KARA Secret Love: Lilac – Part 1
KARA Secret Love: Lilac
Kang Ji Young as Park So Yeol
Bae Soo Bin as Hyun Joon
***
So Yeol sedang mempersiapkan diri untuk tampil. Dia dan temannya kemudian mendengar sebuah keributan dari luar ruang ganti. Ternyata ada seorang pemuda yang menyatakan cinta pada seorang gadis dengan berlutut dan memberikan bunga. So Yeol bilang pada temannya kalau dia tak merasa iri karena dia lebih menyukai pria pendiam yang melindunginya dalam bayangan, seperti orang dewasa.
So Yeol lalu melihat seekor kupu-kupu yang terbang di bunga pemuda itu. So Yeol yang menyukai kupu-kupu terpikat pada kupu-kupu itu. Bahkan saat grupnya di panggil untuk segera ke panggung. So Yeol masih sempat menoleh untuk melihat kupu-kupu itu yang kemudian menghilang.
So Yeol tampil dipanggung bersama grupnya Rainbow sebagai perwakilan kelas di panggung kesenian sekolah. Di tengah pertunjukan So Yeol melihat kupu-kupu putih tadi terbang di depannya. Perhatian So Yeol teralih. Dia menjulurkan tangan dan berjalan maju hendak menggapai kupu-kupu itu.
Tiba-tiba So Yeol kehilangan kesadaran dan terjatuh. Semua orang terkejut, dan segera menghampiri So Yeol. Sebelum So Yeol benar-benar kehilangan kesadarannya, dia melihat kupu-kupu itu lagi. Lalu So Yeol memejamkan mata.
So Yeol terbangun di sebuah rumah kaca yang penuh dengan bunga Lilac berwarna putih. Ada juga kupu-kupu yang tadi dilihatnya. Kupu-kupu itu hinggap di sebuah bunga. Kemudian semua bunga putih itu berubah menjadi kupu-kupu dan terbang di sekitar So Yeol. So Yeol ketakutan dan menutup telinganya.
Seseorang memanggil So Yeol, membangunkannya dari mimpi itu. Seorang pria dewasa tersenyum pada So Yeol dari samping ranjangnya di rumah sakit. So Yeol melihat ibunya tertidur dan berusaha membangunkannya. Tapi pria dewasa itu bilang kalau ibu So Yeol baru saja tertidur. Pria itu menawarkan diri untuk memanggilkan suster, tapi So Yeol menolak.
So Yeol melihat ke sekeliling. Di atas ranjangnya, ada keterangan kalau dia sedang koma.
Setelah memberi tahu So Yeol kalau dia membangunkan So Yeol karena So Yeol seperti sedang mimpi buruh, pria dewasa itu kemudian duduk disamping ranjang pasien di sebelah ranjang So Yeol.
So Yeol turun dari ranjang menuju jendela. So Yeol mencoba membuka jendela, tapi dia kesulitan. Pria dewasa tadi membantu So Yeol membuka jendela. So Yeol berterima kasih. Lalu mereka berdiri bersama di depan jendela. Pria dewasa itu memberitahu kalau So Yeol sudah dua hari berada di rumah sakit.
So Yeol bertanya sudah berapa lama pria dewasa itu di rumah sakit. Pria dewasa itu tak menjawab, dia malah menunjukkan bunga Lilac yang sedang mekar di halaman rumah sakit.
“Kau bisa mencium bau lilac di malam hari. Semak-semaknya gundul saat aku pertama datang ternyata musim semi sudah dekat.”
Pria dewasa itu, Hyun Joon, tersenyum. Dari perkataannya pria dewasa itu sudah lama berada di rumah sakit.
Kemudian muncul kupu-kupu putih itu lagi, yang kemudian hinggap di sebuah bunga Lilac.
***
So Yeol sedang duduk menunggu ibunya yang sedang mengisi sebuah formulir sambil memainkan ponselnya. So Yeol merasa sedikit kecewa karena tak ada satupun panggilan masuk ke ponselnya. So Yeol lalu melihat Hyun Joon. So Yeol memanggilnya.
“Ahjussi!”
