Kill Me, Heal Me | Episode 17 - 2

 

Do Hyun membuka isi flashdisk itu di laptopnya. Ternyata isinya adalah sebuah video. Video yang Ri Jin rekam sebelum pergi naik kereta snowflake.

Dalam video Ri Jin menebak kalau Do Hyun sedang akan meminum obat lagi. Ri Jin bilang Do Hyun sudah tertangkap basah, jadi jangan berpikir untuk berbohong. Kenyataan bahwa Do Hyun sedang menonton video ini sekarang berarti Do Hyun sedang dalam kesulitan lagi dan akan mengandalkan obat.

Ri Jin tersenyum dalam video itu, “Aku tidak mengatakan bahwa obat itu buruk. Kau sendiri yang bilang. Apa pun itu, kau ingin mengatasinya denganku. Bahwa kau ingin menghapus kenangan buruk dengan kenangan yang indah bersamaku.”

 

Do Hyun mengusap air mata di pipinya. Dalam video Ri Jin mengajak Do Hyun untuk naik kereta snowflake bersama dan membuat banyak kenangan indah. Agar Do Hyun bisa menyingkirkan semua obat di laci, dan benar-benar mengisinya dengan kenangan yang indah sebagai gantinya. Ri Jin berteriak kalau dia sudah siap. Membuat Do Hyun tersenyum.

“Ah, dan aku ingin membuat pengakuan. Uh.. aku tidak bisa mengakuinya kepadamu selama ini karena aku menyadari tugasku sebagai dokter dan seorang profesional. Dan juga jangan terkejut dengan ini!”

“Aku tidak akan terkejut.” Jawab Do Hyun lirih.

 

“Jangan!” Ri Jin memasang wajah serius, lalu dia tersenyum. “Aku menyukaimu. Aku..benar-benar sangat menyukaimu, Cha Do Hyun.”

Do Hyun pun menangis mendengar pengakuan Ri Jin itu. Bukannya tidak senang, tapi hatinya pedih, karena dialah yang menyebabkan penderitaan Ri Jin saat itu. Do Hyun berteriak kesal dan terus menangis.

 

Sementara itu Ri Jin juga masih melamun di kamarnya. Ri On mengetuk pintu dan masuk. Ri On mengajak Ri Jin keluar dan makan. Ri Jin tak memberikan respon. Ri On pun bertanya haruskah dia membawakan makanan ke kamar. Ri Jin masih tak menjawab.

Ri On hendak keluar, tapi kemudian berhenti di pintu beberapa saat dan kembali mendekati Ri Jin. Ri On menarik Ri Jin agar bangun. Ri On kesal berapa lama Ri Jin akan tetap bersembunyi di sudut ruangan kamar. Ri Jin meminta Ri On untuk meninggalkannya sendiri.

“Berapa lama aku harus meninggalkan mu sendirian? Sampai kau mati?!”

 

“Ku mohon padamu, biarkan aku sendiri!” Ri Jin balas berteriak sambil menepis tangan Ri On yang memegangnya.

Ri On mendorong Ri Jin duduk ke kasur, “Jika kau yang terluka, itu saja? Lalu bagaimana dengan kami? Apa yang harus aku katakan kepada Ibu yang memasak sepanjang hari untuk mu? Dia bilang dia akan menjalani kesulitan sendirian. Pura-puralah tidak tahu. Haruskah aku mengatakan itu? Apa yang harus aku katakan kepada ayah kita yang diam-diam terisak karena hatinya sangat sakit karena mu? Dia bilang dia akan kesakitan sendirian. Abaikan dia. Haruskah aku mengatakan itu? Kenapa kau harus membuat seperti kita tidak bisa membantu mu? Kenapa?! Kau pikir kau siapa?!”

 

Ri On berteriak mengeluarkan kekesalan dan isi hatinya. Ri Jin terdiam. Ri On lalu bilang kalau dia mengerti dan menyuruh Ri Jin menyelesaikannya sendiri. Ri Jin menangis.

“Aku tidak suka seorang adik yang hanya menangis. Aku sudah adik yang penuh semangat. Jika kau tidak akan menjadi salah satunya, maka kau bukan adikku.” Ri On berbalik pergi.

