Pinocchio Episode 4 – 2
5 jam yang lalu…
Dalam perjalanannya menuju YGN, Bum Jo bertelepon dengan ibunya. Dia bilang kalau dia akan segera mengenali Pinocchio karena dia pernah mengirimkan foto dalam salah satu pesannya. Nyonya Ro Sa merasa lega mendengarnya, tapi bagaimana jika Pinocchio tidak lulus ujian tulis seperti Bum Jo, bagaimana Bum Jo akan menemuinya jika dia gagal.
Bum Jo baru menyadarinya. Dia setuju saat ibunya menawarkan diri untuk mencari tahu apakah Pinocchio gagal atau tidak. Karena Bum Jo tak punya alasan untuk pergi jika Pinocchio tidak lolos. Tapi kemudian Bum Jo bilang ibunya itu tidak perlu melakukannya, karena dia menemukannya.
Bum Jo ternyata melihat dan mengenali In Ha yang sedang berdidi di dalam bis. Kebetulan mobil Bum Jo berhenti tepat disamping bis saat di lampu merah. Bum Jo melepas kacamata hitamnya dan tersenyum senang melihat In Ha.
Tak hanya membuka kacamata, Bum Jo kemudian membuka kaca dan atap mobil. Bum Jo terus tersenyum memandang In Ha sambil terus melajukan mobilnya sejajar dengan bus.
Orang-orang di dalam bus merasa heran melihat Bum Jo yang membuka atap mobil, karena di luar dingin dan dia pasti kedinginan. Begitupun Dal Po dan In Ha melihat heran pada Bum Jo yang terus saja tersenyum. Dal Po heran apa maksud dari pria itu, dan dia pikir pria itu menatap In Ha.
Dal Po kemudian bertanya apa pria itu seseorang yang dikenal In Ha? In Ha bilang tidak. In Ha kemudian terbelalak karena Bum Jo mengedipkan mata padanya. Dal Po mengepalkan tangan karena kesal.
Rasa cemburunya muncul. Dal Po menarik tangan In Ha dan membuatnya berdiri di belakangnya. Dal Po bahkan menghalangi In Ha dengan tangannya, seolah dia takut Bum Jo akan mengambil In Ha. Tapi In Ha masih mengintip ke arah Bum Jo.
Bum Jo kemudian mengenakan kacamatanya lagi dan melaju. Dal Po dan In Ha saling berpandangan tak mengerti apa maksud pria itu.
Kembali ke ruang tes kamera, Bum Jo masih tersenyum menatap In Ha. Tapi kemudian pemandangannya terhalang karena Dal Po maju menghalangi arah pandangnya. Dal Po bilang Bum Jo harus segera menyeka hidung karena tes akan segera di mulai. Bum Jo menyeka hidung dan berterima kasih karena Dal Po sudah mengingatkannya.
Hyun Kyu kemudian meminta mereka untuk berdiri di depan mikrofon sesuai dengan urutan nomor tes. Bum Jo pindah ke samping In Ha, dan Dal Po ada diurutan pertama.
Para juri kemudian masuk ke ruangan, Lee Young Tak disusul seorang pria (yang belum saya tahu namanya), dan Hwang Gyo Dong. Gyo Dong disindir karena tidak bercukur. Young Tak bilang paling tidak Gyo Dong mengenakan setelan jas yang menunjukkan usahanya. Tapi Gyo Dong yang disindir diam saja.
Dal Po terbelalak melihat Gyo Dong. Dal Po mengenalinya sebagai PD quiz yang pernah dia ikuti 8 tahun yang lalu. Dan Dal Po pernah bilang padanya bahwa Dal Po lebih baik mati daripada kembali ke stasiun TV lagi. Dal Po memalingkan wajah. Dia bergumam kalau dia sepertinya akan gagal, kenapa harus Gyo Dong dari semua orang yang ada.
Lee Young Tak yang sekarang sudah menjadi Direktur Berita mengumumkan bahwa mereka akan memulai tes kamera. Peserta diminta untuk melihat berita pendek pada layar monitor di depan mereka dan melakukan laporan singkat.
Peserta nomor 211 mengajukan pertanyaan. Apakah mereka berlima akan diberikan berita singkat yang sama? Gyo Dong membenarkan.
Jae Hwan yang mendengarnya merasa tak adil dan mengatakannya pada Hyun Kyu yang ada disampingnya.
Jae Hwan: “Tapi itu tidak adil untuk orang pertama. Orang berikutnya akan mengambil isyarat dari kesalahan orang pertama dan memperbaikinya.”
Hyun Kyu: “Kau pikir begitu? Aku cenderung tidak setuju. Aku tidak berpikir itu tidak adil.
Jae Hwan: “Benarkah?”
Gyo Dong kemudian mengumumkan bahwa mereka akan memulai dari peserta nomor 19 (Dal Po). Gyo Dong sempat menatap Dal Po, seperti merasa pernah bertemu. Dal Po sudah terlihat tegan, tapi kemudian Gyo Dong mempersilahkan Dal Po untuk memulai.
Dal Po kemudian memperkenalkan diri sebagai peserta nomor urut 19 dan akan segera memulai. Dal Po melihat pada layar monitor yang menampilkan seekor burung dan kucing sedang berkelahi.