Tapi Hyun Joon tak mendengar panggilan So Yeol dan berjalan pergi ke luar. So Yeol beranjak pergi menyusul pria dewasa itu.
So Yeol menemukan Hyun Joon di halaman rumah sakit sedang memanggil seekor kucing untuk memberinya makan. Hyun Joon memanggil kucing itu dengan nama ‘kupu-kupu’, tapi So Yeol memanggil kucing itu dengan nama ‘Yang’.
So Yeol memberitahu Hyun Joon kalau kucing tak akan mendekat jika dipanggil dengan cara seperti itu. Lalu bagaimana caranya? So Yeol berjongkok di dekat Hyun Joon, lalu menatap kucing itu dan memejamkan mata berkali-kali. So Yeol bicara pada Yang dengan kedipan mata. Yang pun mendekat. Hyun Joon takjub dan bertanya bagaimana caranya. Tapi So Yeol bilang kalau itu rahasia.
So Yeol bilang dia tak melihat Hyun Joon tadi pagi. So Yeol bertanya Hyun Joon pergi kemana setiap pagi. Hyun Joon bilang itu rahasia. So Yeol kesal karena Hyun Joon menirunya. Tapi kemudian So Yeol bersedia mengajari Hyun Joon cara bicara dengan Yang karena Hyun Joon menyebutnya gadis cantik.
“Jangan menatap saja, anda harus memberinya ciuman.”
“Ciuman?”
“Ciuman kucing. Itu caranya memberitahu kucing bahwa kau menyukainya. Tatap mata kucingnya, lalu perlahan tutup matamu. Lakukan itu sampai kucingnya menghampiri.”
Hyun Joon mempraktekkan apa yang dikatakan So Yeol padanya. So Yeol terdiam, terpesona. Saat tersadar dia mengalihkan pandangan dan menyuruh Hyun Joon melakukannya pada Yang. Tapi Yang malah kabur.
So Yeol dan Hyun Joon berjalan-jalan bersama. So Yeol bertanya bagaimana Hyun Joon tahu Yang ada disana (So Yeol memanggil Hyun Joon dengan sebutan ‘Ahjussi’). Hyun Joon bilang kalau dia tak sengaja menemukan Yang, sepertinya saat So Yeol masuk rumah sakit.
So Yeol bilang perbedaan umur mereka terlihat karena perbedaan mereka memberikan nama pada kucing itu. Hyun Joon tersenyum.
“Ahjussi. Ahjussi kesepian, 'kan? Itulah kenapa kau bermain dengan Yang? Mau aku jadi temanmu?” tanya So Yeol dengan riang.
“Apa bagusnya berteman dengan pria yang umurnya beda jauh denganmu?”
So Yeol bertanya apa Hyun Joon marah karena dia memanggilnya ‘ahjussi’. Hyun Joon bilang tidak, tapi dia meminta So Yeol untuk bersenang-senang saja dengan temannya. So Yeol bilang semua temannya sibuk dengan ujian tengah semester. Karena tak perlu ujian, So Yeon merasa itu sangat menyenangkan. Hyun Joon juga bilang teman So Yeol pasti merasa iri.
“Ahjussi. Wanita yang di sebelahku apa pacarmu?”
“Seseorang yang kucintai.”
So Yeol tertawa mendengar Hyun Joon menyebut pacarnya dengan sebutan ‘seseorang yang kucintai’. Hyun Joon ikut tertawa dan hendak memukul pura-pura So Yeol. So Yeol lalu teringat pada ibunya, dia pun pamit dan segera berlari ke dalam.
So Yeol mencari-cari ibunya di tempat tadi, tapi sudah tidak ada. Dia pun segera kembali ke kamarnya. Di depan pintu, dia melihat Hyun Joon mencium kekasihnya. Hyun Joon terkejut dan memutuskan kembali pergi. Tapi ibunya datang.
So Yeol pun masuk kamar sambil berdehem, memberi tanda pada Hyun Joon bahwa seseorang akan masuk. So Yeol duduk di ranjang dan memanggil ibunya. So Yeol bertanya apa yang dikatakan dokter tentang kondisinya. Ibu memberitahu kalau dokter bilang setelah So Yeol selesai diberikan pengobatan So Yeol akan segera membaik. Hyun Joon yang mendengarnya ikut merasa senang.
