Sinopsis LET’S EAT Episode 8 – 2
Seorang wanita paruh baya masuk ke lobi apartemen. Dia terlihat kepayahan membawa banyak tas, dan istirahat sebentar menaruh tasnya di lantai. Kebetulan Jin Yi akan keluar dan melihatnya.
“Nenek. Kau akan ke apartemen mana? Haruskah aku membantumu?” tanya Jin Yi dengan ringan.
Wanita itu berdiri tegak dan melipat tangan, “Tidak apa-apa. Kau tidak perlu membantuku.” Serunya judes, lalu membawa tasnya dan berlalu pergi.
Jin Yi merasa keangkuhan wanita itu mirip seseorang.
***
Soo Kyung turun dari bus. Ponselnya kembali berdering. Soo Kyung yang mengira yang menelpon adalah dari kantor merasa kesal, berapa kali mereka akan menelpon. Jika dia tidak menjawabnya, itu artinya dia tidak mau. Soo Kyung mengeluarkan ponselnya, dan ternyata yang menelpon adalah ibunya. Soo Kyung heran kenapa ibunya menelpon.
Soo Kyung menjawab telpon ibunya. Ibu bertanya mengapa Soo Kyung tidak menjawab telponnya. Soo Kyung bilang dia sibuk bekerja. Ibu bertanya lagi Soo Kyung ada dimana. Soo Kyung berbohong, dia bilang dia dikantor, dimana lagi. Tapi ibu mendengar suara mobil. Soo Kyung beralasan jendelanya dibuka.
Soo Kyung: “Kenapa kau menelponku?”
Ibu: “Apa kau merubah password apartemenmu lagi?”
Soo Kyung: “Ya. Kenapa? Ibu…tidak mungkin..” (Soo Kyung menyadari kemungkinan ibunya ada di apartemennya.)
Ibu: “Pantas saja. Berkali-kali aku memasukannya, tidak berhasil. Kau rubah menjadi apa?”
Soo Kyung sedikit kesal, “Kenapa ibu datang?”
Ibu: “Ibu datang ke rumah anaknya. Apa maksudmu kenapa aku datang? Apa sepantasnya kau katakan itu pada ibumu?”
Soo Kyung bilang setidaknya ibu menelpon sebelum datang, kenapa datang tiba-tiba. Ibu mengelak, dia sudah memberitahu Soo Kyung bahwa putra Bibi Kyung Ja akan menikah hari Sabtu di Seoul. Soo Kyung bilang Sabtu kan masih lusa, kenapa ibunya datang lebih awal. Ibu bilang dia juga ada sedikit urusan di Seoul., lalu bilang kan bagus jika ibu memasak untuknya.
Ibu lalu menanyakan password apartemen. Soo Kyung memberitahukannya dengan sedikit berbisik, 0247-3856. Tapi karena panjang ibu tidak bisa mengingatnya. Ibu menyebutkan passwordnya dengan suara tinggi. Soo Kyung memintanya bicara pelan-pelan, lalu memutuskan untuk memberitahukan passwordnya lewat pesan saja.
Soo Kyung mengeluh, kenapa ibunya datang di waktu yang tidak tepat. Lalu Soo Kyung terlihat panik teringat Barassi.
***
Ibu berhasil menekan passwordnya. Ibu merasa Soo Kyung hebat karena bisa mengingat password sepanjang itu. Jin Yi pulang dan melihat ibu di depan apartemen Soo Kyung.
“Nenek! Apa kau nenek Soo Kyung?” Jin Yi berlari memanggilnya. “Halo, aku Yoon Jin Yi tinggal di sebelah….” Jin Yi membungkuk hormat.
Ibu menyela, “Aku bukan neneknya, tapi ibunya!” lalu ibu masuk.
Jin Yi kemudian menerima telpon dari Soo Kyung, Jin Yi dengan gembira memberitahu barusan bertemu dengan ibu Soo Kyung. “Apa? Bara?” tanya Jin Yi terkejut.
Ibu bersin-bersin, kemudian kesal melihat Barassi. Dia sudah menyuruh Soo Kyung untuk memberikannya pada orang lain. Ibu terus bersin-bersin. Barassi masuk ke kandangnya.
“Nenek! Ah, Ahjumma! Aku dengan kau alergi bulu anjing. Soo Kyung Eonni memintaku menjaga Bara.” Jin Yi masuk ke dalam rumah untuk membawa Barassi.
