Pinocchio Episode 2 – 2
Chan Soo yang merasa kecewa, menendang sepeda milik In Ha. Dal Po melihatnya, dia kesal kenapa Chan Soo melepaskan amarahnya pada sepeda In Ha. Dal Po lalu melihat baut rem sepeda In Ha terlepas.
In Ha lewat di depan Dal Po. Dal Po memanggilnya. Sepertinya untuk memberitahu masalah baut rem. Tapi In Ha lebih dulu bicara meminta Dal Po agar tidak salah paham padanya dengan berpikir bahwa dia memihak Dal Po karena menyukai Dal Po. In Ha bilang dia punya pilihan selain memihak Dal Po karena dia tidak bisa menahan cegukannya lagi.
Dal Po berusaha menjelaskan bahwa bukan untuk hal itu dia memanggil In Ha. Dal Po bahkan menunjuk ke arah sepeda In Ha. Tapi In Ha tetap bilang bahwa cegukan adalah alasan sebenarnya dia memihak Dal Po. In Ha meminta Dal Po agar jangan salah tangkap. Dal Po tak mengerti. In Ha bilang apa harus dia katakan sendiri. Dal Po menghentikannya, dia tak ingin mendengarnya dan menyuruh In Ha pergi.
Dal Po duduk lagi dan memejamkan mata, “Jika matanya bekerja, maka dia harusnya melihat bahwa remnya rusak.”
Tapi ternyata In Ha tak melihatnya dan naik ke sepeda itu. Dal Po kesal, apa mata In Ha ada di kaki. Dal Po segera berlari menyusul In Ha.
Di tengah jalan, jalan turunan, In Ha baru sadar bahwa remnya rusak. In Ha berteriak ketakutan. Dal Po menyusul dengan sepedanya di jalanan satu lagi. Dal Po memanggil In Ha, tapi In Ha tak mendengar karena terlalu takut.
Dal Po menghentikan sepedanya di jembatan. Dia berlari menyusul In Ha dan menariknya dari sepeda. Mereka bergulingan ke rerumputan di samping jalan. Sepeda In Ha masuk ke sungai.
In Ha berusaha bangun. Dia kesakitan karena pergelangan kakinya berdarah. In Ha merengek memberitahu Dal Po. Tapi tak ada reaksi. In Ha menoleh. Dia terkejut mendapati Dal Po yang tak sadarkan diri dengan kepala yang berdarah. In Ha berusaha membangunkan Dal Po.
Kini mereka di dalam ambulance. Dal Po tersadar. Dia melihat In Ha yang menangis karena takut Dal Po meninggal. Petugas medis bilang Dal Po tidak akan meninggal, dia hanya mengalami luka kecil. Luka yang sangat kecil di kepalanya.
“Jika itu kecil, maka mengapa dia tidak bangun? Bagaimana jika otaknya mengalami perdarahan dalam? Cedera kepala adalah yang terburuk. Dia tidak boleh menjadi orang bodoh. Dia akan ditindas!”
In Ha menangis semakin menjadi. Dia takut Dal Po akan semakin ditindas karena menjadi orang bodoh, dan itu akan sangat menyedihkan. In Ha bingung apa yang harus dia lakukan jika pamannya menjadi orang bodoh (idiot).
Dal Po yang melihatnya merasa malu melihat In Ha menangis seperti itu. Dal Po bergumam agar In Ha diam.
In Ha terkejut menyadari Dal Po sudah sadar. Dal Po pun bangkit dari tidurnya dan duduk.
Petugas medis menanyakan apa yang dirasa Dal Po, apakah pusing atau mual? Dal Po bilang kalau dia baik-baik saja. In Ha menyentuh pundak Dal Po membuat Dal Po menghadap padanya.
“Siapa namaku?” In Ha menunjukkan dua jari tangannya. “Berapa banyak jari aku angkat? Katakan padaku.”
Dal Po yang merasa malu dengan sikap berlebihan In Ha, mendorong kepala In Ha dan bilang kalau dia tidak tahu. Tapi In Ha salah paham. Dia menangis lagi mengira Dal Po benar-benar menjadi bodoh karena tidak tau nama dan juga jari yang dia angkat.
Dal Po mengatup bibir In Ha dengan tangannya, agar In Ha tak lagi bicara. Dal Po meminta maaf pada petugas medis atas semua masalah yang mereka sebabkan, dan meminta petugas untuk menurunkan mereka. Petugas medis tersenyum canggung.
