WITCH’S LOVE Episode 11 – 2
Ji Yeon mengunjungi Na Rae dan membawakan buah yang diinginkan Na Rae. Na Rae merasa senang dan berterima kasih, dia benar-benar mendambakan buah. Ji Yeon mengomentari wajah Min Goo yang membengkak, padahal yang hamil adalah Na Rae. Itulah, kata Min Goo. Setiap kali dia membeli makanan yang diinginkan Na Rae, Na Rae ingin dia menyingkirkan mereka karena baunya. Otomatis dia harus memakan semua makanan karena dia tidak ingin menyia-nyiakan mereka, dan wajahnya pun membengkak.
Na Rae mencium aroma buah yang dibeli Ji Yeon. Na Rae bertanya berapa harga semuanya, kenapa Ji Yeon membeli begitu banyak. Ji Yeon tersenyum, dia mendapatkan bonus dari boss. Ji Yeon kemudian meminta sebotol minuman pada Min Goo. Min Goo heran, Ji Yeon kan sudah berhenti minum. Ji Yeon beralasan ada satu hal yang membuatnya harus minum untuk merayakannya.
Na Rae tak mengerti maksud Ji Yeon. Maka Ji Yeon pun menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya. Na Rae berteriak senang dan mengucapkan selamat pada Ji Yeon. Min Goo juga ikut senang dan mengucapkan selamat, Ji Yeon akhirnya keluar dari klub wanita tua.
Ji Yeon memandang cincinnya dan mendesah, “Tapi…setelah benar-benar di lamar, aku merasa sangat aneh.”
Na Rae dan Min Goo pun saling pandang dengan tak enak hati, mungkin mereka tahu yang Ji Yeon maksud aneh itu adalah ‘Dong Ha’. Ji Yeon menghilangkan kecanggungan dengan menanyakan minuman yang dia pesan pada Min Goo. Min Goo pun segera mengambil minuman untuk Ji Yeon.
***
Ternyata Soo Chul berdandan all out bukan untuk ke klub, tapi untuk mengantar Eun Chae pulang ke rumahnya. Soo Chul memberikan teka-teki pada Eun Chae, kenapa wortel berubah menjadi lobak. Eun Chae tidak tahu. Karena donor darah! Soo Chul tertawa sendiri. Sementara Eun Chae sepertinya tidak begitu tertarik.
Mereka sampai di dekat rumah Eun Chae. Eun Chae bilang dia bisa masuk sendiri. Soo Chul mengingatkan, dia sudah bilang sebelumnya bahwa Eun Chae memiliki wajah yang tidak seharusnya berjalan sendirian.
“Mengapa kau sangat baik padaku? Juga mengantarku pulang.”
“Karena…um…” Soo Chul menggaruk kepalanya yang tak gatal, mencari alasan lain selain dia menyukai Eun Chae, “Ah, karena kau adiknya Young Chae dan kau seperti adikku dan…kau pulang kerja tepat pada waktu tutup tokoku.”
Eun Chae mengangguk-angguk. Kemudian ada yang memanggil Eun Chae, ibu. Eun Chae bertanya mengapa ibu ada di luar. Ibu bilang dia sedang menunggu Eun Chae karena sudah waktunya Eun Chae datang. Ibu lalu bertanya siapa Soo Chul. Soo Chul memberi salam.
Ibu menatap Soo Chul dan merasa wajah Soo Chul tidak asing. Soo Chul bilang dia adalah teman sekolah Young Chae, dan dia pernah melihat ibu beberapa kali sebelumnya. Ibu pun mengerti dan senang bisa bertemu dengan Soo Chul. Ibu bertanya bagaimana Soo Chul bisa bersama Eun Chae. Eun Chae hendak menjelaskan, tapi buru-buru di potong Soo Chul.
“Saya menjalankan bisnis kecil. Dia adalah pelanggan tetap, sehingga saya menanyakan beberapa pertanyaan padanya, saya menemukan bahwa dia adalah adik Young Chae. Bukankah ini takdir, Ibu?”
Ibu berterima kasih. Soo Chul tak mempermasalahkan, karena Eun Chae adalah adik Young Chae, maka dia adiknya juga. Soo Chul kemudian pamit pulang. Eun Chae dan ibu tertawa melihat Soo Chul melambaikan dua tangan pada mereka.
“Apa hubungan antara kalian berdua?” tanya Ibu pada Eun Chae.
“Bukan seperti itu.” Eun Chae mengelak.
Menurut ibu, Soo Chul terlihat seperti teman yang menyenangkan, dan juga tampan. Eun Chae tertawa. Mereka berdua lalu pulang.