“Cepat…cepat bawa anjingnya keluar.” Ujar Ibu.
Jin Yi lalu bertanya pada ibu, darimana ibu datang. Jin Yi mendengar ibu tinggal di pedesaan. Jika Ibu bosan, ibu bisa memanggilnya. Ibu tidak menjawab karena sibuk dengan bersinnya. Jin Yin pun lalu keluar.
Ibu membuka mengibas-ngibas udara. Ibu kesal, kenapa Jin Yi terus-terusan memanggilnya nenek, apakah dia terlihat setua itu. ibu lalu membuka jendela dan menghirup udara.
***
Soo Kyung berjalan sendirian, dan merasa kedinginan. Dia lalu melihat sebuah restoran ramen yang pernah dia lihat juga di Shiksha Blog, restoran ramen yang bisa makan sendirian.
Soo Kyung makan ramennya sendirian, di warungnya sendiri. Jadi, restorannya itu menyediakan tempat untuk orang yang makan sendirian, tempatnya, seperti boks-boks warung gitu. Restoran itu sepertinya restoran terkenal, karena banyak tulisan-tulisan pelanggan.
Soo Kyung makan semua ramennya dengan lahap. “Aku benar-benar.. bahkan di saat seperti ini, makanku lahap sekali.”
Soo Kyung kemudian menerima telpon dari ibunya lagi. Kali ini ibu menanyakan pasta kedelai yang pernah dia berikan, dan mengomentari kulkas Soo Kyung yang berantakan. Soo Kyung kesal dan meminta ibunya untuk tidak menata barang-barangnya.
Soo Kyung menutup telponnya, dan menggerutu ibu selalu mengomel setiap kali datang.
“Soo Kyung Noona?” ada suara Dae Young memanggilnya.
Soo Kyung celingukan, lalu membuka tirai boksnya, dan melihat Dae Young di boks sebrang. Dae Young berpikir mungkin itu Soo Kyung setelah mendengar suaranya. Soo Kyung bertanya apa yang Dae Young lakukan disana.
Dae Young: “Aku datang untuk makan ramen di restoran ramen.” (Ha! Jawaban yang tepat sekali! Xp)
Dae Young bertanya balik apa yang dilakukan Soo Kyung disana di jam kerja. Pelayan datang mengantarkan alkohol pesanan Soo Kyung. Dae Young semakin heran melihatnya, apa tidak masalah minum alkohol saat jam kerja.
“Ini bukan jam kerjaku. Aku berhenti.” Soo Kyung kemudian minum alkoholnya.
Mereka kemudian pindah tempat dan berbincang. Dae Young memuji Soo Kyung melakukan hal yang hebat dengan melemparkan surat pengunduran diri di wajah atasannya sendiri.
“Keren sekali.” Dae Young bertepuk tangan. “Lee Soo Kyung sangat keren! Wow!”
Soo Kyung makan kue coklatnya dengan lahap. Dae Young kemudian bertanya apa yang akan dilakukan Soo Kyung mulai sekarang. Dae Young merasa jika Soo Kyung sudah mempersiapkannya (surat pengunduran diri), makan Soo Kyung pasti sudah memikirkan langkah selanjutnya.
“Sebenarnya…aku tidak menulisnya untuk mengundurkan diri. Aku menulisnya untuk melampiaskan kemarahanku. Ah..kenapa aku tiba-tiba meledak? Dengan usiaku, pengalamanku..tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan.”
“Lalu mengapa kau berhenti, Noona?”
“Apa yang sudah kau dengar sejauh ini? Aku merasa stress sehingga tidak mampu untuk menahannya.”
“Tepat sekali. Kau berhenti karena kau stress, jika kau stress karena itu, lalu kenapa kau serahkan surat pengunduran dirimu? Karena sudah terlanjur, anggap saja kau sedang berlibur karena terus bekerja tanpa istirahat. Untuk sekarang istirahatlah saja dulu. Tidak perlu berkeliaran di luar, pulang dan tidur saja.”
Soo Kyung bilang dia tidak bisa pulang karena ibunya datang. Dia mungkin akan marah jika tahu Soo Kyung berhenti kerja. Dae Young bilang sebagai tetangganya dia bisa menemani Soo Kyung, tapi sebentar lagi dia ada rapat. Dengan kesal Soo Kyung bilang tidak apa-apa. Dia tidak akan meminta Dae Young menemaninya. Dia bisa ke toko buku dan membaca.
