Hyde, Jekyll, Me | Episode 2 – 1

Ha Na bertanya pada Seo Jin, apakah dia yang telah menyelamatkannya? Apakah benar-benar Seo Jin yang menyelamatkannya? Tapi Seo Jin menatap bingung pada Ha Na, dia tak mengerti maksud hanya dengan ‘menyelamatkan’.

Ha Na bilang Seo Jin melompat ke dalam air untuk menyelamatkannya. Seo Jin semakin bingung dan terpana. Sekretaris Kwon pun sampai menutup mulutnya, karena terkejut.

“Aku..menyelamatkanmu?”

Ha Na mengangguk, “Kau tidak melakukannya? Direktur Goo, kau juga jatuh ke dalam air, kan? Aku juga tidak benar-benar mengingat apa yang terjadi. Tapi aku diberitahu bahwa kau dan aku ditemukan di dalam air bersama-sama. Tapi apa yang aku ingat adalah seseorang memegangku di dalam air..”

Seo Jin meminta Ha Na diam dan menyuruh Ha Na keluar. Seo Jin bahkan berteriak. Seo Jin memegang kepalanya, sepertinya dia menyadari sesuatu.

Ha Na bingung kenapa Seo Jin marah padanya di saat dia hanya menanyakan kebenaran bahwa Seo Jin yang menyelamatakannya.

“Menyelamatkanmu? Aku tidak pernah..menyelamatkanmu. Aku bukan tipe orang yang akan menyelamatkan seorang wanita. Jadi, pergilah.”

Sekretaris Kwon meminta Ha Na pergi. Ha Na hendak pergi, tapi dia kembali mendekat pada Seo Jin. Matanya terpana melihat kalung yang digunakan Seo Jin. Ha Na pun bertanya apakah kalung itu milik Seo Jin? Seo Jin tak mengerti. Tapi Ha Na tak menjelaskan lebih lanjut dan segera keluar.

Seo Jin mengambil kacamatanya yang sudah pecah, dan tampak terpukul. Seo Jin menatap bayangan wajahnya di kaca jendela.

“Kenapa…kau kembali, Robin?” tanya Seo Jin dalam hati.

Rupanya hal itu yang membuat Seo Jin terpukul. Kemunculan kembali Robin. Yang selama lima tahun ini dia perjuangkan agar tidak muncul.

Ha Na masih berdiri di depan kamar Seo Jin. Ha Na kesal, karena sepertinya Seo Jin takut dia menyebut masalah kontrak hingga menyuruhnya segera keluar. Ha Na mengumpat Seo Jin.

Lalu Ha Na mengingat sesuatu.

[Kilas balik – 15 tahun yang lalu]

Ha Na kecil bergelantung di tepian jembatan. Dia nampak ketakutan akan jatuh. Tangannya hampir saja terlepas, saat kemudian ada sebuah tangan yang memegangnya. Seorang remaja laki-laki yang mengenakan kalung yang sama dengan dipakai Seo Jin.

Remaja laki-laki itu tak berhasil menarik Ha Na ke atas, dan tangan Ha Na terlepas. Ha Na pun terjatuh ke dalam air.

Remaja laki-laki itu terkejut dan segera menceburkan diri ke dalam air. Mencari Ha Na. Remaja laki-laki itu menemukan Ha Na yang tak sadarkan diri, dan mengguncangkan tubuh Ha Na agar sadar.

“Terima kasih.”

“Jangan berterima kasih. Seperti inilah kepribadianku.”

Ha Na menggelengkan kepala. Tidak mungkin remaja laki-laki itu adalah Seo Jin. Kebetulan saja mereka memiliki kalung yang sama. Ha Na pun segera pergi.

***

“Kau bilang bajingan itu kembali? Apakah benar-benar bajingan itu?” tanya Presdir Goo dengan kesal.

“Meskipun saya tak melihatnya langsung..” ternyata Suk Won yang melapor pada Presdir Goo.

Presdir Goo bertanya apa yang Suk Won lihat. Suk Won bilang dia melihat Seo Jin masuk untuk menemui Dokter Kang, lalu dia melihat Seo Jin jatuh ke dalam air bersama seorang wanita beberapa menit kemudian. Presdir Goo dan Nyonya Han tampak terkejut.

Presdir Goo bertanya lagi, apakah Seo Jin mengingat kejadian itu? Tapi Suk Won tampak kebingungan menjawabnya.

“Aku bertanya padamu, apakah dia ingat terjatuh ke dalam air?!”

“Tidak, sepertinya dia tidak mengingat apapun.”

Presdir Goo kesal mendengarnya.

