Let’s Eat Season 2 | Episode 12 - 1
Di rumah Soo Ji tersenyum memikirkan ciuman tadi. Tapi kemudian Soo Ji sadar kalau dia belum menggosok gigi. Soo Ji panik, bagaimana jika mulutnya berbau. Soo Ji bahkan membaui mulutnya.
Tak hanya itu, Soo Ji memeriksa wajahnya dari sudut pandang Sang Woo dengan menggunakan cermin dan menyadari ada bulu hidungnya yang keluar, juga wajahnya yang tampak berantakan.
Sementara itu, Dae Young termenung sendirian di rumahnya dalam gelap. Memikirkan adegan mesra Soo Ji dan Sang Woo tadi. Dae Young lalu mendapat pesan dari Sang Woo yang mengajaknya bermain bola besok pagi. Dae Young menghela nafas panjang.
***
Esok hari di lapangan bola. Hari hujan, sehingga mereka tidak bisa bermain bola. Sang Woo pikir mereka bisa berolahraga bersama sebentar, tapi hujan. Dae Young membenarkan. Oya, mereka bicara tanpa saling melihat satu sama lain.
“Apa kau menyukai Soo Ji?” Tanya Sang Woo tanpa basa-basi.
“Apa?” Dae Young terkejut Sang Woo menanyakan hal itu.
Sang Woo memberitahu Dae Young bahwa dia melihat saat Dae Young mencoba untuk mencium Soo Ji di area berkemah. Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Dae Young menyakui bahwa dia mulai melihat Soo Ji sebagai seorang wanita, meskipun dia belum tahu apakah dia menyukai Soo Ji atau tidak.
“Itu sebabnya aku mencoba untuk mengakhirinya sebelum perasaanku menadi lebih besar. Tidak, aku sedang mengakhirinya.” Jelas Dae Young.
“Aku menyukai Soo Ji. Pada awalnya, aku hanya mencoba untuk bertemu dengan nyaman. Tapi semakin sering aku bertemu dengannya, aku pikir kami cocok. Aku tidak ingin kehilangan dia.”
“Aku tahu, aku akan memastikan kau tidak akan khawatir tentang hal itu.”
“Tidak, aku tidak mengatakan ini karena aku khawatir. Aku memperingatkanmu.” Sang Woo menatap Dae Young dengan serius. “Dan, aku juga menyukaimu. Haruskah aku kehilangan seorang teman yang aku temukan di sini?”
Sang Woo memiting Dae Young. Setelah itu Dae Young memberitahu sesuatu yang bisa meningkatkan hubungan Sang Woo dan Soo Ji. Dae Young menyuruh Sang Woo untuk makan sesuatu saat kencan. Hanya karena Sang Woo tidak minat dalam makanan, apa Sang Woo akan membuat Soo Ji kelaparan juga?
Sang Woo bingung, apa dia melakukan itu. Dae Young membenarkan dan mengatakan kalau Sang Woo tidak punya perasaan. Sang Woo pun memiting Dae Young lagi karena tidak memberitahu hal itu sejak awal.
***
Dae Young pulang ke rumah. Mendengar suara pintu Dae Young, Soo Ji keluar. Dia mengajak Dae Young untuk sarapan bersama. Soo Ji tahu Dae Young bermain bola dengan Sang Woo tidak mungkin sudah sarapan dengan Sang Woo yang tidak suka makan.
Soo Ji ingin makan di restoran daging potong yang Dae Young upload di blog-nya. Soo Ji bilang dia ingin makan daging potong sejak kemarin. Tapi Dae Young menolak. Dia punya janji, jadi dia harus siap-siap dan segera pergi.
“Lagi? Mengapa kau begitu sibuk akhir-akhir ini?” Soo Ji heran.
Dae Young hendak masuk ke rumah dan menutup pintu. Tapi Soo Ji segera menahan pintu Dae Young dengan kaki dan tangannya.