“Apa kau bisa membawa jika perasaanmu seperti itu? Ikut aku! Saat kau sedih, tak ada tempat seperti ini.” Dae Young berdiri.
“Ceroboh sekali.” Dae Young melap coklat yang menempel di dekat bibir Soo Kyung. “Mulutmu belepotan.”
Soo Kyung sedikit terkejut, dan melap mulutnya sendiri.
***
Dae Young membawa Soo Kyung ke tempat karaoke untuk 1 orang. Dae Young bilang, tanpa khawatir orang lain, ini tempat terbaik untuk menghilangkan stress. Soo Kyung menolak, dia orang yang tidak pergi ke karaoke meski saat makan malam kantor.
“Masuklah dulu dan lihatlah! Demi menghiburmu, aku akan mentraktirmu.” Dae Young menarik tangan Soo Kyung masuk ke dalam.
Penjaga karaoke memanggil Dae Young dengan sebutan ‘hyung’. Sepertinya Dae Young memang langganan. Dae Young bilang kali ini bukan untuknya, tapi untuk Soo Kyung. Dae Young membayar biaya karaoke yang ternyata hanya 1 dolar. Soo Kyung mencibir Dae Young yang tadi membesar-besarkannya.
Dae Young menarik Soo Kyung lagi ke depan ruangan karaoke. Dia bilang penghilang stress yang paling tepat, adalah dengan menyanyi dan menari. Soo Kyung tidak perlu khawatir terdengar orang lain. Dae Young menarik dan memasukkan (hehe..) Soo Kyung ke ruangan karaoke. Lalu dia pamit pergi.
Soo Kyung hendak memanggil Dae Young, tapi tidak jadi.
***
Kyu Shik menelpon seseorang, dan mengatakan karena Soo Kyung tidak ada jadi dia meminta orang itu untuk menghubunginya jika terjadi sesuatu.
Do Yeon keluar ruangannya. Kyu Shik memberikan salinan yang sebelumnya di minta Do Yeon. Dan juga dia sudah menjadwalah pertemuan dengan Kim Tae Suk jam 1 siang. Do Yeon bilang meski hanya ada Kyu Shik, kantor berjalan dengan baik.
“Memang Manajer kita pria yang handal. Tidak ada yang tidak bisa kau lakukan. Yang terbaik!” Do Yeon memberikan jempolnya pada Kyu Shik.
Kyu Shik tertawa, “Apa yang kulakukan? Benar, tidak ada yang istimewa di pekerjaan yang dilakukan Ketua Lee.”
Do Yeon dan Kyu Shik tertawa.
Hak Moon datang, dan menegur mereka, “Mengapa kalian mengoceh di kantor? Apa ini taman bermain?”
Kyu Shik meminta maaf. Kyu Shik lalu mengomentari ruangan yang terasa panas dan bertanya seberapa tinggi Kyu Shik memasang pemanasnya. Jika Kyu Shik ingin hidup sehangat itu, maka cari banyak kasus baru. Hak Moon membentak Kyu Shik.
“Mengapa udaranya pengap! Segera buka jendelanya!” Hak Moon membentak lagi kemudian masuk ruangannya.
Kyu Shik: “Apa yang aku katakan sebelumnya, aku tarik kembali. Ketua Lee melakukan pekerjaan yang hebat.”
Do Yeon: “Apa?”
Kyu Shik: “Dia menyerap semua stress.”
***
Soo Kyung makan makanan ringan, dia rasa dia akan menghabiskan waktu dan kemudian pulang.
Soo Kyung kemudian menyanyai dan menari. Diiringi lagu Crayon Pop, dan…(yang satu lagi aku gak tau lagu apa, tapi nge-rock gitu..hehe).
Soo Kyung tertawa gembira. Kemudian dia berhenti karena cape. Ponsel Soo Kyung berdering kembali, dari Do Yeon. Melihatnya menelpon lagi, Soo Kyung rasa dia merasa kehilangan Soo Kyung. Maka Soo Kyung pun menerimanya.
“Pengacara Oh? Tidak peduli berapa kali kau menelponku. Aku tidak akan kembali.”