“Seekor kucing dan burung terlihat berkelahi di jalan masuk ke sebuah rumah. Saat burung terbang ke udara untuk menyerang kucing, kucing memundurkan tubuhnya seakan dikejutkan oleh serangan itu. Burung itu tanpa henti terus menyerang kucing. Tapi kucing itu menunggu kesempatan, dan menerkam burung itu dalam sekejap mata. Tiga puluh menit pertempuran kedua antara kucing dan burung berakhir dengan kemenangan kucing.”
Dal Po menyudahi laporannya dan tampak tidak puas. Para juri memberikan penilaian dalam kertas mereka. Dan Jae Hwan kembali berkomentar.
Jae Hwan: “Itu agak dingin. Semua dia lakukan adalah menggambarkan aksi di layar.”
Hyun Kyu: “Kau pikir begitu? Aku tidak setuju.”
Berikutnya, Yoo Rae. Dia memperkenalkan diri sebagai nomor urut 103 dan akan segera memulai.
“Seekor burung menukik dan memulai serangannya terhadap kucing. Burung itu terus menyerang pada kucing yang berjalan, dan kucing hanya tenang bertahan dari serangan burung yang bertubi-tubi. Tapi kucing itu tidak bisa lagi menahannya dan balik menyerang burung, dan burung menjadi mangsa kucing mangsa pada akhirnya. Pada akhirnya nasib burung menumbuhkan idiom lama dari anjing kampung yang bodoh.”
Yoo Rae mengakhiri laporannya, dan para juri tampak puas. Jae Hwan memberikan komentarnya.
Jae Hwan: “Dia memiliki suara yang bagus, dan aku menyukai apa yang dia katakan tentang idiom.”
Hyun Kyu: “Kau pikir begitu? Aku tidak setuju.”
Peserta nomor 211. (namanya lupa, tapi wajahnya familiar. Kayaknya Cuma cameo deh..)
“Seekor burung terlihat sedang menyerang kucing. Alasan burung mempertaruhkan hidupnya menyerang kucing adalah karena sarang penuh bayi berada di sekitar. Pada akhirnya, ibu burung yang putus asa mencoba untuk menyelamatkan nyawa bayi berakhir menyedihkan dengan dia yang menjadi makanan untuk kucing mematikan.”
Peserta 211 menyelesaikan laporannya dengan percaya diri, meski tadi semua orang menatapnya dengan rasa terkejut karena yang dia ucapkan tentang sarang penuh bayi tidak tampak di layar.
Jae Hwan: “Sebuah sarang... Aku bahkan tidak pernah memikirkan itu. Tidak buruk sama sekali.”
Hyun Kyu: “Kau pikir begitu? Aku tidak setuju.”
Jae Hwan: “Aku setuju. Peserta 444 mendapat jackpot. Dia (211) memberinya jawaban, jadi dia mendapatkan tumpangan gratis.”
Hyun Kyu: “Kau pikir begitu? Mari kita lihat apakah dia mengambilnya atau tidak.”
Giliran In Ha. Tapi In Ha masih terdiam, dan tampak ragu untuk memberikan laporan gilirannya. Semua melihat ke arahnya. Lalu tiba-tiba Bum Jo kembali bersin, membuyarkan lamunan In Ha. In Ha pun kemudian memulainya.
“Di rumah pribadi di siang hari bolong, burung menukik untuk menyerang kucing di punggungnya. Kucing memundurkan tubuhnya seakan dikejutkan oleh serangan itu. Kucing tidak bisa lagi menahan serangan dan terbang ke udara menerkam burung dalam sekejap mata.”
In Ha menyudahi laporannya dan tampak tidak yakin. Begitu pun para juri dan peserta lain termasuk Dal Po yang tidak percaya In Ha tidak memperbaiki laporan dari peserta 211.
Jae Hwan: “Apa yang dia lakukan? Dia tidak mengambil jawaban yang diberikan?”
Hyun Kyu: “Siapa yang tahu? Mungkin dia tidak berpikir bahwa itu jawabannya.”
Kali ini Gyo Dong mengomentari peserta. Dia bertanya kenapa In Ha menekuk wajahnya? In Ha berkata kalau dia merasa seolah-olah dia baru saja gagal dalam tes. Gyo Dong bertanya lagi, kenapa In Ha merasa seperti itu? Karena In Ha percaya bahwa peserta 211 memberikan laporan yang baik.
“Lalu kenapa Anda tidak mengikuti cerita dari jejaknya?”
“Saya ingin…tapi saya tidak bisa.”
“Kenapa tidak bisa?”
“Itu karena saya tidak bisa berbohong.” Dal Po dan Bum Jo terbelalak mendengar jawaban In Ha ini.
“Mengapa Anda tidak bisa berbohong?”
“Itu karena saya…” Ucapan In Ha ini terpotong oleh Dal Po dan Bum Jo yang berkata secara bersamaan. “Seorang reporter.” (Mereka rupanya sama-sama ingin melindungi In Ha dari pengakuan kalau dia seorang Pinocchio).
In Ha menoleh pada Bum Jo yang ikut melindunginya. Dan semua orang menatap Bum Jo dan Dal Po bergantian atas ucapan mereka yang memotong In Ha.