***
Karena tak bisa tidur, So Yeol pergi memberi makan Yang. So Yeol bertanya pada Yang, apa dia pernah ciuman. Bukan ciuman mata tapi ciuman sungguhan. So Yeol penasaran bagaimana rasanya.
“Apa mungkin...aku bisa juga berciuman dengan orang yang kucintai?”
***
Ibu mengejar dokter dan memohon agar dokter mengijinkan So Yeol melanjutkan pengobatannya. Tapi dokter bilang kemoterapi tak akan ada pengaruhnya dengan So Yeol sekarang. Tapi ibu bilang dokter pernah mengatakan So Yeol akan membaik setelah operasi 2 tahun lalu.
“Maafkan saya, tapi kami hanya akan melihat apa yang terjadi sementara waktu.”
“Bahkan dokter mengatakan dia hanya punya waktu 1 sampai 2 tahun saat dia berumur 6 tahun tapi dia bertahan sampai kelas 2 SMA sekarang. Beberapa hari lagi ulang tahunnya yang ke-18. Tapi sekarang...”
Ibu tak sanggup melanjutkan perkataannya. Dokter pun kemudian pamit. Tak jauh dari sana Hyun Joon mendengar percakapan itu. Tahu lah dia bahwa So Yeol sesungguhnya menderita sebuah penyakit mematikan, mungkin kanker.
***
So Yeol sedang bermain game di ponsel. Dia mendengar perbincangan ibu kekasih Hyun Joon bersama kerabatnya. Kerabat itu minta maaf karena dia tak sering datang menjenguk. Tapi ibu bilang bahkan dia ibunya pun hanya datang sesekali. Anak tertuanya yang membayar semua tagihan rumah sakit, dan dia menjaga cucunya di rumah.
“Jika dia bangun, dia akan menikah musim semi ini.” Ujar kerabat itu.
Ibu menerawang, “Aku merasa ragu pada Tuhan dan aku menyalahkan Hyun Joon juga. Jika mereka tak pernah bertemu...lalu ini takkan pernah terjadi padanya.”
Hyun Joon yang berada di pintu mendengar ucapan ibu itu dan merasa sedih. Hyun Joon berbalik pergi.
So Yeol keluar untuk menyusul Hyun Joon. Saat So Yeol mencari Hyun Joon, seorang pria korban kecelakaan di dorong masuk. Pria itu menatap So Yeol dengan mata yang membesar, seolah meminta pertolongan. So Yeol terbelalak. Saat dia hendak berjalan pergi, terdengar teriakan dari ruang UGD. Ternyata pria tadi meninggal.
So Yeol ketakutan. Dia mendengar suara-suara aneh, seperti bisikan-bisikan. So Yeol menutup telinganya. Terdengar suara alat pendeteksi jantung yang berhenti. So Yeol berlari menjauh.
So Yeol membasuh wajah di kamar mandi. Dia lalu menyadari kalau jepitan rambut kupu-kupunya terjatuh. So Yeol keluar untuk mencarinya. Jepit itu ditemukan Hyun Joon, tapi sayang salah satu sayap kupu-kupunya patah. So Yeol menerima jepit rambut itu, lalu meminta Hyun Joon membawanya pergi dari rumah sakit.
***
Hyun Joon membawa So Yeol ke sebuah arboretum. Biasanya hari Senin arboretum itu memang tidak buka karena ada konservasi ekologi. Tapi karena Hyun Joon bekerja disana, tepatnya akan segera bekerja disana, jadi Hyun Joon bisa masuk.
“Aku sudah menyelesaikan masa pelatihan, tapi belum resmi bekerja. Karena di hari sebelum aku mulai bekerja kami kecelakaan mobil saat perjalanan kembali dari makam orang tuaku.”
“Sudah pernah membawa pacarmu ke sini?”
“Belum. Dia bekerja keras untuk membantuku sementara aku sibuk belajar, tapi tak ada yang aku lakukan untuknya. Mungkin akan lebih baik jika kita tak pernah berpacaran.”
