Let’s Eat Season 2 | Episode 8 - 1
Dae Young yang kesal karena Sang Woo mengira bubur itu dari wanita lain, tak sengaja Dae Young memberitahu Sang Woo bahwa Soo Ji menyukainya. Karena rahasia itu sudah terbongkar, Dae Young pun bertanya pendapat Sang Woo tentang Soo Ji.
Sang Woo bilang Soo Ji hanya seorang penulis yang bekerja bersamanya. Dae Young mencoba memberi masukan agar Sang Woo mulai sekarang mencoba memikirkan Soo Ji lebih sebagai seorang wanita.
“Lupakan. Kau tidak tahu aku? Aku berusaha keras untuk tidak terjebak di kota Sejong. Apakah kau pikir aku akan memulai sesuatu dengan seorang wanita yang bekerja denganku?”
Sang Woo menambahkan kalau dia akan berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan Dae Young tadi, jadi Dae Young juga harus pura-pura tidak mengatakan apapun.
Dae Young heran apakah Sang Woo tahu kalau Soo Jin menyukainya. Tidak, Sang Woo bilang Soo Ji baru-baru ini mulai berbicara tentang hal-hal pribadi. Ternyata Dae Young menanyakan hal itu karena reaksi datar dari Sang Woo setelah Dae Young keceplosan.
Dae Young pun sadar, tidak masuk akal jika seorang pria tipe menantu idaman tidak popular. Jadi Sang Woo sudah biasa mendengar ada wanita yang menyukainya.
“Apakah kau cemburu atau benci padaku?” Sang Woo memiting leher Dae Young dan membawanya ke dapur untuk mencuci piring.
***
In Ah tak percaya kalau adiknya mengakui bubur yang dikirimkan pada Sang Woo sebagai miliknya. In Ah cemas, bagaimana jika Sang Woo nanti tahu kebohongan Min Ah. Tapi kemudian In Ah setuju, Min Ah yang membuat bubur itu. Min Ah pun tersenyum senang. In Ah bilang Min Ah selalu mendapatkan semua yang dia inginkan, bahkan sejak kecil.
Tapi Min Ah juga penasaran siapa sebenarnya yang mengirim bubur itu. In Ah menenangkan adiknya, jika Sang Woo bahkan tidak tahu siapa yang mengirim berarti mereka tidak berhubungan dekat. Mereka kemudian memesan makanan.
Tak berapa lama kemudian, meja mereka penuh dengan segala makanan dan minuman yang terbuat dari buah stoberi. In Ah mengajak Min Ah untuk segera menikmati buah musiman itu.
Meski merasa malu untuk makan karena penampilan makanan yang cantik, Min Ah tetap melahapnya.
In Ah tahu kalau kandungan vitamin C dari stoberi dua kali lipat lebih banyak daripada jeruk, memesan lagi satu gelas jus stroberi.
***
Di rumah Nenek Jeom Yi, Soo Ji dan Ahjumma Mi Ran beserta anaknya sedang berkumpul. Nenek bersiap untuk membuat selai stroberi dan memberikan beberapa stroberi segar untuk dimakan. Nenek ternyata mendapat kiriman stroberi dari menantunya yang tinggal di deket perkebunan besar stroberi.
Setelah selai selesai dibuat, Ahjumma Mi Ran dan Joo Wan memakan roti dengan selai itu. Sedangkan Soo Ji minum susu yang dicampur dengan selai, yang menjadikannya sebagai susu stroberi terbaik yang pernah diminum Soo Ji.
Tak hanya itu, nenek juga menyuruh Ahjumma dan Soo Ji membawa selai ke dalam botol. Soo Ji awalnya curiga kalau nenek akan meminta bayaran, seperti yang dilakukannya pada bubur abalone. Tapi kali ini nenek memberi selai gratis! Soo Ji sangat senang.
Dae Young begitu terkejut ketika Soo Ji memanggilnya. Soo Ji heran melihatnya, kenapa Dae Young begitu terkejut, apakah Dae Young sedang ketakutan? Dae Young malah balik bertanya, apakah Soo Ji melakukan sesuatunya padanya (yang akan membuatnya takut pada Soo Ji)?