Mereka pun turun. Mereka membungkukkan badan berterima kasih pada petugas medis. Lalu mereka berjalan menuju dermaga. Dal Po berjalan di depan In Ha. Karena luka di pergelangan kakinya, In Ha berjalan dengan tertatih. Terus begitu hingga beberapa lama.
Dal Po mendekati In Ha. Berdiri di hadapannya. Lalu berbalik sambil menaruh tas di depan. Dal Po kemudian berjongkok dan meminta In Ha naik ke punggungnya. In Ha awalnya tampak malu melakukannya, tapi kemudian dia naik ke punggung Dal Po. Dal Po menggendong In Ha hingga ke dermaga.
Di dalam perahu, Dal Po membuka balutan di kepalanya. Lukanya bukan masalah besar dan jika dia menggunakan perban itu hanya akan membuat kakek ketakutan. Dal Po meminta plester pada In Ha. Dal Po juga meminta In Ha untuk tidak menceritakan kejadian tadi pada kakek. Bilang saja kalau In Ha terluka saat akan turun dari sepeda. In Ha mengerti.
Dal Po kesulitan mengenakan plester. In Ha lalu membantunya.
In Ha lalu bertanya tentang nilai penuh milik Dal Po. Itu diperoleh dengan kemampuan Dal Po sendiri kan? Dal Po mengiyakan.
“Kalau begitu kau menyembunyikan kepandaianmu dan berpura-pura menjadi bodoh? Mengapa kau melakukan itu?”
“Aku dengar pamanmu yang sebenarnya cukup bodoh.”
“Kalau begitu kau berpura-pura bodoh bertahun-tahun demi kakek? Karena kau tidak ingin dia kembali pingsan karena terkejut?”
“Ya.”
“Lalu kenapa kau menunjukkan kepandaianmu sekarang? Apa kau sangat ingin mengikuti quiz itu?”
“Berhenti bertanya begitu banyak pertanyaan. Kau membuatku sakit kepala. Kau tidak akan mendapat pukulan di wajah oleh Chan Soo. Jadi..kau tidak perlu khawatir.”
In Ha tersenyum.
***
Dal Po mengambil celengan babinya yang paling kecil. Lalu meletakkannya di meja dan membelainya.
“Musnah demi tangan yang memberimu makan sepanjang hidupmu…itulah nasib burukmu,Oh Soon.”
Dengan sedih, Dal Po memotong celengan itu lalu mengeluarkan isinya dan memindahkannya ke dalam dompet. Dal Po keluar dan mengenakan sepatu. Kali ini sepatu biasa, bukan sepatu karet.
Dal Pyung bertanya hendak kemana Dal Po pergi. Dal Po bilang dia akan pergi ke rumah temannya. Dal Po juga meminta Dal Pyung untuk memastikan kakek tidak menonton TV besok. Dal Pyung bilang bahkan mereka tidak punya TV di rumah.
Dal Po kemudian pamit. Dal Pyung bertanya apa Dal Po tidak akan menggunakan sepedanya. Tidak, Dal Po bilang dia juga akan menginap di rumah temannya malam ini. Dal Po segera berlari.
In Ha yang mengintip Dal Po dari dapur segera keluar dan bertanya pada ayahnya hendak kemana Dal Po. Ayahnya tidak tahu, Dal Po hanya bilang akan menginap di rumah temannya. In Ha merasa aneh karena Dal Po tidak punya teman.
In Ha lalu menggunakan kesempatan itu untuk masuk ke kamar Dal Po, mencari bukti. In Ha mencari-cari dan menemukan kertas nilai Dal Po, yang semuanya nol. Lalu In Ha menemukan sebuah buku ‘berbobot’ di deretan komik-komik milik Dal Po.
In Ha mengambil buku itu, buku yang berjudul ‘Sejarah Inggris’. Dia merasa itu bukanlah buku yang akan dibaca Dal Po. Buku itu milik perpustakaan.
Sementara Dal Po pergi ke terminal bus untuk membeli tiket ke Seoul, In Ha mendatangi perpustakaan yang namanya tertera di buku yang dia temukan di kamar Dal Po.
In Ha masuk ke perpusatan. Banyak buku disana. In Ha mengambil salah satu buku. Dan ajaib, nama Dal Po tertera sebagai salah satu peminjam dan itu tahun lalu. In Ha melihat ke sekitar dan menyadari sesuatu. Mungkinkah Dal Po sudah membaca banyak buku disana.
Dal Po datang ke stasiun YGN yang menayangkan acara Quiz itu. Dal Po mengikuti tes untuk ikut dalam acara itu.
In Ha mengumpulkan kartu peminjam yang terdapat nama Dal Po di dalamnya. In Ha baru sadar sudah begitu banyak buku yang dia kumpulkan. In Ha pun bertanya-tanya apakah Dal Po sudah membaca semua buku yang ada disana.
