Kill Me, Heal Me | Episode 13 – 1
Do Hyun bilang pada Ketua Seo bahwa dia bersedia mundur dari perusahaan, tapi dia tidak akan meninggalkan Korea karena ada hal yang harus dia lakukan. Ketua Seo ingin tahu, apalagi yang harus dilakukan Do Hyun selain mendapatkan pengobatan.
Do Hyun memang berpikir untuk melakukan hal itu. Do Hyun berpikir untuk mencari tahu mengapa hatinya terpecah menjadi potongan-potongan, dan apa artinya semua itu.
“Sambil menemukan kenanganku yang hilang dan menyatukan kembali hatiku, aku akan melihat gambar seperti apa saat semuanya lengkap. Aku bukan pengganti ayah. Aku juga bukan anjing yang menjaga Seung Jin Group, atau seorang monster. Aku hanya..Cha Do Hyun.”
Do Hyun meneteskan air mata. Sementara Ketua Seo hanya menatap Do Hyun dengan mata memerah.
Do Hyun keluar dari ruangan Ketua Seo dan memanggil Ri Jin. Tapi Ri Jin tak ada disana. Do Hyun pun menanyakan keberadaan Ri Jin pada Ahjumma.
Ahjumma memberitahu kalau dia meminta tolong Ri Jin untuk mengambil wine di ruang bawah tanah. Tapi sudah lama Ri Jin belum kembali, jadi Ahjumma juga sedang dalam perjalanan menyusul Ri Jin. Do Hyun pun teringat pada Ri Jin yang takut dengan ruang bawah tanah.
Do Hyun bergegas menyusul Ri Jin ke ruang bawah tanah. Do Hyun menemukan Ri Jin yang sedang terduduk lemas dengan pandangan kosong. Do Hyun menyadarkan Ri Jin dan menanyakan keadaannya. Ri Jin tampak linglung, tapi dia bilang kalau dia baik-baik saja hanya merasa pusing. Ri Jin bilang dia tadi sudah baikan, tapi tidak tahu kenapa jadi seperti itu lagi.
Do Hyun mengajak Ri Jin segera naik dan memastikan Ri Jin bisa berdiri. Ri Jin mengiyakan. Tapi kemudian dia pingsan di pelukan Do Hyun. Do Hyun panik dan memanggil nama Ri Jin berkali-kali.
Ri Jin dewasa melihat Ri Jin kecil yang sedang menggambar di dinding ruang bawah tanah itu. Ri Jin dewasa bingung dengan apa yang dia lihat, hingga kemudian Ri Jin kecil menoleh ke arahnya.
***
Episode 13
Do Hyun berterima kasih pada Dokter Suk yang menyempatkan datang meski sedang sibuk. Dokter Suk sepertinya habis memeriksa keadaan Ri Jin. Dokter Suk tak masalah, dia memang harus datang ke setiap saat jika pasiennya berada dalam bahaya. Do Hyun tertawa dan menyebut Dokter Suk sebagai Superman era ini.
Dokter Suk lalu menyarankan pada Do Hyun untuk mengadakan pertemuan rahasia di aquarium saja, jangan di kantornya. Dokter Suk bergurau, sekarang ini ikan disana jauh lebih baik. Mereka pun tertawa bersama.
Dokter Suk menyuruh Do Hyun untuk segera beristirahat. Meskipun jika Do Hyun dihadapkan dengan kenangan yang menyakitkan, Do Hyun harus bertahan. Do Hyun tersenyum dan mengiyakan.
“Perhatikan Dokter Oh dengan baik. Meskipun ia terlihat seperti itu, dia sangat berhati lembut. Dia dulu banyak berjuang karena dia akan merasa begitu banyak berempati untuk pasien. Mungkin tampaknya aku tidak perlu khawatir, tapi itu membuatku gelisah, melihat dia menjadi seperti itu.”
“Aku akan melakukannya dengan baik.”