Dal Po kemudian melanjutkan bahwa dia percaya seorang reporter seharusnya tidak berbohong atau memberikan laporan palsu. Pernyataan itu membuat Gyo Dong bertanya apakah Dal Po menyiratkan bahwa peserta 211 berbohong?
Dal Po membenarkan. Karena rekaman yang mereka lihat di layar tidak cukup memberitahu mereka apakah kucing benar-benar tenang dan apakah burung benar-benar menyerang kucing tanpa penyebab yang valid. Tanpa terlebih dahulu memvalidasi keberadaan sarang burung didekatnya, tidak dapat diketahui apakah burung itu hanya mencoba untuk melindungi bayinya.
In Ha ikut menambahkan, dia percaya orang sebelumnya memiliki kemungkinan penyebabnya untuk meyakinkan laporan yang dia berikan (Dal Po menghela nafas lega karena In Ha kembali percaya diri). Tapi In Ha percaya bahwa seorang reporter seharusnya tidak pernah melaporkan apapun yang belum terbukti.
Young Tak: “Bahkan jika itu berarti siaran gagal?”
In Ha membenarkan dengan lesu atas serangan pertanyaan itu. Peserta 211 tersenyum sinis.
Gyo Dong lalu mempersilahkan peserta 467 untuk memulai laporannya. Tapi jawaban Bum Jo mengejutkan semua orang. Dia bilang bahwa dia tidak akan memberikan laporan.
“Seperti yang dinyatakan oleh peserta 444, saya tidak percaya setiap spekulasi atau kesimpulan dapat dibuat dari apa yang Anda ditampilkan pada layar. Karena kurangnya bukti, saya tidak akan membuat laporan. Seperti peserta 444, saya sendiri percaya bahwa siaran gagal lebih baik daripada memberikan laporan palsu.”
Semua orang tampak terkejut dengan jawaban Bum Jo. In Ha merasa tak enak karena Bum Jo seakan memihak padanya. Sedangkan Dal Po terlihat tidak suka karena Bum Jo memihak In Ha. Dan Gyo Dong tersenyum tipis.
Jae Hwan: “Dia orang gila.”
Hyun Kyu: “Kau pikir begitu? Aku…”
Jae Hwan menyela dengan kesal: “Aku tahu! Kau tidak setuju.”
Hyun Kyu: “Tidak, aku akan setuju. Dia adalah orang gila terbesar yang pernah aku lihat.”
Jae Hwan: “Lupakan saja.”
***
Para juri meninjau nilai hasil penjurian sebelumnya. Mereka diharuskan untuk memilih dua orang. Lee Young Tak bilang ada banyak peserta yang unik, dan dia sedikit frustrasi tidak mengetahui apapun tentang spesifikasi mereka karena pengujian buta.
Para juri pun bergosip bahwa mereka diberitahu ada seorang supir taksi yang menjadi finalis, mantan sasaeng fans, dan seorang pewaris kekayaan (anak chaebol). Young Tak penasaran apakah mereka bisa memilih ketiganya, ataukah mereka sudah dieliminasi. Lalu Young Tak dikejutkan oleh sesuatu. Err..tepatnya seseorang.
Yoo Rae yang menempelkan wajahnya ke kaca, mencoba menguping pembicaraan pada juri di dalam. Juri (yang aku belum tahu namanya) sedikit tertawa, dan berkata bahwa mereka sudah punya seseorang yang seperi Yoo Rae. Young Tak penasaran, siapa orang itu.
Ternyata yang dimaksud adalah Gyo Dong, yang diduga juga merupakan seorang sasaeng fan seperti Yoo Rae saat masih muda. Gyo Dong berkelit bahwa dia hanya terobsesi karena ingin menjadi seorang reporter yang baik.
Saat Yoo Rae sibuk mencoba menguping dan mengintip, Dal Po dan In Ha berjongkok dengan cemas. In Ha merasa mungkin dia gagal lagi. Dal Po bilang itu mungkin. In Ha cemas, apa yang harus mereka lakukan jika Dal Po juga gagal karenanya.
Dal Po bilang itu tidak akan menjadi kesalahan In Ha. Dan baginya lebih baik mereka berdua gagal jika mereka tidak lulus bersama (jadi lebih baik gagal berdua daripada salah satu yang lulus).
“Tidak, itu tidak benar. Salah satu dari kita harus lulus. Apakah itu kau atau aku.” In Ha lalu sadar kalau dia keceplosan bicara.
Dal Po pun tak percaya dengan yang dia dengar, “Apakah itu kau atau aku? Hei, apakah kau mengatakan bahwa kau akan baik-baik saja jika kau lulus tanpa aku?”
“Hah? Tidak. Masalahnya adalah...”
In Ha menghindar untuk melanjutkan perkataannya dan berdiri. Dal Po menghalangi In Ha dengan tangan kanannya dan meminta In Ha memberitahunya. Apakah yang tadi itu perasaan In Ha?
In Ha menghindar lagi dan hendak pergi. Tapi Dal Po kembali menghalangi In Ha dengan tangan kirinya.
Kini In Ha berada di tengah-tengah tangan Dal Po. Dal Po merasa bahwa tebakannya tadi benar. In Ha mengelak, dia bilang bahwa dia akan senang kalau mereka berdua bisa lulus bersama.