Padahal Dae Young emang takut Soo Ji tahu kalau dia sudah membocorkan rahasia. Haha…
Soo Ji memberikan selai stroberi yang dititipkan nenek. Selain itu, Soo Ji juga memberikan secarik kertas yang berisi daftar nama dan telepon. Soo Ji bilang dia juga punya kesadaran. Itu adalah balas jasa Soo Ji pada Dae Young. Karena selama ini Dae Young sudah membantunya. Itu adalah daftar orang yang mungkin akan menggunakan asuransi.
“Benarkah Pegawai negri Sipil?” Dae Young tak percaya.
“Bagaimana aku tahu PNS? Mereka adalah sepupu aku. Seperti yang kau tahu, aku tidak punya banyak teman. Satu-satunya hubungan yang aku miliki adalah dengan anggota keluarga.”
Dae Young merasa tak enak hati, Soo Ji tak benar-benar harus melakukan itu. Dae Young bilang Soo Ji juga tahu itu, kalau dia membantu Soo Ji tak mengharapkan imbalan. Tapi Soo Ji merasa bersyukur, karena berkata Dae Young dia bisa memberikan Sang Woo bubur pada waktu yang tepat juga berkat Dae Young.
Dae Young lalu bilang seharusnya Soo Ji membersihkan giginya dari sisa stroberi sebelum bicara. Soo Ji terkejut dan langsung menutup mulutnya. Dia kesal, Dae Young kan bisa pura-pura tidak melihatnya. Dae Young selalu seperti itu.
Lalu dengan bibir yang menutupi gigi, Soo Ji memberitahu kalau dia akan meminta nomor mertua sepupunya jika dia lebih dekat lagi dengan Sang Woo. Dae Young mengiyakan dan berterima kasih. Setelah Soo Ji masuk ke rumahnya, Dae Young menghela nafas dengan tak enak hati.
***
Seorang wanita pengunjung minimarket mendengar percakapan Hye Rim dan temannya yang membicarakan tentang biaya kuliah. Saat membayar barang yang dia beli, wanita itu berbicara dengan Hye Rim. Dia menebak Hye Rim seorang mahasiswa dan pasti bekerja paruh waktu untuk membayar kuliah.
Hye Rim membenarkan, karena upah naik sedikit dan biaya kuliah naik banyak. Wanita itu bilang dia mengerti betapa sulitnya mendapatkan biaya kuliah dengan bekerja paruh waktu seperti itu. Dia menawarkan pekerjaan pada Hye Rim, dimana dalam satu minggu Hye Rim bisa mendapatkan uang untuk biaya kuliah. Wanita itu memberikan kartu namanya.
“Klub Komunikasi Bisnis? Tempat jenis apa ini?”
“Seperti dikatakan, itu pekerjaan di mana kau dengan riang berkomunikasi dengan pelanggan. Karyawan kami adalah mahasiswa seperti kau.”
Hye Rim masih tak mengerti, apakah itu seperti pekerjaan sementara? Wanita itu bilang semua orang berpikir buruk itu pada awalnya, tapi jika tidak bekerja seperti itu, kapan Hye Rim akan membayar semua biaya kuliah dan lulus?
Wanita itu juga bilang kalau dia tidak menyuruh Hye Rim untuk melakukan pekerjaan itu selamanya, setelah Hye Rim melakukannya selama sekitar satu tahun atau dua dan mendapatkan uang untuk kuliah, Hye Rim boleh berhenti. Hye Rim tampaknya tertarik.
***
Joo Seong naik ke atap dan mendapati Joo Wan yang sedang duduk bermain game. Joo Wan ternyata sedang bolos les, dan dia sedang bersembunyi disana dari ibunya. Joo Seing kesal karena Joo Wan terus memperpendek kata-kata di depan orang yang lebih tua (bicara informal).
Kesal karena Joo Wan bahkan meminta maaf dengan kata pendek, Joo Seong berjalan ke kamarnya. Begitu Joo Seong membuka pintu, Joo Wan juga ikut masuk melihat kamar Joo Seong.