”Choi Dal Po...dia itu apa?”
In Ha menyalin kartu peminjam untuk dia jadikan bukti. Di rumah In Ha menyusunnya di sebuah kertas besar.
Di stasiun YGN, Asisten PD mengumumkan nama orang yang lulus tes awal. Orang itu akan menjadi kontestan di acara tanggal 8 Oktober dan akan berkompetisi melawan pemenang minggu lalu, Ahn Chan Soo. Dan orang itu adalah….tentu saja Dal Po.
***
Kembali ke acara Quiz yang sedang berlangsung, tanggal 8 Oktober 2005.
Quiz memasuki babak kedua, dimana Dal Po berhadapan langsung dengan Chan Soo setelah sebelumnya lolos di babak pertama. MC menjelaskan setiap jawaban bernilai 30 sampai 50 poin dengan total 20 pertanyaan. Pemenang babak ini akan menjadi pemenang.
MC bilang ada sebuah idiom lokal yang berbicara tentangrasa kepedihan yang menyakitkan di dalam perut. Ini mengacu pada perasaan sukacita ketika orang lain terlihat dalam kesengsaraan dan penderitaan. Pertanyaan pertama adalah apa istilah yang menggabungkan sukacita dan penderitaan dalam bahasa Jerman?
Saat Chan Soo masih memikirkan jawaban. Dal Po sudah memencet bel dan menjawab, Schadenfreude. Dan jawaban Dal Po benar. Chan Soo melongo, tak percaya Dal Po bisa menjawab pertanyaan sulit itu.
Pak Guru bilang bahwa dia saja tidak tahu jawaban pertanyaan itu. Ji Hae pun takjub, mungkin si Nol Besar benar-benar jenius dan tidak bodoh sama sekali. In Ha tersenyum.
Dal Pyung menjatuhkan buah jeruk yang dia beli di dalam plastik. Dal Pyung terkejut melihat penampilan Dal Po dalam quiz yang dia lihat di TV.
Dal Po dan Chan Soo saling berebut menjawab soal yang dilontarkan MC. Teman-teman di kelas merasa takjub melihatnya. Sehingga mereka pun berpikir bahwa Dal Po pasti tidak mencuri soal dan dia benar-benar tahu jawaban yang benar. Pak Guru juga bilang Dal Po menyediakan bukti yang kuat.
In Ha baru menyadari maksud Dal Po yang memintanya untuk tidak khawatir karena In Ha tidak akan mendapat pukulan dari Chan Soo. In Ha tersenyum, sepertinya dia memang tidak akan mendapat pukulan itu.
Kembali ke acara Quiz, tinggal tersisa pertanyaan terakhir. Skor sementara Dal Po mempunyai 440 poin dan Chan Soo 410 poin, Chan Soo kalah 30 poin dari Dal Po. Tapi pertanyaan terakhir bernilai 50 poin, jadi siapapun yang menjawab dengan benar pertanyaan itu akan menjadi pemenang.
Pertanyaan terakhir adalah tentang empat kebebasan yang disebutkan Franklin D Roosevelt dalam pidato kenegaraan. Empat kebebasan dasar yang semua orang di dunia harus menikmatinya. Tak ingin ketinggalan, Chan Soo menekan belnya duluan. Sedangkan Dal Po terlihat santai saja.
MC bilang jika Chan Soo memberikan jawaban yang benar, maka dia akan menang lagi. Tapi, apakah Chan Soo bisa memberikan jawaban yang benar?
“Kebebasan berbicara... dan…”
Chan Soo tidak bisa memberikan tiga jawaban selanjutnya. Maka kesempatan di berikan pada Dal Po. Jika Dal Po menjawab dengan benar, Dal Po akan menang. In Ha yang melihatnya yakin Dal Po akan menang.
“Kebebasan beribadah, kebebasan dari keinginan... dan kebebasan dari rasa takut.”
Tapi Dal Po bilang dia tidak tahu jawaban yang keempat. Padahal yang keempat sudah disebutkan oleh Chan Soo sebelumnya. Dal Po tampaknya tidak benar-benar tidak tahu. Seperti kata In Ha Dal Po melakukannya dengan sengaja.
PD Hwang Gyo Dong juga bisa menebak kalau Dal Po sengaja melakukannya hanya untuk menyolok Chan Soo. Dal Po sengaja menyerahkannya pada Ahn Chan Soo meskipun dia tahu jawabannya. Seperti melempar sebuah tulang pada anjing.
