Pinocchio Episode 2 - 1
MC mengatakan ada sebuah fenomena yang menyatakan bahwa kita semua terkait bersama-sama entah bagaimana dalam dalam enam derajat pemisahan. Berdasarkan hal itu MC bilang bahwa dia dan Dal Po juga dihubungkan bersama entah bagaimana melalui enam derajat pemisahan. MC kemudian mengajukan sebuah pertanyaan yang harus di jawab Dal Po, yaitu siapa nama aktor terkenal yang dijadikan nama untuk fenomena tadi.
Pak Guru ikut memikirkan jawaban pertanyaan. In Ha dan teman-teman di kelas terlihat cemas menanti jawaban Dal Po. MC kemudian menjelaskan bahwa pertanyaan itu adalah pertanyaan terakhir di babak pertama yang harus dijawab Dal Po. Dal Po punya lima detik untuk menjawab.
Dal Po menoleh pada Chan Soo yang tersenyum sinis pada Dal Po. Dal Po pun tersenyum dan menjawab, “Jawaban yang benar adalah, Kevin Bacon.”
MC membenarkan jawaban Dal Po. Chan Soo tercengang, dan teman-teman di kelas pun tampak tak percaya Dal Po bisa menjawab dengan benar. In Ha tersenyum. Pak Guru berkomentar kalau dia juga berpikir jawaban yang sama dengan Dal Po. Penonton di studio ramai bertepuk tangan.
“Aku membuat sebuah tekad untuk diriku sendiri setelah peristiwa mengerikan lima tahun yang lalu.”
Dal Po menutup mata, mengingat kejadian mengerikan saat itu. Saat kakaknya berteriak marah pada para wartawan yang mencerca, saat ibunya yang mengajak bunuh diri karena frustrasi. Dal Po juga mengingat senyuman ibu, ayah, dan kakaknya sebelum kejadian mengerikan itu.
Dal Po membuka matanya lagi dan melihat orang-orang di sekitar.
“Tidak pergi kemanapun yang dekat dengan stasiun TV, tidak melibatkan diri dengan orang TV, dan bahkan tidak berbicara dengan mereka. Aku sangat teguh dan tegas dalam tekad ku, aku tidak pernah berpikir aku bisa goyah.”
Ahn Chan Soo sudah bergabung dengan Dal Po. MC pun mengumumkan babak kedua, pertarungan antara siswa di urutan pertama dan siswa di urutan terakhir dari sekolah yang sama.
“Alasan mengapa aku melawan tekad ku dengan berdiri di panggung ini…adalah sebuah rahasia yang aku ingin terus dilindungi lebih dari tekad yang aku buat.”
***
Episode 2 – Si Anak Itik Buruk Rupa
Dua minggu sebelum Quiz, September 2005.
Dal Po dan In Ha pamitan pergi pada Kakek (Dal Po dengan sebutan ‘ayah’, In Ha dengan sebutan ‘kakek’). Kakek berpesan pada Dal Po untuk menjaga In Ha, dan berpesan pada In Ha untuk mendengarkan Dal Po. In Ha mengerti lalu berjalan pergi.
Tapi In Ha kembali dan memanggil Kakek dengan gaya imut.
Kakek tahu In Ha ada maunya, maka Kakek bilang bahwa dia tak punya uang. Sikap In Ha pun berubah, tak lagi imut. In Ha meminta Kakek membelikan sepeda untuknya, jika tidak dia akan kabur dari rumah. Kakek malah menyebut In Ha lancang. Paman sudah memberikan tumpangan dengan sepedanya, jadi untuk apa In Ha punya sepeda. In Ha merajuk.
“Itu karena paman selalu…” Dal Po menekan pipi In Ha menghentikannya bicara. “Itu karena dia selalu memberi aku tumpangan dan aku merasa tidak nyaman.” In Ha meralat ucapannya dengan datar, dan… “Hik.” Dia cegukan, yang berarti dia bohong (bukan itu alasannya).
Dal Po tersenyum senang dan melepaskan tangannya dari pipi In Ha. “Tidak, aku baik-baik saja dengan hal itu, keponakan. Ayo pergi.”
In Ha menatap Dal Po dengan kesal. Lalu bersama-sama tersenyum menghadap Kakek. Senyum di paksakan.
In Ha pun naik di belakang sepeda Dal Po (sepeda Dal Po belakangnya gerobak). Sambil berangkat, In Ha dan Dal Po gantian melambaikan tangan pada Kakek. Kakek berpesan agar mereka langsung pulang setelah pulang sekolah.
