Pinocchio Episode 4 – 1
Ternyata percakapan In Ha dan Dal Po di dengar oleh Dal Pyung yang juga ke atap untuk mencari In Ha. Dal Pyung mendengar sejak Dal Po menahan In Ha untuk membakar buku sampai Dal Po mengajak In Ha untuk bersama-sama menjadi reporter.
Awalnya Dal Pyung tampak kesal pada Dal Po. Tapi saat cegukan In Ha berhenti, Dal Pyung terlihat lega melihatnya.
***
Episode 4 – Romeo dan Juliet
Buku-buku In Ha dimasukkan kembali ke dalam koper. Dal Po dan In Ha turun dari atap bersama-sama. In Ha akan meminjamkan buku-bukunya pada Dal Po dan dia akan meminjamkan catatan (rangkuman) yang dia buat selama tiga tahun terakhir. In Ha bilang Dal Po harus merasa beruntung, karena dia bahkan tidak memberikan catatannya pada orang lain. Dal Po berterima kasih dengan terpaksa.
In Ha bilang mereka bisa merahasiakan belajarnya Dal Po, tapi In Ha khawatir kakek akan pingsan lagi setelah mengetahui seberapa pintarnya Dal Po saat nanti sudah jadi reporter.
“Hanya karena aku ingin menjadi seorang reporter tidak berarti bahwa aku benar-benar bisa menjadi salah satunya. Apakah kau pernah mendengar tentang seorang sopir taksi menjadi wartawan?”
In Ha bilang sopir dan reporter tidak ada bedanya (pelafalan dalam bahasa korea-nya mirip). Dal Po meminta In Ha untuk tidak khawatir tentang semua itu sebelum waktunya, lagipula hanya ada nol kesempatan untuknya menjadi reporter. Dal Po hanya akan mulai belajar tanpa ketahuan kakek.
In Ha menanyakan taksi, apa Dal Po akan berhenti? Tentu saja tidak, itu sumber penghasilannya. Dal Po akan belajar di sela-sela pekerjaannya sebagai sopir taksi, karena tidak ada kesempatan dia benar-benar akan berhasil menjadi reporter. Tapi In Ha bilang kesempatannya 50-50.
“Ini artinya bahwa sopir taksi sepertimu, dan Pinocchio seperti diriku memiliki kesempatan lima puluh persen untuk menjadi seorang reporter. Kita berhasil atau tidak. Itu salah satu atau yang lainnya.”
“Kau benar. Karena itu salah satu atau yang lainnya, ada kesempatan lima puluh persen.”
In Ha tersenyum membenarkan.
Sementara itu Dal Pyung melamun di atap.
***
Di bantu Dal Po dan kakek, In Ha mengembalikan buku-buku miliknya ke lemari. In Ha bertanya pada kakek, apakah ayahnya akan marah jika dia mengatakan pada ayahnya kalau dia tidak menyerah untuk menjadi seorang reporter. Kakek bilang kenapa In Ha repot-repot mengajukan pertanyaan yang In Ha sudah tahu jawabannya. In Ha bertanya lagi bagaimana cara dia mendapatkan ijin ayahnya.
“Kau tidak perlu ijin. Jika itu yang telah kau putuskan kau ingin lakukan, maka kau hanya perlu melakukannya.”
“Tapi, tetap saja…”
“Apa yang bahkan lebih sulit daripada menempatkan uang orang lain ke dalam sakumu, adalah memaksa ide-ideku masuk ke dalam kepala orang lain dimana mereka tidak mempercayainya. Itu sesuatu yang bahkan tidak yang dapat dilakukan orangtua.”
Dal Pyung masuk ke dalam rumah. In Ha bergegas menyambutnya di ruang tengah dan meminta maaf karena sudah membuat ayahnya sangat khawatir. In Ha menjelaskan bahwa dia gagal lagi dalam wawancara, padahal dia hampir berhasil melakukannya.
In Ha lalu bilang ingin mengatakan sesuatu, tapi In Ha meminta ayahnya untuk tidak marah dan hanya mendengarkannya saja. In Ha beringsut bersembunyi di punggung Dal Po.
Belum sempat In Ha mengatakan apa yang ingin dia katakan, Dal Pyung mengajak Dal Po bicara berdua di luar (Dal Pyung memanggil ‘hyung’). Kakek heran Dal Pyung ingin bicara dengan Dal Po dan bukan In Ha.