“Aku tahu. itu sebabnya…apa yang harus dilakukan dengan barang-barangmu? Karena ku rasa agak tidak nyaman kau datang mengambilnya, perlu aku kirim dengan kurir?” Do Yeon membereskan barang-barang Soo Kyung yang ada di meja.
Mulut Soo Kyung terbuka, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya, “Tidak. Buang saja semuanya. Lagipula tidak ada yang penting.”
Karena akan dibuang, Do Yeon kemudian meminta gelas milik Soo Kyung. Do Yeon berterima kasih, lalu menutup telponnya dan tertawa. Dia juga melihat-lihat barang Soo Kyung yang mungkin bisa dia ambil.
Soo Kyung terdiam sedih.
Soo Kyung menatap orang-orang yang keluar dari gedng perkantoran dengan dengan sedih.
Soo Kyung pulang ke apartemen. Belum sampai depan pintu, dia mencium bau sup kedelai ibunya, dan berlari pulang. Ibu bertanya bagamana bisa Soo Kyung pulang tepat saat supnya sudah siap. Ibu bilang Soo Kyung memang terlahir dengan keberuntungan akan makanan.
“Aku lapar!” Soo Kyung langsung menuju meja makan. Ibu menyuruhnya cuci tangan dulu, tapi Soo Kyung tidak peduli dan langsung melahap makanannya.
Ibu memberikan keong air tawar. Soo Kyung mengatakan itu enak. Ibu menyuruh Soo Kyung makan pelan-pelan, nanti perutnya sakit.
Berikutnya, semacam tahu gitu. Soo Kyung mencampurnya dengan nasi.
Lalu Ibu meminta Soo Kyung mencoba kerang, sekarang sedang musim kerang. “Enak!” ujar Soo Kyung.
Daun selada dan Jangjorim (daging sapi rebus dengan kecap)…
Telur..
Sup pedas..
Asinan..
Ibu lalu mengambil nurungji (sup dengan remah nasi yang terlalu matang) ditambah curvina kuning kering. Soo Kyung memakannya juga.
Ibu menyuapi Soo Kyung, “Ah..sayangku..”
Soo Kyung tersenyum senang memakan semua makanan itu.
***
Kyu Shik pulang ke rumah. Kyung Mi yang sedang membereskan meja makan menyapanya dan mengatakan mereka sudah makan duluan karena ayah mertua bilang dia sudah lapar. Kyung Mi akan menyiapkan meja untuk Kyu Shik makan.
Kyu Shik bilang tidak usah, dia sudah makan. Kyung Mi melihat soju yang dibawa Kyu Shik. “Kau ini! Sepertinya tidak cukup pulang setelah makan di luar, sekarang kau jajan dan kemudian pulang?” kyung Mi mengomel.
Kyu Shik mengambil gelas dari lemari dan meletakannya di meja. Dia menghela nafas dan dia bilang bahwa itu karena dia tertekan. Kyu Shik membuka dan meminum sojunya.
Kyu Shik lalu memberitahu bahwa Soo Kyung berhenti bekerja. Kyung Mi terkejut, dan kesal akhirnya Soo Kyung menimbulkan masalah. Sejak beberapa hari yang lalu dia terus berkata bahwa dia akan berhenti bekerja. Kyung Mi akan menghubungi Soo Kyung. Kyu Shik bilang tidak ada gunanya menelpon, Soo Kyung mematikan ponselnya. Kyung Mi lalu beranjak akan menemui Soo Kyung.
Kyu Shik mencegah, “Biarkan saja, sepertinya dia sedang ingin menyendiri. Aku lihat dia bahkan punya beberapa surat pengunduran diri. Kurasa dia menunggu saat ini sejak lama.”
“Meski demikian, bagaimana dia bisa benar-benar menyerahkannya?” tanya Kyung Mi.
Kyu Shik berkata dengan nada sedih, “Sejujurnya, buruh, karyawan..semuanya merasakan hal yang sama mengenai ingin menyerahkan surat pengunduran diri. Namun mereka tidak sanggup karena memikirkan istri dan anak-anak mereka. Ketua Lee, dia sanggup menyerahkannya karena dia hidup sendiri. Aku iri padanya.”