Karena tak ada jalan ke kanan dan ke kiri, In Ha menurunkan badannya ke bawah sambil berkata bahwa jika mereka tidak bisa lulus bersama, maka menurutnya satu yang lulus lebih baik daripada tidak ada yang lulus. Dal Po ikut menurunkan badannya. (pandangan In Ha lain,,mungkinkah In Ha mulai terpesona dengan ketampanan Dal Po? Hehe..)
“Itu bukan yang aku rasakan. Ini berarti kecuali kita berhasil bersama-sama. Jika kau gagal, maka aku akan berhenti juga.” ujar Dal Po.
“Tidak, jangan lakukan itu. Kau harus tetap tinggal jika kau berhasil. Itu terlalu sia-sia jika kau tidak tinggal.”
In Ha menatap mata Dal Po yang menatapnya. Lalu In Ha merasa kepanasan. Apakah hanya dia yang merasa kepanasan.
Dari jauh Bum Jo melihat kedekatan Dal Po dan In Ha itu. Dia lalu berteriak dengan kencang bahwa hasil tes kamera sudah muncul. Dal Po dan In Ha segera berdiri, melihat Bum Jo yang menatap tak suka pada mereka.
Lalu Yoo Rae berlari melewati mereka untuk melihat hasilnya, disusul para peserta lain. In Ha dan Dal Po juga segera berlari menuju papan pengumuman.
Dari 15 nomor peserta tes yang lolos, ada nomor Dal Po, Yoo Rae, In Ha dan Bum Jo. Peserta 211 yang melakukan tes bersama mereka, yang memberi laporan dengan tidak berdasarkan bukti, tidak lolos.
Kakek mendapatkan laporan dari Dal Po bahwa dia dan In Ha lulus tes kamera dan akan melanjutkan ke tahap akhir. Kakek memuji mereka dan memberikan semangat agar mereka melakukan yang terbaik.
Kakek memberitahu Dal Pyung yang juga ada disana. Dal Pyung pun tersenyum senang.
Sambil bersiap pergi kakek berkata, jika semuanya berjalan lancar maka paman dan keponakan akan bekerja bersama di perusahaan yang sama. Dal Pyung terusik dengan kalimat ‘bersama di perusahaan yang sama’. Dal Pyung lalu membayangkan suatu kemungkinan yang terjadi.
Dal Po mengingatkan In Ha untuk sarapan sebelum pergi bekerja. Dal Po memberikan sepotong roti panggang pada In Ha. In Ha lalu melihat dasi Dal Po yang tidak rapi.
In Ha menggigit rotinya dan mencoba merapikan dasi Dal Po.
Dal Po menatap In Ha lekat-lekat dan berkata kalau dia tidak tahu mengapa mengikat dasi sangat sulit baginya.
Dal Pyung kembang kempis melihat bayangannya itu.
Dal Po kemudian menggigit sisi lain dari roti panggang yang ada di mulut In Ha.
Dal Pyung tak tahan lagi melihatnya. Dia mengambil bantal dan melemparkannya ke arah bayangan Dal Po dan In Ha, sambil berteriak kesal apa yang Dal Po pikir sudah dia gigit itu. Tapi sayang, pada kenyataannya bantal itu mengenai kepala kakek yang sedang duduk memakai sepatu.
Kakek terkejut dengan apa yang terjadi. Begitu juga Dal Pyung yang langsung menghampiri kakek.
Kakek memukul wajah Dal Pyung dengan bantal, beraninya Dal Pyung memperlakukan ayahnya seperti itu. Kakek terus memukuli wajah Dal Pyung dan memakinya. Dal Pyung memeluk kakek meminta maaf, dan bilang kalau dia mencintai ayahnya itu. (adegan ini bikin sakit perut karena ketawa XD)
***
Jae Hwan dan Hyun Kyu sedang istirahat menikmati snack. Jae Hwan bertanya pada Hyun Kyu, apakah dia yakin mereka tidak perlu merekam penilaian? Hyun Kyu membenarkan karena itu bisa dianggap sebagai fitnah. Jae Hwan bingung, kenapa bisa begitu?
Hyun Kyu kemudian menjelaskan, sambil diperlihatkan ruangan tes akhir.
“Itu adalah sebuah penilaian akhir, sehingga akan menjadi persaingan sengit. Lawan harus dihilangkan dalam rangka bagi mereka untuk bertahan, sehingga mereka harus memfitnah, menjatuhkan, dan melakukan apa yang harus mereka lakukan untuk menjatuhkan satu sama lain.”
Para peserta yang lolos dan para juri duduk di meja bundar. Dal Po dan In Ha duduk berhadapan. Sedangkan Bum Jo duduk tepat disamping In Ha, dan dia masih saja menatap In Ha dengan lekat. Dal Po yang melihatnya pun tidak suka dan berdehem, tapi Bum Jo tak peduli.
Kembali pada Jae Hwan dan Hyun Kyu. Setelah mendengar penjelasan Hyun Kyu, Jae Hwan merasa semua orang akan sangat kompetitif karena keputusan akan dibuat setelah tes ini.
Jae Hwan lalu mengajak rekan yang lain untuk makan bersama. Hyun Kyu protes karena Jae Hwan tidak mengajaknya.