Dokter Suk lalu tertawa, “Hei, terasa seperti aku seorang ayah meminta menantuku untuk menjaga kebahagiaan putriku, kan?”
Do Hyun tersenyum. Dokter Suk pun pamit dan segera keluar. Do Hyun menghela nafas.
Do Hyun lalu ke kamar Ri Jin, dan mendapati Ri Jin yang tidur dengan gelisah. Dan mengigau seperti ketakutan. Do Hyun menghampiri Ri Jin dan menanyakan keadaannya. Do Hyun juga meminta Ri Jin untuk segera sadar.
Ri Jin memimpikan kejadian saat di ruang bawah tanah. Lalu bayangan saat dia bermain kejar-kejaran sambil dengan seorang anak laki-laki. Ri Jin terjatuh. Anak laki-laki itu menghampiri Ri Jin. Ri Jin melihat kakinya yang tersandung.
Kemudian ada suara pintu dibuka. Ri Jin dan anak laki-laki itu terkejut melihat kedatangan seseorang. Ri Jin langsung menutup wajahnya. (dalam bayangan Ri Jin, wajah anak laki-laki itu masih tidak jelas. Tapi kita semua tahu itu adalah Do Hyun kecil)
Ri Jin masih gelisah. Meski Do Hyun terus memanggil nama Ri Jin, Ri Jin belum juga sadar. Do Hyun berdiri mengambil ponsel dan hendak menghubungi seseorang.
“Jangan pergi.” Ucapan Ri Jin menghentikan langkah Do Hyun. Do Hyun pun menoleh pada Ri Jin.
“Jangan pergi.” Ri Jin mengulurkan tangannya. “Jangan pergi. Bermainlah denganku. Bermainlah denganku. Bermainlah denganku. Jangan pergi. Bermainlah denganku.”
Perlahan Do Hyun menghampiri Ri Jin lagi dan memegang tangan Ri Jin yang terulur tadi. Ri Jin menarik tangan Do Hyun, mendekapnya dan terus berkata ‘Jangan pergi’. Do Hyun duduk, lalu mencium tangan Ri Jin, dan menggenggamnya.
“Aku tidak akan pergi. Aku tidak akan pergi kemanapun. Jadi jangan khawatir.” Do Hyun membelai kepala Ri Jin. “Tidak peduli seberapa menakutkan mimpi buruk, itu akan selalu berakhir suatu saat. Aku akan menjagamu mulai sekarang. Yakinlah dan tidur.”
Ri Jin perlahan menjadi tenang. Do Hyun meneteskan air mata, dan kembali mencium tangan Ri Jin yang dia genggam.
Ri On terhenyak. Sesaat Ri On termenung. Lalu diapun bertanya-tanya apa mungkin Ri Jin mengalami mimpi buruk saat ini. Ri On mengenakan kembali kacamatanya dan mulai menulis di laptopnya.
“Dan untaian kenangan yang telah mulai terlepas…pukuln pada dinding buntu perlahan-lahan akan terus bergulir tanpa henti. Tidak peduli di mana akhirnya terletak. Kesengsaraan dan kesedihan, putus asa, keserakahan, iri hati dan rasa bersalah. Itu bahkan di tengah-tengah apitan oleh semua kegelapan itu, mungkin ada harapan, bahkan jika di dalamnya adalah akhirnya, dan kebahagiaan. Gadis kecil itu... memohon dan terus memohon.”
Do Hyun terbangun dari tidurnya di kamar Ri Jin, dan terkejut melihat Ri Jin tidak ada di kasur. Do Hyun bergegas turun, bahkan sampai hampir terjatuh dari tangga. Do Hyun memanggil Ri Jin. do Hyun menemukan Ri Jin yang sedang membuka kulkas di dapur.
Do Hyun memanggil Ri Jin dan bertanya apa yang sedang dilakukan Ri Jin. Ri Jin sudah kembali ceria, menyapa Do Hyun yang sudah bangun. Ri Jin bilang karena Do Hyun dia merasa lebih baik. Ri Jin merasa lapar, jadi Ri Jin mencari makanan di dalam kulkas.