Di rumah sakit, Seo Jin masih merenung. Apakah benar-benar Robin? Robin kembali dan menyelamatkan orang lain?

Sekretaris Kwon merasa itu sepertinya memang Robin. Siapa selain Robin yang akan melompat ke dalam air untuk menyelamatkan seseorang di cuaca dingin seperti itu. Sekretaris Kwon bergidik.

“Kenapa? Tidak terjadi apapun selama lima tahun terakhir, jadi kenapa dia kembali lagi!” Seo Jin berteriak kesal.

Lalu dia teringat pada Dokter Kang. Seo Jin menyuruh Sekretaris Kwon untuk segera memanggi Dokter Kang. Karena Dokter Kang bilang dia menemukan metode pengobatan. Tapi Sekretaris Kwon memberitahu kalau Dokter Kang menghilang.

Di kantor polisi Gangnam. Sedang dibahas mengenai hilangnya Dokter Kang. Detektif Na memperlihatkan gambar TKP pada peserta rapat. Pimpinan dan rekan-rekannya. Di TKP terdapat meja yang pecah dan genangan darah di karpet.

Dan ternyata Dokter Kang adalah dokter yang mereka kenal. Dokter Kang adalah psikiater dari Rumah Sakit Hankyeol yang melakukan hipnoterapi untuk kantor mereka. Tapi, pimpinan bingung kenapa kasus ini disebut sebagai kasus orang hilang, saat belum mencapai 12 jam sejak kejadian. Biasanya kasus orang hilang ditentukan jika sudah tidak ada kabar selama 12 jam.

Itu karena..

“Selamatkan saya. Lantai sepuluh Rumah Sakit Hankyeol…” klik.

Itu adalah suara rekaman telpon Dokter Kang yang menghubungi nomor bantuan. Telpon terputus. Dan telpon itu masuk sekitar pukul 4:50 sore.

“Apa polisi segera berangkat?”

“Ya, mereka berangkat dalam sepuluh menit. Tapi dia sudah menghilang saat mereka sampai.”

Kemudian Detektif Jung menanyakan tentang hal yang dia dengar, bahwa ada seseorang yang terjatuh ke dalam air. Detektif Na memperlihatkan gambar atap gedung penelitian, tempat dimana orang itu terjatuh dan pegawai hotel menyaksikan mereka terjatuh. Detektif Kim bertanya, apakah yang terjatuh itu bukan Dokter Kang?

“Bukan. Seorang wanita bernama Jang Ha Na dan seorang pria bernama Goo Seo Jin. Putra dari Presdir Wonder Grup.”

Seo Jin terkejut mendengar Dokter Kang menghilang. Dia lalu teringat saat dia mendengar suara jeritan seorang perempuan dalam perjalanan menuju kantor Dokter Kang, dan melihat Ha Na yang berlari juga seorang pria berpakaian serba hitam keluar dari ruangan Dokter Kang sambil memegang lengannya yang terluka.

Seo Jin pun sadar, mungkin pria itu pelakunya. Seo Jin bilang pada Sekretaris Kwon bahwa dia melihatnya sekilas. Seo Jin lalu menanyakan apa yang ditemukan kepolisian.

Pimpinan menanyakan alasan kedua orang itu ada disana. Detektif Na bilang Dokter Kang Hee Ae adalah psikiater pribadi Goo Seo Jin. Tapi Seo Jin masih tidak sadar saat dia datang untuk menemuinya. Jadi dia tidak yakin alasan Seo Jin ada disana saat itu. Begitupun Jang Ha Na.

Tidak ada bukti perlawanan Dokter Kang, juga bukti kalau dia diseret dari sana. Dan CCTV mati sejak jam 4:30 sore. Tapi hanya CCTV lantai 10 sekitar gedung fasilitas penelitian, elevator, dan garasi parkir bawah tanah. Dan di atap tidak ada CCTV.

Pimpinan merasa pelaku sengaja mematikan CCTV. Begitupun yang diduga Detektif Na. Pimpinan lalu memberi tugas pada anak buahnya untuk menyelidiki kasus itu.

Detektif Jung bertugas mengecek semua rekaman CCTV berdasarkan lantai dan waktu. Detektif Kim bertugas menemukan siapapun yang mungkin memiliki dendam pada Dokter Kang. Dan Detektif Na bertugas mendapatkan penyataan kesaksian dari Seo Jin dan Ha Na.

Detektif Na menghubungi ponsel Ha Na yang dijawab oleh Jin Joo. Detektif Na memberitahukan bahwa dia hendak meminta pernyataan kesaksian dari Ha Na besok pagi. Jin Joo mengerti.