In Ha juga heran dan bertanya pada Dal Po, kenapa ayahnya ingin bicara dengan Dal Po bukan dengan dirinya.
Dal Po juga tidak yakin. Dal Po menepuk tangan In Ha dan menenangkannya, dia akan bicara dengan ayah In Ha. Dal Po pun mengambil jaket dan menyusul Dal Pyung keluar rumah.
In Ha masih heran dengan hal itu, dan bertanya pada kakek, bukan hanya dia yang merasa aneh kan?
Di luar, Dal Po memberi tahu Dal Pyung (Dal Po memanggil ‘ahjussi’) bahwa In Ha masih ingin menjadi reporter. In Ha sudah siap menyerah karena janji yang dia buat dengan Dal Pyung, tapi Dal Po tidak berpikir In Ha mampu menyerah pada mimpinya. Dal Po bahkan menyebutkan pepatah yang tadi sebutkan kakek: “Apa yang bahkan lebih sulit daripada menempatkan uang orang lain ke dalam sakumu, adalah memaksa ide-idemu sendiri masuk ke kepala orang lain.”
Setelah bicara panjang lebar, ternyata bukan tentang itu yang ingin Dal Pyung bicarakan dengan Dal Po. Dal Pyung memberitahu bahwa dia melihat Dal Po dan In Ha bicara di atap sebelumnya. Dal Po menegang.
“Jika aku benar tentang apa yang aku pikirkan... kau memiliki perasaan untuk In Ha. Apakah aku salah?”
Dal Po tak mampu berucap, dia hanya menggelengkan kepala. Tanda bahwa memang benar dia punya perasaan pada In Ha.
“Apakah In Ha merasakan hal yang sama?”
Dal Po bilang tidak, In Ha tidak tahu bagaimana perasaannya. Dal Pyung bertanya lagi, sejak kapan Dal Po punya perasaan pada In Ha? Dal Po tidak yakin, dia hanya tahu itu sudah berlangsung lama.
“In Ha adalah..satu dan hanya putri satu-satunya yang berharga. Dia lebih cantik dan penting untukku daripada orang lain di dunia ini. Itu sebabnya aku tidak pernah mau melihatnya terluka dan aku ingin dia bahagia, dan bersama seseorang yang bisa memanjakannya.”
“Ya..” ujar Dal Po pelan.
“Itu sebabnya tidak peduli dengan siapa In Ha berakhir, tidak ada yang akan pernah cukup baik untuknya di mataku. Bahkan jika dia membawa pulang seseorang yang lebih hebat dari Im Hong Ryong, aku masih akan memilih, mengajukan pertanyaan, dan berdebat melawan dia. Di sisi lain...kau…”
“Aku kekurangan dalam banyak hal.” Potong Dal Po seolah tahu apa yang ingin dikatakan Dal Pyung. “Aku seorang yatim piatu yang bahkan tidak tahu dari mana dia berasal dan aku tidak memiliki kekayaan atau kekuatan untuk bicara.”
Dal Po menambahkan, bahwa dia sadar perasaannya pada In Ha tidak mungkin dan melewati batas. Itu sebabnya dia tidak pernah bertindak dengan perasaannya dan akan terus seperti itu. Dal Po meminta Dal Pyung untuk tidak khawatir karena baginya keluarga mereka akan selalu menjadi yang pertama. Dia tidak akan pernah melakukan apapun yang membahayakan keutuhan keluarga.
“Aku akan melupakan perasaanku, jadi jangan khawatir.”
“Terima kasih.”
***
Dal Po dan Dal Pyung kembali ke rumah. In Ha yang sedang menggosok gigi langsung keluar dan menanyakan alasan ayahnya yang memilih bicara dengan Dal Po daripada bicara langsung padanya. Ayah kesal, In Ha sangat menjijikkan. Ayah menyuruh In Ha bicara padanya setelah selesai menggosok gigi.
Tapi In Ha terus bicara dengan mulut berlepotan pasta gigi. Dal Pyung memikirkan perkataanya tentang In Ha pada Dal Po, bahwa In Ha cantik dan penting untuknya dan seterusnya.
Dal Pyung menatap penampilan In Ha dari atas sampai bawah. Dia seakan tak percaya pada dirinya sendiri sudah mengatakan hal itu, di saat In Ha yang berada di hadapannya ini tidak cantik sama sekali.
In Ha bilang dia ingin ayahnya itu menghormati keputusannya. Dal Pyung mendorong In Ha kembali masuk ke kamar mandi karena In Ha membuatnya malu.