“Apa kau baik-baik saja? Tampaknya kau memiliki mimpi buruk sepanjang malam.”
“Tidak, aku baik-baik saja. Kadang-kadang aku seperti itu, seperti ini merupakan tradisi tahunan.” Ri Jin mendesah menatap pisang dan yogurt di tangannya. “Aku ingin makan bebek rebus yang dibuat ibuku...”
Do Hyun meminta maaf. Dengan polos Ri Jin menyatakan kebingungannya, untuk apa Do Hyun meminta maaf. Apa hubungannya Do Hyun dan bebek rebus, apa mereka saudara.
Do Hyun pun menjelaskan karena dirinya Ri Jin harus berbohong sedang berada di Amerika. Karena itu Ri Jin tidak bisa bertemu dengan keluarga Ri Jin dengan nyaman. Oleh karena itu, Ri Jin tidak bisa makan bebek rebus ibu Ri Jin. Itulah sebabnya semua itu adalah salahnya Do Hyun.
“Wow! Kau seperti salah satu dari 33 perwakilan yang membaca Deklarasi Kemerdekaan Korea. Tapi apa yang harus aku lakukan? Maafkan saya. Saat tidak di sini, aku sudah menemui keluargaku.”
“Oh, benarkah? Kalau begitu bagus. Mari kita pergi. Aku akan mengantarmu. Istirahatlah mulai hari ini.”
Ri Jin menolak tawaran Do Hyun itu. Karena Jika dia muncul dalam keadaan seperti itu di depan orang tuanya, mereka bahkan akan lebih khawatir. Dan dia belum memberitahu mereka kalau dia adalah dokter pribadi Do Hyun.
Kalau Do Hyun merasa bersalah, Ri Jin meminta Do Hyun membelikan makanan untuknya dan dia akan memaafkan semua kesalahan Do Hyun.
Ri Jin hendak membuka jarum infus dari tangannya. Do Hyun panik dan memberitahu bahwa Dokter Suk menyuruh Ri Jin istirahat sampai hari ini. Ri Jin bilang Do Hyun pasti lupa, dia juga seorang dokter. Ri Jin mencabut jarum infusnya.
“Omo! Sumber nutrisiku telah terputus ~!” Ri Jin tersenyum.
***
Do Hyun menemani Ri Jin makan disebuah restoran. Do Hyun tersenyum melihat Ri Jin makan dengan lahap, bahkan Do Hyun juga menyuapi Ri Jin. Ri Jin akhirnya merasa seperti dia masih hidup sekarang. Do Hyun bertanya mimpi buruk apa yang Ri Jin mimpikan. Karena Ri Jin bilang itu tradisi tahunan, maka Do Hyun tidak berpikir itu bisa dianggap enteng.
Ri Jin tak ingin membahas serius seperti itu sekarang, dan mengajak Do Hyun membicarakannya saat sesi konsultasi mereka. Untuk sekarang, makan saja. Tapi Do Hyun tetap penasaran, apakah mimpi buruk itu karena fobia Ri Jin pada ruang bawah tanah.
“Hei, aku sudah bilang mari kita lakukan nanti. Kau juga lelah, harus menyelesaikan semua hal yang Shin-gun lakukan. Untuk saat ini, mari kita makan seperti kita sudah mengeluarkan uneg-uneg dari dada kita.” Ri Jin menyodorkan minuman.
“Oh Ri Jin-ssi…” Do Hyun masih khawatir.
“Jangan khawatir. Ada orang lain yang menafsirkan mimpi ku.”
Do Hyun pun bertanya siapa orang itu. Ri Jin meminta Do Hyun untuk minum, dia akan memberitahu setelah Do Hyun minum. Mereka pun bersulang. Dan sesuai janjinya, Ri Jin memberitahu bahwa orang itu adalah Ri On. Ketika dia bermimpi buruk, sebagai penulis, Ri On akan menafsirkan mimpi itu untuknya.