Ha Na masuk ke dalam kamar inapnya setelah dari kamar Seo Jin. Jin Joo langsung memberitahu kalau polisi hendak datang besok pagi untuk mendapatkan pernyataan kesaksian dari Ha Na.

Ha Na menanyakan tentang apa yang terjadi pada wanita yang dia lihat di lantai (Dokter Kang). Tapi Jin Joo tidak tahu karena tidak menanyakan hal itu. Jin Joo bertanya balik apa yang dikatakan Seo Jin pada Ha Na setelah menemuinya tadi.

“Dari yang aku lihat, satu-satunya kata yang orang itu tahu untuk dikatakan adalah ‘pergilah’.”

“Pergilah.” Ujar Presdir Goo pada Seo Jin. “Sampai Dokter Kang ditemukan.”

Seo Jin berdiri mematung.

“Dia tidak pernah diajarkan bahasa yang sopan, dan aku pikir semua roman wajahnya sudah dilumpuhkan juga. Tidak peduli betapa seriusnya seseorang, mereka tetap adakalanya terlihat terkejut, dan tersenyum disana sini. Meski kadang-kadang mereka memiliki wajah kebencian.”

Jin Joo tertawa mendengar ocehan Ha Na tentang Seo Jin. Ha Na melanjutkan, bahwa seo Jin benar-benar seorang sociopath yang tidak punya emosi manusia. Prestasi lebih besar dan batas keuntungan bersih, hanya itulah yang ada di otaknya. Seo Jin bahkan tidak menyadari bahwa pekerjaannya asalah menjual mimpi dan fantasi pada orang-orang.

“Kalau begitu aku kira dia bukan pangeran yang menyelamatkanmu dari jembatan itu saat kau kecil? Aku tahu kau pergi kesana untuk melihatnya karena kau pikir mungkin dia orangnya.”

“Dia bilang dia bukan tipe orang yang akan menyelamatkan seorang wanita. Dia melakukan apapun yang dia bisa untuk menghentikanku menyinggung masalah kontrak.” Ha Na tampak kesal.

Seo Jin bilang dia tidak akan pergi. Presdir mengingatkan bahwa pelantikan hanya tinggal satu bulan (mungkin pelantikan Seo Jin menjadi Presdir baru). Tapi karena itulah Seo Jin tidak bisa pergi.

Presdir kembali mengingatkan bahwa Seo Jin tidak bisa dilantik dalam situasinya sekarang. Presdir juga menyuruh Seo Jin untuk membatalkan rencana meningkatkan modal.

“Aku baik-baik saja, Ayah. Tidak ada yang salah denganku.”

“Tapi aku diberitahu bahwa kau tidak mengingat apapun.”

“Aku hanya pingsan. Itu hanya sebuah kecelakaan tak terduga. Tidak bisakah ayah lihat? Aku berbeda dari lima tahun yang lalu. Ayah tahu bagaimana aku menjalani hidupku lima tahun terakhir. Aku melakukan apapun yang aku bisa.

Wonder Tower sudah selesai, dan pendapatan kita meningkat 30 persen. Aku tidak pernah sekalipun melewatkan pengobatanku, dan aku melakukan apapun yang dikatakan Dokter Kang untuk aku lakukan. Aku benar-benar menutup diri dari dunia dan tidak merubahnya, bahkan sekalipun. Ayah tahu sendiri.”

“Jika kau tidak melakukannya, maka kau tidak akan berdiri di depanku sekarang.”

“Ya. Aku melakukan apapun yang aku bisa hanya untuk bisa berdiri dihadapan ayah. Itulah yang masih tetap aku lakukan, dan itulah apa yang akan tetap dilakukan.”

Presdir Goo lalu bilang kalau dia ragu pada Seo Jin. Seo Jin bertanya, tidakkah ayahnya tahu keraguan yang ayahnya rasakan itu membuatnya (Seo Jin) dalam bahaya?

Presdir Goo tertawa kecil, apakah Seo Jin sedang mengancamnya. Seo Jin bilang itu adalah peringatan, dan dia meminta ayahnya untuk membiarkannya. Tapi Presdir Goo bilang kalau Robin akan datang kembali.

Presdir Goo keluar dari kamar Seo Jin. Sekretaris Kwon yang tadi menguping dari balik pintu segera masuk dan menutup pintunya.

Presdir Goo menyuruh Suk Won untuk terus mengawasi Seo Jin. Jika sesuatu terjadi, Suk Won sudah tahu apa yang harus dilakukan. Suk Won mengerti. Presdir Goo lalu pergi.