Setelah Dal Po tidak memberikan jawaban terakhir, kesempatan di berikan pada Chan Soo. Chan Soo sedikit ragu menekan bel. Tapi kemudian dia menjawab dengan jawaban yang lengkap. Gabungan jawaban yang disebutkan Dal Po ditambah dengan jawaban yang dia sebutkan sebelumnya. Tapi Chan Soo tampak tak puas memberikan jawaban itu.
Chan Soo dinyatakan sebagai pemenang. Penonton di studio bersorak. Teman-teman di kelas tak banyak yang bereaksi, hanya Ji Hee yang bersorak senang. Di studio Chan Soo juga tak tersenyum merayakan kemenangannya seperti sebelumnya. Sementara Dal Po tersenyum tipis pada Chan Soo.
Di kelas, seorang siswi bilang Dal Po si Nol Besar sangat mengesankan. Seorang siswa menegur siswi itu agar tak menyebutnya Nol Besar lagi, dia seharusnya di panggil Sangat Sempurna mulai sekarang. In Ha juga berkata bahwa itu menakjubkan. Tapi bukan Dal Po yang dia maksud, melainkan TV.
“Aku memberitahu semua orang sampai wajahku membiru bahwa itu hanya rumor palsu, namun tidak satupun dari kalian percaya padaku. Tapi satu penampilan di TV, dan rumor langsung dibersihkan dalam satu tembakan. Tidak hanya dibersihkan, tapi dibersihkan sepenuhnya.”
“Apa?” Ji Hee masih tak mengerti.
“Para penonton acara ini... Tak satu pun dari mereka akan mengatakan bahwa Dal Po mencuri salinan tes lagi. Bukankah itu sangat menakjubkan?”
In Ha bertanya dengan sumringah pada Ji Hee. Tapi Ji Hee malah bilang In Ha terdengar seperti orang gila. In Ha akhirnya mengetahui karir yang dia inginkan. In Ha menuliskannya di dokumen karir miliknya dengan pulpen. Ji Hee mengingatkan bahwa In Ha tidak akan bisa menggantinya, In Ha harusnya menggunakan pensil. Tapi In Ha berkata dengan yakin bahwa dia tidak akan mengubahnya.
***
Penjual buah ternyata tahu tentang kondisi kakek dan Dal Po. Dia khawatir bagaimana jika kakek pingsan lagi, saat melihat TV dan menyadari bahwa DalPo tidaklah bodoh tapi sebenarnya sangat pintar. Maka kakek akan menyadari bahwa Dal Po bukan putra kandungnya.
Dal Pyung pun menghubungi kakek untuk memastikan kakek tidak menonton TV. Dal Pyung merasa lega setelah mendengar bahwa kakek tidak menonton TV. Dal Pyung bilang dia akan segera pulang dengan membawa makan malam.
Kakek memang tak menonton TV, tapi kakek ada di kamar In Ha melihat kertas bukti yang dibuat In Ha. Kakek membaca tulisannya.
“Bukti bahwa nilai sempurna Choi Dal Po bukanlah hasil curang.”
Kakek tampak memikirkan sesuatu.
***
Dal Po dan Chan Soo diminta menuliskan nama dan nomor identitas oleh Gyo Dong. Asisten PD menyerahkan uang hadiah yang sudah dipotong pajak 22% (gede banget!). Asisten PD penasaran tentang taruhan di awal Quiz, apakah Chan Soo akan benar-benar memukul wajah Dal Po sepuluh kali. Asisten PD tertawa.
“Bukankah itu sangat menyenangkan, PDnim?” tanya asisten PD dan mendapat tatapan tajam. “Kurasa aku satu-satunya yang menganggap ini lucu.”
Chan Soo, Dal Po dan Gyo Dong sama-sama menunggu lift. Gyo Dong lalu bertanya pada Dal Po, kenapa Dal Po menyerahkan jawaban terakhir pada Chan Soo. Dal Po tersenyum, dia tidak menyerahkan pada Chan Soo tapi memang dia tidak tahu.
“Apakah kau berpikir bahwa TV adalah sebuah lelucon? Tampak bagiku bahwa kau ingin memainkan lelucon pada temanmu... tapi itu adalah lelucon yang seharusnya tidak dimainkan.”
Chan Soo membenarkan perkataan Gyo Dong tadi. Dal Po terdiam memikirkan perkataan Gyo Dong, hingga dia tak ikut masuk ke dalam lift.
Saat pintu akan tertutup, Dal Po menahan dan membukanya kembali. Tapi Dal Po tidak masuk, dia hanya berdiri di pintu dan bicara pada Gyo Dong.