Do Hyun lalu teringat kata-kata Ri Jin saat mabuk di ruang bawah tanah bahwa Ri Jin takut pada api dan ruang bawah tanah. Do Hyun juga teringat pada ucapan Ri On, bahwa alasan anak laki-laki ikut takut seperti anak perempuan adalah karena cinta. Karena sejak kecil anak perempuan itu sangat takut, maka anak laki-laki pura-pura takut juga.
Ri Jin: “Aku merayu kakakku untuk datang bersamaku. Tapi dia juga takut! Aku kira kita benar-benar kembar!”
Ri On: “Karena dia ingin berpura-pura dia takut sepertinya... dia menipu dirinya untuk percaya bahwa dia benar-benar takut.”
“Aku dengar kau bertemu penulis Omega.” Ri Jin membuyarkan lamunan Do Hyun. “Aku minta maaf karena berbohong kepada mu selama ini.”
“Orang seperti apa Oh Ri On itu?” tanya Do Hyun.
“Aku juga tidak tahu dia dengan baik. Ada sekitar 276 ular kuning berbintik dalam dirinya.”
Do Hyun memanggil nama Ri Jin hendak menanyakan sesuatu. Ri Jin mengeluh, kenapa banyak pertanyaan hari ini. Yang ingin Do Hyun tanyakan adalah apakah Ri On benar-benar kakak kandung Ri Jin atau bukan. Tapi Do Hyun hanya bisa mengatakan itu dalam hati. Dan dalam kenyataan, Do Hyun menanyakan hal lain.
Do Hyun bertanya haruskah Ri Jin minum begitu banyak disaat badan Ri Jin tidak terlalu baik. Ri Jin berkelakar, binatang mungkin bisa berhenti makan kotoran, tapi dia tidak bisa berhenti minum soju saat makan samgyupsal. Ri Jin lalu mengajak Do Hyun minum lagi.
***
Mereka keluar dari restoran. Ri Jin merasa sangat baik. Dia lalu bertanya-tanya apa tidak apa-apa mereka selalu makan dengan uang Do Hyun, seseorang yang menjadi pengangguran mulai sekarang.
Do Hyun meminta Ri Jin untuk tidak khawatir. Jika dia menjual semua barang yang dibeli Se Gi, mereka bisa makan dan hidup selama dua tahun. Ri Jin lalu menanyakan rencana hidup Do Hyun mulai sekarang.
“Pertama, aku akan mengambil barang-barang ku di perusahaan... dan kemudian mencocokkan puzzle.”
“Potongan apa yang akan pertama kali kau raih?”
“Anak itu. Anak basement... apakah dia benar-benar ada, dan apa yang dia lakukan. Dari mana anak itu berasal, dan kemana anak itu menghilang.”
“Excellent! Tidak menghindari masalah atau tergantung pada orang lain. Aku suka sikapmu yang langsung menghadapi masalah. Bagus, benar-benar bagus.”
Ri Jin lalu menunjuk sebuah tempat untuk membaca tarot. Do Hyun heran melihat Ri Jin begitu gembira. Untuk seorang dokter, apa Ri Jin percaya pada astrologi tidak ilmiah itu? Menurut Ri Jin, siapa yang tahu jika mereka menanyakan dimana anak itu sekarang, mereka mungkin bisa mendapatkan bacaan psikis yang baik.
“Baru saja kau mengatakan bahwa aku hebat untuk tidak bergantung pada seseorang dan menghadapinya sendiri.”
“Aku hanya bercanda. Astaga, kenapa begitu serius tentang hal itu.”
Do Hyun pun tersenyum. Ri Jin lalu menyadari ponselnya tertinggal. Ri Jin hendak kembali ke restoran untuk mengambil ponselnya. Dia meminta Do Hyun memesankan kopi untuknya. Ri Jin segera berlari.