***
Dong Ha bekerja di sebuah pusat distribusi minuman kaleng. Dia mendorong kereta, menyusun kardus, dan memindahkan kemasan. Dong Ha tampak kelelahan.
Saat akan pulang, dia meluruskan leher dan menepuk-nepuk punggungnya sendiri.
***
Ji Yeon masih di restoran Na Rae dan sudah menghabiskan beberapa botol minuman. Ji Yeon bercerita pada Na Rae yang menemaninya. Di pameran, Shi Hoon menggantung fotonya yang berukuran sangat besar dan mengajaknya untuk balikan. Karena itu semua hatinya pun luluh. Na Rae melihatnya dari koran dan merasa foto itu tampak mengagumkan. Hanya membayangkan saja, itu terlihat sangat keren.
Ji Yeon mendesah, “Dia berlari dengan memegang tanganku. Aku merasa kami kembali ke masa lalu. Pada tatapannya, hatiku bergetar. Aku melupakan kebencian untuk sesaat.”
Na Rae tersenyum, “Mengagumkan. Tidak ada orang yang tidak jatuh pada tatapannya. Saudaranya Mimi kesal padamu karena dia.”
Ji Yeon membenarkan. Na Rae juga bilang banyak gadis yang iri pada Ji Yeon waktu itu. Shi Hoon mempunyai cahayanya sendiri. Dia tampak seperti dia muncul keluar begitu saja dari komik romantis. Sesuatu yang tidak realistis. Na Rae mengatakan semua itu dengan semangat.
Lalu seorang pelanggan meminta tambahan sup, membuat Na Rae menyadari bahwa itulah kenyataan hidupnya. Na Rae beranjak hendak mengambil pesanan pelanggan itu, dan Ji Yeon menghela nafas.
***
Dong Ha pulang ke rumah. Saat akan membuka pintu, dia menoleh ke arah rumah Ji Yeon. Dong Ha merindukan Ji Yeon.
***
Ji Yeon mabuk. Dia tertidur di meja. Na Rae menghampiri Ji Yeon dengan khawatir dan bertanya pada Min Goo kapan Ji Yeon minum sebanyak itu. Min Goo tidak melihatnya karena dia sangat sibuk. Na Rae berusaha membangunkan Ji Yeon. Ji Yeon bangun dan menyebut Na Rae sebagai penghianat. Na Rae bingung Ji Yeon besikap seperti itu, tapi terus berusaha membangunkan Ji Yeon dan meminta Min Goo untuk mengantar Ji Yeon pulang.
“Stop!” Ji Yeon menunjuk Min Goo, membuatnya ketakutan. “Mata besar! Jika kau membuat air mata turun dari mata temanku…” Ji Yeon memberikan tanda pisau di lehernya. “Oke?”
“Haruskah aku menghubungi Shi Hoon sunbae?” tanya Na Rae.
“Stop! Aku tidak seharusnya menunjukkan kondisi mabukku pada Shi Hoon. Pemeliharaan image.”
Na Rae heran Ji Yeon masih saja bersikap palsu di depan Shi Hoon. Na Rae pamit untuk membawa Ji Yeon ke dalam taksi. Min Goo melarang Na Rae pergi sendiri dan mengajaknya pergi bersama mengantar Ji Yeon.
“Stop! Mata besar…tunggu. I hate you.” Ujar Ji Yeon masih sambil mabuk.
Min Goo kesal, “I hate you, too!”
Na Rae segera membawa Ji Yeon keluar.
***
Ji Yeon berjalan sempoyongan menaiki tangga menuju rumahnya. Dia memasukkan passcode ke pintu rumahnya, tapi tidak terbuka. Ji Yeon mencobanya lagi, satu kali…dua kali…dan terbuka di percobaan ke tiga.
Dong Ha sedang menonton televisi. Mendengar pintu dibuka, dia menyapa Soo Chul yang dia kira baru datang.
“Apakah dia belum kembali?” ternyata yang masuk adalah Ji Yeon. Ji Yeon salah masuk rumah!
Ji Yeon bilang Soo Chul pasti sedang bersama pada gadis. Ji Yeon masuk dengan sempoyongan. Dong Ha terkejut melihat Ji Yeon. Sambil berjalan Ji Yeon bertanya apakah Dong Ha sudah makan, dia tadi minum alkohol.
Dong Ha menghampiri Ji Yeon hendak memapahnya. Ji Yeon menghentikan Dong Ha, meminta untuk diam saja karena dia bisa sendiri. Dong Ha melongo.