“Tidak, aku tidak berpikir TV adalah sebuah lelucon. TV bisa membunuh orang yang tidak bersalah hanya dengan satu pernyataan. Jadi bagaimana... aku akan berani berpikir bahwa TV adalah sebuah lelucon?” Dal Po menatap tajam Gyo Dong.
Dal Po melanjutkan, “Tapi karena kau bertanya, aku akan memberikan jawaban. Alasan mengapa aku memberikan jawaban terakhirku... adalah karena jika aku menjawab pertanyaan terakhir dengan benar...maka aku harus kembali ke lubang ini lagi minggu depan.”
Dal Po kemudian berkata dengan emosi bahwa tempat itu penuh manusia yang berkeliling mengoceh tentang sekumpulan kebohongan yang didasarkan bukan pada sesuatu kecuali spekulasi mereka sendiri. Hanya penuh dengan orang-orang yang terus-menerus bersenjata dengan mic dan kamera mereka. Hanya berpikir bernafas di oksigen yang sama dengan orang-orang buruk seperti itu sudah cukup membuat Dal Po merasa jijik dan mencekiknya.
“Jadi berpikir harus kembali ke stasiun TV... terdengar lebih buruk daripada kematian itu sendiri. Apakah aku…sudah menjawab pertanyaanmu?”
Dal Po melepaskan pegangannya pada pintu lift. Pintu lift pun tertutup tanpa Dal Po. Dal Po menundukkan kepala, mungkin merasa lega setelah mengeluarkan uneg-unegnya tentang TV. Sementara itu Gyo Dong tampak memikirkan perkataan Dal Po.
Setelah turun dari lift, Gyo Dong teringat dengan peristiwa lima tahun yang lalu, saat dia masih menjadi reporter. Saat itu Jae Myung mengamuk setelah ibu dan adiknya bunuh diri. Jae Myung merusak kamera pada reporter. Jae Myung berteriak marah bahwa mereka semua (para reporter) yang sudah membunuh ibu dan adiknya.
“Mereka mati karena kebohongan yang kalian katakan!”
Gyo Dong menghela nafas mengingatnya. Chan Soo yang mengira Gyo Dong tak terima dengan perkataan Dal Po, meminta maaf atas nama Dal Po. Chan Soo bilang PD Gyo Dong pasti sudah melihat bahwa Dal Po tidak punya norma sosial. Tapi Gyo Dong bilang semua yang dikatakan Dal Po adalah benar, bahwa TV bisa menjadi sangat mengerikan.
***
Dal Po dan Chan Soo menaiki bis yang sama. Mereka duduk di jok belakang, di sisi yang berlawanan.
In Ha pulang ke rumah dan mendapati kertas bukti miliknya yang berantakan. In Ha pun terkejut dan takut jika Kakek yang melihatnya. In Ha segera keluar menemui Kakek yang sedang kesusahan menggaruk punggung.
Sambil membantu menggaruk punggung, In Ha bertanya apa kakek tadi masuk ke kamarnya? Kakek bilang tidak, memangnya ada apa. In Ha bilang bukan apa-apa. Kakek gantian bertanya kenapa In Ha pulang sendiri, bagaimana dengan pamannya.
“Paman pulang terlambat dari rumah temannya. Sekitar pukul 8?” In Ha berbohong. “Hik.” In Ha menutup mulutnya.
Kakek kemudian bilang bahwa sendi-sendinya kaku. Kakek melihat langit dan berkata sepertinya akan turun hujan, apa Dal Po membawa payung.
***
Chan Soo terus memandangi Dal Po, dan Dal Po melihatnya dari pantulan cermin. Tapi saat Dal Po menoleh, Chan Soo pura-pura tak melihat Dal Po. Dal Po bertanya apa Chan Soo menyukainya. Chan Soo mengelak, apa Dal Po sudah gila.
Dal Po pun menjelaskan bahwa dia bisa melihat bayangan Chan Soo. Dal Po pun meminta Chan Soo mengatakan apa yang ingin dia katakan. Chan Soo meminta Dal Po membiarkannya mengajukan 3 pertanyaan.
“Apakah kau hanya berpura-pura bertindak bodoh sepanjang waktu ini?”
“Ya.”
“Kau harus terus bertindak seperti orang bodoh. Kenapa tiba-tiba membuka rahasia tentang kecerdasan mu?”
“Untuk ikut acara quiz.”
Chan Soo tak percaya mendengarnya. “Kau tahu bahwa kau tidak punya karakter manusia, kan? Aku pikir kau benci berada dalam sebuah acara.”
“Itu benar, aku benci.”