Dan saat Joo Seong hendak duduk di kasur, Joo Seong yang teringat akan uang yang ada disana mencegahnya. Joo Wan kesal, dia kan masuk ke rumah ibunya sendiri. Kemudian Joo Seong memikirkan sesuatu.
***
Ahjumma berjalan menuju kantornya. Kemudian dia mengaduh dan hampir terjatuh karena seseorang menembak kakinya dengan peluru mainan. Ahjumma mencari tersangka. Ada seorang anak yang bersembunyi di dekat tempat sampah dan membelakanginya. Ahjumma langsung memukul anak itu, yang ternyata adalah Joo Wan.
Joo Wan meminta maaf, dia tidak tahu siapa yang datang. Ahjumma mengambil pistol-pistolan itu dari tangan Joo Wan dan bertanya dari mana Joo Wan menemukan pistol itu. Joo Wan bilang dia meminjamnya. Ahjumma kesal, siapa yang meminjamkan Joo Wan, teman sekolah atau teman les? Ahjumma mengajak Joo Wan menemui orang tua anak itu.
“Sebenarnya, aku membelinya.” Ujar Joo Wan.
“Kau membeli ini? Dari mana kau mendapatkan uang?”
Ahjumma lalu merebut dompet Joo Wan dan menemukan begitu banyak uang. Ahjumma terkejut, dan menanyakan dari mana Joo Wan mendapatkan uang itu. Joo Wan bilang hyung penyewa. Maksudnya adalah Joo Seong, tapi Ahjumma mengira itu Dae Young.
Ahjumma heran kenapa Dae Young memberikan uang dalam jumlah besar pada anak-anak. Ahjumma lalu mengambil uang itu dengan alasan dia akan menyimpannya untuk Joo Wan. Joo Wan lalu berteriak meminta uang itu dikembalikan. Joo Wan kesal karena ibunya selalu mengatakan alasan itu, tapi tidak pernah mengembalikannya.
Ahjumma memanggil Dae Young yang lewat di depan kantornya dengan ramah. Ahjumma memberikan sekotak kue pada Dae Young dan memintanya tidak mengatakan pada siapapun. Ahjumma khawatir jika Soo Ji mengetahuinya, dia akan marah-marah menuduh Ahjumma diskriminatif.
“Jika ada yang rusak, segera hubungi aku. Tidak ada yang membuat kau tidak nyaman, kan?”
“Tidak, tapi apakah kau ingin meminta bantuan padaku?” Dae Young merasa heran dengan sikap Ahjumma yang tiba-tiba baik itu.
Ahjumma bilang dia bersyukur karena Dae Young begitu baik untuk Joo Wan. Tapi ahjumma juga heran kenapa Dae Young memberikan begitu banyak uang pada anak kecil. Dae Young bingung karena dia tidak pernah memberikan uang saku pada Joo Wan.
Raut wajah ahjumma berubah. Ahjumma mengumpat Joo Wan, lalu menghubungi suaminya dan mengatakan ada keadaan darurat. Ahjumma menduga Joo Wan bergaul dengan anak-anak berandalan lagi.
Merasa ahjumma tak ada urusan lagi dengannya, Dae Young berjalan pergi. Tapi begitu terkejutnya dia, ketika ahjumma mengejarnya dan mengambil kotak kue itu. Dae Young melongo.
***
Joo Seong masuk ke minimarket dengan hati riang. Meskipun ternyata Hye Rim tak ada, Joo Seong langsung membantu menata roti di rak. Kemudian seseorang datang. Joo Seong berdiri dengan senang menyambut Hye Rim. Tapi ternyata itu bukan Hye Rim. Raut wajah Joo Seong berubah.
“Dia berhenti. Bukankah kau di sini untuk bertemu pekerja paruh waktu sebelumnya? Ada sekitar satu truk penuh pria yang datang untuk bertemu dengannya pagi ini.”
“Mengapa? Mengapa dia berhenti? Dia tidak terluka atau sakit, kan?” Joo Seong panik.
Pekerja itu tidak tahu dan menyuruh Joo Seong menanyakannya sendiri. Tapi Joo Seong tidak punya nomor ponsel Hye Rim. Begitupun dengan pekerja itu. Dia bahkan tidak pernah bertemu dengan Hye Rim.