 

Ri Jin dengan cepat menahan tangan Ri On, “Jangan seperti ini. Aku sangat mengandalkanmu. Aku menjadi begitu kuat karenamu. Aku tidak takut apa-apa ketika aku memikirkan kenyataan bahwa kau berada di belakangku.” Ri Jin memegang tangan Ri On semakin erat. “Aku salah. Aku tidak akan seperti itu. Jadi... jangan katakan kau tidak akan menjadi kakakku. Sejak aku masih kecil, itulah kata-kata yang paling aku takutkan.”

Ri On dan Ri Jin sesaat terdiam dalam keharuan.

 

“Kalau begitu, apa kau akan makan?”

“Ya.” Ri Jin mengangguk.

“Apa kau akan mengatakan bahwa kau terluka ketika kau terluka?”

“Ya.” Ri Jin mengangguk lagi.

“Apa kau akan mengatakan kau lelah ketika kau lelah?”

“Ya.” Ri Jin mengangguk sambil menahan tangisnya.

“Kalau begitu setelah makan, apa kau mau pergi membawa Rin untuk jalan-jalan bersamaku?”

Ri Jin kembali mengangguk sambil menangis. Ri On merasa itu cukup dan meminta Ri Jin mengikutinya. Ri On menggandeng tangan Ri Jin keluar dari kamar.

***

  

Ri Jin, Ri On, dan Rin lomba berlari. Ri Jin menarik penutup kepala Ri On agar dia bisa mendahuluinya. Ri On membalas. Lalu Ri Jin malah naik ke punggung Ri On. Dan Ri On berlari mengejar Rin sambil menggendong Ri Jin. (Dan terdengar senandung OST Seo Jin disepanjang adegan kebersamaan Ri On da Ri Jin ini)

 

Mereka bermain dengan Rin di lapangan. Kemudian Ri Jin berbaring di tanah, dan Ri On mengikutinya.

 

Ri On berbaring di samping Ri Jin dan menatapnya. Ri Jin menoleh. Lalu mereka saling bicara di dalam hati masing-masing sambil tersenyum.

“Hei, brother!”

“Kenapa, sister?”

“Kau tahu bahwa aku benar-benar berterima kasih padamu, kan?”

“Aku tidak begitu yakin.”

 

“Cinta yang seharusnya kau terima sendirian dari orang tua kita, terima kasih untuk berbagi denganku. Terima kasih untuk menjadi keluargaku. Dan terima kasih untuk menjadi seorang kakak yang dapat diandalkan.”

“Hei, berikan aku planer (untuk menghaluskan kayu). Aku membutuhkannya untuk mengusir rasa merinding ku.”

“Aku sangat mencintaimu, Oh Ri On. Kau tahu itu, kan?”

“Ya. Terima kasih untuk mencintaiku.”

***

 

Do Hyun yang tadi menangis, sekarang mengangkat kepalanya dan tersenyum. Do Hyun lalu segera berganti pakaian dan bersiap keluar, mungkin hendak menemui Ri Jin.

 

Begitu Do Hyun keluar rumah, mobil Ketua Seo tiba. Anak buah Ketua Seo turun dari mobil dan memberitahu bahwa Ketua Seo hanya perlu sebentar dengan Do Hyun. Ketua Seo lalu membuka pintu dan menyuruh Do Hyun masuk ke dalam mobilnya.

Do Hyun mendekat ke jendela mobil. Do Hyun bilang neneknya itu benar-benar tidak tahu bagaimana caranya meminta bantuan. Yang tak berdaya saat ini adalah neneknya sendiri. Do Hyun bilang dia tidak bisa melindungi Seung Jin sebanyak yang Ketua Seo minta sekarang. Do Hyun meminta Ketua Seo datang lagi setelah memiliki hati untuk memohon, maka dia akan mempertimbangkannya.

 

“Aku akan memberitahumu apa yang terjadi di rumah 21 tahun yang lalu.” Ujar Ketua Seo.

Do Hyun berkata dengan kesal, “Aku sudah melihatnya jauh ke depan. Aku akan mempelajarinya sendiri. Siapkan umpan yang berbeda ketika kau datang pada waktu berikutnya.”

”Tidak mungkin kau bisa mengetahui hanya karena kau bilang kau akan menemukannya. Satu-satunya yang benar-benar tahu tentang insiden itu hanya aku.” Ketua Seo meyakinkan.