Do Hyun menatap tempat tarrot itu. Do Hyun menghampirinya dan mengintip sebentar sebelum masuk. Peramal mempersilahkan Do Hyun duduk. Dia memuji wajah tampak Do Hyun. Do Hyun menyentuh bola listrik di meja, peramal menyentuh tangan Do Hyun. Do Hyun kaget dan segera menarik tangannya.
Do Hyun lalu mengatakan bahwa dia mencari seseorang. Tapi peramal mengartikan Do Hyun menanyakan keberuntungan cinta. Do Hyun ingin menjelaskan, bukan itu. Tapi peramal terlanjur memulainya.
Peramal meminta Do Hyun memikirkan tentang orang yang Do Hyun sukai sekarang ini. Lalu ambil 3 kartu masing-masing dengan kanan dan tangan kiri. Peramal meminta Do Hyun cepat memilih sebelum rohnya tidak jelas. Do Hyun pun memilih tiga kartu dengan tangan kanan dan kiri, jadi ada 6 kartu.
“Tengah adalah kau, kanan adalah orang yang kau sukai. dan sebelah kiri adalah kendala yang mengganggu asmara kalian.” Peramal lalu mengambil kartu yang kanan. “Gadis ini, sangat baik. Dia sangat hangat dan cerah. Dia seperti... sinar matahari yang bersinar melalui jendela pada bulan April. Saat dia memanggil namamu..kau menjadi bunga untuknya. Dia tidak memiliki fitur yang kuat, tapi dia membuat mu nyaman. Benar kan?”
Do Hyun yang sedari tadi senyam-senyum membenarkan. Peramal membuka kartu tengah, kartu Do Hyun, yaitu kartu hakim.
“Gadis itu memasuki hati mu tanpa kau menyadarinya, kau menilai diri sendiri untuk itu, dan kau mencoba dengan keras untuk menentangnya. Muncul keluar seperti itu.”
Terakhir kartu hambatan. Peramal terkejut karena suatu hal yang tidak enak masuk. Sesuatu yang tidak enak masuk. Ada halangan dimana-mana, dan mereka semua kejam. Peramal tertawa.
Do Hyun bertanya apakah itu akan menjadi kenyataan atau tidak. Peramal tak menjawab dan meminta Do Hyun memilih kartu terakhir. Selagi Do Hyun memilih, peramal kembali memuji wajah tampan Do Hyun.
Do Hyun menyerahkan satu kartu terakhir. Dan itu adalah kartu roda keberuntungan, yang berarti takdir yang tidak bisa dihindari. Menurut bacaan peramal, Do Hyun akan bertemu dengan orang yang sedang diunggu untuk waktu yang lama, tapi itu tidak akan mudah.
“Tanpa rasa sakit dan penderitaan, cinta ini akan sulit menjadi kenyataan. Lihat, lihat. Hakim memegang pedang. Ah, penghakiman ini. Penghakiman. Penghakiman.”
Do Hyun keluar dari tempat itu dan berjalan pergi. Tak lama Ri Jin datang melewati tempat itu dan memutuskan masuk.
Peramal yang sedang melihat horoskop segera menyimpan laptopnya dan mempersilahkan Ri Jin masuk. Peramal bilang Ri Jin pasti datang untuk melihat keberuntungan cinta Ri Jin. Ri Jin berteriak kaget peramalnya tahu tujuannya.
Singkat cerita, Ri Jin sudah memilih kartu. Peramal terkejut Ri Jin mempunyai banyak pria. 1, 2, 3. Tiga pria! Peramal menyebut Ri Jin playgirl.
“Apa! Tidak! Bukan! Apa kau lihat aku seperti itu?” Ri Jin berteriak kesal. “Sudahlah. Katakan saja bahwa itu benar. Jadi? Apa yang harus aku lakukan?”
Peramal meminta Ri Jin memilih kartu terakhir. Dan yang Ri Jin pilih adalah kartu kematian. Ri Jin terkejut melihatnya.