“Hei, kau menyembunyikan sesuatu dariku, kan? Begitu seringnya kau mengatakan padaku bahwa kau tidak punya waktu. Kau tidak punya waktu makan terakhir kali bahkan saat kau sibuk. Apa kau mungkin…”
Dae Young menelan ludah. Apa Soo Ji tahu?
“Apa kau punya pacar?”
Dae Young terkejut mendengar Soo Ji menyangkanya seperti itu, tapi kemudian Dae Young membenarkan.
“Apa?! Kapan, di mana, bagaimana?” Soo Ji amat sangat terkejut.
“Belum lama.” Jelas Dae Young.
Soo Ji tak percaya, dia rasa itu tidak mungkin. Karena jika De Young tidak di rumah maka Dae Young sedang makan dengannya atau bertemu Sang Woo. Jadi kapan Dae Young punya waktu untuk bertemu seseorang?
Justru karena itulah, karena mereka terlalu sering bersama, Dae Young bilang pacarnya tidak suka. Jadi Dae Young hendak memasang jarak diantara mereka, dan Soo Ji jangan meneleponnya lagi.
Soo Ji mengelak, kapan dia pernah menelepon Dae Young. Soo Ji lalu menyebut pacar Dae Young lucu karena tidak suka dengan Soo Ji, Soo Ji juga kan punya pacar. Soo Ji lalu bertanya pacar Dae Young itu gadis seperti apa? Cantik? Dae Young membenarkan, dimatanya pacarnya itu cantik.
“Aku menceritakan segalanya tentang Sang Woo padamu, tapi bagaimana bisa kau tidak mengatakan apa-apa tentang pacarmu padaku?”
“Apakah kita dalam hubungan di mana kita perlu memberitahu satu sama lain? Kau yang mengatakan sebelumnya bahwa kita tidak yang dekat.”
Soo Ji mengakui, dia pernah mengatakan itu. Soo Ji memberikan selamat pada Dae Young, lalu kembali ke rumahnya. Dia tidak jadi pergi makan daging potong, karena tidak mau pergi sendirian. Dengan Joo Seong seperti saran Dae Young juga tidak mau.
Dae Young masuk ke rumah, lalu berbaring dengan lesu di kamarnya. Kemudian Dae Young teringat pada Joo Seong yang semalam dia tinggalkan di dipan atap. Dae Young bergegas ke atap.
Dan ternyata yang mengkhawatirkannya benar-benar terjadi. Joo Seong masih ada di tempat semalam. Dae Young menduga Joo Seong tidur disana sepanjan malam ketika hujan. Dan karena Joo Seong mabuk juga kehujanan, Dae Young memeriksa keadaan Joo Seong.
Kepala Joo Seong panas. Dae Young mencoba membangunkan Joo Seong. Tapi Joo Seong hanya bergumam lirih menyuruh Dae Young pergi. Dae Young membangunkan Joo Seong dan memapahnya.
Nenek memberi makan Happy yang sedang berteduh. Dae Young tiba dibawah masih sambil memapah Joo Seong. Nenek melihatnya. Nenek menghentikan Dae Young dan bertanya apa ada yang salah dengan Joo Seong, apa Joo Seong sakit?
“Dia minum denganku kemarin, tapi aku lupa meninggalkannya di luar sementara aku mengambil ponsel. Mungkin dia tidur di luar sana sepanjang malam, tapi dia demam jadi aku membawanya ke rumah sakit.”
Nenek memukuli Dae Young dengan kesal dan menyebutnya orang yang tak bertanggung jawab. Bagaimana bisa Dae Young meninggalkan Joo Seong di luar, padahal malam masih dingin dan pagi hari tadi hujan.
Dae Young bilang dia lupa. Nenek memukuli Dae Young lagi, lebih dari yang tadi. Dae Young berusaha menghindar. Kejadian ini digunakan Joo Seong untuk melarikan diri kembali ke atas. Joo Seong bilang dia tidak mau pergi ke rumah sakit.
“Hey, hey! Apa yang salah dengan dia? Kenapa dia tidak mau pergi ke rumah sakit?” Tanya nenek heran pada Dae Young.