Di tengah jalan, In Ha meminta Dal Po berhenti. Dal Po berhenti dan In Ha pun turun. Sesaat setelah In Ha mengunci kembali pintu gerobak, Dal Po langsung meninggalkan In Ha. In Ha kesal. Dia lalu membetulkan ikatan sepatu yang terlepas.
Dal Po berhenti dan menoleh pada In Ha. Mungkin kasihan, Dal Po hendak memutarkan sepedanya. Tapi dia kemudian melihat Dal Pyung, ayah In Ha, yang menatapnya dari kejauhan. Entah karena apa, Dal Po pun tidak jadi berbalik dan kembali menjalankan sepedanya.
Dal Pyung menoleh pada putrinya yang terlihat kesal pada Dal Po. In Ha lalu berlari menyusul Dal Po. Dal Pyung memperhatikannya.
In Ha berlari ke dermaga. Disana sudah ada perahu yang menunggunya. Ada Dal Po dan beberapa siswa yang sudah naik. In Ha pun segera naik. In Ha mendapat omelan operator perahu karena In Ha selalu membuat siswa lain terlambat. Sambil terengah-engah In Ha meminta maaf.
In Ha lalu mendekati Dal Po dan menatapnya kesal. Dal Po menanyakan maksud tatapan In Ha itu, tadi kan In Ha sendiri yang minta turun. In Ha bilang itu karena dia tahu Dal Po tidak suka memberinya tumpangan. Dal Po membenarkan sambil mengepalkan tangan.
“Apa kau sangat membenciku?”
“Tentu saja.” Ujar Dal Po mantap sambil kembali mengepalkan tangan.
“Izinkan aku bertanya sesuatu. Mengapa kau sangat membenciku? Apakah aku musuh sejati mu atau semacamnya?” tanya In Ha sungguh-sungguh.
Dal Po terdiam. Dia teringat saat pertama kali mengetahui bahwa In Ha adalah anak reporter yang dia benci.
Dal Po tersenyum tipis, lalu membenarkan. In Ha adalah musuh sejatinya. In Ha membelalakkan mata tak percaya.
In Ha berlari lagi menuju kelas. In Ha membuka pintu kelas, membuat teman-temannya sedikit kesal karena mengira In Ha adalah guru mereka. In Ha meminta maaf dengan isyarat tangan, dia terlalu lelah karena berlari. In Ha lalu menuju tempat duduknya, sambil menatap kesal ke arah Dal Po yang tiduran di tempat duduknya. In Ha pun merebahkan diri di meja.
Ahn Chan Soo duduk di depan In Ha. Chan Soo menebak si Nol Besar kembali meninggalkan In Ha. In Ha membenarkan. Dia pun mengeluh, dia ingin punya sepeda sendiri. Berlari maraton setiap pagi menyiksanya.
Chan Soo menawarkan sepeda di rumahnya. Dia punya satu sepeda yang tidak digunakan. Mata In Ha berbinar. Dia bahkan langsung menggenggam tangan Chan Soo.
“Benarkah?”
“Ya, tapi itu sedikit jelek.”
“Aku tidak peduli bagaimana kelihatannya. Aku hanya butuh yang bisa dinaiki.”
Chan Soo tampak sedikit gugup dengan genggaman tangan In Ha. Sementara itu In Ha menoleh dengan kesal pada Dal Po yang masih saja tiduran. In Ha lalu menoleh kembali pada Chan Soo dan tersenyum manis.
***
Chan Soo membawakan sepeda yang dia janjikan. Chan Soo kembali berkata pada In Ha bahwa sepedanya sedikit…ah tidak, benar-benar jelek. In Ha tersenyum lebar. Tidak apa-apa, dia akan memperbaikinya. In Ha menjabat tangan Chan Soo untuk berterima kasih. Chan Soo memandang tangannya. Lalu menawarkan In Ha untuk mencoba sepeda itu.
In Ha mencobanya, dia merasa sangat senang dan kembali berterima kasih. In Ha lalu melihat Dal Po yang berjalan ke arahnya, juga melihat genangan air di dekat Dal Po. In Ha pun merencanakan sesuatu yang buruk untuk membalas dendam.
In Ha menjalankan sepedanya ke arah Dal Po dengan semangat. In Ha bahkan berteriak saat akan berjalan di genangan air. In Ha bahkan tak menyadari panggilan Dal Po yang menunjukkan sebuah kertas miliknya.