“Memalukan? Siapa? Aku? Apa yang memalukan?”
“Semuanya!”
“Ayah, aku benar-benar ingin menjadi seorang reporter!”
“Lakukan, pergilah dan menjadi reporter.” ujar ayah sambil menutup pintu kamar mandi.
In Ha nongol lagi, “Benarkah? Apakah ayah serius? Paman, kau dengar itu? Dia memberi saya ijin!”
Dal Pyung kembali mendorong In Ha ke kamar mandi. Dal Pyung sekilas melirik Dal Po lalu berjalan pergi. Dal Pyung sepertinya tidak ingin Dal Po melihat In Ha dalam ‘kondisi’ seperti itu, atau Dal Pyung hanya tidak suka Dal Po dan In Ha akrab. Hehe..
***
Ahjussi yang saat itu makan bersama Jae Myung memotret bemper mobil Jae Myung. Dia pikir Jae Myung harus mengganti bemper mobilnya dan meminta kompensasi. Jae Myung tidak masalah, bemper memang dimaksudkan untuk penyok. Ahjussi itu kesal karena Jae Myung terlalu lembut, dia menyuruh Jae Myung untuk mendapatkan kompensasi minimal 100 ribu won. Jae Myung pun akhirnya mengiyakan.
Ahjussi kemudian memberitahu bahwa penghancuran pabrik yang Jae Myung sebutkan sebelumnya sudah ditetapkan tanggalnya, yaitu tanggal 5 bulan depan. Dan mereka akan menggunakan bahan peledak. Jae Myung bilang dia tetap ingin bergabung. Ahjussi berkata lagi bahwa ada rumor pabrik itu dihantui, apa Jae Myung tidak takut? Jae Myung hanya tersenyum tipis.
“Bahkan jika itu hanya sosok hantu… Aku berharap aku bisa melihatnya lagi.” ujar Jae Myung dalam hati.
***
In Ha menggamit tangan Dal Po dan menariknya masuk ke kamarnya. In Ha ingin Dal Po membaca sesuatu. Dal Po menarik tangannya yang digamit In Ha dan membaca artikel di laptop. Artikel itu tentang stasiun YGN yang masih membuka lowongan untuk tahun ini. Mereka tidak melihat latar belakang pendidikan. Hanya tes tertulis, tes kamera, dan proses wawancara.
“Ini adalah tempat yang sempurna untuk sopir taksi, dan Pinocchio seperti kita.”
“Ini pengujian buta?” Dal Po tidak pernah tahu jika ada tempat yang melakukan hal itu. “Apakah kau tidak akan memberitahu mereka bahwa kau seorang Pinocchio?”
Tidak. In Ha bilang selama dia tidak ditanya tentang hal itu, maka dia bisa melakukannya tanpa cegukan. In Ha lalu memberikan buku-buku yang harus mulai dipelajari Dal Po. In Ha bertanya-tanya, akankah waktu satu bulan cukup bagi Dal Po untuk mempelajari semua buku itu?
Dal Po melihat buku-buku itu, dan berkata bahwa satu minggu cukup untuknya. In Ha menyebut Dal Po konyol, bagaimana bisa Dal Po membaca semua buku itu dalam seminggu. Dal Po kemudian menyebutkan bahan-bahan dalam shampoo. Dal Po menunjuk kepalanya dan berkata bahwa dia mengisi kepala lebih cepat daripada kebanyakan orang, jadi In Ha jangan khawatir.
In Ha pun teringat 8 tahun yang lalu Dal Po bahkan membaca semua buku di perpustakaan, jadi In Ha pun akhirnya percaya. In lalu menunjukkan catatan yang dibuat dan beberapa artikel yang dia kumpulkan. Dal Poo menatap In Ha, lalu menghela nafas.
Dal Po membawa buku-buku tadi ke kamarnya. Begitu menutup pintu, Dal Po teringat pada perkataan Dal Pyung. Bahwa tidak ada seorang pun yang akan dia anggap cukup baik untuk In Ha, seperti perasaan setiap ayah di dunia ini pada putrinya.
Dal Po juga teringat pada perkataannya. Bahwa dia menyadari perasaannya pada In Ha itu tidak mungkin dan melewati batas, itulah sebabnya dia tidak pernah bertindak sesuai perasaannya dan akan terus seperti itu.