“Lalu mengapa kau muncul di acara quiz?”
Dal Po tidak mau menjawab karena 3 pertanyaan Chan Soo sudah habis. Chan Soo pun mengumpat Dal Po karena kesal.
***
In Ha memberi makan ayam. In Ha lalu melihat langit yang mendung. In Ha bergumam prediksi kakek selalu benar. In Ha lalu melihat payung tergantung di dinding. In Ha sepertinya berpikir untuk menjemput Dal Po.
“Lupakan saja. Jangan buang waktumu dengan mengkhawatirkannya. Basah kuyup dalam hujan masih jauh dari cukup untuk anak nakal itu! Hik.”
In Ha cegukan, dan dia pun merasa kesal.
***
Hari sudah malam dan hujan ketika bis sampai ke terminal. Chan Soo sudah dijemput ibunya dengan payung dan mobil. Chan Soo menoleh pada Dal Po yang berteduh di pinggir gedung. Chan Soo menatap Dal Po, dan Dal Po balas menatap dengan biasa. Chan Soo lalu masuk ke dalam mobil dan dia serta ibunya pun pergi tanpa memberikan tumpangan pada Dal Po.
Dal Po bergumam kalau dia akan mati kedinginan. Dal Po lalu melihat In Ha yang tertidur sambil duduk dari kejauhan. Dal Po pun teringat kejadian sebelumnya.
Bahwa dia tidak tidur saat In Ha menggenggam tangan Chan Soo berterima kasih karena akan diberikan sepeda. Saat itu Dal Po tampak tak senang dan pura-pura tidur saat In Ha menoleh ke arahnya.
Dal Po juga tanpa sengaja mendengar pengakuan Chan Soo yang akan menyatakan cinta pada In Ha di televisi.
Dal Po memandang In Ha saat mengerjakan tes pengetahuan umum. Karena In Ha Dal Po pun mulai mengerjakan tes, dengan jawaban yang sempurna itu. Hingga membuat In Ha bertanya kenapa Dal Po tiba-tiba mengungkapkan kemampuannya sekarang.
Dal Po masih memandang In Ha yang tertidur. Dal Po pun menjawab pertanyaan In Ha saat itu yang tidak dia jawab.
“Karena aku menyukaimu. Karena…aku menyukaimu.”
In Ha terbangun dan melihat Dal Po. In Ha melambaikan tangan, “Hei, Nol Besar! Maksudku, Dal Po-ya!”
In Ha segera membuka payung menuju Dal Po. Tapi sayang payungnya rusak, tak bisa dibuka. Dal Po tersenyum. In Ha pun kembali berteduh dan ngomel kenapa dia tak memeriksa payungnya lebih dulu. In Ha kemudian tak melihat Dal Po lagi. In Ha memaksakan diri memakai payung rusak itu dan memanggil Dal Po.
Dal Po muncul di belakang In Ha. Memakaikan pembatas jalan ke kepala In Ha dan membuang payung yang dipegang In Ha. Dal Po juga mengambil satu pembatas jalan dan memakainya di kepala. Dal Po tersenyum pada In Ha, dan berkata bahwa In Ha harus menggunakan itu pulang ke rumah.
“Oke. Jangan salah paham, Dal Po-ya. Aku datang ke sini atas perintah Kakek. Aku tidak punya pilihan selain untuk datang karena dia khawatir kau akan mendapatkan kuyup. Hik. Aku tidak punya pilihan.”
Dal Po tersenyum tipis, “Kau baru saja mulai cegukan.” (yang artinya In Ha bohong..)
In Ha mengalihkan pandangan dari Dal Po dan menjelaskan bahwa cegukannya itu bukan karena dia bohong tapi karena dia kedinginan, jadi jangan ada kesalahpahaman apapun. Lalu In Ha bertanya apa yang sebelumnya ingin dikatakan Dal Po saat siaran. “Choi In Ha, jika aku menang..”, Dal Po baru berkata sampai situ.
“Jika aku menang…” Dal Po berhenti sejenak memikirkan lanjutannya. “Aku akan mengatakan untuk tidak turun dari sepedaku mulai sekarang.”
“Mengapa? Apa artinya? Apa kau, mungkinkah..” In Ha menatap Dal Po. “Mungkinkah..”
“Jika aku memutar waktu kembali. Aku harus pergi saat itu. Mereka adalah perasaan yang seharusnya tidak aku rasakan. Dan seseorang yang seharusnya aku tidak pernah punya perasaan padanya.”
Kita diperlihatkan pada apa yang ditulis In Da di dokumen karirnya. Sepertinya In Ha menulis ‘reporter’.