***
Sang Woo memberikan kue beras yang dia peroleh dari temannya yang menikah pada In Ah. In Ah kemudian kepo. Teman Sang Woo itu kan seumuran dengan Sang Woo, dan kebanyakan pegawai negeri yang seusianya langsung menikah setelah mereka mulai bekerja di Sejong.
Sang Woo bilang tinggal sendirian di Sejong tanpa teman atau keluarga sedikit membosankan dan kesepian.
“Kau tidak memikirkan tentang pernikahan, Petugas Administrasi?”
“Aku tidak pernah benar-benar memikirkannya, tapi ketika aku sakit, aku mulai berpikir bahwa itu akan menyenangkan untuk memiliki seseorang di sisiku.”
In Ah mulai beraksi. Dia mendengar dari Min Ah kalau Sang Woo sakit dan Min Ah sangat khawatir sehingga membuatkan bubur untuk Sang Woo. In Ah saja tidak pernah membuat bubur untuk suaminya. In Ah memuji Min Ah.
In Ah kemudian menerima telepon dari suaminya dan pergi keluar. Tak lama, Soo Ji masuk ke ruangan itu.
Setelah duduk Soo Ji bertanya pada Sang Woo, apakah buburnya sesuai dengan selera Sang Woo?
Sang Woo pura-pura baru tahu kalau bubur itu dari Soo Ji dan mengatakan bahwa dia makan dengan baik.
Soo Ji menanyakan keadaan Sang Woo, apakah sudah membaik? Sang Woo mengiyakan dengan tanpa menoleh pada Soo Ji dan sibuk dengan berkas yang ada di hadapannya.
Dan ternyata, percakapan itu di dengar oleh In Ah dari balik lemari. Dia menunjukkan raut wajah meremehkan Soo Ji.
In Ah menghubungi Min Ah, memberitahu kalau dia sudah tahu siapa yang mengirim bubur pada Sang Woo. Tapi In Ah meminta Min Ah untuk tidak khawatir tentang itu. Min Ah pun bertanya siapa orang itu, apakah rekan kerja In Ah?
“Bahkan terasa menyakitkan untuk memberitahumuu. Kau berada di tingkat yang berbeda dari dia.” In Ah merendahkan Soo Ji.
“Apakah dia sejauh itu? Tapi tetap saja, tidak ada salahnya untuk berhati-hati. Dengan hal-hal baru, pria cenderung salah mengartikan rasa ingin tahu mereka untuk kesan yang baik.”
In Ah kembali meminta Min Ah untuk tidak khawatir, dan fokus saja pada Sang Woo. Karena Sang Woo mengatakan kalau dia memikirkan tentang pernikahan.
Sementara itu Soo Ji memperhatikan Sang Woo yang sikapnya tampak berbeda. Saat Sang Woo menoleh, Soo Ji pura-pura sedang melihat berkas. Sang Woo memberikan kue beras yang tadi dia bawa pada Soo Ji. Soo Ji memakannya setelah Sang Woo menjelaskan kalau itu adalah kue ucapan terima kasih dari pernikahan.
“Ah, Penulis Baek. Apa mungkin kau sudah selesai menulis? Bisakah aku membacanya pertama kali?”
“P-pertama?” Soo Ji tersedak.
Sang Woo menanyakan keadaan Soo Ji setelah minum air. Soo Ji bilang dia baik-baik saja. Lalu menunjukkan tulisan novelnya. Tapi Sang Woo bilang Soo Ji menunjukkan tulisan yang salah. Soo Ji memeriksa, itu benar tulisan novelnya.
Ternyata Sang Woo meminta Soo Ji menunjukkan tentang buku yang dia tanyakan terakhir kali. Soo Ji baru mengerti dan menunjukkan tulisan yang Sang Woo minta, dengan kue beras yang masih tersangkut di tenggorokan.
In Ah kemudian datang sambil tertawa-tawa. Dia bercerita sambil menatap Soo Ji, bahwa di klinik suaminya ada seorang wanita yang terkilir lehernya karena menatap pohon yang tidak bisa dia panjat (mengejar pria yang tak terjangkau).