 

Do Hyun rupanya percaya dan ikut dengan Ketua Seo ke ruang rawat Joon Pyo, ayahnya. Ketua Seo bilang, meskipun seluruh dunia menunjukan jarinya pada Joon Pyo, ayah Do Hyun ini adalah satu-satunya anak yang dia miliki. Tidak peduli berapa banyak Do Hyun mencoba menyangkal, sama seperti Do Hyun adalah anak ayah Do Hyun.

 

“Berjanjilah di depan ayahmu. Itu untuk harga mendengar kebenaran tentang kejadian 21 tahun yang lalu, kau akan kembali ke perusahaan.”

“Setelah aku mendengar semua kebenaran, maka aku akan menjawab.” Ujar Do Hyun.

Maka Ketua Seo pun duduk dan mulai bercerita. 21 tahun yang lalu, hari iu adalah hari paling cerah dan terindah dalam hidup Joon Pyo.

 

[Kilas balik – Mei 1994, Hari kebakaran]

Di kediaman keluarga Seung Jin Grup, diadakan sebuah pesta perayaan pengangkatan Joon Pyo menjadi Ketua. Semua orang memberikan selamat pada Joon Pyo, termasuk Young Pyo dan istrinya. Ada juga ibunya Chae Yeon.

 

Ketua Seo pergi ke ruang persiapan hidangan dan meminta ahjumma untuk tidak memastikan tidak membuat tamu tidak nyaman, khususnya tentang kebersihan. Ahjumma mengerti. Ketua Seo juga minta bantuan pada para pekerja catering.

 

Tak lama Joon Young masuk dan meminta Ahjumma menyiapkan makanan yang banyak untuknya. Sambil menunggu Ahjumma mengambilkan makanan, Joon Young sendiri memasukkan beberapa kue ke dalam sebuah plastik. Ibunya Ri On yang merupakan bagian dari petugas catering memperhatikan Joon Young.

Setelah mendapatkan makanan dari Ahjumma dan menolak Ahjumma yang akan membawakan ke lantai dua, Joon Young keluar dari ruangan itu.

 

Ibunya Ri On bertanya pada ahjumma siapakah Joon Young itu. Ahjumma menjelaskan bahwa Joon Young adalah putra dari Ketua yang baru. Anak yang sebenarnya lahir dari yang ‘kedua’. Ahjumma bilang ada orang seperti itu (yang kedua) yang menjadi gangguan bagi keluarga itu.

Wanita itu masih belum ditendang keluar karena anak itu. Tapi tidak ada yang tahu pasti bagaimana hal itu akan berubah di kemudian hari. Ibunya Ri On bilang situasi keluarga mereka rumit. Tapi Ahjumma bilang itu normal. Normal jika orang kaya punya rahasia seperti itu. Ahjumma lalu khawatir, apakah Joon Young kembali ke ruang bawah tanah.

 

Joon Young pergi ke kamarnya, sudah ada Hwa Ran disana. Hwa Ran meminta Joon Young mendengarkannya dengan baik. Hwa Ran memberi tahu bahwa Joon Young akan dikenalkan ayahnya pada beberapa orang. Selama ini hanya nenek, ayah, ibu, dan para pekerja yang mengenal Joon Young di rumah itu.

“Tapi setelah hari ini, semua orang di dunia akan tahu. Itu bagus, kan? Ini akan menyenangkan, kan?”

“Lalu bagaimana denganmu, Ibu?”

 

“Aku akan pergi nanti. Jika nanti kau tumbuh dan mengambil alih perusahaan ayah, maka aku juga bisa hidup dengan bangga dan terbuka. Aku sudah bilang bahwa kau harus melakukan sesuatu untuk membuat hal itu terjadi, bukan?”

“Bahwa aku harus menjadi pemilik Seung Jin Group.”

“Itu benar. Kau begitu cerdas, anakku.” Hwa Ran memeluk Joon Young. “Jadi, kau harus melakukannya dengan baik, Joon Young. Dengan begitu, Ibu bisa keluar ke dunia.”

Tapi Joon Young tidak tampak senang sama sekali.

 

Joon Pyo berbicara di podium, berterima kasih pada semua tamu yang sudah menyempatkan hadir di acaranya. Dan mengumumkan bahwa dia akan mengenalkan anaknya secara resmi sebagai orang yang akan menjadi penerusnya di masa depan.