Seo Jin sedang bersiap berganti pakaian. Sekretaris Kwon menghibur Seo Jin dengan mengatakan kalau Seo Jin tadi hebat, dan mengepalkan tangan hendak memberi semangat. Tapi Seo Jin menghentikannya dengan berkata kalau usaha menghibur itu dilarang.

Sekretaris Kwon keki, dan segera pamit menyiapkan mobil seperti perintah Seo Jin.

***

Seo Jin masuk ke halaman belakang, yang lebih mirip rumah kaca, karena itu adalah ruangan tertutup dengan banyak tanaman, air mancur, dan juga suara burung. Ruangan tempat Seo Jin bermeditasi.

Seo Jin menuju sebuah dinding yang ditutupi tanaman. Ternyata di balik tanaman itu ada sebuah kunci keamanan yang memerlukan sidik jari Seo Jin untuk membuka pintu ke ruangan di baliknya. Seo Jin masuk ke ruangan itu dan menyalakan lampu serta beberapa monitor yang ada disana.

Seo Jin lalu duduk, dan membuka sebuah folder yang terpampang di layar. Folder-folder dengan nama tahun dari tahun 2010. Folder yang Seo Jin bukan ternyata dari tahun 2010. Folder itu berisi rekaman-rekaman CTV yang ada di Wonderland. Seo Jin memutar rekaman CCTV dari folder itu.

Dimana Robin menyelamatkan anak yang hampir terjatuh dari komedi putar (28-09-2010, pukul 20:38), Robin menyelamatkan seorang nenek yang hampir terjatuh di tangga berjalan (27-09-2010, pukul 21:13), dan Robin yang membantu orang-orang keluar dari elevator yang macet (26-09-2010, pukul 22:05).

Seo Jin termenung menatap rekaman itu. dia lalu berlaih ke komputer dan membuka sebuah program untuk mengirim pesan. Pesan video. Seo Jin merekam dirinya sendiri di komputer itu untuk mengirim pesan pada Robin.

“Jika kau melihat video in, maka itu berarti kau telah kembali. Tapi dengarkan dengan hati-hati, Robin. Kau ingat, kan? Peraturan terakhir dari daftar kita. Nomor 19. Protokol ke-90. Tidak ada alasan untukmu hidup lagi. Aku berbah, dan aku tidak lagi ingin ada kau disekitarku. Jadi jika kau hendak muncul, maka lakukan yang terbaik. Karena aku..akan melenyapkanmu, sekali dan untuk selamanya.”

***

Seo Jin bermeditasi. Dan mengikuti petunjuk dari ucapan instruktur dari kaset, untuk menenangkan diri, dan menjauhkan kesedihan. Tapi kemudian Seo Jin bergetar, dia menangis.

Sementara itu Ha Na juga termenung di kamar menatap keluar jendela.

***

Seo Jin berjalan di arena Wonderland bersama Sekretaris Kwon. Seo Jin diberitahu bahwa CCTV di gedung penelitian itu mati, tapi hanya di waktu kejadian. Seo Jin menebak CCTV itu pasti dimatikan dengan sengaja. Seo Jin menanyakan pendapat kepolisian. Sekretaris Kwon bilang kepolisian sedang melakukan penyelidikan.

“Tidak ada para saksi yang melihat Dokter Kang?”

“Belum ada saksi. Tapi bukti yang tak diduga selalu muncul saat penyelidikan.”

“Bukti yang tak diduga apa? Dimana mereka akan menemukannya? CCTV mati, dan tidak ada saksi—“

Kata-kata Seo Jin terhenti karena melihat anggota sirkus yang sedang membereskan peralatan mereka (karena diusir Seo Jin). Seo Jin menyuruh Sekretaris Kwon menghubungi polisi, karena ada saksi. Seo Jin bingung, siapa yang bisa menjadi saksi disana. Tapi Seo Jin bilang ada satu saksi, yaitu Ha Na.

Ha Na sedang mempersiapkan diri untuk kembali memperjuangkan sirkusnya dan berhadapan dengan Seo Jin. Tapi Eun Cha bilang mereka sudah berkemas, apalagi yang bisa mereka lakukan. Ha Na dengan yakin berkata kalau dia akan membuat mereka kembali ke Wonderland.

Tapi kemudian Jin Joo masuk dan membawa kabar buruk, bahwa Seo Jin sudah keluar dari rumah sakit. Ha Na merasa kesal, karena Seo Jin mencoba untuk mengusir mereka keluar disaat mereka tidak ada disana.

“Jika orang kaya adalah tentang kecepatan, maka orang miskin adalah tentang ketekunan.”