“Aku tidak tahu. Mungkin dia takut suntikan? Dia tampak seperti anak kecil.” tebak Dae Young.
Nenek memarahi De Young untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak berguna dan pergi membeli obat di apotek. Dae Young menurut.
***
Soo Ji masuk ke ruang rapat. Sudah ada Sang Woo disana, tapi In Ah belum datang. Menyadari hal itu, Sang Woo mendekatkan kursinya ke kursi Soo Ji. Mereka tersenyum. Sang Woo bilang In Ah mungkin terlambat, atau mereka yang datang lebih awal? Soo Ji melihat jam di tangannya, dia pikir mereka datang tepat waktu.
In Ah kemudian datang dengan tergesa dan meminta maaf karena terlambat. Sang Woo langsung berdiri dari kursinya, dan perlahan menggeser kembali kursinya ke tempat semual. Sang Woo memulai rapatnya. Dan Soo Ji memandang bibir Sang Woo sambil mengingat kejadian semalam.
Sang Woo menegur In Ah yang melamun. In Ah tersadar, dia meminta maaf karena sedang memikirkan hal lain. Sang Woo melanjutkan arahan. Dia meminta In Ah melakukan beberapa hal.
Soo Ji tiba-tiba tampak kaget. Ternyata sambil menjelaskan pada In Ah, diam-diam Sang Woo menggenggam tangan Soo Ji dibawah meja. Mereka lalu tersenyum. Aw. So sweet.
***
Joo Seong terbangun dari tidurnya karena seseorang mengelap tubuhnya. Itu Hye Rim. Hye Rim menyapa Joo Seong. Hye Rim menjelaskan bahwa dia mengelap tubuh Joo Seong karena Joo Seong berkeringat sangat banyak. Jika dia tidak melakukannya demam Joo Seong bisa menjadi lebih buruk.
Joo Seong berterima kasih. Tapi Hye Rim kesal karena Joo Seong bicara informal. Dan ternyata itu adalah nenek, bukan Hye Rim. Joo Seong berkhayal. Joo Seong terkejut dan bertanya apa yang sedang nenek lakukan disana.
Nenek menyuruh Joo Seong diam. Joo Seong tidak punya kekuatan karena sakit. Nenek harus mengelap tubuh Joo Seong agar demamnya hilang. Bahkan lebih baik jika Joo Seong membuka bajunya. Joo Seong berkata kalau dia baik-baik saja.
***
Soo Ji dan Sang Woo kencan di parkiran. Sang Woo membawa kopi yang baru dibelinya dan memberikan Americano pada Soo Ji. Sang Woo meminta Soo Ji memberitahunya jika merasa lapar.
Soo Ji lalu bertanya pada Sang Woo, apa Sang Woo tahu Dae Young punya pacar? Tidak, Sang Woo tidak tahu. Soo Ji bilang Dae Young tidak memberitahunya, jadi tidak mungkin dia memberitahu Sang Woo.
Kopi Sang Woo sedikit belepotan di mulut, dia meminta tolong Soo Ji untuk mengambil tisu di laci. Soo Ji mengambilnya tisu itu tanpa melihat ke dalam laci dan sambil membicarakan pacar Dae Young. Soo Ji lalu memberikan tisu itu. Sang Woo tampak bingung. Dia lalu mengajak Soo Ji untuk bertemu mereka kapan-kapan. Tapi Soo Ji tidak mau.
“Apa kau tidak suka Dae Yeong memiliki pacar?”
“Ya? Tidak, bukan seperti itu. Aku sedih dia tidak bilang dia punya pacar, dan itu agak kasar memintaku untuk tidak meneleponnya karena dia punya pacar sekarang. Dia menjadi kekasih sungguhan.” Soo Ji tertawa.
“Kalau begitu, kau juga menjadi kekasih sungguhan. Jadi kita bisa membuat Dae Yeong cemburu, mari kita menjadi sepasang kekasih yang nyata.”
