KARA Secret Love: The 13th Bucket List – Part 2
Seperti yang dijanjikan, Hyun Jung menunggu pria itu di dekat kebun canola. Pria itu datang dengan mobilnya, dan memakai seragam militer. Dia menyuruh Hyun Jung untuk segera masuk. Hyun Jung terkejut ternyata pria itu seorang marinir.
***
Mereka kemudian datang ke sebuah acara pernikahan di tepi pantai. Hyun Jung takjub melihat semuanya. Mulutnya tak henti berdecak kagum, dan terus menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri melihat semua itu. Pria itu juga mengedarkan pandangannya seperti mencari seseorang.
Kemudian dia memanggil Hyun Jung yang tertinggal di belakang. Hyun Jung segera berlari menyusul. Hyun Jung penasaran pesta pernikahan siapakah itu, dan itukah sebabnya pria itu membelikan baju untuknya. Hyun Jung merasa senang pergi kesana dengan pria itu. Dan Hyun Jung kembali memuji pesta itu. Pengantin wanitanya pasti sangat senang karena itu seperti pernikahan dalam film.
Pria itu kesal mendengar ocehan Hyun Jung dan memintanya untuk tidak terus melihat-lihat. Kemudian dia berkata pada Hyun Jung tanpa menatapnya.
“Dengarkan aku. Namaku Yoon Joon Moon. Kita menghabiskan 33 malam bersama, kita berciuman di malam pertama bertemu dan kita disini merayakan 1 bulan kita bertemu.”
“Apa? 33 malam sebulan lalu? Malam pertama? Benar-benar menggelikan.”
Rupanya pria itu, Joon Moon, meminta Hyun Jung untuk pura-pura menjadi pacarnya. Dan Hyun Jung tak suka dengan ide yang baru saja dilontarkan Joon Moon. Joon Moon tak menggubris, dia malah merangkul Hyun Jung dengan erat, tanpa perasaan dan menariknya pergi.
Pengantin wanita sedang berfoto bersama teman-temannya. Dia lalu melihat kedatangan Joon Moon dan tampak gugup. Dia secara halus mengusir teman-temannya pergi.
Saat Joon Moon mendekat, pengantin wanita dengan canggung menyapanya. Joon Moon mengucapkan selamat. Pengantin wanita melihat Hyun Jung dengan penuh selidik, apakah dia pacar Joon Moon. Hyun Jung kemudian memberi salam dan memperkenalkan diri.
“Senang bertemu denganmu. Namaku Lee Hyun Jung. Kita berpacaran 1 bulan, dan kita datang berlibur.” Hyun Jung menyenggol Joon Moon dan menatap Joon Moon dengan manis.
Joon Moon mencubit pinggang Hyun Jung dan pura-pura tertawa, “Sayang, kau tak perlu mengatakan semuanya.”
Hyun Jung meminta maaf dan mencubit pipi Joon Moon, sebagai balas dendam dengan cubitan di pinggang tadi. Si pengantin wanita melihat mereka dengan aneh.
“Terima kasih sudah datang. Tapi walaupun kau sudah tak wamil, menggunakan seragammu sedikit... Sedikit memalukan.” Ujar si pengantin wanita merendahkan Joon Moon.
“Karena aku datang tidak untuk mengacaukan pernikahanmu hanya karena kau mengkhianati pacarmu yang pergi wamil, hanya untuk menikahi orang lain tiga bulan setelahnya.” Ucap Joon Moon. Hyun Jung terkejut menyadari kemungkinan pacar yang dimaksud Joon Moon adalah dia sendiri.
“Jadi kau masih seperti ini? Jangan berlebihan. Karena kau tidak lebih dari separuh pagi bagiku. Seseorang yang aku temui sebentar di pagi hari disaat aku bosan. Bukankah biasanya berkencan itu di malam hari?” ujar pengantin wanita itu pedas.
Joon Moon berkaca-kaca, matanya memerah. Dia tak sanggup mengatakan apapun lagi dan segera pergi dari sana. Hyun Jung akan mengikuti Joon Moon, tapi dia ingin mengatakan sesuatu pada si pengantin wanita. Hyun Jung pun berbalik lagi.
“Pengantin wanita. Walaupun begitu, haruskah kau menyakiti seseorang yang datang jauh jauh kesini menemuimu? Pagi hari maupun malam hari... dia masih orang yang kau kencani.”
“Uruslah urusanmu sendiri. Berlibur bersama pria yang baru saja kau kenal sebulan? Pasti dia sedang wamil saat itu. Kalian pasti bercinta lewat pesan?”