Ji Yeon masuk ke kamar Dong Ha yang sebelumnya pernah jadi kamarnya. Dong Ha mengikuti Ji Yeon. Ji Yeon naik kasur dan masuk ke dalam selimut, lalu tidur.
Dong Ha membetulkan selimut dan letak tangan Ji Yeon. Dong Ha ingin membelai kepala Ji Yeon, tapi dia tak sanggup, tangannya mengambang di udara. Dong Ha kemudian mematikan lampu dan keluar kamar.
Di luar Dong Ha termenung menatap ke arah kamarnya, dimana sekarang ada Ji Yeon yang tertidur disana. Soo Chul pulang dan bertanya mengapa ada sepatu wanita di depan, apakah Dong Ha sudah keluar dari bekas luka patah hatinya. Soo Chul antusias mengucapkan selamat dan bertanya lagi wanita seperti apa pemilik sepatu itu. Dong Ha pun menjelaskan bahwa pemilik sepatu itu adalah Ji Yeon.
“Noonim? Mengapa Noonim ada disini?” Soo Chul terkejut sekaligus penasaran.
“Dia tidur.” ujar Dong Ha pendek.
***
Dong Ha berbaring bersama Ji Yeon yang masih tertidur. Dong Ha membelai rambut Ji Yeon, dan membuatnya terbangun. Ji Yeon menatap Dong Ha yang ada dihadapannya. Dong Ha tersenyum dan bertanya apakah Ji Yeon tidur dengan nyenyak. Ternyata Ji Yeon tidur di lengan Dong Ha.
“Yoon Dong Ha. Apa yang kau lakukan disini?”
“Apa maksudmu? Kau mencuri tempat tidurku. Sekarang waktunya kau pergi kerja.” Dong Ha mencubit gemas pipi Ji Yeon.
Ji Yeon tersenyum dan mendekat pada Dong Ha, memeluknya. Dong Ha pun memeluknya dengan erat.
“Ketua Tim. Cepat bangun! Ketua tim. Mari kita bangun pagi!”
Ternyata tadi hanyalah mimpi Ji Yeon. Nyatanya Ji Yeon tidur dengan posisi yang tidak anggun sama sekali, dan Dong Ha berusaha membangunkan Ji Yeon sambil bersandar di dekat pintu dengan sedikit kesal. Sepertinya Dong Ha sudah membangunkan Ji Yeon sejak tadi.
Ji Yeon terbangun. Sangat terkejut menyadari dirinya bukanlah berada di kamarnya sendiri. Ji Yeon kebingungan, “Dimana ini? Mengapa aku di sini? Apa yang terjadi?”
“Apa maksudmu apa yang terjadi? Kau menerobos ke dalam kamarku. Cepat bangun.”
Ji Yeon segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar dengan cepat. Dong Ha melihat Ji Yeon meninggalkan tasnya. Dong Ha mengambil tas itu dan mengejar Ji Yeon keluar. Dong Ha memarahi Ji Yeon, setiap kali Ji Yeon mabuk Ji Yeon tidur begitu saja di manapun dan meninggalkan barang. Mereka bahkan tidak tinggal bersama lagi, tidak bisakah Ji Yeon mengurus barangnya.
Oow~ di luar ada Shi Hoon yang berdiri di tangga, menyaksikan pemandangan itu dan mendengar semua yang dikatakan Dong Ha. Ji Yeon dan Dong Ha terdiam melihat Shi Hoon. Shi Hoon menatap mereka bergantian.
Ji Yeon masuk ke dalam rumahnya bersama Shi Hoon. Ji Yeon ingin menjelaskan apa yang terjadi. Tapi Shi Hoon langsung bertanya apakah benar Ji Yeon tinggal bersama dengan Dong Ha. Ji Yeon menjelaskan mereka memang tinggal bersama tapi tidak hanya berdua, bertiga. Dan hanya sementara ketika rumah Ji Yeon sedang direnovasi.
“Tapi kenapa kau keluar dari rumah itu sekarang?” Shi Hoon duduk.
“Masalahnya adalah…aku mabuk tadi malam. Aku pasti keliru. Aku tinggal disana hingga minggu lalu.”
Shi Hoon tak bertanya lagi dan menyuruh Ji Yeon siap-siap pergi kerja, karena Ji Yeon akan terlambat. Dia akan menunggu di dalam mobil. Ji Yeon mengangguk. Lalu menghela nafas setelah Shi Hoon keluar.
Dong Ha duduk di depan tv. Dong Ha berkata pada dirinya sendiri bahwa dia tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenapa dia merasa seperti itu tidak benar. Siapa orangnya yang melakukan kesalahan di tempat pertama? Dong Ha menunduk dan memegang kepalanya.