Ha Na berjalan keluar, dia belum menyerah. Bersamaan dengan itu, Detektif Na muncul. Detektif Na memperkenalkan diri dan menunjukkan tanda pengenal. Detektif Na bilang dia sudah menelpon kemarin untuk meminta pernyataan kesaksian dari Ha Na.

Ha Na bilang dia sudah mendengarnya. Tapi dia punya urusan penting untuk diurus sekarang. Jadi Ha Na permisi dan nanti akan kembali menemui Detektif Na.

“Mungkinkah..kau mengenal wanita ini?” Detektif Na menghentikan Ha Na yang hendak pergi dengan menunjukkan foto Dokter Kang.

Ha Na memperhatikan foto itu, “Aku sebenarnya mengkhawatirkannya. Bagaimana keadaannya? Dia roboh di lantai kemarin.”

Detektif Na memberitahu kalau Dokter Kang menghilang. Ha Na dan yang lain terkejut mendengarnya.

Ha Na dan Detektif Na pindah tempat ke depan ruangan Dokter Kang. Detektif Na menanyakan kepastian bahwa Ha Na melihat Dokter Kang sudah roboh di lantai saat Ha Na datang. Ha Na membenarkan, dan ada genangan darah di bawah kepalanya.

Detektif Na kemudian mendapatkan telpon yang membuatnya terkejut sambil menatap Ha Na. Setelah menutup telpon, Detektif Na lalu menanyakan hubungan Ha Na dengan Dokter Kang. Ha Na tak mengerti pertanyaan Detektif Na, karena dia sudah bilang kalau dia tak mengenal Dokter Kang.

“Jangan berbohong padaku.”

“Apa yang kau bicarakan?” Ha Na semakin tak mengerti.

Detektif Na mendekat, “Kau sebenarnya tidak pernah kemari sebelumnya. Pukul 04:53 kemarin, Dokter Kang menelpon membuat laporan. Semua CCTV di lantai ini mati 30 menit sebelum telponnya. Karena itu, tidak ada yang tahu siapa yang masuk dan keluar dari gedung penelitian ini. Tapi semua terekam di CCTV lantai dasar. Itu menunjukkan siapapun yang masuk dan keluar dari gedung ini. Kecuali satu orang. Kau.”

Ha Na ingin menjelaskan. Tapi Detektif Na terus berkata bahwa Ha Na tidak pernah masuk atau keluar dari gedung ini. Tapi Ha Na bilang bahwa Ha Na ada di gedung penelitian. Jadi bagaimana Ha Na bisa masuk? Ha Na kembali hendak menjelaskan, tapi lagi-lagi Detektif Na tak memberikan kesempatan dan berteriak agar Ha Na segera memberitahukan bagaimana caranya.

“Dia masuk dengan tali.” Ujar Seo Jin yang baru datang.

“Tali?” Detektif Na tak mengerti.

“Kau tidak tahu apa itu tali? Tali?”

“Tali betulan? Seperti kawat?”

“Ya, sebuah tali. Sebuah kawat. Itulah bagaimana dia masuk.”

Detektif Na menanyakan kebenarannya pada Ha Na. Tapi Ha Na tak menggubris dan berkata pada Seo Jin kalau dia melakukan itu karena Seo Jin. Detektif Na beralih pada Seo Jin untuk menanyakan masalah tali itu. Tapi Seo Jin juga tidak menggubris dan bertanya pada Ha Na, kenapa itu adalah karenanya.

“Kau menghindariku saat aku mengajak bicara. Kau bahkan melarangku masuk.”

“Jadi kau meluncur dengan tali untuk masuk? Kebanyakan orang hanya akan menunggu dengan sabar.”

“Oke, maaf karena menggunakan tali untuk masuk. Jadi ayo kita bicara sekarang. Aku sebenarnya datang untuk menemuimu—“

Seo Jin menyela, “Apa kau tidak mengerti situasinya? Kita disini untuk memberikan pernyataan dalam kasus orang hilang. Fokus.”

Detektif Na yang dari tadi di abaikan mengangguk, setuju dengan pendapat Seo Jin bahwa mereka harus fokus. Detektif Na hendak mengatakan sesuatu. Tapi Seo Jin tak menanggapi dan masuk ke ruangan Dokter Kang yang sudah diberi garis polisi. Ha Na menenangkan diri dan berkata pada dirinya sendiri, kalau keselamatan orang yang harus didahulukan. Ha Na masuk menyusul Seo Jin dan mengacuhkan Detektif Na.

Detektif Na, “Hei! Aku sedang bertanya bagaimana ka bisa masuk kesini! Ishh..”