So Yeol kemudian bilang kalau setiap kali dia menjalani operasi, dia selalu berpikir mungkin akan lebih baik jika dia tak pernah bangun dari operasi. Jika dia tak pernah bangun, lalu ibunya takkan menderita lagi dengan bekerja keras di siang hari dan menjaganya di malam hari.
Tapi Hyun Joon ragu kalau ibu So Yeol juga akan berpikir seperti itu. So Yeol heran, bagaimana Hyun Joon bisa tahu perasaan ibunya. Tak ada yang bisa dia lakukan untuk ibunya selain hanya membuatnya menderita.
“Aku tahu karena perasaan seseorang yang mencintai pasti sama. Selama kau bersama orang yang kau cintai, maka semua itu tak masalah.”
“Lalu...Pacarmu pasti juga merasa begitu. Dia tak masalah melakukan apapun karena ahjussi ada di sisinya.”
Hyun Joon tersenyum. Dia salah mengira So Yeol hanya anak kecil. So Yeol tak terima disebut seperti itu, dia sudah 18 tahun, dia tahu apa itu cinta. Hyun Joon mengangguk, tapi So Yeol merasa kalau Hyun Joon masih tak percaya.
***
Hyun Joon menunjukkan berbagai macam bunga yang ada di rumah kaca. Ada Azalea, penyembuh cinta. Ada bunga Iris kuning, pembawa berita baik. Ada juga bunga bayi tanaman, cinta rahasia. So Yeol bilang Hyun Joon seperti bunga malaikat, Lulu, karakter komik terkenal yang tahu semua tentang bunga.
Hyun Joon bilang dia tahu arti semua bunga saat datang kesana untuk belajar. Lalu, apa Hyun Joon tahu arti dari bunga pelangi. Tapi Hyun Joon tidak tahu bunga apa itu. So Yeol bernyanyi, lalu memberitahu kalau itu bunga ajaib yang Lulu cari di Eropa bersama kucingnya. So Yeol pernah menonton versi kartun dari komik itu saat masih kecil dan dia berpikir keliling dunia untuk mencari bunga pelangi jika dia bisa keluar dari rumah sakit.
“Lalu kenapa tak cepat cari bunga itu?” tanya Hyun Joon.
“Bagaimana bisa aku mencari bunga yang bahkan tak ada? Kecuali keajaiban terjadi.”
Kemudian So Yeol berlari menuju bunga Lilac yang harumnya tercium. So Yeol menanyakan apa arti Lilac ada Hyun Joon. Hyun Joon menyuruh So Yeol mengunyah beberapa lembar daun untuk mengetahui arti dari Lilac. Tanpa ragu So Yeol mengunyah daun itu dan merasa kepahitan. Hyun Joon tertawa berhasil mengerjai So Yeol.
Mereka berjalan-jalan di taman dan berfoto. Mereka bermain bersama dan tertawa. Kemudian mereka duduk di salah satu bangku yang ada di taman itu. So Yeol merasa sangat tenang disana. Berada disana membuatnya merasa hanya ada mereka berdua yang ada di dunia.
Saat di rumah sakit So Yeol selalu mendengar suara aneh. Suara yang terus membesar dan semakin jelas, tapi sepertinya orang lain tak mendengarnya. Hyun Joon bilang mungkin itu karena tubuh So Yeol dalam keadaan lemah. Hyun Joon yakin So Yeol akan membaik setelah kembali sehat.
Hyun Joon mengajak So Yeol kembali ke rumah sakit. Tapi masih ada satu tempat yang ingin dia lihat. Hyun Joon bilang lain kali saja. Tapi dia saat So Yeol tanya kapan, Hyun Joon juga bingung menjawabnya. Akhirnya So Yeol menarik Hyun Joon untuk pergi sekarang juga.
Tempat itu adalah kampus. Hyun Joon merasa geli karenanya. Tapi So Yeol bilang Hyun Joon tak tahu betapa dia sangat ingin datang kesana. Hyun Joon bilang beberapa tahun kemudian, So Yeol juga akan bosan datang ke sana terus. So Yeol tersenyum lalu mengajak Hyun Joon masuk.
Mereka masuk ke sebuah kelas. So Yeol mengajukan banyak pertanyaan pada Hyun Joon.