Soo Chul datang dan langsung menunjukkan badannya yang tanpa benang sehelaipun pada Dong Ha. “Siapa yang sedang kau bicarakan sekarang?”
Dong Ha menoleh melihat Soo Chul, lalu menutup matanya sendiri, “Ah! Bahkan merasa lebih tidak benar tentang hal ini!”
Soo Chul duduk di meja hadapan Dong Ha, “Kau mencurigakan, Yoon Dong Ha. Kau terus berbicara pada dirimu sendiri.”
“Apa maksudmu mencurigakan? Kau kotor. Dan juga aku terhormat!” Dong Ha menepis kaki Soo Chul yang nangkring di bagian terlarang miliknya.
Dong Ha lalu pergi meninggalkan Soo Chul. Soo Chul berteriak bahwa Dong Ha lebih mencurigakan sekarang. (Haha…Soo Chul ni ada-ada aja deh..)
***
Ji Yeon berada di dalam mobil bersama Shi Hoon yang mengingatkan kopi Ji Yeon hampir dingin. Ji Yeon meminta maaf. Shi Hoon bilang dia seperti itu bukan karena dia tidak percaya pada Ji Yeon. Apa alasan Ji Yeon untuk minum-minum hingga Ji Yeon bingung dimana rumahnya sendiri, adalah apa yang sedang dia pikirkan. Ji Yeon tak mengatakan apapun lagi.
Mereka sampai di depan kantor Trouble Maker. Ji Yeon berterima kasih karena Shi Hoon sudah mengantarnya dan berjanji akan menelponnya nanti. Shi Hoon menyuruh Ji Yeon masuk. Shi Hoon menatap Ji Yeon sambil memikirkan sesuatu. Mungkin sudah terlintas di benaknya alasan kenapa Ji Yeon mabuk.
***
Ji Yeon berjalan di depan Jae Woong sambil menjelaskan. Jika mereka tertangkap, mereka bisa mengucapkan selamat tinggal pada hidup mereka, sehingga Jae Woong harus menjaga pikirannya lurus. Ji Yeon berbalik. Dan kita dibawa pada kenangan Ji Yeon bersama Dong Ha.
“Mengapa kau tidak menjawab?” tanya Ji Yeon pada Dong Ha.
Dong Ha menggeleng dan menyuruh Ji Yeon pergi sendiri. Ji Yeon bertanya apakah Dong Ha ingin mati. Dong Ha bilang lagipula dia sepertinya akan mati juga dengan jalan lain.
“Jika kau tidak ingin mati lebih memalukan, siapkan kamera.” Ji Yeon membereskan barang-barang yang hendak di bawa ke dalam tasnya.
“Kau tidak punya rasa takut. Apakah kau tidak takut?”
“Jika kau menghindar dan melarikan diri dari hal-hal menakutkan dan kotor, kapan kau akan mendapatkan cerita eksklusif?”
Dong Ha bertanya apakah Ji Yeon punya banyak kehidupan. Bagaimana bisa Ji Yeon mempertaruhkan hidupnya setiap kali Ji Yeon menulis sebuah isu, ketika hidup Ji Yeon adalah sesuatu yang penting.
Ji Yeon kesal pada Dong Ha yang terlalu banyak bicara, dia meminta Dong Ha minggir dari jalannya. Ji Yeon berjalan pergi. Dong Ha pun meminta Ji Yeon menunggu untuk pergi bersama dan membawa kamera.
Ji Yeon berbalik dan memperingatkan Dong Ha, “Dan juga, aku sudah bilang padamu untuk tidak mempertanyakan setiap gerakanku!”
“Ini bukan bahwa aku mempertanyakan setiap gerakanmu, tapi aku hanya khawatir sekarang.” Dong Ha tersenyum.
Ji Yeon bilang itu sama saja, dan menyuruh Dong Ha mengikutinya. Dong Ha kembali membalas perkataan Ji Yeon bahwa itu tidak sama, tapi akhirnya dia mengikuti Ji Yeon.
Ji Yeon duduk di mejanya mengingat hal itu, kenangan saat pertama kalinya Dong Ha menjadi asisten. Ji Yeon lalu mengambil sesuatu untuk dikerjakan untuk mengalihkan pikirannya.
***
Dong Ha dan Soo Chul sedang melihat jadwal pekerjaan paruh waktu yang harus mereka kerjakan. Soo Chul merasa dia bisa melakukan pekerjaan setelah tokonya tutup di atas jam 6. Kalau begitu, setelah Dong Ha dari pusat distribusi, dia akan mengambil barang dari Insadong. Jadi Soo Chul bisa hanya pergi ke pusat budaya. Soo Chul heran Dong Ha akan ke pusat distribusi lagi. Dong Ha bilang dia akan menyelesaikan semuanya.