Sang Woo mendekatkan tubuhnya ke arah Soo Ji. Soo Ji memejamkan mata dan memanyunkan bibir, padahal Sang Woo hendak membuka laci. Sang Woo mengambil sebuah kotak dari laci itu.
Sang Woo bilang dia ingin memberikan kejutan pada Soo Ji, karena itu dia meminta Soo Ji mengambil tisu. Tapi Soo Ji tidak melihat kotak itu dan hanya mengambil tisu. Sang Woo memberikan kotak itu dan meminta Soo Ji membukanya.
Perlahan Soo Ji membuka kotak itu, dan isinya adalah sebuah kalung. Soo Ji tampak senang, kalung itu cantik. Sang Woo pun senang mendengarnya, karena Soo Ji menyukainya.
“Tapi, ada apa hadiah? Ini bahkan bukan hari istimewa.”
“Haruskah di hari istimewa untuk memberikan sesuatu kepada seseorang yang kau cintai?”
Soo Ji sangat senang mendengar kalimat ‘seseorang yang kau cintai’ keluar dari mulut Sang Woo. Sebelumnya Sang Woo mengatakan ‘seseorang yang aku sukai’ pada Soo Ji.
Sang Woo lalu memakaikan kalung itu ke leher Soo Ji.
***
Di tengah kebingungan, antara menghubungi In Ah atau tidak, Taek Soo dikejutkan oleh Dae Young yang menepuk pundaknya. Dae Young juga terkejut dengan keterkejutan Taek Soo. Taek Soo bilang mungkin tingkat energinya rendah.
Dae Young mengajak Taek Soo pergi minum. Karena setahunya hanya minuman yang bisa membantu Taek Soo mengembalikan energi. Taek Soo mengiyakan tapi sambil menghela nafas panjang.
“Apa dengan nafas itu? Kau pergi ke Seoul minggu lalu, jadi mengapa kau begitu tertekan? Kau pasti senang melihat keluargamu.”
“Hei, apakah seseorang yang punya keluarga tidak kesepian? Apakah kau tidak kesepian sendiri? Kau tidak menikah?”
Dae Young bilang dia tidak bisa menikah dengan kondisinya sekarang. Taek Soo heran, apa yang salah dengan kondisi Dae Young. Toh Dae Young bukan pria yang sudah menikah. Jika Dae Young memilih ini dan itu, Dae Young tidak akan bisa menikah.
“Ketika kau menaruh perhitungan uang sebelum perasaanmu, apakah itu cinta? Apa kau bahkan tahu apa itu cinta?” tambah Taek Soo.
***
Soo Ji memandang kalung pemberian Sang Woo. Kalung itu terlihat mahal meskipun tidak langsung melihatnya, paling tidak Sang Woo membelinya 200 ribu won. Sepatu hiking dan kalung, Soo Ji hanya menerima hadiah. Dan bahkan dia menghilangkan robot pembersih. Soo Ji merasa tak punya hak untuk bertemu Sang Woo.
Soo Ji lalu mencari robot pembersih itu di internet. Soo Ji terbelalak mengetahui harga robot itu. 400 ribu won, lebih mahal dari sewa rumahnya. Karena hal itu Soo Ji teringat bahwa sebentar lagi hari pembayaran sewa dan biaya bulanan.
Soo Ji menghubungi Ahjumma Mi Ran untuk janjian besok pagi. Soo Ji ingin mengatakan sesuatu pada ahjumma.
***
Dae Young dan Taek Soo makan bersama, tapi pikiran mereka masing-masing ada di tempat lain. Dae Young sibuk melamun, sedangkan Taek Soo sibuk memeriksa ponsel. Hingga kulit yang mereka panggang pun terbakar semua. Taek Soo menyalahkan Dae Young.
Dae Young lalu menanyakan alasan Taek Soo terus melihat ponsel, apakah Taek Soo sedang menunggu telepon? Taek Soo mengelak, tidak seperti istri atau anak-anaknya akan menelepon. Dia hanya melihat jam.