Jae Myung mengawasi rumah si penderita Pinocchio yang menjadi saksi bahwa ayahnya masih hidup dan melarikan diri (padahal salah orang). Jae Myung berkata dalam hati pada ayahnya.
“Ayah.. Hari ini adalah hari penuntutanmu berakhir, ayah. Aku cukup membenci orang-orang yang membuatmu dalam pelarian untuk membunuh mereka. Tapi aku berharap bahwa apa yang orang-orang katakan itu benar. Bahkan jika kau dalam pelarian. Tidak apa-apa jika orang-orang menumpahkan kesalahan padamu. Hanya…aku berharap bahwa kau masih hidup. Aku merindukanmu…ayah.”
Jae Myung menangis dan mendekap selebaran yang memasang foto ayahnya.
Hujan membuat gundukan tanah dekat gedung yang terbakar lima tahun lalu, terkikis. Dan tampaklah tengkorak serta baju seragam pemadam kebakaran milik Ketua Tim Pemadam, yaitu ayah Ha Myung (Dal Po) dan Jae Myung.
“Sebelum perasaan itu tumbuh… sementara aku masih bisa kembali..aku harus pergi.”
In Ha masih penasaran dengan Dal Po, tapi dia tak bisa melanjutkan kata-katanya.
“Mungkin apa?” Dal Po tersenyum. “Kau tidak memikirkan sesuatu yang aneh kan?”
“Apa?”
“Aku tidak menang..dan seperti sekarang, kau tidak perlu naik sepedaku. Jadi, jangan ada kesalahan apapun.” Dal Po menirukan gaya bicara In Ha sebelumnya.”
In Ha dengan panik bilang dia tahu itu dan dia tidak membuat asumsi. Tapi In Ha cegukan, membuat Dal Po tersenyum. In Ha kembali bilang bahwa yang dia katakan itu benar, dia tetap cegukan karena dingin. Hik. In Ha yang malu menutupi wajahnya. Sementara itu senyum Dal Po semakin lebar.
“Aku pikir bahwa perasaanku saat itu akhirnya akan mereda seiring dengan berjalannya waktu. Dan kemudian, aku berpikir aku bisa pergi dengan mudah.
Karena malu, In Ha berjalan duluan meninggalkan Dal Po yang masih memandangnya.
“Tapi itu asumsi bodoh… sebuah alasan.. untuk tetap berada disisinya.”
Dal Po menghela nafas menatap In Ha.
***
Bersambung ke episode 3~
Komentar:
Melihat Kakek yang pura-pura tak melihat kertas bukti milik In Ha tentang Dal Po yang mendapat nilai sempurna, membuatku berpikir kakek tahu siapa Dal Po sesungguhnya. Tapi sejak kapan kakek tahu? Apakah sejak dia menemukan Dal Po di laut? Ataukah beberapa lama setelahnya? Atau malah setelah melihat kertas bukti In Ha? Sepertinya kita masih harus menunggu untuk mendaoat jawabannya, mengingat drama ini baru 2 episode. XD
Dalam percakapan terakhir, In Ha tidak mengira Dal Po menyukainya kan? Tapi sepertinya begitu, makanya In Ha juga engga menyebutkannya. Andai In Ha tahu bahwa Dal Po memang menyukainya.
Meski Dal Po tahu In Ha adalah putri dari orang yang dia benci, Dal Po tetap tak bisa melawan perasaannya untuk In Ha. Dan sepertinya perasaan Dal Po ini sudah mendalam. Buktinya dia dengan sengaja menunjukkan kepandaiannya sekarang untuk mencegah Chan Soo menyatakan cinta di TV. Tapi sayang dia malah dituduh mencuri salinan soal.
Dal Po sepertinya akan menjadi pelindung rahasianya In Ha. Sama seperti Park Soo Ha melindungi Jang Hye Sung di IHYV. ;p
Waaahh first coment
ReplyDeleteDaebak daebak dadbak unnie
In ha imut banget :)
Daebak..
ReplyDeleteSemakin keren mbak,
Bener sprt park soo ha melindungi jang hye sung..
Sepertinya lee jong suk ini kuat dgn karakter pintar dari 3 drama yg dia bintangi selalu pinter deh karakternya. Di ichyv jd murid yg pinter di Doctor stranger jd doctor yg jenius, nah di sini pintar jg.. Nah satu lagi di secret garden jg, jadi penulis lagu yg pinter..
ada satu chingu yang di school 2013 dy jadi murid ga terlalu pinter n agak bermasalah... tapi karakternya kuat bgt, aktingnya juga tetep daebaaak... :)
DeletePnuh teka teki
ReplyDeleteBerarti ayahnya dal po dah mati y.?