“Tidakkah kau menggunakan tubuhnya terlalu berlebihan? Jika semuanya berlebihan…” Soo Chul berpikir kata selanjutnya dari istilah itu, tapi tak menemukannya, “Yah bagaimanapun, mereka bilang itu tidak bagus.”
Dong Ha bilang dia baik-baik saja. Dong Ha pun berjalan pergi. Soo Chul menyuruh Dong Ha berhenti. Dong Ha pun berhenti dengan sikap sempurna. Soo Chul memberikan kunci mobilnya pada Dong Ha. Barang dalam kotak yang akan dibawa Dong Ha itu besar jadi Dong Ha tidak bisa menempatkannya di skuter. Dan sebaliknya Soo Chul akan memakai skuter Dong Ha.
***
Dong Ha turun dan berpapasan dengan Shi Hoon. Tapi Dong Ha berlalu begitu saja, hingga Shi Hoon menghentikannya, “Yoon Dong Ha. Kemana kau akan pergi?”
Dong Ha berbalik dan bertanya balik dengan ketus, “Apakah aku harus melapor ke mana aku akan pergi? Lakukan saja apa yang harus kau lakukan.”
“Aku datang untuk menemuimu.”
“Jika itu karena apa yang terjadi pagi ini…” Dong Ha hendak menjelaskan.
Shi Hoon menyela, “Aku mendengarnya dari Ji Yeon. Aku dengar bahwa Ji Yeon mabuk, dan secara tidak sengaja pergi ke rumahmu. Dan membawamu pulang beberapa hari yang lalu karena kau mabuk.”
“Jika kau tahu itu, lalu kenapa kau datang kemari?”
“Aku... akan menikah dengan Ji Yeon.”
“Aku tahu. Apakah karena itu kau datang untuk memberitahuku?”
“Aku datang untuk memperingatkanmu. Mulai sekarang, silahkan membuatnya sehingga Ji Yeon tidak perlu khawatir denganmu.”
“Aku pikir itu kau dan bukan Ban Ji Yeon yang khawatir.”
“Itu benar. Saat dia datang padaku, masalah Ji Yeon adalah milikku juga.”
Dong Ha tak menanggapi Shi Hoon, hanya menghembuskan nafas lalu berjalan pergi meninggalkan Shi Hoon. Dong Ha naik mobil dan berlalu. Shi Hoon menghela nafas. (tampaknya Shi Hoon sudah tahu alasan Ji Yeon mabuk, yaitu Dong Ha…)
***
Na Rae melihat perlengkapan bayi bersama Ji Yeon. Na Rae sangat antusias melihat sepatu bayi yang lucu-lucu. Ji Yeon mengingatkan agar Na Rae tidak kalap, dan memperhatikan barang yang akan dia beli jangan sampai menyesal. Na Rae tak mempermasalahkan, itu kan hanya sekali seumur hidup. Membeli barang-barang untuk bayi yang akan lahir.
Ji Yeon bertanya apakah Na Rae lapar, sebelumnya Na Rae bilang dia ingin makan mie dingin. Tapi memikirkan mie dingin sekarang, Na Rae serasa mual dan ingin muntah. Kemudian Na Rae bilang dia ingin makan usus babi goreng. Ji Yeon tersenyum geli, dalam satu jam Na Rae sudah beberapa kali mengganti menu makanan.
“Berubah lagi! Ayo makan es serut! Es serut!” Na Rae menarik Ji Yeon keluar dari toko itu.
Ji Yeon bertanya apakah Na Rae tidak jadi membeli sepatu bayi. Na Rae tidak jadi membelinya. Makan lebih panting daripada membeli barang itu (Haha..aku banget nih..).
***
Dong Ha mengantarkan barang. Dia berhenti di depan sebuah bangunan dan membawa kardus dari dalam mobil.
Ji Yeon dan Na Rae sedang massage bersama. Mereka sedang merendam kaki. Na Rae bilang itulah Min Goo, tidak mudah menemukan seorang pria yang memberikan 3 jam penuh pada istrinya untuk melakukan massage bersama temannya. Ji Yeon bilang dia tahu, dan meminta Na Rae berhenti membual. Na Rae kemudian memastika jika Ji Yeon akan membelikan makan malam untuknya.
“Tidak, aku punya rencana makan malam dengan Shi Hoon Sunbae.”
Na Rae tersenyum menggoda, “Kencan?”