Setelah mencicipi satu kali suapan, Dae Young permisi ke kamar mandi. Saat itulah telepon yang ditunggu Taek Soo masuk. Dan begitu Dae Young kembali, Taek Soo sudah tak ada.
Dae Young lalu mendapat telepon dari Taek Soo yang member kabar bahwa dia harus pergi karena ada sesuatu yang mendesak. Taek Soo langsung menutup telepon tanpa menjawab keheranan Dae Young tentang sesuatu yang mendesak itu.
Setelah itu Dae Young menerima telepon dari Hye Rim.
***
Dae Young datang membantu Hye Rim memasukkan banner ke dalam restoran. Hye Rim merasa kesulitan memindahkan banner itu karena sangat berat (perasaan waktu itu Hye Rim pernah angkat sendiri deh, hehe..). Jika berat, Dae Young pun penasaran siapa yang selama ini membantu Hye Rim memindahkannya.
“Joo Seong Oppa yang melakukannya. Dia selalu datang menjemputku. Tapi karena dia sakit hari ini, aku tidak berpikir dia akan datang, jadi aku meneleponmu.”
Sambil berjalan pulang, Dae Young menanyakan tentang kehidupan Hye Rim tinggal bersama nenek, apakah baik-baik saja? Hye Rim bilang jika dia tidak baik-baik, apa yang Hye Rim lakukan jika nenek mengusirnya. Seperti yang Dae Young tahu, dia itu loyal secara penuh.
Dae Young membenarkan. “Tidak mudah tinggal dengan orang lain. Bahkan ketika kau hidup dengan orang yang berusia sama, ada begitu banyak konflik. Pasti sulit hidup dengan seseorang yang usianya lebih tua.”
“Tidak apa-apa. Karena aku bertemu segala macam orang dalam pekerjaanku, aku punya begitu banyak pengalaman yang berbeda. Ini bukan apa-apa.”
Hye Rim lalu mengajak Dae Young makan bersama. Dan dia akan mengajak Joo Seong serta Soo Ji. Dae Young bilang Soo Ji tidak akan bisa karena sibuk berkencan. Hye Rim sedikit terkejut, tak heran Soo Ji tampak lebih cantik belakangan ini. Hye Rim bertanya, dengan siapa Soo Ji berkencan? Dae Young hanya menjawab, dengan seseorang.
Joo Seong ternyata datang menjemput Hye Rim. Melihat Hye Rim berjalan dengan Dae Young, Joo Seong langsung berlari dan berdiri di tengah-tengah mereka. Dengan kesal Joo Seon bertanya, kenapa Hye Rim memanggil Dae Young.
Hye Rim menjelaskan bahwa dia berpikir Joo Seong tidak akan datang, makanya di menelepon Dae Young untuk datang. Hye Rim juga heran kenapa Joo Seong datang, seharusnya Joo Seong beristirahat di rumah.
Joo Seong merajuk, “Kau bahkan tidak bertanya apakah aku bisa datang.”
Hye Rim bingung bagaimana dia bisa menghubungi Joo Seong, saat Joo Seong tidak punya ponsel. Dae Young juga heran kenapa Joo Seong tidak punya telepon, apakah ada alasan khusus? Joo Seong bilang itu bukan urusan Dae Young.
Dae Young kesal dengan mulut kasar Joo Seong. Kenapa Joo Seong tidak membuat keributan tentang membunuh orang lagi saja? Joo Seong tak mengerti apa yang Dae Young katakan.
“Kau yang mengatakannya saat kau mabuk. Kau membunuh seseorang dan member peringatan agar tidak membuat keributan denganmu.”
Joo Seong tampak terkejut, bahwa dia membuat pengakuan itu. Hye Rim juga penasaran apakah Joo Seong benar-benar mengatakan hal itu. Dae Young membenarkan. Bahkan Joo Seong tadi pagi melarikan diri karena tidak mau dibawa ke rumah sakit.