“Mengapa dia menatap pohon tidak bisa dia panjat? Benar kan?” In Ah tertawa sambil menunjuk Soo Ji. “Bukankah itu benar-benar lucu? Lucu kan? Iya, kan?”
In Ah ini sebenarnya menyindir Soo Ji, Soo Ji yang tak mengerti maksud In Ah hanya tersenyum mengiyakan.
***
Joo Seong meringkuk murung di kasur, memikirkan Hye Rim yang pergi entah kemana. Nenek datang mengetuk pintu kamar dan menyuruh Joo Seong makan. Tapi Joo Seong tidak mau makan. Padahal nenek sudah memasak makanan kesukaan Joo Seong.
Nenek yang mengira Joo Seong seperti itu karena gagal ujian, menasehati Joo Seong agar makan untuk mendapatkan kekuatan untuk belajar. Nenek juga menenangkan Joo Seong, dia bisa mengambil ujian lagi nanti.
“Aku tidak bisa mengambilnya lagi. Lagi… lagi..” ujar Joo Seong sambil menangis. Dan maksud Joo Seong sebenarnya adalah dia tidak bisa melihat Hye Rim lagi.
Nenek akhirnya kembali membawa makanan tadi. Taek Soo yang baru datang melihat nenek dan menyapanya. Nenek bilang makanan itu dia buat untuk Joo Seong, tapi Joo Seong gagal ujian polisi sehingga dia benar-benar patah hati dan tidak mau makan.
Kalau Taek Soo belum makan, nenek mempersilahkan Taek Soo makan makanan itu. Taek Soo senang mendengarnya dan langsung mencicipi.
“Halmeoni apa ini artinya aku bisa makan makananmu setiap hari?”
“Tidak, aku melakukan ini untuk Joo Seong sementara dia tinggal di sini. Aku membuatnya agar dia bisa makan dengan benar. Di mana lagi dia akan mendapatkan makanan seperti ini?” ujar nenek.
Taek Soo bilang kenapa tidak bisa, Joo Seong bisa pergi ke rumahnya sendiri. Nenek menjelaskan bahwa hidup Joo Seong menyesakkan. Sebelum ada bangunan di daerah itu, ada gossip akan ada pembangunan gedung pemerintah. Orang tua Joo Seong meminjam uang untuk membeli lahan (agar bisa dijual lagi dengan harga mahal).
Tapi ternyata tidak ada pembangunan gedung pemerintah yang lain. Orang tua Joo Seong lalu mengalami kesulitan dan mengakhiri hidup mereka.
Taek Soo merasa kasihan mendengarnya. Taek Soo lalu bertanya bagaimana Joo Seong hidup sendirian disaat dia tidak punya pemasukan apapun. Nenek bilang Joo Seong mendapat uang melalui asuransi jiwa atau sesuatu.
Nenek lalu tersadar, dia mengatakan hal-hal yang tidak berguna. Tapi Taek Soo bilang itu bukan salah nenek, tapi karena kemampuannya. Dia tidak tahu apakah itu karena dia sudah menjadi detektif begitu lama tapi orang-orang akan menceritakan semuanya. Taek Soo lalu berterima kasih atas makanannya dan pergi ke atas.
Nenek mencibir, “Pepatah mengatakan: Bulu burung berkumpul bersama. Memamerkan diri seperti itu, dia sama seperti pemuda di lantai dua.”
***
Soo Ji berjalan sendirian sambil melamun. Soo Ji merasa aneh dengan sikap Sang Woo. Soo Ji bertanya-tanya, apakah buburnya tidak enak? Soo Ji merasa seperti mereka semakin dekat tapi rasanya seperti dia kembali ke titik awal. Soo Ji bingung apa yang harus dia lakukan.
“Tidak, Baek Soo Ji. Aku tidak bisa goyah karena ini. Dalam saat-saat seperti ini aku harus lebih maju.”
Soo Ji menyemangati dirinya sendiri. Dia lalu melihat Sang Woo yang keluar dari gedung pemerintah. Soo Ji memanggil Sang Woo dan menghampirinya. Sang Woo heran melihat soo Ji masih ada disana.