“Majalah kami memutuskan untuk memproduksi koleksi foto Shi Hoon. Kami harus bertemu untuk merencanakan konsep.” Jawab Ji Yeon datar.
“Mengapa kau berbicara tentang kencan dengan pacarmu seolah-olah kau sedang berbicara pertemuan dengan CEO dari vendor?”
“Kapan aku melakukan itu?” elak Ji Yeon.
Na Rae pun menirukan ekspresi Ji Yeon tadi saat menjelaskan alasan pertemuannya dengan Ji Yeon. Ji Yeon terdiam menyadari apa yang baru saja dia lakukan tadi.
Dong Ha masuk ke tempat massage, dimana Ji Yeon berada. Dong Ha ternyata mengantarkan kiriman daun teh dari Dawon, Insadong. Resepsionis meminta Dong Ha membawakan kardus itu ke ruang spa di ujung lorong. Dong Ha mengiyakan dan segera pergi.
Na Rae dan Ji Yeon selesai massage. Na Rae merasa segar, itu adalah kemewahan yang tertunda. Ji Yeon menyindir, tidak ada yang mengatakan pada Na Rae untuk menikah dengan Min Goo. Na Rae ngambek meminta Ji Yeon untuk diam, bayinya bisa mendengar Ji Yeon yang mengutuk ayahnya.
Na Rae kemudian bertanya apakah Shi Hoon sudah datang. Ji Yeon bilang Shi Hoon hampir sampai dan mereka janjian bertemu di ruang tunggu. Kalau begitu Na Rae menyuruh Ji Yeon duluan, dia akan kembali ke restroom lebih dulu. Ji Yeon mengangguk.
Ji Yeon hendak pergi, lalu Dong Ha keluar dari ruangan dari salah satu ruangan tak jauh dari tempat Ji Yeon berdiri. Mereka berdua sama-sama terkejut. Ji Yeon bertanya apa yang Dong Ha lakukan di sana. Dong Ha tak mengerti pertanyaan Ji Yeon, tentu saja dia sedang melakukan pekerjaan paruh waktunya.
Ji Yeon kemudian panik melihat Shi Hoon yang baru datang di belakang Dong Ha. Dong Ha menoleh ke belakang dan melihat Shi Hoon juga, tapi dia tidak nampak panik. Ji Yeon kemudian menarik dan mendorong Dong Ha masuk ke ruangan yang tadi Dong Ha keluar dari situ. Ji Yeon mendorong Dong Ha ke dinding.
“Kenapa kita bersembunyi? Kita tidak melakukan sesuatu yang salah.” Ujar Dong Ha dengan suara agak kencang.
Ji Yeon menaruh jari telunjuk di bibirnya, meminta Dong Ha untuk diam, “Dia juga melihat kita tadi pagi. Apa bagusnya dengan kesalahpahaman?”
Dong Ha pun terdiam, walau terlihat jelas dia tidak mau melakukannya.
Dari luar terdengar Na Rae yang memanggil Shi Hoon. Na Rae menanyakan Ji Yeon, tapi Shi Hoon belum melihatnya. Na Rae merasa aneh, karena tadi Ji Yeon ada disana.
Na Rae pun memanggil-manggil Ji Yeon dan membuka pintu ruangan dimana ada Ji Yeon dan Dong Ha disana.
Ji Yeon dengan cepat mendorong Dong Ha masuk ke kamar kecil yang ada disana. Ji Yeon menahan Dong Ha di dinding. Na Rae memeriksa ruangan itu untuk mencari Ji Yeon, tapi beruntung Na Rae tidak ke kamar kecil itu dan segera keluar karena dia tidak menemukan Ji Yeon.
Posisi Dong Ha dan Ji Yeon sangat dekat. Dong Ha menatap Ji Yeon lekat-lekat. Ji Yeon segera menyadari posisinya dan berjalan mundur.
“Kenapa? Apa kau takut aku akan menciummu lagi?”
“Kau mengingat semuanya?””
“Apakah ada orang yang lupa mencium seorang wanita yang dicintainya?”
Ji Yeon terdiam, lalu pamit pergi dan menyuruh Dong Ha kelaur kemudian. Dong Ha menahan dan mendorong Ji Yeon ke dinding. Ji Yeon meronta, “Kenapa kau seperti ini?”
“Karena ini tidak adil. Bersembunyi meskipun aku tidak melakukan sesuatu yang salah. Apakah kau merasa bersalah berada di sekitarku? Kenapa?” Dong Ha mengeluarkan isi hatinya yang merasa tidak nyaman di perlakukan seperti itu oleh Ji Yeon.