Dae Young dan Hye Rim berjalan meninggalkan Joo Seong yang termenung di belakang. Hye Rim heran kenapa Joo Seong tidak mau ke RS. Dae Young bilang Joo Seong dimarahi nenek. Hye Rim tertawa, dia juga dimarahi nenek karena tinggal di rumah Joo Seong. Joo Seong lalu menyusul mereka, dan kembali mengambil posisi di tengah.
***
Taek Soo menemui In Ah di sebuah bar. Taek Soo tampak canggung, dia bertanya alasan In Ah memanggilnya. In Ah meminta Taek Soo untuk tidak salah paham. Tidak ada arti lain, dia hanya ingin memberitahu Taek Soo pendapatnya. Karena itu dia menghubungi Taek Soo.
Kesalahpahaman apa? Taek Soo juga datang untuk membicarakan tentang posisinya dengan jelas, mengenai tempo hari. In Ah menyela, hari itu adalah kesalahan, dan mereka hanya gila. Taek Soo membenarkan.
“Meskipun perasaanku turun sedikit, aku masih mencintai istriku. Aku tidak bisa hidup tanpa anak-anakku. Seperti itulah aku.”
In Ah tertawa, apakah itu artinya Taek Soo menganggapnya wanita murahan? Taek Soo mengelak, dialah yang seperti itu. Tapi In Ah merasa perkataan Taek Soo tadi mengarah kesana. In Ah bilang dia tidak bisa bercerai dengan suaminya.
“Aku juga sama. Alasan mengapa aku menjalani gaya hidup burung migran bahkan ketika aku kesepian dan kesulitan. Aku bertahan demi keluargaku.”
“Aku juga. Mengapa aku bolak-balik jarak jauh dari Seoul ke Sejong? Dalam hidup ku, aku tidak bisa membiarkan perceraian menodai hidup ku. Dan juga, apakah kau tahu bagaimana keras hidup untuk wanita bercerai di dunia ini?”
In Ah mengajak Taek Soo untuk tidak bertemu lagi satu sama lain. Taek Soo setuju. Jika mereka kebetulan bertemu satu sama lain di jalan, Taek Soo meminta In Ah untuk berpura-pura tidak mengenal satu sama lain. In Ah setuju.
Beberapa saat kemudian. In Ah keluar dari gedung hotel sambil menutupi wajahnya dengan tangan, dan memakai kacamata hitam. In Ah mengintai lingkungan sekitar. Taek Soo juga menutupi wajahnya dengan tangan. Mereka pun berjalan ke arah yang berlawanan setelah sebelumnya beberapa kali tabrakan.
***
Alasan Soo Ji menemui ahjumma ternyata untuk meminta 1 juta won dari deposit rumahnya karena Soo Ji sedang butuh uang tunai. Sebagai gantinya Soo Ji mempersilahkan ahjumma untuk menaikkan biaya sewanya. Ahjumma mengerti, Soo Ji ingin menurunkan deposit dari 5 juta won menjadi 4 juta, dan menaikkan biaya sewa dari 320 ribu menjadi 330 ribu won.
Ahjumma ternyata mengijinkan dan meminta Soo Ji menulis kembali kontrak mereka. Setelah menerima telepon Soo Ji, ahjumma pikir Soo Ji akan menunda sewa bulan ini. Ahjumma bilang sesama tetangga harus saling membantu.
Soo Ji lalu terkejut menerima pemberitahuan bahwa ada kiriman uang dari ahjumma ke rekeningnya sebesar 640 ribu won. Soo Ji tak mengerti. Ahjumma bilang itu adalah uang deposit yang Soo Ji ambil, dikurangi biaya sewa 330 ribu dan biaya bulanan 30 ribu. Karena besok adalah hari pembayaran, jadi Ahjumma membuatnya mudah.
Tapi Soo Ji kesal, “Bagaimana bisa kau melakukan itu dan kau seharusnya membayarku dengan uang tunai.”