Dal Po mengingat perkataannya sambil teringat saat dia dan In Ha pulang hujan-hujanan dan saat dia menemukan foto In Ha di lantai lalu memasukkan foto itu ke dompetnya (yang menurutku berarti ada beberapa tindakan Dal Po yang melibatkan perasaannya).
Dal Po meletakkan bukunya dan mulai belajar. Setiap pagi Dal Po mencatat apa yang tertulis di koran dari koran-koran yang ada di depan rumah tetangga dan juga rumahnya. Saat ada kakek, Dal Po bersembunyi dan melanjutkan setelah kakek masuk. Tapi tanpa Dal Po sadari kakek tersenyum melihatnya.
Dal Po juga pergi ke perpustakaan bersama In Ha. Dal Po melihat In Ha menghalangi wajahnya agar tidak terkena sinar matahari dengan sebuah buku. Dal Po lalu duduk di dekat jendela, menghalangi sinar matahari ke wajah In Ha, tapi dia bersikap biasa saja. Pura-pura bahwa dia melakukannya tidak sengaja.
Dal Po berlatih bicara seperti seorang reporter yang melaporkan sebuah berita. Dan tentu saja In Ha memandunya. In Ha bahkan mencubit pipi Dal Po, agar Dal Po bicara dengan mulut lebar. In Ha memberi jempol saat Dal Po berhasil melakukannya.
Kakek masuk ke kamar Dal Po yang tertidur di meja. Kakek membuka buku-buku yang ada di meja Dal Po. Buku-buku bersampul komik, tapi isinya bukan. Kakek merasa heran. Lalu kakek membelai kepala Dal Po dan memikirkan sesuatu.
***
Kakek pergi ke toko majalah dan membuka salah satu majalah anak muda dan membelinya. Pemilik toko mengingatkan bahwa itu adalah majalah untuk anak muda. Kakek bilang dia tahu itu. Kakek lalu menghubungi Dal Po.
Kakek menyeret Dal Po masuk ke sebuah salon. Dal Po tidak mau masuk, karena dia pikir lebih baik pergi ke tukang cukur. Kakek berteriak menyuruh Dal Po melakukan saja apa yang dia katakan. Kakek mendudukkan Dal Po.
Kakek lalu meminta pegawai salon untuk memotong rambut Dal Po dengan gaya sesuai dengan yang ada di majalah.
Setelah itu kakek juga membawa Dal Po ke butik dan meminta pegawai memberikan baju untuk Dal Po dengan gaya yang dia baca di majalah. Kakek ingin membuat Dal Po terlihat seperti pria pesolek (rapi jali).
Kakek menunggu Dal Po selesai berpakaian. Dal Po keluar dengan penampilan yang sangat berbeda, membuat kakek pun tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apakah itu benar-benar Dal Po?
Tak berhenti di situ, kakek membawa Dal Po untuk dipotret. Dal Po tampak gugup dan memasang senyum dipaksakan. Kakek memintanya untuk tidak gugup. Dal Po pun tersenyum.
Di halte, Dal Po menatap patulan dirinya di kaca. Dal Po bertanya apakah kakek baik-baik saja? Karena penampilannya, tidak lagi terlihat seperti anak kakek. Kakek tertawa dan berkata kalau Dal Po adalah anaknya. Kakek membandingkan dirinya dengan Dal Po di kaca.
Kakek bilang Dal Po mirip dengannya. Kakek mungkin tidak tampak seperti itu sekarang, tapi dulu kakek cukup tampan untuk mencari nafkah dari penampilannya. Dal Po tersenyum. Lalu kakek membuang sepatu lama Dal Po ke tempat sampah.
“Jadi, apa yang aku katakan adalah...jangan terlalu mengkhawatirkan aku..dan melakukan berbagai hal secara rahasia, dan menjalani hidupnya dalam persembunyian hanya untukku.”
“Aku tidak menyembunyikan apa pun dari ayah.”
“Kau tidak perlu berbohong. Aku tahu bahwa karena perhatianmu untukku, kau telah menjaga berbagai hal tersembunyi, dan telah berpura-pura menjadi putraku untuk kebaikanku.”
Dal Po terbelalak terkejut. Dal Po ingin mengatakan sesuatu, tapi kakek kemudian masuk ke dalam bis yang sudah tiba.
Di dalam bis, Dal Po berjongkok di hadapan kakek. Dal Po bertanya sudah berapa lama kakek tahu kalau dia bukan anak kakek? Ternyata kakek sudah lama tahu, setahun sejak Dal Po hidup dengannya. Kakek tidak mengatakan apapun, karena jika kakek takut Dal Pyung akan meminta Dal Po untuk pergi.