 

Orang-orang pun mulai bergosip. Mereka baru tahu kalau Joon Pyo punya seorang anak. Ada yang bilang jika anak itu laki-laki maka anak itu adalah anak yang mereka lihat di luar. Ibunya nya Ki Joon ditanya tentang keberadaan anak itu. Ibunya Ki Joon dia juga hanya mendengar dari rumor. Karena segala sesuatu yang terjadi di kediaman Seung Jin akan tertutup untuk orang luar.

Mereka juga bergosip tentang kematian Gun Ho dan Seo Yeon yang meragukan. Bagaimana bisa dua orang penting di Seung Jin meninggal dalam hari dan kecelakaan yang sama. Ada yang diuntungkan dengan kematian mereka berdua. Dan ada gossip yang mengatakan bahwa mungkin tragedi itu dilakukan oleh seorang ibu untuk menempatkan anaknya di kursi Ketua.

Dari jauh Joon Pyo mendengar gossip itu, tapi dia diam saja.

 

Joon Young mengendap-endap keluar kamar dan berjalan menuju ruangan lain. Saat Joon Young hendak masuk, ibunya Ri On muncul dan memanggil Joon Young. Ibunya Ri On menanyakan dimana ruang bawah tanah pada Joon Young. Mendengar ruang bawah tanah, Joon Young terkejut. Apalagi kemudian Joon Young melihat Joon Pyo. Joon Young segera masuk.

 

Ibunya Ri On berpapasan dengan Joon Pyo dan menunduk member hormat. Joon Pyo tak berkata apapun pada ibunya Ri On dan segera berlalu ke kamar Joon Young.

Joon Pyo mengetuk pintu kamar Joon Young, menanyakan kesiapannya. Joon Pyo bilang Joon Young harus keluar dan memperkenalkan diri pada para tamu. Karena tak mendapat jawaban, Joon Pyo membuka pintu kamar Joon Young. Joon Young tidak ada disana. Joon Pyo langsung tahu kemana Joon Young pergi.

 

Joon Pyo lalu masuk ke ruangan dimana tadi Joon Young juga masuk. Ibunya Ri On yang ternyata masih bersembunyi mengikutinya.

 

Di ruang bawah tanah, Do Hyun menggambar Nana di lantai. Seperti biasanya. Joon Young datang dan meminta maaf karena datang terlambat. Do Hyun tersenyum senang menyebut nama Joon Young.

“Kau menunggu lama, kan? Cepat dan bereskan barang-barang mu. Mari kita lari dari rumah ini.”

“Lari? Ke mana?”

“Mari kita naik kereta dan pergi jauh.”

 

“Kereta?” Do Hyun tersenyum senang, lalu kembali muram. “Tapi aku tidak punya uang.”

“Tapi aku tidak punya uang.”

“Aku punya uang. Cepat bangun!” Joon Young menarik tangan Do Hyun agar segera bangun. “Sebelum ayah datang, kita harus pergi.”

 

Tapi saat membuka pintu, Joon Pyo sudah ada di depan. Joon Pyo bertanya pada Joon Young, apa yang sedang dilakukannya disana. Joon Young terkejut. Joon Young menatap Do Hyun, lalu mengaku salah pada ayahnya. Joon Young memohon agar Joon Pyo tidak memukul Do Hyun.

 

Joon Pyo mengangkat Joon Young keluar dari ruangan itu. Joon Pyo masuk ke dalam ruangan dan menguncinya dari dalam. Joon Pyo memukuli Do Hyun di dalam. Joon Young terus berteriak mengaku salah dan meminta ayahnya tidak memukul Do Hyun sambil memukul-mukul pintu.

 

Di ruang pesta, Ketua Seo menanyakan keberadaan Joon Pyo pada salah satu pelayan. Pelayan itu memberitahu bahwa Joon Pyo keluar untuk menjemput putranya.

 

Ketua Seo lalu keluar. Dia pergi ke ruang bawah dan melihat ke sebuah pintu yang terbuka. Tak lama kemudian terdengar alarm dan orang yang berteriak adanya kebakaran.

[Kilas balik – end]

 

Do Hyun bertanya apakah Ketua Seo mengatakan bahwa kebakaran 21 tahun yang lalu bukan disebabkan oleh masalah listrik sederhana, tapi seseorang sengaja memulainya? Ketua Seo membenarkan.