Soo Ji langsung melesat keluar. Soo Ji berlari menuju bank. Soo Ji kesal karena tagihan telepon dan biaya asuransi kesehatannya akan langsung di potong dari rekening, karena itulah dia membutuhkan uang tunai. Soo Ji yang bicara sendiri lalu sadar kalau dia dilihat banyak orang.
Saat mengantri di depan ATM yang penuh dengan antrian, Soo Ji mendapatkan pemberitahuan bahwa uang di rekeningnya telah dipotong untuk asuransi kesehatan sebesar 70.980 won. Soo Ji kesal dan tak bisa membiarkan rekeningnya terpotong lagi untuk tagihan telepon.
Soo Ji berlari mengambil antrian menuju teller, tapi sayangnya Soo Ji mendapat nomor antrian dimana masih ada 34 orang sebelumnya. Soo Ji berlari kembali ke area ATM. Dan yang ditakutkan Soo Ji terjadi, rekeningnya telah di potong tagihan telepon sebesar 46.400 won. Soo Ji yang kesal pun mengumpat.
***
Joo Seong masih meringkuk di ranjangnya. Kemudian terdengar ketukan di pintu, Hye Rim meminta ijin masuk. Joo Seong buru-buru duduk dan mempersilahkan Hye Rim masih.
Hye Rim membawa bubur untuk Joo Seong. Joo Seong bilang dia sudah tidak apa-apa sekarang, tidak sakit lagi. Joo Seong juga bilang kalau dia tidak selemah itu, jadi Hye Rim jangan menelepon Dae Young lagi. Karena dia yang akan menjemput Hye Rim di restoran nanti malam.
Hye Rim tertawa, dia mengerti. Tapi Joo Seong tetap harus makan bubur yang dia bawa. Nenek membuat bubur karena mengkhawatirkan Joo Seong. Nenek juga memintanya memastikan Joo Seong makan dan minum obat.
“Kalau begitu, aku akan memakannya karenamu.” Ujar Joo Seong.
Lalu Hye Rim lupa obat untuk Joo Seong tertinggal. Hye Rim kembali ke bawah sementara Joo Seong makan.
Notifikasi ponsel Hye Rim berbunyi. Joo Seong yang kepo mengambil ponsel Hye Rim untuk melihatnya. Ada beberapa pesan dari beberapa pria untuk Hye Rim.
Joon Ho Oppa: Apa yang sedang kau lakukan? Aku merindukanmu.
Kyu Shik Oppa: Hye Rim, dimana kau?
Jin Ho Oppa: Aku mencintaimu.
Joo Seong kesal membaca pesan-pesan itu. Joo Seong melempat ponsel Hye Rim ke lantai dengan sekuat tenaga. Joo Seong juga mengumpat. Tapi kemudian dia sadar apa yang sudah dia lakukan. Joo Seong mengambil ponsel Hye Rim, dan ternyata rusak. Layarnya retak. Joo Seong kesal sendiri.
Joo Seong memasukkan ponsel itu ke dalam saku celananya saat terdengar suara langkah kaki Hye Rim mendekat. Joo Seong pura-pura makan lagi.
Hye Rim masuk dan memberikan obat Joo Seong. Hye Rim meminta Joo Seong menyimpan mejanya di luar jika sudah selesai makan. Hye Rim lalu mencari ponselnya. Tapi Joo Seong bilang dia tidak melihatnya, mungkin Hye Rim tidak membawanya.
Tapi Hye Rim yakin tadi dia membawanya kesana. Joo Seong membantu Hye Rim, pura-pura mencari ponsel itu di sekitar ranjang.
***
Soo Ji menunggu Sang Woo di depan gedung apartemennya dengan membawa robot pembersih yang baru. Soo Ji lalu melakukan perhitungan di kepalanya. Uang depositnya sebesar 1 juta won, dikurangi biaya sewa, bulanan, telepon, asuransi, dan robot pembersih, sisanya adalah 117.620 won.
Soo Ji menghela nafas, bagaimana bisa 1 juta won menghilang begitu saja seperti partikel pasir.