“Ayah..” Dal Po meneteskan air mata.
“Pada awalnya..aku terus berpura-pura karena aku mengasihanimu. Tapi sekarang, aku tetap berpura-pura karena aku mengasihani diriku sendiri dan ingin kau tetap berada disisiku. Jadi kau bisa berhenti pura-pura di sekitarku..dan mulai menjalani hidupmu dengan cara yang kau inginkan, ya?”
Kakek mengelus kepala Dal Po yang semakin terisak.
“Wajah tampanmu..dan otak cerdasmu..kau tidak perlu menyembunyikannya lagi. Tidak apa-apa untukmu menjalani hidupmu dengan terbuka, bagaimanapun kau inginkan. Ya? Karena aku baik-baik saja.”
“Ayah…” Dal Po menyandarkan wajahnya ke pelukan kakek dan terus menangis.
“Maafkan aku, Dal Po-ya. Terima kasih, Dal Po-ya.” Kakek memeluk dan mengelus kepala Dal Po dengan sayang.
***
Begitu pulang ke rumah. Dal Pyung tidak mengenali Dal Po. Dal Pyung bertanya siapa Dal Po? Kakek memberitahu kalau itu adalah kakaknya Dal Pyung. Dal Pyung terkejut. In Ha yang kemudian keluar kamar pun sama terkejutnya, lalu mengolok Dal Po yang berubah.
Kakek meminta In Ha dan Dal Pyung untuk tidak lagi bersikap tidak sopan pada Dal Po. Kakek bilang Dal Po mirip dengannya, dia pintar dan dapat menampar setiap aktor di wajah dengan ketampanannya. Kakek memberikan kedipan mata, kode agar Dal Po bersikap seperti biasanya.
Dal Po pun menyangkal pernyataan kakek barusan dan bergaya dengan konyol. In Ha tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Sedangkan Dal Pyung membandingkan gaya putrinya dan Dal Po, juga mengingat perkataannya pada Dal Po yang menyebutkan bahwa In Ha cantik..
“Kau harus melakukan ini sejak lama. Bagaimanapun penampilanmu tidak begitu buruk! Paman, kau mendapat cap persetujuanku. Luar biasa.”
“Pakaianmu lah yang luar biasa.” Ujar Dal Pyung dengan kesal.
Dal Pyung mencela pakaian yang dikenakan In Ha sudah busuk dan harus dibuang. In Ha menyusul ayahnya beranjak pergi. In Ha menanyakan alasan kenapa pakaian itu harus dibuang, itu kan hadiah kelulusan dari ayahnya.
Dal Pyung bilang berarti dia yang bodoh karena tidak menyadari bahwa In Ha akan memakainya langsung seribu hari. Dal Pyung menyuruh In Ha membuangnya.
Kakek dan Dal Po memperhatikan mereka yang mulai bertengkar lagi. Kakek mengedipkan mata lagi pada Dal Po, tanda agar Dal Po tidak perlu khawatir ketahuan Dal Pyung. Kakek dan Dal Po masuk ke kamar masing-masing.
In Ha memakan lagi snack yang dia simpan di bajunya. In Ha bilang ayahnya aneh. Baru saja bulan kemarin ayahnya bilang bahwa dia lebih cantik daripada Miss Korea. Dal Pyung membela diri kalau dia sedang mabuk. Tapi In Ha bilang ‘ada kebenaran dalam anggur’.
“Ayah bilang aku begitu cantik sehingga bahkan tidak akan sakit untuk melekatkan aku di mata.”
“Sakit! Sakit! Bahkan bintik debu di mata sakit, jadi pikirkan kau menempel di mataku! Lihatlah dirimu. Kau terlihat lebih seperti binatang, bukan manusia.”
In Ha pun bertanya apa ada yang membuat ayahnya tidak senang sehingga berkata seperti itu padanya? Dal Pyung bilang jika In Ha terus bersikap ceroboh dan berpenampilan seperti itu di rumah, bagaimana jika misalnya Dal Po berpikir In Ha mudah dan mulai punya pikiran lain terhadap In Ha.
In Ha terkejut dan menyebutnya pemikiran Dal Pyung itu konyol. Tapi menurut Dal Pyung itu tidak bodoh. Jika seorang gadis tampak kekurangan seperti In Ha sekarang, maka pria tidak akan menganggapnya serius dan menggampangkan. Dan seperti itulah In Ha sekarang. Dal Pyung yang sudah bekerja sangat keras untuk membesarkan In Ha dengan benar, tidak mau melihat In Ha bersama seorang bajingan seperti Dal Po.