In Ha berhasil mencipratkan air dari genangan ke arah Dal Po. Refleks Dal Po menarik kertas miliknya ke atas, sedangkan kertas milik In Ha masih di bawah. In Ha tertawa terbahak-bahak, dan berteriak senang bahwa dia sudah berhasil membalas Dal Po. Dal Po bersikap tak peduli, dia mengibaskan kertas-kertas itu dan berjalan masuk ke dalam gedung.
Dal Po memberikan kertas dokumen rencana karir milik In Ha, dan memberitahu In Ha bahwa dokumen itu harus dikembalikan minggu depan. In Ha melihat dengan kesal dokumennya yang kotor, tepatnya menyesali diri sendiri. Teman In Ha, Ji Hee pun merasa terkejut melihatnya dan bertanya pada Dal Po siapa yang memberi percikan lumpur di dokumen In Ha itu.
“Seorang gadis kikuk dan belum dewasa yang bersikap sedikit kasar.”
Dal Po menyindir. In Ha kesal dan menyuruh Dal Po diam.
Chan Soo yang duduk di samping In Ha melihat dokumen milik In Ha yang tertulis bahwa pekerjaan yang direkomendasikan adalah pengacara, jaksa, atau hakim. Ji Hee takjub mendengarnya, bagaimana bisa In Ha yang seorang Penyihir Bermulut Tajam yang bahkan tidak bisa berbohong menjadi seorang pengacara?
In Ha menuliskan ‘pengacara’ di dokumennya. “Kenapa aku tidak bisa menjadi pengacara? Kebohongan apa yang akan di lakukan pengacara?”
“Ada banyak kesalahan dengan logika itu. Memikirkan seorang Pinocchio seperti mu, yang bahkan tidak bisa berbohong membela tersangka pembunuhan.” Sahut Dal Po yang duduk di belakang In Ha.
In Ha kemudian membayangkan dirinya menjadi seorang pengacara. Pengacara dari seorang pembunuh, Min Joon Gook. Di depan pengadilan In Ha membela Joon Gook tidak bersalah berdasarkan sebuah UU karena tidak adanya bukti.
Tapi kemudian In Ha memberi tahu pengadilan bahwa Joon Gook mengaku bahwa dia sebenarnya telah membunuh korban dan tidak menyesal karenanya. In Ha pun menunjuk Joon Gook, terdakwa yang seharusnya dibela, menyatakan bahwa Joon Gook bersalah.
Joon Gook marah. Dia langsung berdiri menghampiri In Ha dan mencekiknya sambil berkata dengan emosi bahwa dia akan membunuh In Ha dan orang yang memberikan In Ha lisensi serta lencana pengacara. (Lucu, BGM-nya aja sama dengan pas di IHYV.. XD)
In Ha bergidik memikirkan hal itu. Dia segera menghapus tulisannya.
“Pengacara seperti mu akan terbunuh oleh terdakwa mu sendiri ketika mencoba untuk membela mereka.” ujar Dal Po yang membaca komik.
Chan Soo kemudian menyarankan In Ha untuk menjadi seorang aktris. Karena In Ha terlalu cantik untuk menjadi pengacara, dan itu akan menjadi sia-sia. In Ha tersenyum. Mungkin Chan Soo benar, keberuntungannya juga cukup banyak menunjukkan hasil yang sama. In Ha pun menuliskan ‘aktris’ di dokumen miliknya.
“Bagaimana kau akan menjadi seorang aktris ketika kau bahkan tidak bisa berbohong?” ujar Ji Hee.
“Dia tidak bisa melakukannya. Dia bahkan tidak akan dapat memainkan peran mayat yang mudah.” Tambah Dal Po.
“Aku bisa memainkan peran mayat!” sergah In Ha dengan kesal.
In Ha kembali membayangkan dia yang kini menjadi seorang aktris. Tepatnya saat dia syuting adegan bahwa dia sudah meninggal, dan sang kekasih menggendongnya. Sutradara memberikan pengarahan. Semua berjalan dengan baik. Lalu saat Sutradara men-zoom wajah In Ha, In Ha cegukan. Hik.
Jadilah NG. Si aktor menjatuhkan In Ha begitu saja di atas matras. Sutradara pun kesal. Dia marah-marah pada In Ha karena adegan itu sudah berkali-kali di ulang. Tanpa rasa bersalah In Ha membela diri bahwa dia menderita Pinocchio, dia tidak bisa pura-pura meninggal di saat dia masih hidup.
In Ha bahkan meminta Sutradara untuk mengedit bagian cegukannya. Hal itu semakin membuat Sutradara berteriak frustrasi.