Hyun Jung bingung menjawabnya, “Tak ada batas dalam cinta. Selama ada Wi-Fi...”
“Cukup. Jangan bertingkah lebih baik dariku disaat kau mengencaninya hanya demi uang.”
Kemudian pengantin wanitanya dipanggil karena acara akan di mulai. Pengantin wanita itu pergi sambil menatap sinis pada Hyun Jung.
***
Pengantin wanita itupun menikah dengan pasangannya. Sementara mereka sedang melakukan upacara, Hyun Jung dan Joon Moon malah asik makan. Joon Moon menyuruh Hyun Jung makan makanan yang mahal seperti daging dan sushi yang sedang dia makan, jangan hanya roti. Hyun Jung mengerti, nanti dia akan mengambil makanan lagi. Joon Moon makan dengan kesal.
Hyun Jung kemudian berujar, bahwa pengantian prianya sangat tampan. Dia juga dengan pengantin prianya bekerja di keuangan. Bagian keuangan sangat ngetren sekarang. Dan melihat pernikahan yang mewah seperti itu, dia pasti sangat sukses. Hyun Jung bertanya Joon Moon bahagia juga kan? Joon Moo tak mengerti.
“Pasti sangat sakit ditinggalkan wanita yang sangat kau cintai tapi jika dia menikahi orang yang tidak lebih darimu pasti kau akan lebih kesal. Tapi itu dia, menikahi pria tampan dan sukses di tempat yang seindah ini...”
Joon Moon dengan kesal memasukkan roti ke mulut Hyun Jung, “Tutup mulutmu dan makan saja.”
Selanjutnya, pembawa acara ingin mendengar ucapan selamat dari teman pengantin wanita. Dan tidak sengaja, Hyun Jung terpilih. Joon Moon melarang, tapi Hyun Jung tetap melakukannya.
“Pertama-tama... Benar-benar ku ucapkan selamat. Saya sangat iri dengan pengantin wanita... dan lebih iri lagi. Sebenarnya...” Hyun Jung mulai sedih, “Sebenarnya...” Hyun Jung mulai nangis, “Saya pikir saya akan mati sebelum saya sempat menikah.”
Para hadirin dan pengantin menertawakan Hyun Jung, tidak termasuk Joon Moon.
“Terdengar tak masuk akal, 'kan? Wanita secantik, sebaik dan semanis saya... Kalian bertanya-tanya kenapa dia berkata akan mati sebelum menikah? Terdengar tak masuk akal juga di telingaku.” Hyun Jung terisak.
Joon Moon mendepak kaki Hyun Jung dengan kakinya, dan bertanya dengan kesal apakah Hyun Jung mabuk. Hyun Jung kemudian meminta maaf sambil menangis dan berkata bahwa dia hanya bercanda. Dia harap itu hanya candaan. Para hadirin dan pengantin mulai canggung. Pembawa acara mencairkan suasana dengan berkata air mata bahagia teman pengantin wanita tak bisa dihentikan.
Joon Moon kembali meminta Hyun Jung untuk berhenti. Hyun Jung tak perlu sejauh itu.
“Bagaimanapun, saya berharap... pengantin wanita hidup bahagia. Anda harus berjanji akan hidup bahagia selamanya. Karena separuh pagi anda... yang mana adalah pacar saya…menginginkan itu.” ujar Hyun Jung masih sambil menangis, lalu berlari pergi.
Membuat semua orang bingung dengan apa yang terjadi. Joon Moon segera menyusul Hyun Jung. Pengantin pria tampak bertanya pada istrinya, siapa Hyun Jung dan apa maksud yang dikatakannya, tapi pengantin wanita hanya mengangkat bahu, tanda dia juga tidak tahu.
***
Di dalam mobil, Joon Moon terdiam. Hyun Jung menjelaskan bahwa dia tak berencana seperti itu, tapi dia tidak sadar melakukannya. Hyun Jung juga beralasan bahwa dia emosional akhir-akhir ini. Hyun Jung malah bilang bagus, seharusnya Hyun Jung juga membakar tempat itu. Hyun Jung bertanya apakah Joon Moon benar-benar menyukai tindakannya. Joon Moon meminta Hyun Jung untuk diam.
“Apa dia alasan kau ingin bunuh diri?” tanya Hyun Jung kemudian.