Melihat Soo Ji yang ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu, Sang Woo mengajak Soo Ji bicara lagi di rapat mereka berikutnya. Sang Woo berjalan pergi. Soo Ji menahan Sang Woo dan memegang tangannya. Soo Ji terkejut dengan apa yang dia lakukan.
Sambil menunduk Soo Ji berkata, “Tolong traktir aku makan malam.”
Sang Woo tak mengerti. Soo Ji juga terkejut dengan apa yang dia katakan. Soo Ji lalu menjelaskan maksudnya, jika Sang Woo berterima kasih untuk bubur yang dia berikan maka Sang Woo bisa membelikan makan malam untuknya. Lagipula Sang Woo harus mengembalikan tempat kosongnya.
Sang Woo nampak tak tertarik. Tapi dia menyetujui permintaan Soo Ji dan akan mengatur pertemuan mereka bersama Dae Young. Soo Ji menyela, tidak bisakah mereka hanya berdua saja?
Belum sempat Sang Woo menjawab, In Ah memanggil Sang Woo dari kejauhan. In Ah menghampiri mereka bersama Min Ah. Sang Woo terkejut melihatnya dan bertanya alasan Min Ah kesana.
“Aku datang karena aku merindukanmu.” Ujar Min Ah.
Sang Woo tampak merasa tak nyaman. Min Ah menambahkan kalau dia ingin bertemu Sang Woo lebih cepat meski mereka sudah janjian akan bertemu akhir pekan. Min Ah mengajak Sang Woo untuk makan bersama.
Sang Woo tampak bingung dan melirik Soo Ji. Tapi kemudian Min Ah menggaet lengan Sang Woo dan menariknya menjauh. In Ah juga menarik Soo Ji menjauh ke arah berlawanan. In Ah mengajak Soo Ji minum teh bersama karena dia ingin mengatakan sesuatu. Soo Ji seakan tak rela, terus menatap pada punggung Sang Woo yang semakin menjauh.
Soo Ji terkejut mengetahui kalau Min Ah adalah adiknya In Ah. In Ah memberitahu bahwa Min Ah pergi kencan dengan Sang Woo. Dan karena mereka bertemu dalam usia matang, mereka bukan kencan lagi tapi seperti pertemuan pernikahan. Raut wajah Soo Ji berubah.
Tapi In Ah sepertinya memang sengaja ingin membuat Soo Ji patah hati, seperti yang dia lakukan saat rapat tadi. In Ah malah bertanya pada Soo Ji, dia harus memanggil Sang Woo dengan apa jika mereka jadi menikah.
“Saudara ipar? Ayah keponakan?”
“Ini tidak seperti mereka sudah menikah. Kenapa kau begitu norak? Apa itu tidak berlebihan?”
In Ah tidak merasa demikian. Pada usia mereka, jika mereka berpacaran maka mereka akan segera menikah. Soo Ji terkejut mendengar mereka pacaran. In Ah mengangguk mengiyakan.
***
Sang Woo berada di dalam mobil bersama Min Ah. Sang Woo memberitahu kalau dia agak bingung dengan kemunculan Min Ah tiba-tiba. Min Ah meminta maaf. Tapi kebetulan, memang ada yang ingin Sang Woo tanyakan pada Min Ah. Sang Woo memastikan jika Min Ah yang mengirim bubur kemarin. Min Ah membenarkan.
“Itu aneh karena orang lain mengatakan dia yang membawa bubur.” Ujar Sang Woo.
“Omo, begitu? Itu benar-benar aneh. Aku benar-benar meninggalkannya di lobi. Kau tinggal di apartemen 103, kan?”
Bukan, Sang Woo tinggal di apartemen 105. Min Ah pura-pura terkejut, dia pikir Sang Woo di apartemen 103. Min Ah bahkan mengumpat kalau dia pada akhirnya sia-sia membuat bubur. Mereka lalu berhenti di sebuah taman.
