Sinopsis AFTERMATH Season 2 Episode 2
Aftermath Season 2 Episode 2
Dae Yong mengenali Hee Kyung, dan memanggilnya, “Hee Kyung-ah..”
Hee Kyung berdiri dan pergi keluar, menghindari Dae Yong. Dae Yong akan mengejarnya. Pak polisi yang tadi menghentikan Dae Yong dan bertanya apakah Dae Yong mengenal Hee Kyung. Dae Yong membenarkan.
“Gadis kasihan, memiliki paman seperti itu.” ujar Pak polisi.
Dae Yong permisi dan mengejar Hee Kyung ke jembatan. Hee Kyung berjalan cepat, lalu berhenti dan berbalik.
“Aku ingin sendiri.”
“Maaf, aku benar-benar tidak tahu.”
“Tidak masalah.”
“Jujur..kau tidak tahu. Ada hal penting yang harus aku lakukan.”
“Ya, aku tidak tahu. Tapi ada satu hal yang bisa aku yakinkan. Kau..telah berubah.”
Dae Yong terdiam dan berpikir. Hee Kyung kemudian pergi.
Di sekolah. Na Ri memberikan hadiah pada Dae Yong. Sebagai rasa terima kasihnya karena Dae Yong telah menjaga rahasia Na Ri. Dae Yong tidak mengambilnya dan bilang tidak masalah, tidak apa-apa.
“Apa kau sedang bersama Hee Kyung sekarang?”
Dae Yong mengangguk, “Ya, kenapa?”
“Benarkah? Tapi semua orang mengatakan bahwa kau dan aku tampak jauh lebih baik bersama. Kau harus mempertimbangkan kembali hal itu.”
Na Ri menyerahkan hadiahnya, lalu mengajak teman-temannya pergi. Dae Yong membuka hadiahnya.
Beralih ke stasiun kereta, Dae Yong membuka hadiah dari Na Ri lagi. Dae Yong tersenyum dan berkata sendiri, “Hari ini dimana aku mendapat pujian benar-benar datang. Dan mendapat pujaan seseorang. Ahn Dae Yong, kau menakjubkan!”
Dae Yong teringat perkataan Hee Kyung kemarin, yang mengatakan bahwa dirinya telah berubah. Dae Yong kembali berkata pada dirinya sendiri, “Apa yang berubah?” (kau jadi angkuh Dae Yong-ah…tidak peduli pagi pada Hee Kyung..)
Dae Yong berada di dalam kereta. Tiba-tiba dia melihat para penumpang di seluruh gerbang wajah dan badannya berubah menjadi putih. Anak-anak, dewasa, lansia. Dae Yong panik.
“Kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Apa yang terjadi? Apa yang harus aku lakukan?”
Dae Yong melihat ke luar subway.
“Lupakan, aku harus turun dari kereta ini.” Dae Yong berdiri dan hendak turun di stasiun berikutnya.
Kereta berhenti di stasiun. Ketika hendak turun, Dae Yong melihat seorang ibu yang naik ke kereta dan wajahnya biasa saja. Dae Yong berpikir, berarti kereta itu masih aman sampai wanita itu turun. Dae Yong tidak jadi turun dan mendekati ibu itu.
“Nyonya, maaf. Dimana kau akan berhenti?”
“Jongyang.”
Dae Yong berterima kasih, lalu melihat peta rute stasiun yang tertempel disana. Dae Yong melihat ke sebelah kanan, dia melihat seseorang yang dia benci duduk disana. Joon Goo. Dae Yong menghampiri Joon Goo.
“Apa yang kau lakukan, huh? Hentikan itu.” Dae Yong berkata dengan marah. Dae Yong menyangka Joon Goo yang berniat membunuh mereka semua di dalam kereta, Dae Young mengira dia menyembunyikan mata birunya di balik kacamata.
