnya.
Kwan-woo sedang
berjalan menuju rumah Hye-sung, ada mobil polisi yang melintas. Dia lalu
melihat ke arah rumah Hye-sung, terlihat ada asap keluar.
Kwan-woo yang
khawatir segera berlari.
Hye-sung duduk di
luar rumahnya bersama Pakpol Jaga.
Kwan-woo: “Pengacara
Jang! Apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?”
Hye-sung: “Pengacara
Cha, apa yang kau lakukan disini?”
Pakpol Jaga: “Siapa
dia?”
Hye-sung: “Kami
bekerja di kantor yang sama.” (Kya…gak
diakuin pacar..udah putus berarti..)
Pakpol keluar dari
rumah Hye-sung dengan terbatuk.
Pakpol: “Aku pikir
sepertinya itu bom asap. Seperti yang digunakan untuk membasmi serangga.”
Pakpol Jaga: “Bom
asap? Apa ada yang lain?”
Pakpol: “Aku pikir
kita harus menunggu sampai asapnya menghilang untuk menemukan apa yang
sebenarnya terjadi. Tapi, apakah kau melihat penjahatnya?” tanya Pakpol pada Hye-sung.
Hye-sung: “Tidak,
aku tidak melihatnya sama sekali.”
Pakpol pada Pakpol
Jaga: “Apakah kau berpikir Min Joon-guk penjahatnya, seperti yang Park Soo-ha
katakan?”
Kwan-woo: “Apa
kalian berdua juga bertemu dengan Park Soo-ha kemarin?”
Pakpol: “Ya. Dia
datang ke kantor polisi dan memberitahu kami bahwa jika Min Joon-guk keluar
dari penjara, dia mungkin akan melukai Pengacara Jang dan meminta kami lebih
berhati-hati saat petroli di daerah sini.”
Kwan-woo: “Pertama,
aku pikir kita harus menemukan dimana Min Joon-guk berada. Aku akan tetap
berada disini dengan Pengacara Jang, jadi kalian berdua melihat kembali rekaman
CCTV dan lihat jika ada tersangkan disana. Dan juga jika ada saksi. Juga liat
di sekitar tong sampah dan di sekelilingnya untuk melihat jika penjahatnya
menjatuhkan sesuatu. Jika penjahatnya adalah Min Joon-guk, kita dapat menemukan
penjahatnya. Tolong tetap mengawasi daerah sekitar sini.”
Pakpol dan Pakpol
Jaga: “Ya, baik. Kami mengerti.”
Hye-sung masih terdiam, memikirkan sesuatu. Kwan-woo
memegang pundaknya.
Kwan-woo: “Karena
telah terjadi sesuatu, mari kita pergi. Mari pergi ke kantor.”
Hye-sung: “Ya..”
Pakpol dan Pakpol
Jaga berlari menuju mobilnya.
Pakpol Jaga: “Tunggu
sebentar. Siapa itu? dia bahkan bukan walinya.”
Pakpol: “Aku tidak
tahu. bagaimanapun kita harus bergegas dan menemukan Min Joon-guk terlebih dulu
sebelum masalahnya menjadi lebih besar. Cepat masuk.”
Mobil polisi
meluncur, dan terlihatlah Soo-ha dibalik pohon mengamati mereka. Dia kemudian
membuka sarung tangannya dan menyimpannya dalam tas yang ada bom asapnya!
Soo-ha mengambil ponselnya dan menelpon seseorang, terdengar suara Joon-guk di
sebrang.
Joon-guk: “Hey
bocah, baru saja aku akan menelpon.”
Soo-ha: “Jika apa
yang aku baca benar, aku mengira akan jadi yang pertama. Dimana kau?”
Soo-ha berjalan
menuju suatu tempat, dan di tempat itu, Min Joon-guk sudah menunggunya dengan
sebatang pipa besi.
***
Hye-sung di kantor
berusaha menelpon Soo-ha, tapi tidak di jawab terus.
Hye-sung bertanya
pada Kwan-woo: “Apa kau bertemu dengannya?”
Kwan-woo: “Ya.
Kemarin malam, dia menemuiku untuk meminta tolong.”
Hye-sung:
“Pertolongan apa?”
Kwan-woo: “Saat Min
Joon-guk bebas, tidak ada seorangpun yang tahu apa yang aka dia lakukan, jadi
lindungi Pengacara Jang.”
Hye-sung menggigit
kukunya, “Apa yang dia pikirkan?”