“Hancur. Itu kehancuran.” Peramal tertawa. “Itu berarti untuk melupakan saja hal-hal seperti cinta dan hanya bekerja keras sebagai gantinya. Hanya jika kau menyerah pada cinta mu saat ini, bisa membuatmu mencegah kemalangan besar. Ini hanya semacam makna. Hancur. The end. Berakhir.”
“Ini tidak sah! TIDAK SAH! Kocok kartunya lagi!” Ri Jin ngamuk mengacak-acak kartu di meja.
***
Ri Jin masuk ke sebuah café, dan menghampiri Do Hyun. Melihat Do Hyun yang begitu serius menatap ponselnya, membuat Ri Jin bertanya apa yang Do Hyun lakukan. Do Hyun terkejut dengan kedatangan Ri Jin yang tak dia sadar. Do Hyun bilang dia sedang memeriksa saham. Do Hyun hendak menyimpan ponselnya.
Ri Jin merebut ponsel Do Hyun. Do Hyun panik dan berusaha merebutnya kembali. Ri Jin berhasil membaca apa yang tertera di ponsel. Tingkat keakuratan tarot, validitas kartu tarot. Ri Jin bertanya mengapa Do Hyun mencari hal-hal omong kosong itu.
Do Hyun masih mencoba merebut ponselnya. Hingga akhirnya Ri Jin terpojok di meja dengan Do Hyun di atasnya.
“Tunggu. Situasi sekarang ini... Ini sengaja, bukan? Ini sangat…tidak wajar.”
“Tidak. Jika kau melihat pada keadaan dari kedua belah pihak, itu juga mungkin sedikit banyak.”
Ri Jin mendorong Do Hyun. Dan mereka pun berdiri kembali. Ri Jin mengembalikan ponsel Do Hyun dan bertanya seberapa akurat pembacaan kartu tarot. Do Hyun bilang artikel yang dia baca tidak mengatakan apapun yang pasti jelas.
“Tidak ilmiah.”
“Tidak memiliki keabsahan.”
“Benar kan?”
“Benar kan?
“Tentu saja!”
“Benar!”
Do Hyun dan Ri Jin tertawa. Lalu mereka saling menunjuk, menuduh dan menggeleng. Do Hyun bilang Ri Ji sudah dibaca. Mereka pun akhirnya sama-sama tahu kalau mereka dibaca melalui tarot.
***
Mereka sampai di rumah. Ri Jin pamit naik ke kamarnya, dan menyuruh Do Hyun memanggilnya jika Do Hyun membutuhkannya. Ri Jin menaiki tangga. Do Hyun memanggil nama Ri Jin. Ri Jin pun menoleh.
“Mengapa aku harus memanggilmu hanya ketika aku membutuhkanmu?”
“Itu... Apa yang aku maksud dengan itu? Apa aku pernah membutuhkan ku sebelumnya? Apakah aku hanya pasien mu?”
“Tidak..” jawab Ri Jin cepat. “Tidak seperti itu.”
“Apakah tidak ada kemungkinan bagi ku untuk dianggap sebagai seorang pria?”
Ri Jin terdiam terpana, dan mereka saling bertatapan dengan suara debaran jantung dari keduanya. Do Hyun mengalihkan pandangan matanya.
“Apa kau ingin pergi naik kereta Snowflake? Ketika kau naik kereta Snowflake, melakukan perjalanan dan berbicara lebih banyak denganku. Kau bisa mempelajari lebih banyak tentang aku. Kemudian kita bisa menjadi jauh lebih dekat. Pertama, kita perlu menjadi lebih dekat bagiku untuk bisa merasakan kemungkinan itu.”
Giliran Do Hyun yang terdiam, terpana. Ri Jin bertanya apakah Do Hyun setuju. Do Hyun langsung menjawab dia setuju. Ri Jin tersenyum senang. Dia mengajak Do Hyun bertemu lagi di tangga dalam 30 menit. Do Hyun mengiyakan.