“Ahjussi jurusan apa? Apa ahjussi terkenal di antara siswa? Apa ahjussi murid pintar? Mimpimu? Apa kau sudah ingin bekerja di arboretum sejak kecil?”
“Bernapaslah. Kenapa banyak sekali bertanya?”
“Anehnya, kepalaku penuh dengan pertanyaan setiap kali melihatmu. Tak ada yang ahjussi ingin tahu tentangku?”
Hyun Joon bertanya apa mimpi masa depan So Yeol. So Yeol kesal karena Hyun Joon tidak ingin tahu tentangnya. Tapi karena Hyun Joon sudah bertanya, So Yeol pun akan menjawabnya. Pembawa berita? Member girl grup? So Yeol berpikir mungkin akan keren menjadi aktris dan penulis. Hyun Joon bertanya memangnya So Yeol bisa melakukan itu semua. Tentu saja.
“Tapi aku harus memilih satu...” So Yeol pun berpikir. “Aku ingin jadi mahasiswi. Aku ingin jadi mahasiswi berumur 20 tahun.” (So Yeol kan sakit, yang bisa merenggut nyawanya kapan saja.)
Hyun Joon kemudian bilang kalau ada satu hal yang ingin dia ketahui. So Yeol bertanya apa itu.
“Melihatmu sehat kembali dan menjadi mahasiswi cantik.”
So Yeol menunduk diam. Merasa gugup. Dia lalu menemukan sebuah tipe-x. So Yeol mulai menulis di meja. Hyun Joon menegur, tidak boleh mencoret meja. Tapi So Yeol bilang dia tak mencoret, dia sedang menulis mantra ajaib. Kelas 15, Park So Yeol.
Saat mereka sedang meniup tipe-x itu agar cepat mengering, terdengar suara pintu kelas dibuka. Hyun Joon dan So Yeol segera bersembunyi di kolong meja. Yang masuk adalah sepasang kekasih, yang mengira kelas itu kosong hingga kelas selanjutnya.
Hyun Joon dan So Yeol mengintip apa yang pasangan itu lakukan. Ternyata mereka sedang berciuman. Hyun Joon dan Soo Yeol tersenyum geli. Lalu mereka menunduk lagi.
So Yeol mendapati tangannya yang di pegang Hyun Joon. So Yeol mengamati wajah Hyun Joon dan juga bibirnya.
So Yeol mendekat pada Hyun Joon. Tinggal beberapa senti lagi, Hyun Joon menoleh dan membuat So Yeol yang terkejut langsung memundurkan kepalanya hingga terbentur meja dan menimbulkan suara. Pasangan kekasih itu pun segera keluar, karena si wanita mendengar suara.
Hyun Joon dan So Yeol keluar dari persembunyian. Hyun Joon tertawa lepas, menertawakan kejadian tadi. So Yeol sedikit kesal.
“Ahjussi. Apa kau tau seharian ini kau tersenyum dan tertawa?”
“Benarkah?”
“Aku pasien dengan luka kepala.” So Yeol ngambek.
Hyun Joon bertanya apa So Yeol tak apa-apa dan meminta maaf. Jika Hyun Joon benar-benar meminta maaf, So Yeol mengajaknya taruhan. Yang kalah mengabulkan permintaan yang menang. Semuanya. Hyun Joon yang merasa bersalah pun setuju. So Yeol tertawa karena melihat Hyun Joon yang tampak sangat bersalah.
So Yeol lalu memilih taruhan apa yang akan mereka lakukan. So Yeol pun memilih Lilac, arti dari lilac.
“Kalau aku bisa tebak dengan benar, lalu ahjussi harus mengabulkan keinginanku. Tapi jika salah, aku akan mengabulkan permintaanmu.”
“Baik. Tapi kau harus menebaknya sebelum lilac mulai layu.”
So Yeol setuju dan merasa yakin kalau dia akan menang.
Mereka pun berjalan pulang. So Yeol kembali menoleh ke gedung kampus, seolah tak ingin pergi. Hyun Joon menenangkan So Yeol, So Yeol pasti akan kembali kesana. So Yeol pun tersenyum, dia akan kembali kan? Hyun Joon membenarkan, So Yeol kan sudah menulis mantranya di meja. So Yeol mengangguk.