Lalu Seong-bin
menelponnya.
Hye-sung:
“Seong-bin, inikah kau? Apakah kau bertemu Soo-ha hari ini?”
Seong-bin: “Hanya
sebentar pada pagi hari. Lalu, kau juga tidak tahu dia ada dimana?”
Hye-sung: “Aku tidak
tahu.”
Seong-bin: “Eonni…
Aku takut.”
Hye-sung: “Takut
kenapa?”
Seong-bin: “Hari
ini, Soo-ha tidak masuk sekolah karena dia bilang ada sesuatu yang harus dia
kerjakan. Jadi aku berusaha mengajaknya kembali dan mengambil tasnya, didalamnya…ada sesuatu yang aneh.”
Hye-sung: “Apa itu?”
Seong-bin: “Sebuah
pisau. Bukan pisau kecil, tapi pisau besar. Aku khawatir apa yang akan dia
lakukan dengan itu.”
Hye-sung:”Seong-bin…kau…jangan
katakan tentang ini pada siapapun, oke? Aku akan menemukan Soo-ha, jadi jangan
khawatir. Aku akan menelponmu lagi nanti.”
Hye-sung menutup
telponnya teringat obrolan mereka saat Hye-sung curiga Soo-ha mencuri pistol.
Hye-sung: “Jadi, jangan berpikir untuk
membalas dendam pada Min Joon-guk. Mengerti? Apa yang kau pikirkan? Cepat
jawab.”
Soo-ha: “Tapi, bagaimana jika dia mencoba
untuk membunuhmu?”
Hye-sung tersadar,
dan segera beranjak.
Kwan-woo: “Tunggu,
kau mau kemana?”
Hye-sung: “Aku harus
menemukan Soo-ha.”
Hye-sung kemudian
berlari keluar dari kantornya. Kwan-woo mengejar, “Pengacara Jjang! Apa kau
tahu dimana dia berada?”
Hye-sung:
“Tidak..itu sebabnya kita harus cepat menemukannya, jika kita tidak—“
Kwan-woo: “Pertama,
mari hubungi polisi. Kita akan meminta mereka unutk menemukan dimana Min
Joon-gukdan Soo-ha berada.”
Hye-sung merebut
ponsel Kwan-woo, “Tidak boleh. Kau tidak boleh menghubungi polisi.”
Kwan-woo: “Apa yang
kau pikirkan? Mengapa kita tidak boleh menghubungi polisi?”
Hye-sung kemudian
mengingat aplikasi tracking yang di instal Soo-ha. Dia membukanya dan terlihat
dimana posisi Soo-ha berada.
***
Soo-ha masuk ke
parkiran sebuah gedung. Dia melempar tasnya dan memegang pisau. Di dalam dia
melihat CCTV yang sudah dirusak.
Soo-ha berteriak,
“Min Joon-guk! Keluar!”
Joon-guk di
persembunyiannya: “Kau datang? Kau datang sendiri, wow bocah kau menjadi sangat
berani. Anak itu, apa yang dia lakukan?”
Soo-ha berbicara
sambil berjalan mencari Joon-guk, sedangkan Joon-guk masih bersembunyi.
Soo-ha: “Dia bersama
polisi, jadi jangan berpikir bodoh. Ini akhir hidupmu.”
Joon-guk: “Jangan
terlalu percaya diri. Aku bisa bertahan hidup.”
Soo-ha: “Aku tidak
peduli, jika kau satu-satunya yang nanti selamat, kau seorang pembunuh. Kau
tidak akan bisa melakukan hal bodoh lagi.”
Joon-guk: “Kau juga sama
saja denganku. Jika kau mati makan gadis itu akan sedih. Jika kau membunuhku,
kau akan menjadi seorang pembunuh. Itu sama saja. Aku tidak peduli apa yang kau
lakukan.”
Joon-guk berbicara
sambil menutup matanya, entah apa maksudnya.
Soo-ha: “Jangan bicara hal-hal bodoh, dan keluarlah!” Soo-ha berteriak kesal.
Joon-guk: “Aku sudah
memikirkannya, dan jika aku hanya berkelahi denganmu aku tahu aku akan kalah.
Aku tidak bisa mengalahkan bakatmu. Agar seimbang aku butuh sebuah keuntungan,
tidakkah kau berpikir?”
Joon-guk mematikan
aliran listrik di parkiran itu.