“Ya ampun, itu sangat konyol. Itu tidak akan pernah terjadi.” ujar In Ha.
“Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Hal-hal seperti ini sering terjadi di dunia ini.”
“Ayah, Dal Po tidak pernah dalam hidupnya bahkan melihatku sebagai seorang wanita, dan aku tidak pernah menganggap Dal Po sebagai seorang pria, selain sebagai paman. Apa yang Ayah katakan tidak akan pernah terjadi, jadi berhenti mencemaskan omong kosong seperti itu!”
Dal Po yang mendengar percakapan terakhir ini lalu menutup pintu kamarnya.
In Ha akan kembali ke kamarnya, tapi kemudian kembali mendekat pada ayahnya dan mengatakan bahwa Dal Po bukanlah tipe pria yang bisa Dal Pyung bicarakan tanpa rasa hormat. Meskipun In Ha kesal untuk mengatakannya, tapi Dal Po cukup cerdas untuk mencapai sesuatu hanya dalam satu bulan, dimana In Ha sendiri belum mampu melakukannya selama tiga tahun.
“Tidak ada seorang pun di kelompok usia kami yang se-pekerja keras dan se-jujur Dal Po. Dengan ketampanan Dal Po, kepribadian, dan otak, dia bukan hanya salah satu yang baik, tapi dia di atas satu persen dari pemenang. Dan tentu saja, aku di peringkat tertinggi pemenang!”
Dal Pyung mencubit mulut In Ha dengan kesal. In Ha pun mengeluh kesakitan.
Di kamarnya Dal Po membuka sampul komik yang menutupi judul buku yang sebenarnya dan mulai membaca. Sedangkan In Ha dikamarnya merasa kepanasan karena perkataan ayahnya tentang dia dan Dal Po. In Ha bilang itu benar-benar konyol.
***
Satu bulan kemudian…
Seorang reporter bernama Jang Hyun Kyu sedang bersiap untuk take berita. Ada yang lucu. Dia memakai setelan lengkap di bagian atas, tapi di bagian bawah dia mengenakan celana training. Hyun Kyu mengeluh pada rekan kameramennya bernama Im Jae Hwan tentang berita yang akan mereka liput, yaitu tentang audisi penerimaan karyawan baru. Bahkan sudah dua minggu berturut-turut.
Jae Hwan memberitahu bahwa mulai bulan depan MSC News akan bersaing di slot waktu jam 10 mereka, jadi produser mencoba menemukan bintang baru untuk mengeraskan kompetisi.
“Mengapa mereka tidak mengadakan saja audisi seperti bintang K-Pop untuk itu? Apakah mereka bahkan tidak malu kualitas berita mereka siaran?” keluh Hyun Kyu lagi.
Jae Hwan tak menggubris dan meminta Hyun Kyu membuka ikat kepalanya. Hyun Kyu tidak mau karena ada yang bilang seseorang akan terlihat lebih berwibawa jika memperlihatkan alis. Jae Hwa bilang Hyun Kyu tidak berwibawa, hanya keras kepala.
Jae Hwan mengambil paksa ikat rambut itu, dan merapikan rambut Hyun Kyu dengan ludahnya. Dia menyuruh Hyun Kyu mencukur rambut. Jae Hwan kesal, karena keras kepala Hyun Kyu itulah orang-orang tidak menyukainya. Masih dengan kesal Jae Hwan meminta Hyun Kyu bersiap untuk memulai.
Hyun Kyu juga memasang tampang kesalnya. Tapi sesaat kemudian dengan profesional dia mulai memaparkan liputannya.
“Setiap orang bisa menjadi wartawan, tapi tidak sembarang orang bisa menjadi salah satunya. Proses seleksi akhir untuk pencarian reporter YGN tahun 2013 akan didasarkan pada tes tertulis, serta wawancara langsung.”
In Ha dan Dal Po tampak mengikuti ujian.
Disebutkan juga bahwa berbeda dengan stasiun lainnya, YGN mencari standar etika dan kualifikasi yang dibutuhkan seorang reporter. YGN memilih reporter terbarunya tidak tidak didasarkan pada latar belakang pendidikan mereka, namun berdasarkan keterampilan dan bakat saja. Semua pengujian akan dilakukan secara anonim. Dengan kata lain disebut proses pengujian buta.