***
So Yeol membaca ucapan-ucapan selamat ulang tahun dari teman sekelasnya. So Yeol juga membaca pesan teman satu grupnya yang meminta cepat sembuh agar bisa kembali bersama di panggung.
Kemudian terdengar bunyi dari alat pendeteksi milik kekasih Hyun Joon. Dokter dan suster datang berlarian memberikan pertolongan. So Yeol memperhatikan semuanya.
Hyun Joon datang dan memanggil-manggil nama kekasihnya. Begitu juga ibu dan kakak kekasih Hyun Joon.
So Yeol mendengar suara-suara aneh itu lagi. So Yeol tak tahan dan segera berlari pergi dari sana.
So Yeol menutup telinganya dan mencoba bernyanyi di bangku halaman. Yang ada disana. So Yeol mengungkapkan kekhawatirannya pada Yang, bagaimana jika kekasih Hyun Joon tidak akan bangun. Yang menghampiri So Yeol seolah memberikan penghiburan. Se Yeol kemudian memangku Yang dan membelai lembut wajahnya.
“Ya, benar. Pasti semuanya akan baik-baik saja.”
***
Hyun Joon mengelus kepala kekasihnya, In Hae. Kakak In Hae bilang pada ibunya kalau apa yang mereka lakukan tidak benar. Mereka harus berpikir lebih realistis karena dokter bilang tak ada harapan untuk In Hae. Hyun Joon menutup telinga In Hae agar dia tak mendengar ucapan kakaknya.
“Sudah kubilang dari awal dia seharusnya tak bersamamu. Sudah kubilang padanya bersama pria yang tak punya keluarga akan membuatnya menderita.” Ujar kakak In Hae.
Ibu menghentikan putranya bicara lebih jauh karena In Hae mendengarnya. Tapi kakak In Hae bilang, mereka menahan In Hae seperti itu bisa saja bentuk keegoisan mereka. Hyun Joon termenung, tampak memikirkan perkataan kakak In Hae barusan.
So Yeol berjalan akan kembali masuk ke dalam. Dia melihat Hyun Joon berjalan keluar dengan sedih. So Yeol mengikuti Hyun Joon hingga ke sebuah gereja. In Hae duduk disamping Hyun Joon dan bertanya bagaimana keadaan In Hae.
“Setiap kali aku melihat In Hae berdoa di sini...membuat hatiku berat. Aku merasa bersalah membuat In Hae membuang waktu berharganya. Karena aku...dia sudah layu bahkan sebelum dia punya kesempatan untuk berbunga.”
“Bagaimana bisa itu salahmu?”
“Aku frustrasi. Sebenarnya, aku ingin melepaskannya. Itulah kenapa aku dihukum seperti ini sekarang. Menahan In Hae seperti ini...hanya keegoisanku semata?”
“Itu karena kau ingin terus bersamanya. Apa salahnya itu? Karena...kau hanya ingin bersamanya.” Ujar So Yeol ikut merasa sedih.
Hyun Joon mengelus kepala So Yeol dan menyuruhnya kembali ke rumah sakit. So Yeol bertanya Hyun Joon hendak kemana. Tapi Hyun Joon hanya bilang kalau dia akan menemui So Yeol nanti.
Hyun Joon berjalan pergi. So Yeol menatapnya lama. Saat Hyun Joon hampir menghilang dari pandangan, So Yeol berlari menyusul Hyun Joon dan memegang tangannya. So Yeol ingin ikut pergi bersama Hyun Joon.
***
Hyun Joon pergi ke tempat dimana dia kecelakaan bersama In Hae. Tempat itu masih diberi garis polisi. Sebuah tikungan di jalan yang menurun. Hyun Joon masuk ke dalam hutan di tempat kejadian itu dan mencari sesuatu. So Yeol bertanya apa yang sedang dilakukan Hyun Joon. Hyun Joon hanya bilang kalau dia tak menemukan barang yang dicarinya bagaimanapun dia mencari.
“Apa mungkin...ini tempat yang kau kunjungi setiap hari?”