Joon Moon kesal, dia sudah meminta Hyun Jung untuk tidak bicara. Joon Moon ingin menenangkan diri. Joon Moon menepikan mobil dan menyuruh Hyun Jung turun. Hyun Jung sudah melakukan apa yang dia suruh, jadi sekarang turun. Hyun Jung tidak mau, dia tak tahu arah ke penginapannya dari tempat itu.
Joon Moon tak peduli, dia membuka paksa sabuk pengaman Hyun Jung dan mendorongnya keluar. Tak lupa tas Hyun Jung juga dilemparkannya, dan menyuruh Hyun Jung menutup pintu. Joon Moon langsung menjalankan mobilnya meninggalkan Hyun Jung.
“Hei, Yoon Joon Moon! Kau benar-benar menyebalkan!” Hyun Jung berteriak dan melompat kesal.
Hyun Jung menoleh ke kanan dan ke kiri, tak ada seorangpun disana, hanya seekor kuda. Dengan kesal Hyun Jung membawa dua tasnya dan berjalan dengan cepat.
Hari mulai gelap, dan Hyun Jung masih berjalan. Tiba-tiba langkahnya terhenti, dia melihat seekor anjing sedang duduk di depan. Hyun Jung mundur perlahan, lalu berbalik dan berlari sambil berteriak ketakutan. Anjing itu pun mengejar.
***
Hyun Jung masuk ke sebuah kamar hotel yang mewah. Hyun Jung berbinar melihat ke sekeliling kamar. Dia kemudian ke balkon dan melihat pemandangan dari sana.
Bucket List nomor 11. Menikmati fasilitas hotel mewah. Cek list.
Hyun Jung kembali ke dalam, menuju kasur. Dia naik ke kasur dan melompat-lompat gembira. Lalu dia terdiam, ayah pasti marah jika dia tahu dirinya membayar kamar dengan kartu milik ayah. Tapi bagaimanapun itu hanya sekali seumur hidup, Hyun Jung hana perlu menghadapi kemarahannya. Hyun Jung pun kembali melompat-lompat.
Dia lalu masuk ke kamar mandi. Ada jendela yang langsung menghadap ke luar. Hyun Jung tiduran di bathtub, melihat pemandangan di luar dan memejamkan mata.
***
Hyun Jung terbangun, masih di bathtub kamar mandi. Hyun Jung tak percaya jika hari sudah pagi. Dia menggelengkan kepala. Tapi itu memang sudah pagi. Hyun Jung kesal. Kamar itu harganya 230 ribu won per malam, dan dia menghabiskan malam di kamar mandi.
Karena tidur dalam posisi yang salah, leher Hyun Jung pun terasa sakit.
Hyun Jung mengambil makanan untuk sarapan sangat banyak. Dia harus makan sebanyak yang dia bisa, karena uangnya sudah terbuang sia-sia.
Hyun Jung mencari tempat duduk, dan melihat Joon Moon juga ada disana. Hyun Jung tersenyum senang dan memanggil Joon Moon. Joon Moon menoleh, dan segera menutup wajahnya dengan majalah. Hyun Jung duduk di depan Joon Moon.
Hyun Jung bertanya pada Joon Moon yang menyembunyikan wajahnya di balik majalah, apakah Joon Moon sendirian.
Lalu kenapa? Joon Moon memindahkan makanan Hyun Jung ke meja dibelakangnya. Mau tidak mau, Hyun Jung pun pindah. Karena kesal, dia seolah akan menusuk Joon Moon dengan garpu dari belakang, dan tak lupa meledek menjulurkan lidah.
Hyun Jung tak sadar, notebooknya tertinggal di kursi di depan Joon Moon.
***
Hyun Jung dan Joon Moon kembali bertemu saat akan kembali ke hotel. Dan mereka sama-sama akan menaiki tangga.
“Kau hanya tentara, tapi kau tinggal di kamar seperti ini? Jadi benar. Benar uangmu banyak.” Gumam Hyun Jung.
Joon Moon bertanya apa maksud Hyun Jung berkata seperti itu. Apa maksud Hyun Jung dia punya banyak uang, apakah pengantin wanita itu berkata seperti itu pada Hyun Jung. Apa pengantin wanita itu mengencaninya karena uang. Joon Moon mengejar Hyun Jung yang menghindar. Hyun Jung bilang bukan begitu.
“Lalu darimana kau dengar itu? Dimana aku tidur dan berapa banyak uang yang kupunya... apa urusan denganmu? Kau yang mengatakan...” Joon Moon menyadari sesuatu, “Tunggu, kenapa kau kesini? Jangan-jangan... Kau benar-benar penguntit? Yang kau bilang mengikutiku untuk menghentikanku dari bunuh diri semuanya hanya bohong, 'kan? Sejak kapan? Apa masuk ke air juga bagian dari rencanamu? Kau wanita menakutkan, kau salah orang.”