Kyu Shik minum sojunya lagi, dan melihat wajah Kyung Mi yang cemberut. Kyu Shik yang takut Kyung Mi marah, kemudian menjelaskan bukan maksudnya dia ingin berhenti bekerja. Tapi mengapa Soo Kyung begitu kurang bijaksana, bekerja di perusahaan itu berat, sudah jelas sulit. Itu sebabnya orang dibayar untuk bekerja disana. Jika bekerja menyenangkan, orang harus membayar untuk bekerja.
Kyu Shik tersenyum pada Kyung Mi, tapi Kyung Mi masih cemberut. Kyung Mi lalu mengambil soju dan menuangkannya untuk Kyu Shik.
“Aku juga tahu. Ini berat bagimu. Tapi, bahkan kata-kata kosong, ‘Jika berat, berhenti saja!’ aku tidak bisa mengatakannya. Karena hidup 6 anggot keluarga kita bergantung padanya.” Ternyata Kyung Mi tidak marah, malah ikut merasa sedih.
Kyu Shik mengangguk, “Aku tahu. Aku tahu.”
Kyung Mi tersenyum, dia lalu menawarkan jika Kyu Shik merasa berat apakah dia harus mencari kerja diluar juga. Dan ternyata maksudnya adalah dia akan melamar kerja di kantor Kyu Shik menggantikan Soo Kyung. Dia lulus dari kampus dan jurusan yang sama dengan Soo Kyung.
“Aku rasa aku mampu. Aku akan menjadi office wife-mu.” Ujar Kyung Mi.
“Office wife?” tanya Kyu Shik tak mengerti.
“Ya! Mereka bilang bahwa orang-orang punya office wife sekarang ini. Aku akan menjadi housewife dan officewife-mu.” Kyung Mi terlihat senang, “Jika aku sebelumnya Ratu Rumah Tangga, mulai sekarang aku juga akan menjadi wanita karir yang hebat. Aku akan menjadi ratu keduanya.”
Lain hal dengan Kyung Mi yang sepertinya merasa senang dengan rencana itu, Kyu Shik sebaliknya, “Kalau begitu…kita akan selalu bersama, 24 jam sehari. Akan menjadi seperti itu kan? Itu…itu mungkin tidak bisa. Begini…Pengacara Kim..marah sekali karena Ketua Lee. Jadi dia bilang tidak akan mempekerjakan wanita. Dia hanya akan mempekerjakan pria. Itu sebabnya, tidak akan bisa.”
Kyu Shik bilang dia akan tetap bertanya, tapi… dia lalu mengalihkan pembicaraan mencari anak-anaknya. Dan pergi ke kamar mereka. Kyung Mi minum sojunya.
***
Kembali pada Soo Kyung yang sudah merasa kekenyangan bersandar dikursi, rasanya perutnya akan meletus. Soo Kyung mengangkat tangannya (ada suara ‘tuing’). Ibu meminta Soo Kyung banyak makan dan jalan-jalan. Bagaimana bisa Soo Kyung semakin kurus selama ini.
“Aku makan dengan baik. Hari, sungguh menyenangkan ibu datang.” Soo Kyung merajuk.
“Ya Tuhan! Tadi kau bilang aku datang tiba-tiba tanpa menelepon! Kau mengeluarkan semua stressmu!”
Soo Kyung bertanya kapan dia melakukan itu. Soo Kyung bertanya lagi, apakah dia harus menyerah hidup di Seoul, kembali ke rumah ibu dan menetap disana.
“Bocah ini! Aku memberimu makanan hangat! Dan perkataan macam apa itu? Jangan pernah berpikir seperti itu. tidak ada tetangga yang tahu kau bercerai.”
Ibu lalu memberikan sesuatu untuk Soo Kyung isi. Soo Kyung membacanya, aplikasi untuk biri jodoh. Soo Kyung tidak mau, kenapa dia harus menikah. Ibu berkata, jika Soo Kyung tidak menikah, apa dia akan hidup sendiri seperti ini seumur hidup kemudian mati tua. Karena Soo Kyung sekarang masih muda, pasti nyaman dan menyenangkan hidup sendiri. Tapi bagaimana jika sudah tua. Tidak ada yang menjaga dan mendampingi Soo Kyung. Tanpa anak-anak, bagaimana Soo Kyung bisa hidup kesepian. Soo Kyung bilang dia bisa pergi ke Silver Town.