Menyadari kemungkinan itu, In Ha kembali menghapus tulisan di dokumennya. Dal Po menyuruh In Ha untuk melupakan keinginannya menjadi aktris. Baginya lebih baik mendengar pernyataan kebangkrutan Bill Gates daripada In Ha menjadi seorang aktris.
“Dal Po, kau memiliki bakat nyata untuk menjatuhkan orang dengan kata-katamu.” Chan Soo menyindir Dal Po.
Chan Soo lalu meminta In Ha untuk tidak khawatir. Dia membaca di koran bahwa ada lebih dari 20.000 pekerjaan yang berbeda di negara mereka. Chan Soo yakin setidaknya salah satu dari pekerjaan itu akan sempurna untuk In Ha.
Dal Po: “Tidak, tidak ada. Apakah kau tidak tahu bahwa kurang dari 6% kesempatan untuk Pinocchio menemukan karier?”
Chan Soo: “Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengatakan itu karena dia tidak memiliki arah baik.”
In Ha mendesah, “Aku juga tidak punya arah baik. Aku bahkan cemburu pada badai akhir-akhir ini. Setidaknya sebuah arah ditentukan untuk mereka.
Pak Guru masuk ke kelas. Menegur para siswa yang malah mengobrol disaat mendapatkan tugas untuk meninjau pelajaran. Pak Guru memberi pengumuman bahwa beliau akan memilih seorang siswa untuk mengikuti Quiz Challenge Show. Para siswa ribut menyebutkan bahwa Quiz itu akan memberikan hadiah 30 juta won jika menang.
Pak Guru melanjutkan pengumuman. Besok semua siswa harus mengikuti sebuah tes pengetahuan umum. Siapa yang nilainya paling besar, akan mewakili sekolah mengikuti Quiz itu.
Setelah Pak Guru keluar, Ji Hee bilang seharusnya tidak perlu diadakan tes karena sudah jelas Chan Soo akan ada di urutan pertama. Chan Soo merendah, mereka harus menunggu untuk melihat hasilnya.
In Ha menemui Chan Soo di parkiran sepeda. Chan Soo memberikan bel dan karet stang baru untuk In Ha. Chan Soo meminta In Ha mencobanya. Selain itu, ada sesuatu yang ingin Chan Soo katakan. Apa itu? tanya In Ha.
“Jika aku mengikuti Quiz itu… Aku akan mengakui cinta ku untukmu di TV.”
“Apa?” In Ha terbelalak.
“Kau harus memberiku jawabanmu untuk pengakuan cintaku, oke?”
In Ha akan mengatakan sesuatu. Tapi Chan Soo menghentikannya, dia menutup telinga, tidak mau mendengar jawaban In Ha sekarang. Dia belum mengaku, jadi saat dia melakukannya, In Ha beri jawaban untuknya kemudian. Chan Soo kemudian berlari pergi menjauh. In Ha melihatnya dengan bingung.
“Ibu, aku menerima pengakuan cinta pertamaku dari seorang anak laki-laki hari ini. Tapi itu benar-benar aneh. Rasanya benar-benar aneh.
“Rasanya seperti aku punya gangguan pencernaan yang buruk. Aku pikir memiliki seseorang yang mengakui cinta mereka, aku akan merasa merusak saraf atau senang. Tetapi sebaliknya, aku merasa kaku, seperti pohon pinus di pegunungan. Bahkan, aku merasa tidak ada emosi sama sekali.”
Dal Po keluar hendak memberi makan anjing, dia melihat In Ha berdiri terbalik. Dal Po bertanya apa In Ha khawatir tentang sesuatu lagi. In Ha membenarkan. Rupanya In Ha sudah sering seperti itu.
“Melakukan ini mempercepat darah mengalir menuju otak dan membantuku berpikir dengan lebih baik. Ada alasan ilmiah untuk melakukan hal ini, jadi jangan menatapku seperti itu.”
“Bahkan setelah lima tahun melihatnya, itu masih pemandangan untuk dilihat. Tidak ada akhir untuk kekonyolanmu.”
In Ha kesal dan menyuruh Dal Po diam. Dal Po pun kemudian memberikan makanan yang dia bawa pada anjing mereka.
***
Jae Myung mengantarkan galon ke sebuah café internet. Saat akan keluar dengan mengambil galon kosong, Jae Myung melihat selebaran seorang buronan yang sedang dicari. Itu adalah ayahnya.
Jae Myung bertanya tanggal berapa sekarang pada pemilik café. Pemilik café memberitahu sekarang tanggal 25 September. Pemilik café penasaran kenapa Jae Myung tiba-tiba menanyakan tanggal. Jae Myung mencopot selebaran itu dan bilang kalau dia hanya ingin mengecek sesuatu.