Ha Na memperagakan bagaimana cara dia masuk ke dalam ruangan itu, yaitu melalui jendela. Lalu setelah masuk, Ha Na berjalan masuk dan melihat Dokter Kang yang terbaring di lantai di samping meja. Lalu Ha Na merasakan kehadiran seseorang dari belakang.

Detektif Na dan Seo Jin menunggu kelanjutan cerita Ha Na, tentang siapa orang yang ada di belakang Ha Na. Ha Na berusaha mengingatnya. Detektif Na bertanya apakah orang itu pria? Berapa tingginya? Apa dia memegang pisau di tangannya? Ha Na menatap Detektif Na dengan bingung.

Seo Jin tak sabar, “Kamu bertanya siapa penyerangnya? Apakah kau melihatnya atau tidak?”

Ha Na menatap Seo Jin, “Aku melihatnya.. Aku yakin bahwa aku melihatnya..” Ha Na berusaha mengingatnya, lalu menggelengkan kepala, “Mengapa ini terjadi?”

Seo Jin semakin tak sabar dan mengguncang tubuh Ha Na, “Mengapa ini terjadi? Apa kau melihat atau tidak? Kau melihat atau tidak!”

“Ya, aku melihatnya. Aku melihatnya, tapi aku tidak…ingat.”

Seo Jin dan Detektif Na kehilangan kata-kata mendengarnya.

Kemudian dilakukan pemeriksaan pada Ha Na, dan dokter menyatakan bahwa Ha Na mengalami amnesia sementara. Seo Jin mendesah, dia sepertinya sudah menduganya. Hal yang sering dialami orang-orang. Ha Na bertanya pada dokter, apa dia tidak akan bisa mengingat apapun.

Seo Jin mengatakan kalau Ha Na mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Ha Na menanyakan kebenarannya pada dokter. Dokter membenarkan, Ha Na kehilangan ingatan sementara karena trauma.

“Lalu apakah ada kesempatannya untuk bisa mengembalikan ingatannya?” tanya Detektif Na.

“Ya, tentu saja. Itu benar-benar tergantung pada orangnya. Beberapa bisa segera mengembalikan ingatannya dan dalam kasus langka, beberapa tidak bisa mengembalikan ingatannya.”

Seo Jin mendesah melihat ke arah Ha Na.

Mereka lalu keluar dari ruangan dokter itu. Seo Jin menanyakan kebenarannya bahwa Ha Na memang kehilangan ingatan. Karena dari semua hal, Ha Na tidak ingat bagian yang penting, bagaimana wajah penyerang itu. Detektif Na juga berkata Ha Na mungkin tidak yakin melihat wajah keseluruhan penyerang itu karena dia mengenakan masker. Tapi Seo Jin bilang tetap saja Ha Na melihat penyerangnya dari dekat.

“Kau benar-benar tidak ingat? Kau tidak sedang mencoba mendapatkan imbalan dariku?”

“Bagaimana ketidakmampuanku mengingat menjadi cara untuk mendapatkan imbalan darimu?”

“Karena ini penting untukku.”

“Ini penting untukmu? Ini bagus. Untuk kesenangan tak terduga karena bisa mendapatkan imbalan darimu.”

Seo Jin lalu menyarankan pada Detektif Na untuk mencoba hipnoterapi pada Ha Na. Detektif Na bilang ada satu murid Dokter Kang yang bisa melakukan hipnoterapi. Seo Jin pun setuju agar orang itu yang melakukannya pada Ha Na.

“Tunggu. Kenapa aku harus melakukan itu?”

“Karena seseorang menghilang, dan kau adalah saksi tunggal.”

“Dan karena ini penting untukmu?”

“Ya.”

“Jadi itu sebabnya kau membutuhkanku?”

“Ya.”

“Kau benar-benar membutuhkanku?”

“Ya.”

“Itu sebabnya aku tidak melakukannya. Aku tidak akan melakukannya.”

Seo Jin terkejut mendengarnya dan menanyakan alasan Ha Na. Ha Na bilang itu karena Seo Jin telah salah. Kebanyakan orang akan meminta dengan sungguh-sungguh keikutsertaan seseorang dengan berkata seperti ini: “Tolong, aku akan sangat menghargai bantuanmu.” Dengan tambahan: “Aku akan memberikan imbalan untuk semua bantuan yang kau berikan padaku.”

Ha Na bilang Seo Jin bahkan sudah tahu kalau dia bisa memberi imbalan untuk bantuannya. Tapi sepertinya Seo Jin tidak cukup pintar. Ha Na berjalan pergi. Dan Seo Jin mengerti maksud Ha Na. (Haha.. Ha Na minta imbalan pembaharuan kontrak sirkus..)