ReplyDeleteKasiaan kan ya..ayahny mninggal bneran..walau emng susaah seh klo idup...ledakanny kn d dpan muka tu...
Deletebtw knpa acting jong suk slalu kreen ya...nyentuh jiwa bgd...bkin nangiis...tp satu hal tu rmbuut kpn gntii..aaah
Paling bagus pas adegan d lift...akting lee jong suk bener2 daebakkkk
ReplyDeleteJadi kepingin nonton langsung deh. Kalo ada park shin hye bikin gemes!
ReplyDeletelucu dech nonton drama pinocchio ini .. selain banyaknya yg saling reunian..... dan juga plot2 yang rada2 sama dengan drama jong suk sebelumnya...
ReplyDeletepertama .... jong suk selalu dikisahkan bersama seorang ayah .. meski dlam drama ini jong suk memiliki ibu, tetapi kisahnya lebih condong ke ayahnya ... dlm IHYV dan DS juga seperti itu, bahkan yang jadi ayahnya ha myung juga main bareng jong suk di DS
ekspresi jong suk seperti kesal mengepalkan tangan juga sama persis saat soo ha kesal pada pengacara cha ....
dan masih banyak lagi
dan lucunya lagi aktor jung in ki memerankan seorang pemadam kebakaran yang meninggal dalam suatu insiden (sama seperti di secret garden yang juga tayang di SBS) hehehehe
dan barusan aku googling ... ternyata pemeran ahn chan soo seumuran sama jong suk.. sama2 kelahiran '89, aku kira dia lebih muda... mungkin karena postur dan juga mukanya (menurutku)
eh ternyata.... lucu ....
dan sebelumnya aku rasa sudah pernah menonton drama yang pemainnya lee joo seung (ahn chan soo)... eh ternyata didramanya in guk--high school king of savvy
Wih..hebat deh sampe ngadain 'penelitian',hehe..
DeleteAda satu lagi yg plotnya sama, lompatan waktu ke satu tahun sebelum tahun skrg. Pas ihyv kan loncat ke 2012 dulu,br pas sooha ilang ke 2013. Pinocchio di prev loncatnya ke 2013,,ntah nanti ada kejadian apa utk loncat ke 2014 nya.
Mgkn krna org yg sama jd ekspresinya jg sama,sooha dan dalpo..
Aq liat ayahnya hamyung sbnrnya ingetnya ke drama Gapdong,muka licik gt.. Heu..
Yg main jd ahn chansoo emg imut2.. He..
bukan penelitian mbak, karena saking fans-nya sama aktingnya jong sok aja...hehehhehe
Deletelove storynya juga.... langsung jatuh cinta di awal episode
mbak mumu,,, kalo mw download drama ini dmna ya? sama subtille indo nya juga. tolong dijawab ya,,, makasih
ReplyDeleteaku biasa donlot di idws, semuanya dari sana..
DeleteOhya aku baru sadar ayah hamyung itu yg main di doctor stranger!!! Yg jadi pengawal si menteri jahat itu kan? Yg bawa lolipop?
ReplyDeleteyup, itu orangnya.. :)
DeleteJiahhh...si in ha kemana" bwa plaster...woo bin mana woo bin..hahahaha....#efektheheirs... pengen liat gmna para reporter" itu tau klo bpknya dal po meninggal >_< #berpikirkeras...makasih mba mumu tuk episode 2 nya...
ReplyDeletewah akhirnya tahu klo ayah nya udah ninggal, tapi koq gak bisa ktemu tu tumpukan nya.. wah, semakin menarik nich. semangat mbak buat selanjutnya...
ReplyDeleteWaaaaahh,, kaka ny dal po ngeliat tengkorak ayahnya yaa..
ReplyDeleteJeng jeng jeng
ReplyDeletesudah kuduga kalau ayah mereka tewas. adegan yang tengkorak dibuat tepat setelah doa Jae Myung, ahh jadi sedih U.U
sang kakek, hmm aku kira beliau sudah pulih lama. tp beliau terlalu sayang sama Ha Myung sehingga terkesan pura2 masih sakit. ckckck, tp kalau dibiarkan terus, kapan In Ha dan Ha Myung jadian? #loh
btw, aku suka banget sama peran Park Shin Ye di drama ini. dia kelihatan kocak banget, hahaha tapi kecantikannya tak pernah pudar^^
sekian. gomawo utk sinopsisnya
semangat menulis!!!
이종숙 and 박신혜 emang daebakkkkkkk ^_^
ReplyDelete