Sementara itu di dekat bangunan bekas terbakar, dua orang pria sedang berjalan dalam kegelapan. Mereka melihat bangunan itu tampak menyeramkan. Salah seorang pria bilang bangunan itu belum dihancurkan karena mereka takut akan didatangi hantu.
Mereka terus berjalan. Dan kamera fokus pada tumpukan tanah di belakang kedua pria tadi.
***
Tes pengetahuan umum pun dilakukan. Tes itu berisi pertanyaan-pertanyaan lama yang pernah di tanyakan dalam kuis. Pak Guru kembali memberitahu siswa dengan nilai ujian terbaik akan dipilih untuk mewakili sekolah. Semuanya tampak serius mulai mengerjakan soal. Hanya Dal Po yang tampak tak tertarik dan segera merebahkan badan di meja.
“Ji Hee-ya. Kau tidak akan menemukan jawaban apapun di wajahku.” Pak Guru menegur Ji Hee yang melamun. “Cepat mulai tes.”
Disaat semua orang mengerjakan dengan serius, Dal Po masih tiduran. Sesaat kemudian dia bangkit dan mulai menuliskan nama di lembaran soal.
***
Pak Guru dibantu tiga guru lain memeriksa hasil pekerjaan para siswa. Pak Guru kesal karena tidak ada yang mendapat nilai bagus. Tapi kemudian seorang guru berteriak bahwa In Ha mendapat nilai 92. Guru itu memuji In Ha yang tak hanya bagus dalam peringkat kelas, tapi juga bagus dalam pengetahuan umum. Tapi ada yang lebih bagus lagi, Ahn Chan Soo dengan nilai 96.
Pak Guru kemudian terkejut karena ada pekerjaan satu siswa yang mendapatkan nilai penuh, 100. Semua penasaran siapa yang mendapat nilai itu. Semuanya terkejut karena itu adalah Choi Dal Po.
Ji Hee berlari ke kelas dan memberitahu bahwa nilai tes sudah keluar. Jin Hee juga bilang bahwa yang mendapatkan nilai terbaik adalah si Nol Besar. Semua menoleh tak percaya pada Dal Po.
“Mengapa kalian semua menatapku seperti itu? Apakah kalian tidak akan mengucapkan selamat kepadaku?” ujar Dal Po dengan santai.
Semuanya tak percaya dengan kemungkinan Dal Po yang akan mewakili sekolah mereka. In Ha menoleh pada Chan Soo yang tampak sangat kecewa. Merasa tidak adil karena dikalahkan si Nol Besar.
Chan Soo mengobrol dengan beberapa orang siswi. Mereka tak percaya bukan Chan Soo yang akan ikut Quiz itu. Chan Soo bilang Dal Po lah yang mendapat nilai terbaik. Para siswi itu merasa itu tak masuk akal. Chan Soo kemudian membenarkan. Dia bilang mungkinkah Dal Po curang.
Rumor pun menyebar bahwa Dal Po curang saat mengerjakan tes. Tak puas dengan gosip itu, Chan Soo melempar rumor baru bahwa Dal Po tidak curang tapi mencuri soal sebelum tes. Rumor itu kembali menyebar.
Seorang siswi bertanya heran pada Chan Soo kenapa Dal Po melakukan semua itu. Chan Soo beraksi lagi, dia bilang mungkin Dal Po telah termotivasi oleh hadiah uang. Karena kontestan dibayar 50.000 Won hanya untuk tampil di acara itu. In Ha ada di dekat sana dan mendengar perkataan Chan Soo.
(Chan Soo jahat ih, gak terima Dal Po lebih unggul, dia menyebar rumor untuk menjatuhkan Dal Po…)
Dal Po berjalan menuju kelas. Semua siswa berbisik membicarakannya. Ada yang bilang Dal Po tidak tahu malu, Dal Po tampak seperti pencuri licik, Dal Po mencuri soal, bahkan ada yang menuduh Dal Po pencopet dan punya catatan hitam. Dal Po mengacuhkan mereka, dia hanya tersenyum tipis dan terus berjalan.
Tapi begitu dia mendengar ada seorang siswa yang mengatakan bahwa ayah kandungnya adalah narapidana, Dal Po menghentikan langkahnya. Dal Po teringat pada tuduhan yang mengarah pada ayahnya lima tahun lalu. Dal Po berbalik, menarik kerah baju siswa tadi dan mendesaknya ke dinding.