Mereka kemudian duduk berhadapan di meja dia satu ruangan. Seo Jin meluncurkan tablet di meja ke arah Ha Na. Seo Jin meminta Ha Na untuk menandatangani kontrak yang ada di tablet itu. Tapi Ha Na meminta Seo Jin untuk meminta maaf terlebih dulu. Meminta maaf karena mengakhiri kontrak mereka tanpa persetujuannya (kontrak sebelumnya).

Seo Jin pun meminta maaf dengan bergumam. Ha Na tidak terima, Seo Jin harus terdengar lebih tulus. Seo Jin menghela nafas kesal.

“Mi-an-ham-ni-da. Puas?” Seo Jin mengeja permintaan maafnya, agar terdengar lebih jelas. Lalu Seo Jin meminta Ha Na untuk tanda tangan.

Ha Na membaca isi kontrak itu, yang ternyata hanya untuk dua tahun. Ha Na menuliskan sesuatu, lalu meluncurkan tablet itu pada Seo Jin. Ternyata Ha Na meminta kontrak untuk 10 tahun.

“10 tahun? Kau ingin kontrak sepuluh tahun? Apa kau serius?”

“Ya.” Ujar Ha Na cepat.

Seo Jin menghapus dan menawarkan untuk tiga tahun. Ha Na tidak mau, dia tetap ingin 10 tahun. Tawar menawar dengan saling meluncurkan tablet pun terus berlangsung. Seo Jin menawar 4 tahun. Ha Na tetap ingin 10 tahun. Dan akhirnya Seo Jin setuju, 10 tahun.

Ha Na lalu menjelaskan bahwa mereka hendak mengubah tema pertunjukan mereka dan untuk melakukannya mereka memerlukan sesuatu. Seo Jin menyela dan menyetujuinya, tanpa mendengar lebih dulu apa yang dibutuhkan Ha Na.

“Dengarkan, Direktur. Apakah aku pikir bahwa hanya pekerjaanmu yang penting dan pekerjaan kami hanya omong kosong?” Ha Na tak terima Seo Jin menyetujui begitu saja tanpa mendengarkan penjelasannya, seperti merendahkan.

“Tidak, bukan seperti itu. Akan tetapi.. tidakkah kau pikir detail itu seharusnya di jelaskan pada seluruh tim manajemen? Aku tidak berpikir itu benar-benar penting untukmu menjelaskan semua detailnya sekarang.”

Ha Na mengangguk-angguk. Lalu Seo Jin mengajak Ha Na untuk melakukan hipnoterapi sekarang juga.

Seo Jin bangkit dan berjalan pergi. Ha Na menghadang Seo Jin. Seo Jin bertanya dengan sopan, apa Ha Na masih punya sesuatu untuk dikatakan?

Ha Na menatap Seo Jin, “Itu kau, kan? Kau orang yang menyelamatkanku kemarin.” Ha Na mendekat dan tersenyum, “Terima kasih. Itulah bagaimana kau melakukannya. Inilah bagaimana itu tulus.”

Ha Na lalu menanyakan lagi tentang kalung itu, apakah itu selalu menjadi milik Seo Jin. Seo Jin bertanya kenapa Ha Na menanyakan hal itu. Tapi Ha Na tak menjelaskan, dia hanya bilang bahwa dia yakin itu hanya kebetulan. Ha Na lalu keluar.

Seo Jin menyusul Ha Na yang masuk ke dalam lift. Seo Jin menanyakan maksud Ha Na dengan kebetulan, apa yang Ha Na bilang sebagai kebetulan. Ha Na bilang bukan apa-apa, dia hanya mencoba memeriksa sesuatu.

“Memeriksa apa?”

“Aku sudah bilang, lupakan saja.”

“Mengapa kau terus bertanya. Apakah kalung itu milikku atau bukan, dan apakah aku menyelamatkanmu atau tidak.”

“Kau menyelamatkanku?”

“Bagaimana jika aku melakukannya?”

“Tapi kau bilang kau tidak melakukannya.”

“Bagaimana jika aku melakukannya!?”

“Kau bilang kau tidak melakukannya.”

Seo Jin mendesak Ha Na ke dinding lift. Seo Jin berteriak, “Siapa kau? Sejak kau muncul dalam hidupku..”

“Aku bahkan tidak pernah melakukan apapun.”

Lalu terdengar suara alat MSP Seo Jin yang berbunyi dengan cepat dan Seo Jin merasa kesakitan. Seo Jin menjauhkan diri dari Ha Na, dan perlahan bunyi alat itu kembali normal. Seo Jin juga bisa bernafas dengan normal lagi.