Hyun Jung menggeleng. Dia bukan gadis seperti yang dituduhkan Joon Moon. Joon Moon menuduh Hyun Jung sengaja mendekatinya, untuk menggodanya dan mendapatkan uangnya. Hyun Jung sangat kesal.
Bucket list, nomor 8. Jangan ditahan dan luapkan saja amarahku. Cek list.
“Hei!” teriak Hyun Jung penuh kemarahan. Kemudian segerombol orang yang lewat menghentikannya bicara. Menyadari Hyun Jung marah, Joon Moon bergegas pergi. Tapi Hyun Jung tak membiarkannya begitu saja, Hyun Jung menyusul Joon Moon sambil mengeluarkan emosinya yang sejak tadi ditahan.
“Kau pikir dengan siapa kau meluapkan amarahmu? Kau masih suka dengan wanita itu, 'kan? Kau masih suka dia yang bahkan memanggilmu ‘setengah pagi’ dan ‘rendahan’?”
“Kau gila.”
“Itulah kenapa kau meluapkan amarahmu padaku. Kau kira aku tak tau?”
“Kecilkan suaramu. Ini tempat umum.” Joon Moon memperingatkan.
Tapi Hyun Jung tak peduli dan terus melanjutkan perkataannya, “Setelah mengenalmu, kau lebih dari yang dia katakan.”
“Kau.. Sudah selesai?”
“Tidak. Daripada menghabiskan waktu menginginkan wanita yang bahkan tak melihatmu... kau harusnya menghabiskan waktumu memikirkan betapa berharganya hidupmu... dan bagaimana kau terlahir dicintai oleh yang lain. Itu yang harus kau pikirkan.” Hyun Jung berkaca-kaca.
“Bilang saja kau mengikutiku kesini karena kau menyukaiku. Kenapa kau membela diri disaat aku menangkap basah dirimu? Kau pikir kau siapa menceramahiku begitu?”
“Tapi aku... menyelamatkan hidupmu.” Hyun Jung menangis.
Itulah sebabnya, Joon Moon merasa kesal. Seharusnya Hyun Jung membiarkannya. Hyun Jung lah yang menariknya keluar disaat dia akan mati dengan tenang. Hyun Jung menilai Joon Moon hanya tak punya harapan. Memangnya Joon Moon ini punya 12 nyawa hingga ingin bunuh diri. Joon Moon bahkan tak tahu tindakan tidak dewasa dan egois seperti itu akan menyakiti hati seseorang.
Hyun Jung lalu pergi meninggalkan Joon Moon.
***
Hyun Jung masuk ke kamarnya untuk siap-siap cek out. Hyun Jung merasa seperti batu besar terangkat dari dadanya. Kenapa dia menahannya di saat perasaannya terasa sangat baik. Hyun Jung kemudian menyadari notebook nya tidak ada dan mencari di dalam tas.
***
Di kamarnya, Joon Moon gelisah mengingat semua perkataan Hyun Jung yang menyebutnya tidak dewasa. Kemudian ada yang mengetuk kamarnya. Seseorang mengantarkan notebook milik Hyun Jung padanya. Notebook yang tertinggal di restoran, di meja Joon Moon.
Joon Moon membuka notebook yang diberi password itu. Joon Moon mencoba beberapa password, tapi gagal. Hyun Jung membawa notebook itu kemanapun seperti itu adalah hidupnya. Joon Moon menebak Hyun Jung pasti mati-matian mencarinya. Dan membuat Joon Moon penasaran dengan isinya.
Joon Moon memikirkan kemungkinan kombinasi yang menjadi password. Joon Moon terpikir sebuah kombinasi yang biasa, mungkinkah Hyun Jung memakai kombinasi itu. 0000. Joon Moon mencobanya, dan masuk! Joon Moon tertawa senang. Joon Moon meledek, itu kombinasi yang sangat sulit, Hyun Jung pasti kerja di pusat rahasia. Joon Moon juga meniru pose foto Hyun Jung.
Joon Moon membuka dan membaca catatan Hyun Jung. Tawanya meredup.