Dong Ha mendekatkan wajahnya ke wajah Ji Yeon dan menatapnya. Ji Yeon tak bisa mengatakan apapun, hanya menatap Dong Ha dengan perasaan bersalah. Dong Ha kemudian pamit pergi duluan dan menyuruh Ji Yeon keluar kemudian. Dong Ha pun keluar. Ji Yeon menghela nafas panjang.
Na Rae keluar dari salah satu ruangan, masih mencari Ji Yeon. Dia melihat punggung Dong Ha yang berjalan di lorong. Kemudian dia juga melihat Ji Yeon yang keluar dari ruangan tadi. Na Rae menanyakan keberadaan Ji Yeon tadi, dia mencarinya. Ji Yeon bilang dia dari ruangan lain dan bertanya dimana Shi Hoon. Na Rae menyuruh Shi Hoon menunggu di mobil, mereka akan bertemu setelah berganti pakaian. Na Rae kemudian bertanya apakah Ji Yeon bertemu Dong Ha.
Mereka sudah berganti pakaian. Dan Ji Yeon akhirnya curhat pada Na Rae.
“Aku… Yoon Dong Ha selalu mengikutiku. Aku mendengar suaranya di sana-sini di kantor. Kadang, aku salah mengenali orang sebagai dirinya. Aku pasti sudah gila, Na Rae. Aku bersembunyi dengan Yoon Dong Ha karena aku merasa bersalah.” Ji Yeon menghela nafas, “Akhir-akhir ini, aku tidak merasa seperti diriku. Meskipun aku menerima lamaran dari Shi Hoon sunbae.”
Na Rae meraih dan menggenggam tangan Ji Yeon, “Ji Yeon, yang penting bukanlah lamaran, tapi hati Anda. Lihatlah dengan hati-hati. Siapa yang dilihat hatimu.”
***
Ji Yeon pulang ke rumah, sambil bertelpon dengan Shi Hoon. Ji Yeon bilang dia sudah merasa lebih baik. Dia pikir dia terlalu lama berada di kamar mandi, jadi sedikit pusing. JI Yeon akan menelpon Shi Hoon besok. Tampaknya Ji Yeon tidak jadi pulang dan bertemu dengan Shi Hoon.
Ji Yeon duduk dan termenung.
Dong Ha pulang, dia menaiki tangga sambil memikirkan sesuatu.
Ji Yeon mendapat telpon dari Young Shik yang akan meminjam buku yang ditulis Profesor Min Ji Hong. Young Shik hendak melihat buku itu sebelum wawancara, tapi buku itu telah terjual habis. Ji Yeon memarahi Young Shik, dia sudah bilang membuat persiapan sebelumnya tapi Young Shik selalu menunggu sampai satu hari sebelumnya.
Young Shik mengerti dan bertanya apakah Ji Yeon akan meminjamkan buku itu. Ji Yeon mengiyakan dan akan membawa buku itu besok. Young Shik sangat senang dan berterima kasih.
Ji Yeon mencari buku yang dimaksud Young Shik di rak. Begitu ketemu dan Ji Yeon mengambilnya. Sebuah buku meluncur terjatuh ke bawah. Buku berjudul ‘The Magical Moment’.
Di luar Dong Ha berbalik menatap rumah Ji Yeon.
Ji Yeon mengambil buku yang terjatuh itu. Dia merasa jika dia belum pernah melihat buku itu sebelumnya.
Dong Ha duduk di teras rumah Ji Yeon, masih memikirkan sesuatu.
Ji Yeon membolak-balik buku yang tadi dia temukan. Dia merasa tidak pernah membeli buku itu. Ji Yeon membuka halaman-halamannya, dan menemukan sebuah tulisan. Tulisan yang pernah di tulis Dong Ha waktu itu.
“Would You Stay With Me?”
‘Akankah kau tinggal bersamaku?’ itulah yang ditulis Dong Ha di buku itu. Ji Yeon pun teringat saat Dong Ha pernah bertanya tentang buku-buku miliknya, Dong Ha yang meminta Ji Yeon melihat buku-buku itu sesekali saat dia bilang dia sudah membaca semua bukunya.
Ji Yeon melihat tulisan itu lagi. Ingatannya mundur pada saat Dong Ha memeluknya dari belakang dan memintanya untuk tidak kembali pada Shi Hoon.
Ji Yeon juga teringat saat Dong Ha menenangkannya dan berkata bahwa dia tidak akan pernah mengkhianati Ji Yeon.
Dong Ha yang mencium keningnya dan berharap Ji Yeon akan bahagia bersama Shi Hoon.