Ha Na menanyakan keadaan Seo Jin. Seo Jin bilang dia baik-baik saja.

***

Mereka kemudian naik mobil bersama. Ha Na memandang ke sekeliling mobil. Ada tasbih di dekat jendela, rosario, juga Al-Kitab. Ha Na bilang pasti Seo Jin punya keyakinan yang kuat. Seo Jin bahkan percaya pada hipnotis.

Sejujurnya, Ha Na tidak percaya pada hipnotis. Ha Na hanya mencobanya karena hidup seseorang dipertaruhkan. Tapi mungkin itu tidak berhasil, jadi dia meminta Seo Jin untuk tidak berharap terlalu banyak.

“Apa kau percaya pada mobil? Bagaimana dengan pesawat? Atau kapal? Ata ponsel?”

“Apa yang kau bicarakan?” Ha Na tak mengerti maksud pertanyaan Seo Jin.

“Hipnotis bukan sebuah barang. Ini bukan tentang kau percaya atau tidak.”

Ha Na pun bertanya apakah Seo Jin paham tentang hipnotis. Karena dia sendiri tahu sedikit dan bahkan mempelajarinya.

Ha Na melepaskan kalung yang di pakainya dan mengayunkannya di depan Seo Jin. Ha Na menghipnotis Seo Jin. Seo Jin diam menatap Ha Na. Ha Na mengeluarkan sebuah koin. Dia berkata kalau Seo Jin akan bisa membengkokkan koin itu dengan dua jari tangannya. Ha Na mulai menghitung, satu…dua…tiga..

Tapi tak ada reaksi dari Seo Jin. Maka Ha Na pun akan melakukannya sendiri. Seo Jin merebut koin itu dan membengkokkan koinnya (gak ngeh, ini koin udah bengkok awalnya atau engga).

“Apa yang sedang kau coba bandingkan dengan trik koin?”

“Ini adalah gaya hipnotis di Las Vegas. Ini disebut, Mental Magic.” Ujar Ha Na membela diri. Sekretaris Kwon tersenyum melihatnya.

Seo Jin lalu bilang kalau hipnotis bukan seperti itu. Hipnotis adalah sebuah bentuk dari ilmu pengetahuan. Ha Na tak percaya, ilmu pengetahuan apanya. Hipnotis itu selalu tentang pengalaman masa lalu.

“Melihat pengalaman masa lalu dalam keadaan tak sadarkan diri. Itu adalah halusinasi yang terlihat pada saat kesadaran kesadaran dimodifikasi.”

“Halusinasi?”

“Hipnotis adalah baik halusinasi maupun tertidur. Itu adalah keadaan kesadaran diantara bangun dan tertidur. Karena electromyography menunjukkan fungsi gelombang otak yang alami.”

Ha Na heran, bagaimana Seo Jin tahu semua itu. Seo Jin memberitahu bahwa Dokter Kang lah yang mengajarinya tentang hal itu.

“Dengarkan baik-baik. Hipnotis bukanlah sulap, ataupun tentang pengalaman masa lalumu. Dan itu benar-benar bukan sebuah lelucon.”

Ha Na meminta Seo Jin berhenti bersikap serius. Karena dia sudah cukup merasa gugup. Seo Jin diam, memandang keluar jendela.

***

Bersambung ke bagian 2~

Komentar:

Ketidakpedulian Seo Jin pada orang lain, ternyata adalah bentuk dari pertahanan dirinya. Pertahanan diri dari Robin. Robin yang selalu tidak bisa melihat orang lain terluka. Dari penuturan Dokter Kang di episode 1 juga disebutkan juga bahwa Robin yang terlahir karena rasa bersalah Seo Jin, adalah tipe orang yang menyelamatkan dan melindungi.

Tapi aneh, kenapa Presdir Goo tampak begitu membenci Robin dan menekan Seo Jin untuk tidak berubah menjadi Robin lagi? Padahal sebelumnya, Seo Jin sepertinya ‘bersahabat’ dengan Robin. Tapi kemudian dia menyingkirkan Robin karena perintah dari Presdir Goo. Presdir Goo kan bilang kalau Seo Jin bisa berdiri dihadapannya karena Seo Jin melenyapkan Robin.

Seperti kata mba Fanny, mungkin Seo Jin pernah gagal menyelamatkan seseorang dan membuatnya menyimpan rasa bersalah yang besar, sehingga memunculkan Robin. (kalau Jae Yeol, rasa bersalahnya malah jadi schizophrenia ya..)

Dan ternyata memang benar, Robin yang muncul saat remaja pernah menyelamatkan Ha Na.