“Waktu yang diberikan padaku 3 bulan. Stadium akhir kanker pankreas. Tak ada cara untuk memperpanjang hidupku. Awalnya tak bisa kupercya, dan aku sangat marah. Aku ingin bertanya pada Tuhan kenapa ini tejadi padaku. Tapi melakukan itu hanya akan mengubah satu hal. Itu hanya akan menghilangkan sedikit waktu yang kupunya. Jadi aku memutuskan tak akan lagi melawan takdirku. Aku akan hidup dengan waktu yang tersisa tanpa penyesalan dan ketakutan dan hanya akan penuh oleh kebahagiaaan.”
Joon Moon berbaring dan mengingat semua yang pernah di katakan Hyun Jung padanya tentang hidup, dan air mata Hyun Jung yang selalu mengalir saat membicarakan hal itu. Akhirnya Joon Moon menyadari maksud perkataan Hyun Jung yang terakhir, bahwa tindakan tidak dewasa dan egois yang dia lakukan (bunuh diri) akan menyakiti hati seseorang, yaitu Hyun Jung yang tidak punya banyak waktu lagi untuk hidup.
Joon Moon kemudian membuka bucket list Hyun Jung. Dan membaca tambahan yang terakhir, Hyun Jung ingin mengabulkan permintaan orang yang hampir mati, yang tidak lain adalah Joon Moon. Joon Moon tampak terharu.
Joon Moon segera ke resepsionis untuk menanyakan kamar Hyun Jung, tapi terlambat. Hyun Jung sudah cek out sekitar 5 menit yang lalu. Hyun Jung segera berlari.
Hyun Jung sedang berjalan. Dari belakang muncul Joon Moon dengan mobilnya, berhenti di dekat Hyun Jung. Joon Moon menunjukkan notebook milik Hyun Jung. Hyun Jung berjalan menghampiri mobil Joon Moon. Tapi Joon Moon memajukan mobilnya dan berhenti di depan. Saat Hyun Jung berjalan lagi menghampiri, Joon Moon memajukan mobilnya lagi dan berhenti lagi. Begitu terus hingga Hyun Jung kesal dan berbalik arah menjauh.
Joon Moon memundurkan mobilnya. Hyun Jung kesal dan bertanya apa Joon Moon sudah puas mempermainkannya. Hyun Jung meminta notebooknya kembali. Joon Moon tersenyum dan turun dari mobil. Dia melemparkan kunci pada Hyun Jung dan masuk kembali ke dalam mobil di kursi penumpang.
Joon Moon bilang jika Hyun Jung ingin mengambil notebook itu tidak gratis. Joon Moon menyuruh Hyun Jung menyetir. Joon Moon beralasan bahunya sangat sakit karena menarik Hyun Jung keluar dari air waktu itu. Joon Moon tersenyum lebar sambil menunjukkan notebook Hyun Jung dan mengajaknya segera pergi.
Hyun Jung awalnya ragu, tapi kemudian dia pun mengemudi di jalanan pinggir pantai. Hyun Jung tersenyum senang.
Bucket list, nomor 9. Menyetir di jalanan indah. Cek list.
Hyun Jung juga ikut tersenyum melihat betapa senangnya Hyun Jung. Sepertinya Joon Moon memang sengaja karena dia membaca bucket list Hyun Jung.
Kemudian Joon Moon meminta Hyun Jung untuk pelan-pelan dan menurunkan kecepatannya. Tapi Hyun Jung tidak tahu caranya, dia baru pertama kali menyetir. Joon Moon memberitahu caranya, pertama injak pelan-pelan remnya. Dan karena Hyun Jung tidak melihat ke depan, mobil berjalan miring ke arah berlawanan. Mereka hampir bertabrakan dengan mobil dari arah berlawanan kalau Joon Moon tidak cepat tanggap.
Joon Moon tak sengaja memegang tangan Hyun Jung di setir. Perlahan dia memindahkan tangannya.
Joon Moon meminta Hyun Jung menepikan mobil. Tapi bagaimana bisa dia menyuruh Hyun Jung menghentikan mobil disaat Hyun Jung bahkan tidak tahu cara pelankan mobil. Jadi, sampai mana Hyun Jung akan menyetir.
“Siapa yang menyuruhku menyetir!” teriak Hyun Jung kesal.
Joon Moon menatap Hyun Jung dan berkata dalam hati, “Itu karena kau yang ingin.”
Dari belakang ada sebuah mobil yang mengklakson. Joon Moon memberi tanda agar mobil itu mendahului. Mobil itu mendahului, dan penumpangnya memaki Hyun Jung yang tidak bisa menyetir. Joon Moon emosi, dia memaki balik orang itu.