Soo-ha waspada,
Joon-guk ada di sekitarnya, dia bisa melihat Soo-ha tapi tidak sebaliknya.
Joon-guk: “Sekarang,
aku seperti menutup mataku. Karena aku ahli dalam melihat sesuatu di kegelapan,
jadi aku bisa melihatmu sekarang, tapi kau tidak bisa melihatku kan?” (aku ngerti sekarang kenapa Joon-guk tadi
menutup matanya..)
Joon-guk bersiap
dengan pipa besinya. Soo-ha waspada, tapi pisaunya bisa dijatuhkan oleh pukulan
pipa Joon-guk. Soo-ha kesulitan melihat Joon-guk. Joon-guk memukulnya dari
belakang, punggung, perut, lalu kaki.
Sementara Hye-sung
berlari dengan cepat dan diikuti Kwan-woo. Mereka tiba di depan gedung. Setelah
masuk, Hye-sung bingung Soo-ha ada di lantai berapa. Hye-sung memutuskan
berpencar dengan Kwan-woo.
Kwan-woo menahan
Hye-sung: “Jika kau pergi sendiri, itu akan berbahaya!”
Hye-sung:
“Menyelamatkan Soo-ha lebih penting!” Hye-sung melepaskan tangan Kwan-woo dan
segera berlari.
Joon-guk terus
memukuli Soo-ha. Sampai akhirnya Soo-ha berhasil menelikung kaki Joon-guk
sampai terjatuh. Gantian Soo-ha yang memukuli Joon-guk.
Soo-ha melihat panel
listriknya, dan segera menyalakannya kembali di saat Joon-guk terjatuh.
Mereka kemudian
berhadapan. Dan dengan kemampuan membaca pikirannya, tentu saja Soo-ha menang.
Berkali-kali Joon-guk dipukul Soo-ha dan di dorong kedinding, sampai
mengeluarkan darah dari mulutnya.
Saat Joon-guk
berusaha berdiri, Soo-ha mengambil pisaunya yang tadi terlempar.
Joon-guk melihatnya:
“Kau…apa kau…akan membunuhku? Lalu, itu berarti kau seorang pembunuh.”
Soo-ha: “Aku tidak
peduli. Hanya kematianmu yang dapat menjamin keselamatan orang itu.”
Joon-guk: “Baik.
Mendekatlah. Ini menyenangkan. Menjadi seorang pembunuh da hidup serampangan.
Sama sepertiku!!” Joon-guk berteriak.
Hye-sung sampai
disana dan melihatnya.
Soo-ha berteriak dan
mendekati Joon-guk dengan tangan menggenggam pisau, siap untuk menusuk.
Hye-sung berlari
memeluk Soo-ha. Soo-ha diam terkejut, berusaha mencerna apa yang baru saja
terjadi. Darah bercucuran, Soo-ha menusuk Hye-sung. Joon-guk juga tak kalah
terkejut.
Soo-ha tak bisa
berkata apapun, hanya suara tertahan.
Hye-sung berbicara
dalam kesakitannya: “Hey, kau bodoh. Aku
sudah mengatakannya, jika kau membunuh seseorang, kau buka lagi korban, tapi
pembunuh. Mengapa kau tidak mendengarkan..?”
Gk sabaraan .... Eps... Selanjutnya.... Sooha.... Jgn jd seperti MYG......
ReplyDeleteHye sung jgn putus asa dengan soo ha.... Faightingggggg
tambah seru
ReplyDeleteAAHHHHHH,,, KEEEREEENNN BAAANGEEETTTT,, baca sinopnya aja tegang..hehe
ReplyDeletemakin sebel sebel sebel sama joon guk ><
ReplyDeleteitu hye sung kenapa ya dioperasi ?
hmmm,bakalan jadi drama favorit nih nanti :D
oh ya buat authornya kenalan dong? hehe
keren nulis sinopsisnya ;)semangat !!!
KJG nyebeliiin.. kesel tingkat tinggi dbuatny..:@
ReplyDeleteapa yg akan terjadi pada sooha?? sediihhh :(
KJG siapa?
DeleteAaaaaaaargh :@
ReplyDeleteGa sabaaar nunggu part 2nya :)
Daebak,,dr kmren bolak balik blog ini,,gomawo eonni
ReplyDeleteterima kasih! ^^
ReplyDeleteGomawo eonni, keren banget sinopsisnya, fighting xD
ReplyDeleteKalo mau nonton onlinenya dimana yaa? Info please :D