Dengan emosi Dal Po meminta siswa itu mengulang perkataannya tadi. Tapi siswa itu pura-pura tidak tahu, dia tak mengatakan apapun.
“Cobalah mengoceh omong kosong itu lagi. Karena jika kau melakukannya dan ketika kau melakukannya, aku akan memukulmu di wajah.”
Dal Po mengancam siswa itu lalu mendorong siswa itu hingga jatuh ke lantai. Dal Po berjalan pergi, dengan celaan beberapa siswa yang menyebutnya sebagai preman.
Pak Guru memukul kepala Dal Po dengan kertas tes dan menyuruh Dal Po mengaku bahwa dia mencuri soal. Dal Po bilang dia tidak melakukannya. Pak Guru meminta Dal Po untuk tidak bermimpi mengikuti Quiz itu dengan cara seperti itu (curang), karena hanya akan mempermalukan sekolah.
Pak Guru kembali memukul kepala Dal Po. Dari dalam kelas In Ha melihatnya dengan iba.
Dal Po menoleh pada In Ha. In Ha memalingkan wajah. Hik. Hik. In Ha memegangi dadanya yang tiba-tiba cegukan.
***
“Ini disebut pipa. Sebuah pipa spekulasi. Sebuah pipa iri dan cemburu. Pipa tersebut begitu mudah dan sederhana untuk meniup bahwa setiap orang dapat dengan mudah menonaktifkannya. Raksasa bodoh dengan banyak kepala jelek dan pelayan istana yang menghabiskan hidup mereka dalam keadaan ketidakpuasan. Pipa ini dapat ditiup oleh keduanya. Ini adalah garis dari Hugo Shakespeare, dan juga Henry IV. Apa pipa yang digunakan sebagai metafora untuk hal itu?”
Itu adalah pertanyaan yang di tanyakan MC acara Quiz pada Ahn Chan Soo dan lawannya. Ya, yang pergi ke acara Quiz jadinya adalah Chan Soo, karena Dal Po dianggap curang karena rumor itu.
Chan Soo menekan bel dan menjawab: rumor. Jawaban Chan Soo benar.
Dan dia dinyatakan sebagai pemenang mengalahkan pemenang minggu sebelumnya.
Semua siswa di kelas bersorak gembir. Pak Guru juga bertepuk tangan. Hanya In Ha yang tampak tak tertarik, dan dia masih cegukan.
MC kemudian menanyakan perasaan Chan Soo setelah memenangkan Quiz itu. Tapi..sesuai janjinya, Chan Soo malah menyatakan perasaannya pada In Ha. Bahwa dia sangat menyukai In Ha. Chan Soo bahkan membuat tanda hati.
Semuanya ber-huuuuu dan bertepuk tangan. Sementara In Ha melihat ke arah bangku kosong milih Dal Po. Dan memukul dadanya yang masih cegukan.
***
“Ibu. Aku sudah cegukan empat hari berturut-turut. Aku pikir ini adalah rekor baru. Aku sudah mencoba menahan nafas, minum kendi air dan aku bahkan mencoba membersihkan seluruh rumah, tapi aku masih tidak bisa berhenti cegukan. Ini membunuhku.”
In Ha ternyata mengirimkan pesan pada ibunya. In Ha terjatuh dari berdiri terbaliknya.
“Aku rasa aku tahu bagaimana menghentikannya... tapi aku tidak berani untuk melakukannya. Apa yang harus aku lakukan, Ibu? Tidak ada yang pernah meninggal dari cegukan, kan?”
In Ha teringat ejekan-ejakan yang ditujukan pada Dal Po dan tatapan Dal Po saat dia dimarahi Pak Guru. In Ha lalu duduk dan bertekad.
“Aku…Hik. Harus bertahan hidup terlebih dahulu. Hik.”
***
Pak Guru menyuruh Dal Po menulis surat permintaan maaf, dan akan membiarkan Dal Po atas kejadian sebelumnya. Karena jika dibesar-besarkan malah akan membuat pukulan yang buruk untuk sekolah. Tapi Dal Po tidak mau. Kenapa dia harus menulis surat permintaan maaf untuk sesuatu yang bahkan tidak dia lakukan.
“Kenapa kau terus mengatakan bahwa kau tidak melakukannya ketika kau jelas melakukannya?”
“Saya tidak mencuri salinan tes. Rumor itu tidak benar. Semuanya rumor palsu.”
“Rumor palsu? Bisakah kau membuktikannya?”