Sang Woo bingung, kenapa mereka berhenti disana. Min Ah bilang mereka harus minum bersama. Min Ah lalu mengambil wine yang sudah dia siapkan di kursi belakang. Sang Woo kembali bingung, bagaimana Min Ah akan mengemudi jika Min Ah minum.
Min Ah berencana akan menelepon sopir pengganti. Dia meminta Sang Woo untuk tidak khawatir. Min Ah lalu menuangkan wine itu dan mereka pun bersulang. Tapi Sang Woo tidak meminumnya, berbeda dengan Min Ah yang lansung menghabiskan minuman yang ada di gelas. Sang Woo takjub melihatnya.
Setelah itu Min Ah menyalakan musik. Min Ah berkata bahwa dia sangat buruk dalam hal berbohong, jadi dia kesulitan menyembunyikan perasaaannya.
“Jadi aku bilang, aku suka.. tidak, aku pikir aku mencintaimu.”
Sang Woo tak menanggapi, “Mari kita berhenti minum dan aku akan menyetir.”
“Tidak, aku tulus. Tolong percaya aku.”
“Ini bukan berarti bahwa aku tidak percaya padamu—“
Min Ah menyela. Dia bilang sampai seusia ini, dia hanya bekerja dan kerja sukarela. Dia tidak pernah berkencan dengan benar, jadi dia cukup canggung mengekspresikan perasaannya. Tapi Sang Woo tetap tidak memberi tanggapan.
Min Ah jadi merasa kalau ketulusannya tidak keluar dengan benar lewat kata-katanya. Karena itu Min Ah akan menunjukkan ketulusan itu dengan tubuhnya. Min Ah membuka jaketnya dan keluar dari mobil.
Min Ah menari dengan sensual di depan Sang Woo. Sang Woo awalnya melongo. Tapi kemudian dia tersenyum melihat Min Ah yang kepribadiannya tak biasa.
***
In Ah terkejut mendengar Min Ah menari di depan Sang Woo. Apa Min Ah sudah gila? Tapi Min Ah bilang itu adalah strategi untuk memenuhi kekurangan mereka. Orang seperti Sang Woo yang agak pemalu, akan jatuh cinta pada seseorang dengan semangat bebas, yang tidak dia memiliki.
“Jaksa Kang juga jatuh cinta padaku dengan cara ini.”
“Kau melakukan itu untuk Jaksa Kang, juga?” In Ah semakin terkejut.
Min Ah lalu mendapat telepon dari seseorang bernama Ho Seung yang sudah datang menjemputnya. Min Ah pamit keluar duluan pada In Ah. In Ah berpikir, dia merasa mengenal nama Ho Seung. Ternyata itu adalah nama Jaksa Kang yang Min Ah sebutkan sebelumnya.
“Hei, apa kau masih berkencan dengan jaksa itu?”
“Apakah aku mengatakan kita putus?”
“Apakah kau bercanda? Karena kau mendekati Sang Woo, tentu saja aku pikir kalian berpisah.”
Min Ah bilang mereka belum resmi pacaran, jadi dia tidak merasa harus meluruskan apapun. Min Ah kembali pamit.
In Ah menahannya dan meminta Min Ah mengajar tarian yang Min Ah lakukan di depan Sang Woo dan Jaksa Kang. Tapi Min Ah tak mau dan segera keluar. Maka In Ah pun menari-nari sendiri.
***
Bersambung ke bagian 2~
Komentar:
Ih, In Ah jahat banget. Sengaja gitu bikin Soo Ji down dan jelek-jelekin dia. Min Ah lebih jahat. Goda-goda Sang Woo padahal masih punya pacar. Apa maksudnya coba? Duh, Sang Woo… semoga cepet ketahuan.
Dan Oooh…uang yang dimiliki Joo Seong itu uang asuransi? Asuransi orang tuanya kah? Tapi kan nenek bilang orang tuanya meninggal karena bunuh diri. Bukannya kalau bunuh diri gak bisa klain asuransi ya? Hm..masih teka-teki ternyata.
Hai mba mumu
ReplyDeletesaya silent reader
Suka baca sinopsis
ownya klo bunuh diri itu bs claim kok asuransinya tp dgn periode tertentu
dan yg penting bukan asuransi syariah
makasih sinopx