Jae Hwan lalu mengajak Hyun Kyu, tapi Hyun Kyu menolaknya. Jae Hwan pun kesal dan melemparkan biskuit, yang bisa ditangkap dengan baik oleh mulut Hyun Kyu. Hyun Kyu malah berterima kasih dan menikmati biskuit itu beserta kopi yang ada di tangannya. (Hadeuuhh..dia yang minta diajak, pas diajak malah gak mau. Siapa yang gak kesel coba.. >.<)
***
Tes akhir pun dimulai. Dalam tes ini akan di tayangkan sebuah topik berita dari beberapa tahun yang lalu, dan setelahnya akan diadakan diskusi terbuka. Para juri akan mengevaluasi kemampuan para peserta berdasarkan diskusi itu.
Dal Po memberikan jempol tanda semangat pada In Ha, dan In Ha membalasnya. Mereka saling melempar senyum.
Namun ketika berita mulai ditayangkan, senyum Dal Po memudar. Ternyata berita yang ditayangkan adalah berita tentang kecelakaan yang menimpa ayahnya. Bahwa dalam sebuah kebakaran, Ki Ho Sang, Kepala Pemadam yang merupakan ayah kandung Dal Po membawa masuk sembilan pemadam kebakaran masuk ke dalam gedung. Mereka semua tewas kecuali Ki Ho Sang yang masih menghilang.
Dal Po yang kini sudah dewasa, mulai mencerna dan lebih memahami kejadian itu. Dalam tayangan, seorang saksi Manajer gudang mengatakan bahwa dia sudah bilang pada Kepala Pemadam bahwa tidak ada orang di dalam gedung, tapi dia tetap masuk (padahal kita tahu ini kesaksian palsu). Dal Po juga melihat dalam tayangan kesaksian tetangganya yang menderita Pinocchio bahwa dia melihat Ki Ho Sang dengan matanya sendiri. Dan dia bilang kalau dia Pinocchio, sehingga tidak mungkin dia berbohong.
Masih dalam tayangan, Cha Ok mengatakan bahwa masyarakat marah karena Ki Ho Sang tidak dikenakan tuntutan yang lebih besar. Lalu tayangan beralih pada kejadian bunuh dirinya istri Ki Ho Sang, yaitu ibu kandung Dal Po.
Cha Ok mengatakan bahwa istri Ki Ho Sang bunuh diri karena sudah tidak kuat lagi menerima siksaan dari masyarakat atas kejahatan yang dilakukan suaminya. Dalam kejadian bunuh diri itu ditemukan sebuah surat yang menyatakan bahwa anak bungsunya pun ikut diajak.
Dal Po sudah tak tahan lagi melihat kembali tragedi dalam kehidupannya. Dia memalingkan wajah dan menutup mata.
Tayangan selesai. Young Tak berkata bahwa seperti yang terlihat itu adalah kejadian dan kasus yang sangat tragis. Meskipun 13 tahun telah berlalu, tragedi itu masih terdengar dengan jelas bagi banyak orang. Lee Young Tak kemudian melemparkan topik diskusi terbuka peserta.
“Seandainya Anda adalah orang yang harus meliput berita itu 13 tahun yang lalu. Saya ingin mendengar pemikiran Anda tentang bagaimana Anda menangani berita tersebut.”
Yoo Rae mengangkat tangan. Dia ingin mengajukan pertanyaan lebih dulu. Yoo Rae bertanya apa yang terjadi pada Ki Ho Sang, Apakah dia masih dianggap hilang? Semua menanti jawaban juri.
Gyo Dong kemudian menjawab pertanyaan Yoo Rae, bahwa sisa-sisa kerangka Ki Ho Sang ditemukan beberapa hari lalu. Semua orang terkejut mendengarnya. Dan tentu saja yang paling terkejut adalah Dal Po. Bahkan dia seakan masih mencerna apa yang baru saja di dengarnya.
Beberapa hari yang lalu..
Di lokasi penghancuran gedung bekas terbakar. Seorang operator alat berat yang bertugas mengeruk tanah membelalakkan mata. Sesuatu muncul dari tanah yang habis dikeruknya. Dia segera memanggil orang-orang untuk mendekat. Jae Myung yang juga bekerja disana ikut menoleh ke arah operator itu.
“Saat mempersiapkan pembongkaran, sisa-sisa kerangka ditemukan di tempat kejadiandan hasil pengujian yang dilakukan pada seragam diverifikasi bahwa sisa-sisa kerangka itu adalah Mr Ki Ho Sang, yang diduga telah hilang 13 tahun yang lalu.”
Gyo Dong menjelaskan. Semuanya terdiam mendengarnya. Dal Po tampak terpancing emosinya. Di saat yang lain menulis untuk mempersiapkan diskusi, Dal Po mengepalkan tangannya, berusaha menahan kesedihan dan rasa terkejutnya.
Kembali ke beberapa hari yang lalu.. Jae Myung mendekat dan terbelalak melihat sesosok kerangka di hadapannya. Jae Myung mulai terguncang saat menyadari bahwa itu adalah seragam milik ayahnya. Jae Myung menutupi wajahnya dengan topi, lalu perlahan dan tertatih mundur ke belakang.