Yoo Rae dan beberapa peserta memasuki gedung. Tak ketinggalan Bum Jo juga tiba di depan gedung YGN dengan mobil mewahnya.
Lee Young Tak berbicara di televisi, menyambung Hyun Kyu. Orang yang sedang dicari YGN tidak harus membutuhkan latar belakang pendidikan yang kuat, tetapi seseorang yang dapat berkomunikasi dan berhubungan dengan banyak suara orang yang berbeda.
Tim MSC melihat berita itu. Gong Joo tak percaya YGN benar-benar melakukan pencarian reporter itu. Il Joo berpendapat mungkinkah YGN melakukan itu karena tahu bahwa mereka akan bersaing untuk slot waktu utama. Il Joo bahkan melihat hal ini sebagai PR (public relation / iklan) yang baik untuk mereka. Gong Joo menyanggah, berita tidak membutuhkan iklan selama mereka menyediakan berita baik.
Tapi Gong Joo dibuat kaget karena pimpinan malah menanyakan iklan itu, apakah sudah disiapkan? Cha Ok memberitahu bahwa mereka akan memulai iklan slot waktu terbaru minggu depan. Tapi itu tidak akan memberi mereka cukup waktu untuk membalik meja. Karena rating penonton untuk YGN dua kali lipat dari rating mereka saat ini.
“Bagaimana jika menciptakan sebuah reality show karyawan baru kita sendiri? Hampir seperti reality talk show?” Gong Joo mengajukan saran yang tak mendapat tanggapan sama sekali.
Cha Ok menatap wajah In Ha yang terlihat di tayangan televisi. Cha Ok memikirkan iklan yang akan bisa membalik meja (iklan yang menggemparkan) sambil menekan-nekan pulpen miliknya, seperti saat dia mewawancara In Ha. (Haduuhh…jangan-jangan Cha Ok merencanakan sesuatu untuk mengacaukan YGN dengan menggunakan In Ha)
***
Sesi tes kamera. Semua berlatih membawakan berita. Termasuk In Ha. Dal Po dan Bum Jo memperhatikan In Ha. Bum Jo sepertinya sudah mengenali In Ha. In Ha kesal karena dia salah menyebut ‘MSC News’, seharusnya YGN. In Ha memukuli kepalanya sendiri.
Dal Po melihat In Ha masih mengenakan kancing yang waktu itu dia jual. Dal Po bertanya kenapa In Ha tidak melepaskan kalung itu? In Ha balik bertanya kenapa dia harus melepaskannya?
Dal Po tidak berpikir mimpi itu mimpi yang bagus. In Ha mengenakan itu di wawancara terakhir dan gagal. Dal Po meminta In Ha melepaskan kalung itu, dan dia akan mengembalikan uang In Ha. Tapi In Ha tidak mau karena menurutnya itu mimpi yang bagus.
“Karena itu mimpimu, Ayahku memberi saya untuk ini dan kita juta berdua berhasil melewati tes tertulis dan tes wawancara buta. Dan juga tidak ada yang tahu bahwa aku Pinocchio. Semuanya hal yang baik.”
In Ha melarang Dal Po mengambilnya kembali. Dal Po tersenyum. Dal Po lalu bertanya tentang tes selanjutnya, apakah mereka hanya akan di tes pengucapan lisan di depan kamera? In Ha tidak yakin. Dia ragu bahwa itu hanya tes pengucapan lisan sederhana.
Hyun Kyu masuk ke ruang tunggu para peserta dan memanggil lima peserta untuk masuk ke ruang tes kamera. Nomor 19 (Dal Po), 103 (Yoo Rae), 211 (belum tahu namanya), 444 (In Ha) dan 467 (Bum Jo). Mereka semua kemudian masuk ke ruang tes.
Setelah menyimpan tas di tempatnya, Dal Po menatap Bum Jo dengan aneh.
Lalu Yoo Rae yang mengenali In Ha menyapanya. Yoo Rae bilang mereka pernah bertemu sebelumnya kan? Tapi In Ha tidak merasa seperti itu. In Ha bilang penampilannya cukup umum, jadi In Ha sudah sering mendengar orang lain mengira mereka pernah bertemu.
In Ha sepertinya pura-pura, karena dia takut ada orang yang mengenalinya sebagai Pinocchio.