“Ada yang harus kutemukan. Aku harus memberikannya ke In Hae. Tapi aku tak pernah sempat memberikannya. Aku harus... Aku harus mendapatkan itu dan memberikan padanya.”
So Yeol menawarkan bantuan dan bertanya barang apa yang dicari Hyun Joon. Hyun Joon bilang sebuah cincin. So Yeol bingung bagaimana caranya mencari benda sekecil itu di tempat mereka berada sekarang yang banyak pepohonan dan juga rerumputan. So Yeol lalu bertanya cincin seperti apa yang Hyun Joon cari.
“Cincin emas kecil lusuh tanpa permata.” Ujar Hyun Joon sambil tetap mencari.
“Tak ada cincin emas kecil lusuh. Semua cincin bersinar dan cantik. Hati ahjussi yang merasa begitu.”
Kata-kata terakhir So Yeol membuat Hyun Joon berpikir sebentar. Sudah lama mereka mencari, tapi belum menemukan apapun. Hyun Joon mengajak So Yeol pergi. So Yeol masih ingin mencari di bagian yang lain. Tapi Hyun Joon bilang sebentar lagi gelap dan nanti mereka takkan bisa melihat apapun. Mereka pun pergi.
***
So Yeol yang kelelahan berjalan meminta ijin untuk istirahat sebentar. Mereka pun duduk di sebuah bangku di pinggir jalan. So Yeol bertanya bagaimana jika cincinnya tidak ketemu, tidak bisakah beli yang baru saja. Hyun Joon tersenyum kecil.
“Selama tujuh tahun kami berpacaran... aku tak pernah membelikannya sebuah hadiah. Aku selalu bilang akan membelikannya sesuatu yang bagus nanti dan selalu menunda menundanya. Ketika itu bahkan tak penting. Aku hanya berpikir karena aku tak punya apa-apa...aku tak bisa memberikan apapun padanya. Seperti yang kau bilang...hatiku yang kecil dan lusuh.”
“Aku yakin kau akan menemukan cincin itu.” So Yeol memberikan semangat.
Hyun Joon tersenyum mengangguk.
So Yeol lalu menunjuk sebuah layar yang menampilkan MV sebuah lagu Girl Grup (entah itu lagu KARA atau bukan…he..). So Yeol bilang kalau itu adalah lagu yang dia nyanyikan saat festival. Hyun Joon penasaran apa So Yeol bisa menari.
“Aku penari yang sangat handal. Melihatku menari, ahjussi bisa saja jatuh cinta padaku.”
“Mungkin bisa saja.” Ujar Hyun Joon.
Hyun Joon lalu mengeluarkan hadiah untuk So Yeol yang hampir saja dia lupakan. Hyun Joon memberikan hadiah itu dan mengucapkan selamat ulang tahun pada So Yeol. So Yeol tersenyum mendapat hadiah itu. Dan dia terbelalak begitu melihat isi hadiah itu. Bunga pelangi.
“Aku menemukan bunga pelangi.” Ujar Hyun Joon.
Senyum So Yeol semakin mengembang, “Ini keajaiban.”
***
Bersambung ke bagian 2~
***
# Sepertinya So Yeol menderita kanker otak. Memang tidak disebutkan secara jelas, tapi dari ucapannya yang bilang kalau dia pasien dengan sakit kepala, kemungkinan seperti itu.
# Melihat Hyun Joon yang diacuhkan keluarga In Hae dan sudah lama berada di rumah sakit, Hyun Joon memang kesepian. Sekarang bertemannya dia dengan So Yeol, membuatnya lebih banyak tertawa.
# Mian, telaaaattt banget ditulisnya.. >.<
ora opo2 teh mumu,,,wlw telat tp tetep dtunggu2 kok teh
ReplyDeletewaw,,,ini bakal sad ending kah???euh,,,,wlw pun ga suka tp bakal tetep dbaca soalny crita rame, seru n bagus
gomawo yo teh mumu,,,msh inget ama sinop crita ini,,,soalny byk bgt project yg teh mumu garap skrg ini
daebak bgt bisa nulis sbanyak ini
Penasaran bak muzy..coz krn bak mumu kan punya kesibukan lain...gwencana...gudarishimnida.. Gumapshimnida.^_^
ReplyDelete