Sang Woo kemudian datang menyapa Soo Ji. Sang Woo bilang seharusnya Soo Ji masuk ke rumahnya. Tidak apa-apa, Soo Ji hanya mampir untuk memberikan robot pembersih yang baru. Sang Woo merasa tak enak, seharusnya Soo Ji tidak perlu melakukan itu karena dia sudah menemukan robot pembersihnya.
Soo Ji terkejut. Sang Woo bilang petugas menemukan itu dan mengembalikannya. Jadi dia meminta Soo Ji membatalkan pembelian robot pembersih itu. Soo Ji tersenyum senang, dia mengerti.
Kemudian petugas yang dimaksud muncul. Sebenarnya hanya akan lewat, tapi Soo Ji memanggilnya dan berterima kasih karena sudah menemukan robot itu. Petugas itu memberitahu bahwa roboh itu dirusah anak-anak di taman bermain. Sang Woo ingin menghentikan petugas itu, tapi dia tidak bisa.
Petugas itu memperingatkan Soo Ji untuk berhati-hati lain kali, dan menutup pintu ketika sedang membersihkan rumah. Sang Woo tersenyum masam. Dia lalu mempersilahkan petugas itu untuk masuk.
“Kau berbohong?”
“Itu bukan kebohongan...” Sang Woo hendak menyangkal. “Aku minta maaf. Aku berbohong. Aku tidak ingin kau merasa tidak nyaman. Tapi kau benar-benar tidak perlu memberiku ini.”
“Tolong terima. Atau aku akan benar-benar merasa tidak nyaman.”
Sang Woo pun tak bisa menolak lagi. Lalu Sang Woo mengajak Soo Ji pergi ke Seoul akhir pekan ini bersamanya. Sang Woo mengajak Soo Ji berkencan apapun yang mereka inginkan disana tanpa mengkhawatirkan apapun. Soo Ji menyukainya.
Sang Woo lalu hendak menolak robot itu lagi, tapi Soo Ji tetap meminta Sang Woo menerimanya. Dan ternyata Sang Woo sudah membeli yang baru di rumahnya.
Soo Ji pulang ke rumah dengan perasaan gembira karena akan pergi kencan ke Seoul. Soo Ji bahkan menari-nari.
“Mengagumkan. Apakah aku harus mencari beberapa tempat di Seoul yang aku kenal? Benar, Goo Dae Young. Dia bilang dia tinggal di Seoul untuk waktu yang lama.”
Soo Ji hendak menelepon Dae Young, tapi kemudian teringat dengan perkataan Dae Young sebelumnya. Bahwa mereka tidak dalam hubungan dimana mereka bisa membicarakan semua hal. Seperti yang pernah Soo Ji katakan. Soo Ji pun mengurungkan niatnya.
***
Bersambung ke bagian 2~
Komentar:
Hubungan Sang Woo dan Soo Ji ini tidak sehat. Soo Ji yang terlalu memaksakan diri, dan Sang Woo yang tidak memahami posisi Soo Ji. Sudah jelas Sang Woo tidak masalah dengan kehilangan robot itu, dia tidak meminta Soo Ji menggantinya, dan Soo Ji juga tidak punya uang. Tapi Soo Ji memaksakan diri mengganti robot itu. Sang Woo sendiri tidak jujur kalau dia sudah membeli robot baru.
Hadeuh, tapi untungnya persahabatan Dae Young dan Sang Woo tidak rusak. Sejauh ini sih. Sang Woo paham kalau Dae Young seorang pria yang bisa tertarik pada lawan jenis, siapapun itu. Dan Dae Young juga sadar kalau dia tidak boleh menyukai kekasih orang lain, terlebih itu kekasih sahabatnya sendiri. Dae Young cukup tahu diri. Tapi apakah akan terus seperti itu?
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya. Tapi mohon maaf komentar akan dimoderasi ya.. jadi gak akan langsung muncul di halaman post.. Dan pasti akan saya baca semua, walau tidak saya balas. XD