Ji Yeon terisak mengingat itu semua. Ji Yeon lalu membuka halaman yang ada pembatas bukunya. Dia membaca tulisan di halaman itu, dan terdengar suara Dong Ha yang juga membaca tulisan itu.
Suara Dong Ha membaca tulisan itu: “Hidup ini singkat. Jadi, jika ada kata-kata yang kau simpan di hatimu..”
Dong Ha di luar juga sedang bergelut di dalam hati.
Suara Ji Yeon melanjutkan tulisan itu: “..anggap ini sebagai kesempatan terakhirmu, dan katakan hari ini.”
Dong Ha berdiri dan berjalan menjauhi rumah Ji Yeon. Sementara di dalam Ji Yeon menangis. Ji Yeon teringat perkataan Na Rae, “Lihatlah dengan hati-hati. Siapa yang dilihat hatimu.”
Ji Yeon mendekap buku itu, dan mengingat kenangannya saat bersama Dong Ha. Dimana dia selalu tersenyum saat bersama Dong Ha.
Ji Yeon bergegas menuju pintu, “Magical moment yang kau tunggu adalah…”
Ji Yeon membuka pintu, dan melihat Dong Ha berdiri di balik pintu, “..hari ini.”
***
Bersambung ke episode 12 di My Short Obsession ~
Preview: Dong Ha memutuskan sesuatu yang membuat Ji Yeon tidak bisa mengatakan jika dialah yang ada di hatinya. Dan Ji Yeon mempersiapkan pernikahannya dengan Shi Hoon.
***
Cuap-cuap:
Akhirnya Ji Yeon menyadari siapa yang ada di hatinya kini. Ternyata memang benar ya, jika hari kita sedang bimbang tentang sesuatu sebaiknya kita mengutarakannya pada seseorang, karena siapa tahu kita akan menemukan petunjuk. Seperti yang dilakukan Ji Yeon dengan Na Rae. Sekarang tinggal berharap saja jika dia belum terlambat menyadari itu semua, karena sepertinya Dong Ha sudah memutuskan sesuatu saat berpikir lama di depan rumah Ji Yeon.
Adegan paling sedih di episode ini adalah saat Dong Ha mengaku pada ibu, dan ibu tidak bisa mengatakan apapun pada Dong Ha. Mungkin dia merasa bersalah terus membahas masalah Ji Yeon dengan Shi Hoon tanpa tahu kalau Dong Ha menyukai Ji Yeon.
###
wuaa... Part 2 udah ada y... Mks mb mumu udah berbagi sinopsis. Tina
ReplyDeleteGomawo unnie mumu, tetep semangat ya seperti DH yg semangat
ReplyDeleteudah ada part 2nya. makasih mba.
ReplyDeletesemangat terus nulisnya.
Terima kasih ya ... maaf ya jenk irfa n jenk mumu kadang kita gak sabaran menunggu ... episod 11 mang sedih tuk DH ....
ReplyDeleteHhhhh,,,, tarik nafaas buat kisah mereka.
ReplyDeleteMakasih, mbak mumu. Smenjjak pindah jd lbh sering update-nya pagi2 ya haha,,,
Tetep semangat ya, mbak.
*irma di Jkt @irmaleoizma
Eon gomawo sinop nya..^^
ReplyDeleteDi korea nya bru tayang sampe epi brpa? Jumlah epi nya brpa..?
Oh ya eon,kalo aku pengen copas pas bagian quotes nya boleh ngga??
.zelin
dikorea baru tayang 12 episode, senin besok baru tayang eps 13. Semuanya ada 16 episode, tinggal 4 episode lagi..
Deletekalau quote doank boleh, tapi se-episode full jangan ya.. hehe..
synopsis episode 12 kpan mau di posting
ReplyDeleteG bsa comen...poooor dong ha
ReplyDeleteNgakak lht soo chul..
jg trims buat mbk yg sdh nulis sinop nya..d tnggu eps 12 nya..
Makasih kakak sinopsisnya......keren.....
ReplyDelete*huffft,,baru kali ini bisa komen :)
- iva -
Makasih ya sinopsis nya udh diupdate..
ReplyDeleteTetap semangat nulis nya ya ka mumu dn ka irfa.. ^^
ga sabar nunggu kelanjutannya, napa si ji yeonanya udh sdar ma perasaannya eh dong hanya malah ngalah.. :(
ReplyDeleteMkasih udh update episode 11 part 1 & 2 nya...
ReplyDeleteditunggu epi 12 semangat ya,
ReplyDeletethanks mbk
Dong ha sungguh mempesona,,,
ReplyDeleteJdi fans sma seo joon......