“Jangan pedulikan. Pelan pelan saja.” Ujar Joon Moon kemudian pada Hyun Jung.
***
Di sebuah gazebo yang ada kotak posnya, Hyun Jung berbicara dengan turis Jepang dengan bahasa Jepang yang tidak buruk menurut Joon Moon. Joon Moon memberikan minuman yang dia bawa pada Hyun Jung. Hyun Jung membuka kalengnya dan menukarnya dengan milik Joon Moon. Mungkin maksudnya membantu Joon Moon membukanya.
Hyun Jung bilang kalau dia sudah belajar TOEFL. Joon Moon penasaran dimana Hyun Jung ingin melamar kerja. Dimanapun, Hyun Jung akan sangat berterima kasih jika bekerja dimanapun. Dia sudah belajar giat untuk bahasa asing dan tes keterampilan. Hyun Jung mendesah, semua itu sekarang sia-sia.
Sadar keceplosan bicara, Hyun Jung mengalihkan pembicaraan dengan berkata bahwa pemandangan disana sangat indah.
Joon Moon membenarkan, dan memberitahu Hyun Jung jika dia memasukkan surat ke kotak pos yang ada disana, suratnya mungkin akan sampai.
Hyun Jung menunjukkan kartu pos yang sudah dia tulis untuk adiknya. Hyun Jung menawarkan diri untuk menuliskan surat untuk Joon Moon. Joon Moon melihat kartu pos Hyun Jung dan membaca alamat yang tertera disana. Joon Moon menolak untuk mengiri surat.
Hyun Jung kemudian melihat paralayang. Dia selalu ingin mencobanya. Joon Moon bertanya apa Hyun Jung tidak pernah melakukannya. Hyun Jung bertanya balik, apa Hyun Jung pernah?
Joon Moon mengajak Hyun Jung paralayang. Mereka sudah bersiap untuk terjun. Hyun Jung tidak terbang sendiri, Joon Moon membawanya. Hyun Jung gugup dan merasa takut. Hyun Jung meminta turun, dia tidak mau. Hyun Jung meminta maaf, tapi dia tidak jadi ingin melakukannya.
“Diamlah sebelum aku biarkan kau naik sendiri.” ujar Joon Moon sambil pura-pura akan mulai terbang.
Hyun Jung berteriak ketakutan, “Benar-benar takut! Aku benar-benar takut. Kita mungkin akan mati diatas sana.”
Oke. Joon Moon mulai berlari untuk terbang, dan mereka pun terbang. Joon Moon berteriak karena senang, sedangkan Hyun Jung berteriak karena takut. Dia masih memejamkan matanya.
Bucket list, nomor 10. Mencoba paralayang. Cek list.
“Hei, Galchin. Kau menutup matamu, ya? Kenapa kau? Sudah sampai disini. Buka matamu.” Joon Moon kemudian meralat, “Tidak. Sangat menakutkan dibawah. Jangan buka matamu. Nanti kau ngompol.”
Perlahan Hyun Jung membuka mata, dan kemudian takjub melihat pemandangan dari atas. Benar-benar mengagumkan, dan rasanya Hyun Jung ingin menangis.
“Wah, keren sekali! Terima kasih, Joon Moon. Aku benar-benar senang!”
Joon Moon memandang Hyun Jung dengan lembut. Dia mendekatkan wajahnya, lalu mencolek bahu Hyun Jung. Hyun Jung menoleh, dan Joon Moon mencium Hyun Jung.
Bucket list, nomor 6. Mencium seseorang di keramaian. Cek list.
“Kau…kau…” Hyun Jung terkejut dengan ciuman dadakan itu.
“Ini ciuman di depan setidaknya seribu orang di bawah.” Ujar Joon Moon.
Kemudian Hyun Jung merasa mual dan ingin muntah. Joon Moon panik, meminta Hyun Jung untuk menahannya. Hyun Jung tidak boleh muntah di atas.
***
Bersambung ke part 3~
***
Cuap-cuap:
Sepertinya Joon Moon ini tipe pria yang kekanakan. Mungkin benar, karena itulah dia ditinggalkan pacarnya untuk menikah dengan orang lain. Entahlah…
Gomawo dh d lanjutin, baru kelar nnton tp pake bhasa kalbu... Lucu dh, aplg pas bag d kejar2 anjing :D..
ReplyDeleteBerharap mb mu2 mw recap apisode yg lainnya jg *SenyumManis* *kedipMata*
Smangat mb mu2 :)
Thx sinopsisnya^^
ReplyDelete-trie-