Jae Myung berjalan menjauh dari orang-orang sambil memegangi dadanya. Jae Myung sudah tidak tahan lagi menahan kesedihannya. Dia jatuh duduk berlutu sambil memegang dada dan memanggil ayahnya dalam tangisan.
Jae Myung teringat saat terakhir kali dia berfoto bersama ayahnya dan Ha Myung. Saat itu ayahnya dengan bangga memperlihatkan penghargaan yang di dapatkannya.
Kembali pada Dal Po yang berada di ruangan tes akhir. Dal Po tampak masih menahan perasaannya.
Yoo Rae mulai mengemukakan pendapatnya. Dia percaya bahwa reporter yang meliput acara ini saat itu sebagian besar salah karena menurutnya tidak ada alasan membuat Ki Ho Sang menjadi seorang pembunuh melalui kelalaian pembunuhan.
Bum Jo menyanggah, kesimpulan itu tidak dibuat oleh reporter, tetapi oleh polisi dan para investigator. Dan reporter tidak punya pilihan lain selain menerima keputusan mereka.
Yoo Rae menyanggah, menurutnya membabi buta menerima keputusan adalah sesuatu yang hanya dilakukan oleh anak kecil.
“Seorang reporter yang benar harus sudah menyelidiki lebih dalam untuk mengetahui kebenaran sesungguhnya.”
Peserta lain tak sependapat, dia percaya bahwa reporter sudah melapokan sebanyak yang bisa mereka ingat dari situasi itu. Mereka punya saksi mata dan juga bagian…
Dal Po merasa sesak dan mengendurkan dasinya. Dia teringat kejadian saat para reporter memberondongnya dan Jae Myung dengan berbagai pertanyaan menyudutkan.
In Ha kemudian mengeluarkan pendapatnya, bahwa dia pikir fakta yang dilihat saksi mata Pinocchio bisa menjadi penyebab dengan kontribusi terbesar untuk tragedi ini. Dal Po menatap tajam In Ha yang mirip dengan Cha Ok saat berbicara.
In Ha melanjutkan, “Masalahnya juga terletak pada reporter polisi, dan para investigator yang membabi buta percaya pernyataan itu. Namun, mereka mungkin tidak punya pilihan selain percaya pernyataan itu. Karena tidak ada bukti lain se-konkrit pernyataan yang diberikan oleh seseorang yang tidak bisa berbohong. Meskipun kematian Tuan Ki Ho Sang sangat disayangkan, serta bagaimana ia ditemukan, saya percaya bahwa itu hanya sebuah kecelakaan yang tidak beruntung, dimana tidak ada seorangpun yang bisa disalahkan.”
Semua orang terdiam, tampaknya mereka setuju dengan apa yang dikatakan In Ha. Tapi lain dengan Dal Po, dia yang sejak tadi memperhatikan In Ha bicara mulai mengeluarkan pendapatnya.
“Anda mengatakan tidak ada seorang pun... yang bisa disalahkan untuk ini?” Dal Po menatap tajam In Ha. “Orang percaya bahwa Pinocchio hanya mampu mengatakan yang sebenarnya, bukan? Dan orang-orang juga percaya bahwa reporter hanya melaporkan kebenaran.”
Dal Po mulai emosi dan meninggikan suaranya. Dia bilang Pinocchio dan juga reporter seharusnya sudah fakta bahwa orang-orang bisa langsung percaya apa pun yang mereka katakan. Dan seharusnya hal itu membuat mereka menyadari betapa lebih mematikannya kata-kata mereka daripada yang lainnya. Dal Po memukul meja, membuat In Ha dan yang lain terkejut.
“Mereka seharusnya berhati-hati, dan hati-hati lagi. Tidak mengetahui bahwa itu adalah kesalahan mematikan mereka!” Dal Po menunjuk In Ha dengan emosi. “Kesalahan mematikan itu..sepenuhny menghancurkan sebuah keluarga penuh kasih. Dan orang-orang itu harus membayar harga untuk apa yang sudah mereka lakukan.”
“Saksi Pinocchio hanya menyatakan apa yang telah dilihatnya. Dia tidak bisa tetap diam hanya karena dia mungkin telah salah tentang apa yang dilihatnya.” In Ha yang terlihat terkejut Dal Po begitu emosi, menyanggah.
Dal Po mengangguk-anggukan kepala dengan pelan, lalu berkata, “Melihat pada peserta 444, Saya sekarang menyadari alasan mengapa...seorang Pinocchio tidak bisa reporter. Bahaya dari seseorang yang tidak bisa mengakui ketika mereka salah untuk menjadi reporter, hanya untuk membuat pernyataan dari asumsi yang beralasan. Bahaya dari berbicara sembarangan saat tidak menyadari bobot dari kata-kata yang mereka bawakan... Saya melihat bahaya sekarang.”
Bum Jo menoleh khawatir pada arah In Ha yang sudah berkaca-kaca. Dengan hati-hati In Ha bertanya pada Dal Po, apakah kata-kata tadi ditujukan padanya? Dal Po mengiyakan dengan mantap. In Ha tampak tak percaya Dal Po bisa melakukan hal itu padanya.
Juri pun bertanya apa maksudnya itu, apa Dal Po mengatakan bahwa peserta 444 (In Ha) adalah seorang Pinocchio? Young Tak juga bertanya pada In Ha, apa benar In Ha adalah seorang Pinocchio? Sambil menatap Dal Po, In Ha membenarkan.