Pertanyaan terakhir Pak Guru membuat Dal Po teringat pada pertanyaan yang sama dari seorang reporter lima tahun yang lalu. Jae Myung saat itu bertanya dengan marah, mengapa mereka yang harus membuktikannya. Sekarang, Dal Po mengajukan pertanyaan yang sama pada Pak Guru, kenapa dia yang harus membuktikan rumor itu.
“Kau harus menjadi orang yang membuktikannya karena kau subjek rumor!”
Dal Po tampak emosi. Dia lalu melihat Ibu Guru Yoon yang sedang menyalin dokumen di mesin fotocopy Dal Po mencondongkan badan pada Pak Guru.
“Ketika saya berjalan keluar dari kantor ini... Saya akan memulai rumor bahwa anda dan Guru Yoon di sana berselingkuh dan yang saya lihat kalian berdua dengan mata saya sendiri.”
Pak Guru dan Guru Yoon tak percaya mendengar ancaman Dal Po yang tak masuk akan itu. Pak Guru meminta Guru Yoon untuk tidak berbicara dulu. Pak Guru kesal pada Dal Po. Dal Po kemudian berdiri.
“Cobalah sendiri membuktikan kepada semua orang bahwa rumor perselingkuhan itu tidak benar.”
“Hei, mengapa aku harus...”
“Karena anda subjek rumor.” Dal Po menggeser surat permintaan maaf tadi ke arah Pak Guru. “Jika anda tidak bisa, maka anda harus menulis surat permintaan maaf anda sendiri. Maksud saya, menulis surat pengunduran diri.”
Dal Po kemudian keluar dari ruang guru mengabaikan panggilan Pak Guru. Guru Yoon kesal pada Pak Guru dan Dal Po yang menghancurkan peluangnya untuk menikah. Pak Guru berusah menjelaskan, bahwa bukan seperti itu masalahnya.
Dal Po berjalan keluar gedung. Dia mengepalkan tangan dengan kesal. Dal Po akan kembali ke dalam, tapi dia kemudian berjongkok karena masih merasa kesal.
Dal Po menuju kelas. Di kelas sedang ada perayaan kemenangan Chan Soo di acara Quiz. Dal Po melihat In Ha yang cegukan di lorong. Dal Po memperhatikan In Ha yang kemudian minum langsung dari teko, tapi dia tak menelan airnya.
In Ha masuk ke dalam kelas dan menyemburkan air di mulutnya ke lilin kue yang hendak ditiup Chan Soo. Semuanya terkejut. Dal Po memperhatikan apa yang dilakukan In Ha dari luar kelas.
Chan Soo juga bingung apa yang dilakukan In Ha barusan. Sementara itu In Ha tersenyum senang karena cegukannya sudah berhenti. In Ha mengabaikan pertanyaan Ji Hee.
“Chan Soo-ya, maafkan aku. Tapi aku tidak bisa menerima perasaanmu untukku.”
Chan Soo tercengang. Sedangkan Ji Hee yang suka pada Chan Soo menahan senyum senangnya.
In Ha kemudian berkata pada semuanya bahwa sebelum mereka makan kue, mereka harus meminta maaf lebih dulu pada Dal Po. Ji Hee bilang itu konyol, kenapa mereka harus meminta maaf pada si Nol Besar. In Ha bilang itu karena mereka menyebarkan rumor yang tidak benar tanpa bukti dan petunjuk.
“Apakah kau punya bukti Dal Po yang mencuri tes?”
“Bukti? Siswa terburuk di seluruh sekolah mendapat nilai sempurna dalam semalam. Bukti besar apalagi uang kau butuhkan untuk itu?”
“Itu bukan bukti, itu spekulasi.”
“Lalu mengapa tidak kau memberi ku spekulasimu sendiri? Sebuah spekulasi yang menunjukkan Dal Po tidak curang, tapi punya nilai sempurna dengan pengetahuannya. Huh? Katakan padaku apa spekulasimu.”
In Ha kemudian bilang bahwa bukan hanya spekulasi, tapi dia akan membawakan bukti. Tapi jika nanti dia membawa bukti, Chan Soo harus meminta maaf pada Dal Po dan memberikan setengah uang hadiah pada Dal Po. Karena jika Dal Po tidak curang dalam tes, maka seharusnya dialah yang pergi ke acara itu. In Ha bilang membiarkan Chan Soo tetap punya setengah itu saja karena In Ha bermurah hati.