Joon Goo awalnya tidak mengerti, lalu dia paham dan membuka kacamata. Memperlihatkan mata merahnya pada Dae Yong. “Tidak ada orang dengan mata biru di kereta.” Joon Goo tertawa dan menggunakan kembali kacamatanya.
Dae Yong melihat ke sekeliling.
“Matamu juga merah.” Ujar Joon Goo kemudian.
Dae Yong melihat pantulan wajahnya di kaca, dia benar-benar terkejut melihat matanya yang merah.
Joon Goo tertawa dan bilang dia akan turun bersama kakek yang ada disampingnya.
Lalu terdengar pengumuman pemberitahuan stasiun selanjutnya adalah stasiun Jongyang.
Kakek itu berdiri menuju pintu, Joon Goo mengikutinya di belakang. Sementara Dae Yong tampak masih berpikir apa yang harus dia lakukan.
“Kau tidak akan turun dari kereta?”
Dae Yong melihat ke arah wanita yang tadinya mau turun di Jongyang, wanita itu tidak bersiap turun, dan wajahnya masih tampak normal.
Dae Yong berkata dengan percaya diri, “Aku berbeda darimu.” Tapi dalam hati dia berkata, “Mungkin aku masih bisa turun di halte berikutnya.”
Kereta berhenti stasiun Jongyang. Joon Goo turun bersama kakek tadi. Dae Yong masih berdiri di tempatnya. Joon Goo bertanya pada Dae Yong dari luar, “Apakah kau benar-benar tidak akan turun? Kau akan mati.”
Dae Yong masih diam, pintu kereta menutup dan kereta pun berjalan.
Di stasiun, wajah Joon Goo kembali normal.
Dae Yong kemudian melihat wanita yang tadi wajahnya berubah menjadi bermata merah. Dia menelpon seseorang dan memberitahu bahwa tempat pertemuan diubah dari Jongyang ke Yang Shimni.
Dae Yong melihat ke peta jalur kereta, Yang Shimni adalah stasiun kereta berikutnya. Dae Yong lemas, “Aku akan mati. Benar-benar akan mati?”
Lalu Dae Yong teringat saat dia menyelamatkan gurunya dan kejadian setelah itu.
“Aku baru saja mendapatkan pengakuan dari orang-orang.”
Dae Yong melihat ke semua penumpang, semuanya bermata merah. Orang-orang heran melihat Dae Yong yang seperti itu.
Dae Yong menarik orang-orang dan memintanya turun dari kereta. Dia juga menggedor-gedor pintu kereta dan berteriak, “Tolong hentikan! Hentikan keretanya! “Tolong hentikan! Hentikan keretanya! Tolong.”
Dae Yong ‘menggila’, dia terus berteriak meminta kereta dihentikan. Orang-orang di kereta sampai memeganginya dan mengira Dae Young kerasukan.
Dae Yong benar-benar menggila, hingga dia mengambil tabung pemadam api dan hendak memecahkan kaca. Tapi ditahan oleh orang-orang.
***
Bersambung ke episode 3 ~
Komentar:
Karena kepopulerannya, Dae Yong menjadi angkuh..
Curiga sama Joon Goo, apakah dia yang memanipulasi keadaan di kereta itu. Koq tiba-tiba dia ada di kereta itu ya, sebelumnya kan tidak ada..
Oya, substitlenya baru sampai episode ini saja, baik yang B.Inggris ataupun B.Indonesia, jadi masih belum bisa di lanjut. Tapi, bagi yang penasaran, saya bikin spoilernya di sini -> Spoiler Aftermath Season 2 episode 3-6 (end)
penasaran onnie,,
ReplyDeletekeep posting!
-elsya
Gak kebayang kalo misalkan punya kekuatan kyk gitu, yg bisa ngebunuh orang, kyk si joon go kyknya udah psyco deh ><
ReplyDeleteDitunggu ka kelanjutannya, kaaa Let's Eatnya jg tetep ditunggu loooh, penasaran bgt sama ep 10 LE, hihiiii
Makasiii :)