Do Hyun bertanya siapa orang itu. Ketua Seo agak berat menjawab. Ketua Seo bilang yang dia lihat saat itu adalah Do Hyun.

 

Orang yang Ketua Seo lihat dari balik pintu adalah Do Hyun yang membawa satu dirigen bensin.

 

“21 tahun yang lalu, malam itu...kau yang memulai api. Jika bukan untukmu, ayahmu, anakku Joo Pyo, tidak akan menjadi mayat hidup seperti ini!” Ketua Seo berkata penuh emosi.

Do Hyun yang syok memegang ujung ranjang.

“Aku tidak punya pilihan selain menutupinya. Kebenaran tentang cucuku satu-satunya yang memulai api. Jika aku mengungkapkannya pada publik, kelemahan anakku, segala sesuatu yang terjadi di ruang bawah tanah... dan identitas anak yang hilang, semuanya akan terungkap. Aku tidak punya pilihan selain menutupinya. Itu adalah untuk menyelamatkan mu. Karena itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan ayahmu dan Seung Jin Group.”

 

Do Hyun yang syok mendengar kebenaran itu memandang ayahnya dan Ketua Seo yang tampak emosi. Perlahan Do Hyun mundur keluar dari kamar dengan linglung.

 

Di luar Do Hyun merasakan sakit di kepalanya. Dia tiba-tiba mengingat kejadian hari itu.

Saat itu Joon Young terus memukul pintu berusaha menghentikan ayahnya, tapi ayahnya tidak mempedulikan Joon Young. Joon Young terduduk sambil menangis. Dalam hati dia menyalahkan dirinya sendiri yang membuat Do Hyun dipukuli.

 

Joon Young lalu merasakan sakit di kepalanya. Sangat sakit. Sama seperti yang sekarang dialami Do Hyun dewasa.

Suara Se Gi: “Apa kau ingin menyelamatkan anak itu? Tapi kau tidak bisa melakukannya karena kau takut, kan? Kau tidak akan bisa mengumpulkan keberanian untuk melakukan itu, kan? Kalau begitu aku akan melakukannya untukmu.”

Do Hyun dewasa berteriak kesakitan hingga dia tergeletak di lantai.

 

Joon Young mengambil korek api yang tak jauh dari tempatnya duduk. Joon Young menyeret dirigen bensin, dan menjatuhkannya di tangga hingga bensin berceceran di lantai.

 

Joon Young dengan tatapan mata yang berbeda menyalakan korek api dan menjatuhkannya di atas bensin.

 

Dari belakang muncul Se Gi. Ternyata ingatan ini, hanya Se Gi yang memilikinya. Dan kini Se Gi membaginya dengan Do Hyun.

“Saat itulah kau menciptakan aku. Aku menyelamatkan anak itu. Orang yang menyelamatkan anak itu adalah aku.” Ujar Se Gi pada Do Hyun, lalu Se Gi menangis.

 

Do Hyun terbelalak. Perlahan tangannya mengetuk-ngetuk lantai, tandanya Se Gi mengambil alih tubuh Do Hyun. Ya, Se Gi kembali!

***

 

Ri Jin menatap pria yang ada di hadapannya, “Shin Se Gi?”

“Untuk datang terlambat, aku minta maaf.” Se Gi lalu mengulurkan tangannya pada Ri Jin, “Mari kita pergi.”

***

Bersambung ke episode 18~

Komentar:

Aku ralat komentarku sebelumnya, kayaknya penggantian jenis kelamin Cha Do Hyun terjadi setelah kebakaran ini deh, bukan saat Joon Pyo meminta Gun Ho untuk merobek surat cerai… Duh, jadi puyeng.. padahal rahasianya udah mulai terkuak. Masing potongan-potongan sih, belum utuh. Rahasia dibalik kematian Gun Ho dan Seo Yeon juga belum terungkap.

Mian ya reader kalau dengan komentarku jadi makin ribet.. >,<

Se Gi sudah muncul sejak Joon Young masih kecil. Tapi sepertinya karena Joon Hyun hilang ingatan, Se Gi tidak muncul lagi. Sampai kejadian saat Do Hyun SMA, saat melihat lagi kekerasan keluarga di depan matanya. Saat itukan Do Hyun melihat teman sekelasnya dipukuli ayahnya, makanya Se Gi muncul lagi, dan terus keluar.