Chan Soo setuju, dia akan memberikan setengah. Tapi jika In Ha gagal membawa bukti, In Ha harus membiarkannya memukul wajah In Ha sepuluh kali, seperti ancaman yang selalu di lontarkan Dal Po. In Ha terkejut mendengarnya. Begitupun teman-teman lain. Mereka menduga Chan Soo kehilangan pikiran karena ditolak In Ha.
Dal Po yang melihat semua itu dari luar hendak masuk ke dalam untuk memberi pelajaran pada Chan Soo. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar In Ha menyetujui permintaan Chan Soo. In Ha ingin teman-teman menjadi saks bahwa Chan Soo jelas mengatakan dia akan membagi hadiahnya uang jika In Ha membawa bukti.
“Chan Soo, kau sebaiknya tidak mengubah perkataanmu.” In Ha menunjuk Chan Soo.
Chan Soo merasa terhina. “Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu. Sepuluh pukulan di wajah. Aku tidak akan mudah padamu hanya karena kau seorang gadis.”
Chan Soo mengambil bola basket dan memukulnya hingga hampir mengenai In Ha. In Ha syok dan mulai cegukan.
Semua menertawakan In Ha yang kembali cegukan. Ji Hee meledek In Ha yang khawatir akan mendapat pukulan di wajah. In Ha menyangkal, tapi dia cegukan lagi. In Ha pun segera keluar.
Dal Po mencari-cari In Ha. Dal Po mendapati In Ha sedang duduk sendirian di tangga samping. Dal Po hendak menghampiri In Ha, tapi langkahnya terhenti di belakang In Ha.
In Ha masih cegukan. Dia lalu memegang pipinya. In Ha memang khawatir bahwa dia akan dipukul Chan Soo. In Ha kemudian mengenyahkan kekhawatiran itu, dia hanya akan membiarkannya.
In Ha mengambil snack dan memakannya untuk mengalihkan perhatian. Dal Po menatap In Ha, dan tampak memikirkan sesuatu.
***
Bersambung ke bagian 2~
Komentar:
Di episode 1 kemarin, In Ha memang tidak bohong saat dia bilang dia tidak suka Dal Po. Tapi, entah kenapa aku rasa In Ha mulai ada rasa simpatik pada Dal Po di episode ini. In Ha mulai cegukan panjang saat dia melihat Dal Po di marahi Pak Guru. Mungkin In Ha berkata pada dirinya sendiri bahwa dia tidak peduli akan masalah itu, tapi sebenarnya dia peduli, makanya dia cegukan.
Tambahan: kalimat bercetak miring berwarna biru adalah untuk kata hati Dal Po dan berwarna pink untuk kata hati In Ha.
Oya, saya baru tahu ternyata banyak juga yang membuat sinopsis drama ini selain saya dan Mba Fanny. Mungkin readers juga sudah pada tahu ya. Jadi, kalian bisa mengunjungi blog lain juga jika kami belum bisa update. :)
Aku lebih suka tulisannya mb mumu and mbk fany. Lebih terperinci aja singkat padat jelas XD. Gomawo and fighting!!
ReplyDeleteSetuju
DeleteIya mbak muzi bnyk yg nulis jg,. Tp kan tiap2 orang beda cara penulisannya,. Jd punya penggemar masing2,.. Mksh ya mbak n fighting .. Ditunggu part 2'nya,.
ReplyDeleteLebih suka mbk fanny yg nulis
ReplyDeleteLanjutkan
Saya setia menunggu :)
Sist mu" toh yg duetn sm sist fan... Top d... Ditunggu lnjtnny ya... Sy suka bc sinop dtmpt fan n mu" mudh di pahami gtu n jg pemberian commentny ok puny... Gomawo... ^^
ReplyDeleteIya lbh suka mba fanny n mba mumu yg nulis.. ^^
ReplyDeleteIza ka
ReplyDeleteLebih suka baca sinop buatan mbak mumu dan mbak Fanny. Dari gaya bahasanya, enak aja. Trs gak suka menghina aktor atau aktris secara berlebihan. Hehe. Makasih mbak, ditunggu trs sampai habis. :)
ReplyDeletePengen nangiiis..slalu dpt yg ga adil..huhu
ReplyDeletesuka sama sinopsis yg di tulis kek mbak mumu dan mbak fanny. lebih bisa di mengerti sich.. top dech
ReplyDeleteLanjut mbaak
ReplyDeletegomawo. ahh, gambarnya banyak banget
ReplyDeletetulisan dan gambar yang banyak membuat semuanya terkesan hidup
yosh, semangat menulis!!!
Jadi suka sama lee jong suk setelah liat drama i can hear your voice n pinocchio hee
ReplyDelete