Yoo Rae pun tak membahas lagi. Tapi dia teringat pernah bertemu In Ha sebelumnya, saat wawancara di MSC. In Ha yang merentangkan tangan di lobby, dan In Ha yang merasa senang mendengar Song Cha Ok sebagai salah satu pewawancara. Saat itu Yoo Rae menganggap In Ha lawan yang tangguh.
Semua sudah bersiap di depan mikrofon masing-masing. Yoo Rae memperhatikan In Ha yang masih saja berlatih pengucapan. Kali ini Yoo Rae melihat In Ha tak hanya sebagai bagian dari pekerjaan dan lawan yang tangguh tapi juga tidak ada tanda-tanda terintimidasi sedikitpun. Yoo Rae pun kemudian ikut latihan suara.
In Ha menoleh pada ke samping. Yoo Rae sudah tak memperhatikannya lagi, tapi ada orang lain yang memperhatikan In Ha sambil tersenyum manis. Seo Bum Jo. In Ha merasa tak nyaman, dan mencoba memalingkan wajah. Hal ini pun tak luput dari perhatian Dal Po.
Bum Jo tiba-tiba bersin, membuat semua orang menoleh padanya. Tapi dengan cool dia kembali tersenyum memandang In Ha. (sumpah ini bikin ngakak).
***
Bersambung ke bagian 2 ~
Komentar:
Lucu liat Dal Pyung yang sepertinya menyesali diri telah mengatakan bahwa In Ha cantik di depan Dal Po, padahal kenyataannya dari yang terlihat In Ha berantakan. Apalagi setelah Dal Po berubah jadi ganteng, hehe..
Benar dugaanku sebelumnya, Kakek Choi sudah tahu kalau Dal Po bukan anaknya dan pintar. Makanya dia tidak membahas kertas bukti yang dia baca di kamar In Ha waktu itu. Kakek Choi mencintai Dal Po seperti anaknya sendiri. .Dan kini kakek ingin Dal Po menjalani kehidupannya yang seharusnya. Sekarang tak penting lagi Dal Po mirip dengan anaknya atau tidak, karena Dal Po memang sudah menjadi anaknya.
daebak ....
ReplyDeletepark shin hye makin cantik,,
makasih mbak mumu sinopsisnya, ditunggu part 2 nya ya mbak ...
semangat .. :) :)
aaarrghhhhh...... episode 4 yang membuatku menangis............
ReplyDeletescene di bus itu sangat menyentuh T_T
sungguh-sungguh-sungguh... sangat mengharukan ..............
dengan wajah tampannya dan stelan yg keren jong suk menangis dengan harunya ...........................
oh haraboji ... tengkyu karena selama ini kakek sangat mencintai urri dal po :) hehehhe
Wiihh... Akhirny dal po di makeover, tmbh ganteng n lebh fresh dgn penampilanny spt itu... Ikut sedh sy liat dal po nangs gt di pelukn kakek, g nyangka klo kakek sngt begtu menyayanginy walau tau dia buknlh anakny...hiks..hiks.. Ayo sist di tunggu part 2ny. Thx ^^
ReplyDeleteDalpo ganteng binggo
ReplyDeleteIya adegan d bus bikin nangis.... π_π
ReplyDeleteKalo ngeliat dal po udah di make over gini jadi inget park so ha .
ReplyDeleteUrri jongsuk emang the best deh :D
Daebak
ReplyDeleteLanjutkan unnie !!
Adegan ∂ɪ̣̝̇
ReplyDeletebus benr2 bikin mewekkk...(●̮̮__●̮̮)hiks(●̮̮__●̮̮)hiks ...horeee akhirx jong suk oppa udh kembali dgn rmbut aslix..stlh capek ªķέ wig †я̲̅u§ ..=)) ♓ªª² ♓ªª² ♓ªª² =))
Smga sehat selalu mb..
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّنْ
Wah, emg bagus dech sinopsis nya... Makasih banget mbak...
ReplyDeleteOke lanjut
ReplyDeleteDal Po dan kakek, that is awesome. dugaanku berarti benar. kakek sudah mengetahui sejak lama kalau Dal Po itu Ha Myung, bukan Dal Po anaknya. sedih U.U di sisi lain, ayah In Ha yang mengatakan soal tameng yang ia gunakan untuk sang putri juga membuatku sedih U.U
ReplyDeleteoke, sekian. terima kasih sinopsisnya
semangat menulis!!!
Suka banget sama couple park shin hye dan lee jong suk cocokk,
ReplyDeletejadi ngefans sama lee jong suk semenjak liat drama i can hear your voice dan drama ini