Ibu tetap keukeuh meminta Soo Kyung mengisi formulir itu, 2000 dolar untuk 10 kencan. Soo Kyung terkejut. 2000 dolar adalah penghasilannya sebulan. Ibu bilang jangan menganggapnya sia-sia, mereka akan mengenalkanmu pada pria dari keluarga baik dengan pekerjaan yang baik.
Soo Kyung: “Siapa yang bilang? Pekerjanya yang bilang? Ibu, semua itu hanya bahasa marketing. Mereka tidak asal meperkenalkanmu pada pria baik, mereka mengelompokkanmu dan mengenalkan orang padamu. Ibum putrimu adalah seorang janda, pekerjaan payah dan juga sudah tua, para pria yang akan dikenalkan adalah duda dengan pekerjaan payah dan tua. Aku akan dikenalkan pada pria seperti itu! ibu, kau bahkan tidak tahu itu.”
Ibu: ”Ya, kau banyak tahu. Mengapa wanita seperti itu bercerai?”
Soo Kyung kesal ibu membahas hal itu lagi. Ibu meminta Soo Kyung mengisi formulir. Dia menggunakan jada peramal dan katanya Soo Kyung akan beruntung menikah tahun ini. Soo Kyung mengambil formulirnya dan merobek-robeknya.
Ibu memukuli Soo Kyung.
Soo Kyung berteriak marah, “Kenapa ibu memukulku lagi? Benar-benar! Suasana yang menyenangkan tidak bisa bertahan 1 mneit dengan ibu! Tidak 1 menit! Jika ibu seperti ini, jangan datang ke rumahku. Pergi! Segera pergi!”
Ibu juga marah, “Apa katamu? Aku akan menjahit mulutmu!”
“Jadi kenapa ibu membawa hal seperti ini?”
“Ibu membawanya untukmu!”
“Dan mengapa ibu ke peramal?”
“Kapan?!”
“Tadi ibu bilang begitu!”
“Benar! Benar!”
***
Seminggu yang lalu.
Dae Young datang ke tempat karaoke untuk satu orang. Penjaga menyapanya, “Hyung, kau datang menyanyi awal sekali? Wow! Pasti ada hal bahagia!”
Dae Young menghela nafas, “Sebaliknya. Aku marah karena kehilangan 100000 dolar dengan sia-sia.”
Sebentar lagi, lagu Goo Dae Young untuk melepas stres akan terungkap.
Dae Young memberikan biayanya, dan langsung ke ruangan kosong.
Dae Young pun menyanyi dan menari.
“ajik nan neol itji motago
modeungeol da mitji motago
ireoke neol bonaeji motago oneuldo
Iroke nan tto (Fiction in Fiction)
Itchi mothago (Fiction in Fiction)
Nae gasum soge kkunaji anul iyagil ssugo isso
Nol butjabulge (Fiction in Fiction)
Nochi anulge (Fiction in Fiction in Fiction)
Kkunaji anun nowa naye iyagi sogeso onuldo in Fiction”
Lagu Fiction-Beast! Hohoho, lagunya sendiri.. tapi lirik diganti jadi ada 100000 dolarnya.
“Aku kan memegangmu (fiksi). Aku tak akan melepasmu (fiksi).”
jadi:
“Aku akan memegangmu 100000 dolar (fiction). Aku tak akan melepasmu 100000 dolar (fiction)”
“100000 dolar. 100000 dolar-ku!” Dae Young berteriak kesal.
***
Bersambung ke episode 9 ~
Komentar:
Sekarang aku kesal pada Do Yeon. Dia itu polos, atau memang tidak punya perasaan sih. Bukannya menghibur, malah menabur garam di lukanya Soo Kyung. Sesuai judulnya episode ini, Soo Kyung bisa melihat sebenarnya seberapa panting dan apakah dia dihargai di kantornya. Dan ternyata tidak. Mungkin hanya Kyu Shik yang benar-benar mengerti sulitnya pekerjaan Soo Kyung.
iihhh sedih lht SK.. Gk da yg ngrtiin dy, kcuali DY.. Aaahhhh oopppaaa.. Aq jg mw d perhatiinn gtu.. #abaikan
ReplyDeletewohooo keren banget mbak, Dae Young so sweet ihh haha, gambarnya ditunggu mbak :D #SEMANGAT :D
ReplyDeletegomawo oenni...seneng deh...bca sinopsisnya...dtunggu lnjutanyya...
ReplyDelete