Para peserta bisik-bisik membicarakan In Ha yang menyembunyikan tentang hal itu agar bisa lulus. Bahkan Yoo Rae mengatakan kalau In Ha luar biasa karena seorang Pinocchio.
In Ha menghapus airmatanya yang menetes, dan tanpa kata beranjak pergi. In Ha mencoba membuka pintu, tapi dia tidak bisa. Young Tak memperingatkan In Ha bahwa penilaian belum berakhir dan menyuruh In Ha duduk kembali. Tapi In Ha tetap berusaha membuka pintu.
Bum Jo langsung berdiri dan menyatakan bahwa dia mengundurkan diri dari kompetisi. Bum Jo membukakan pintu untuk In Ha, dan mengikutinya keluar.
Dal Po menghela nafas dan memejamkan mata. Mungkinkah dia menyesali perkataan penuh emosinya tadi?
Gyo Dong memperhatikan Dal Po. Dan sekarang dia pun mengingat Dal Po. Seorang siswa, 8 tahun yang lalu, yang mengatakan padanya bahwa dia berpikir TV bukanlah sebuah lelucon karena sebuah kata sederhana dari TV bisa membunuh seseorang.
Young Tak melihat Gyo Dong yang memperhatikan Dal Po, dan bertanya apakah Dal Po juga memberi kesan padanya? Gyo Dong bilang, daripada meninggalkan kesan, katakan saja bahwa sudah pernah berkenalan.
Bum Jo masih mengikuti In Ha yang sekarang merasa kepanasan dan mengipasi diri dengan tangan. Bum Jo bahkan menekan tombol lift untuk In Ha. Bum Jo masuk ke dalam lift bersama In Ha dan bertanya In Ha hendak ke lantai berapa. Tapi In Ha tak menjawab, dia malah berkata sendiri, apa yang salah dengannya. Bum Jo pun menekan tombol lantai utama.
In Ha berhenti mengipasi diri dan tampak memikirkan sesuatu.
“Kau tampak sangat marah. Apakah karena peserta 19 menusukmu dari belakang?” tanya Bum Jo.
“Tidak. Itu adalah diskusi terbuka, sehingga dia memiliki hak untuk menyatakan pendapatnya. Hanya karena pendapatnya berbeda dariku tidak berarti itu menusuk di belakang.” In Ha menjawab tanpa menoleh.
“Lalu apa lagi? Karena kau mengacaukan tes?”
In Ha menggeleng. “Tidak, aku hanya…” In Ha menyadari sesuatu. “Aku hanya ingin dia berada di pihakku.”
“Di pihakmu?”
“Tidak, tidak. Apa yang aku katakan? Tidak ada pihak dalam diskusi terbuka. Itu diperbolehkan bahwa pendapatnya mungkin berbeda dariku…tapi aku tetap ingin Dal Po berada di pihakku. Karena dia itu Dal Po. Dia bukan sembarang orang, tapi dia Dal Po, jadi aku hanya menduga... Tidak, itu tidak benar.”
In Ha memukul kepalanya sendiri. “Mengapa aku seperti orang yang mengerikan? Aku sangat kesal pada diriku sendiri!”
“Kau pasti menyukai pria itu, Dal Po.”
“Tidak, tidak sama sekali!” In Ha langsung menyangkal, tapi…Hik. In Ha berbohong.
In Ha tercengang. Dia bilang kalau dia pasti sudah gila. Kenapa dia bisa cegukan? In Ha bilang pada Bum Jo bahwa itu tidak benar. Tidak benar kalau dia berbohong, tidak benar kalau dia menyukai Dal Po. Tapi In Ha terus cegukan. Bum Jo tersenyum.
Sementara itu Dal Po terdengar muntah-muntah di toilet. Dia lalu membasuh mulutnya dan keluar. Dal Po menuju balkon. Dal Po melihat ke sekitar, memastikan tak ada orang lain disana. Setelah itu Dal Po meneteskan air mata.
Dal Po terjatuh berlutut. Dal Po memanggil ayahnya. Dal Po menangis sambil memegang dadanya, dan berkali-kali memanggil ayahnya. Dal Po bersedih ternyata ayahnya yang menghilang sudah meninggal. Mungkin Dal Po juga menyesali dirinya yang selama ini seakan tak peduli pada ayahnya, karena dia anggap ayahnya itu melarikan diri.
In Ha sudah keluar dari lift, dan dia masih tak percaya kenapa dia bisa cegukan.
“Dia pamanku. Dia bahkan memiliki pacar. Aku seharusnya tidak bersikap seperti ini.” In Ha memukuli dadanya. “Tidak, ini tidak benar. Tidak, ini tidak bisa. Ini tidak benar. Ini adalah...”
Kata-kata In Ha terhenti.
***
Bersambung ke episode 5~
Komentar:
Seperti saat masih kecil, saat pertama kali Dal Po tahu kalau ibunya In Ha adalah Cha Ok, Dal Po sepertinya meluapkan emosinya terhadap Cha Ok pada In Ha yang ada dihadapannya. Apalagi Dal Po melihat sosok Cha Ok ada di diri In Ha saat In Ha mengemukakan pendapatnya. Dan tadi juga terlihat sepertinya Dal Po menyesal telah mengatakan hal itu pada In Ha saat In Ha memutuskan keluar ruangan.
Karena bukankah Dal Po mencari jawaban kenapa seorang Pinocchio tidak bisa menjadi seorang reporter adalah untuk menyerang Cha Ok bukan?
Terima kasih pada Bum Jo, akhirnya In Ha menyadari kalau dia menyukai Dal Po. Pastilah..bertahun-tahun bersama dan Dal Po yang selalu menjaganya. Apalagi mereka sama-sama tahu kalau mereka tidak punya ikatan darah. Pastilah ada rasa. Hehe..
Tentang Yoo Rae dan Bum Jo, aku juga belum bisa berkomentar banyak. Tapi Bum Jo ini sepertinya anak mama ya. Dia terlihat manja dan dimanjakan ibunya. Ibunya juga tak melarang apa yang diinginkan Bum Jo, termasuk keluar dari perusahaan dan menjadi reporter untuk bertemu In Ha. Bahkan ibunya juga tahu tentang In Ha yang salah mengirim pesan pada Bum Jo. Berarti Bum Jo dan ibunya benar-benar dekat.
Tapi aneh..biasanya chaebol sangat protektif pada anaknya. Kecuali..kecuali ada sesuatu. Misalnya hidup Bum Jo tak lama lagi karena punya penyakit. Ups..asumsi tidak berdasar nih. Abaikan. >.<
Suka bgt sama Shin hye dan Jong Suk. Mkasih buat mbak Mumu yg udah baek bgt buat sinopsis drama keren ini. :-)
ReplyDeleteSo sad di episode ini :((
ReplyDeleteEfek kebohongan publik bener2 dahsyat. Orang Lain pasti menganggap remeh yang di beritain, tapi g dengan yang di beritain. Psikologis nya yang di serang. Kayak dalpo, Kalo udah masalah keluarganya orang g salah pun kena damprat nya.
ReplyDeleteHaaa In Ha suka dengan Dal Po? Oh my God.. ternyata xD
ReplyDeletenyentuh banget mbak, kasian liat dalpo .. ..
ReplyDeletegk sabar nunggu episode selanjutnya, :)
Ga sabbbaaarrr next episodenya mbaakk..gumawo...
ReplyDeleteIy sist mu" moga aj emosi dal po hanya sesaat... Hmm... In ha, ketauan d suka sm dal po.. Hahaha... Cemangt teyuz sist... Thx ^^
ReplyDeleteawalnya senyum2 liat kelakuan bapanya in ha tapi akhirnya mewek2 liat jae myung sama dal po yang sedih banget. Siapa yang ga nyesek coba, ayahnya di fitnah padahal udah meninggal secara tragis T_T
ReplyDelete~yanti~
duh bener bener deh di episode ini harus menguras air mata. awal baca itu bikin ketawa ketawa sendiri. tp akhirnya harus nangis deh. cepetan deh jae myung ketemu sama dal po, semoga dalpo gak membenci kakaknya y
ReplyDeletelengkap bgt critanya...
ReplyDeleteada sneng ada sdihnya pinter penulisnya pinter jga yg bikin sinop nie...
heheheeh mbk mumu keren,makin pensaran ma critanya...
i'm wait you jong suk oppa.....
Emg bagus nich... Emosinya berubah-ubah, lengkap smua. Yaa ternyata ayah nya udah ninggal bener. Ktemunya lama banget tuh, padahal dekat sana. Top banget dech sinopsis nya. Makasih mbak
ReplyDeleteMbaaaaaaaak aku nunggu episode 5 sampe putus asa neh huhuhu... gak sabar
ReplyDeleteHiks..eposode ni penih keharuan n kelucuan..gak kuat nahan tangis lihat dal po n kakax menangisi kematian ayah mrk..hiks! Dunia mmank kejam dan tdak adil,
ReplyDeleteMaf yah mna slma ni baru komen n cuma jd silent reader..n terus smngat lanjutin crtanya..
*-* ♥♥
Aduh iyu bum jo kok mirip woo bin ?? Atau cuma mata aku aja ?? Hhahaha
ReplyDeletefokus utamaku pada bagian ini adl dendam yang bisa memburamkan apapun. memburamkan hati, pikiran, bahkan perbuatan sekalipun. ya ampun, jejak langkah seseorang terhadap orang lain itu memang sangat berarti. entah itu meninggalkan jejak baik atau buruk, astagaaa...
ReplyDeletekemudian Bum Joo, hihihi dia keren dan 'penyegar' dalam drama yang cukup menguras emosi ini. tingkahnya yang terus memerhatikan In Ha itu membuatku senyum2 sendiri. oh ya, ditambah lagi adegan khayalan ayahnya In Ha. hahahaha, gokil
di episode empat, akhirnya In Ha menyadari perasaannya pada Dal Po. oke, konfliknya makin sip nih
makasih sinopsisnya.
semangat menulis!!!
Kereeeenn,
ReplyDeleteaku suka dengan sinopsis yang di tulis oleh mba mumu,,
thankss
Aku tak salahkan Dal Po yang meluapkan kemarahan kepada In Ha. Kalau aku berada di tempat Dal Po sudah pasti aku akan melakukan hal yang sama.
ReplyDelete