Bukan hanya Ri Jin yang senang, Do Hyun juga. Di ruang pakaian dia tersenyum. Lalu bingung memilih baju mana yang hendak dia kenakan. Tapi kemudian sebuah telpon mengganggunya. Chae Yeon.
Mau tak mau Do Hyun menjawabnya. Chae Yeon meminta Do Hyun menemuinya sebentar, karena ada yang ingin dia katakan pada Do Hyun. Mendengar suara Chae Yeon yang berbeda, Do Hyun bertanya apa Chae Yeon minum.
Chae Yeon tertawa kecil, mengapa Do Hyun peduli apakah dia minum atau tidak? Apa Do Hyun bahkan peduli? Do Hyun lalu meminta maaf, dia tidak bisa menemui Chae Yeon. Dan menyuruh Chae Yeon pulang karena kedengarannya Chae Yeon sangat mabuk.
“Kalau begitu aku akan menelepon Ki Joon. Aku akan menelepon Ki Joon oppa dan menceritakan semuanya tentang bagaimana kau mencoba merayuku malam itu, dan memutuskan pertunangan.”
“Chae Yeon-ah..”
“Aku akan memberitahu semuanya pada Ketua, bahwa cucunya adalah bajingan. Dan aku berpikir untuk mengorbankan diri dan memberikan sedikit bocoran untuk tabloid dan surat kabar ekonomi. Mari kita coba mendapatkan air mata kegembiraan untuk sekali. Aku tidak akan mati sendirian, kau tahu?”
***
Ri Jin sudah berganti pakaian, dan menuruni tangga dengan gembira. Kebetulan Do Hyun juga sedang berjalan kesana. Ri Jin heran melihat Do Hyun yang tidak mengganti pakaian. Do Hyun meminta maaf. Ri Jin bilang tidak apa-apa, selama Do Hyun merasa nyaman. Ri Jin mengajak Do Hyun segera pergi.
“Bukan itu… Aku tiba-tiba memiliki masalah untuk diurus. Aku rasa aku perlu menunda perjalanan untuk nanti.”
“Mengapa? Apakah Ketua meminta mu untuk datang ke kediaman utama lagi?”
“Bukan itu…Chae Yeon. Dia tampaknya mengalami kesulitan karena Se Gi. Aku pikir aku harus menenangkannya. Ini adalah sesuatu yang Se Gi lakukan, tapi aku yang harus bertanggung jawab untuk sesuatu itu.”
“Bagaimana kau akan bertanggung jawab?”
“Aku tidak yakin. Agar dia tidak merubah hatinya lagi, entah dengan aku bersikap jahat padanya, membujuknya.. Untuk sekarang, aku harus pergi. Akankah kau baik-baik saja?”
Ri Jin bilang tentu saja dia baik-baik saja, dan menyuruh Do Hyun segera pergi. Do Hyun pamit, dia akan segera kembali.
Setelah Do Hyun keluar. Ri Jin menjatuhkan tasnya dengan kesal. Jelas, Ri Jin tidak baik-baik saja dengan itu.
***
Do Hyun menemui Chae Yeon di sebuah bar. Do Hyun mengambil gelas minuman yang sedang dipegang Chae Yeon. Karena Chae Yeon mabuk, Do Hyun mengajaknya bicara di tempat yang lebih terang. Chae Yeon bertanya, apa yang sedang Do Hyun lakukan.
“Memanggilku tiba-tiba, ini akan menjadi yang terakhir kalinya aku akan mendengarkanmu. Lain kali, bahkan jika kau mengatakan bahwa aku akan memutuskan pertunangan atau pergi ke Ketua, aku tidak akan datang tidak peduli apapun ancaman yang kau katakan.”
“Jika aku mengiris pergelangan tanganku, maka kau akan datang?”
“Han Chae Yeon.” Do Hyun menyebut nama Chae Yeon dengan tegas.
“Kaulah yang pertama kali mengulurkan tanganmu untuk bersama secara rahasia. Tapi kenapa aku harus menjadi satu-satunya yang merasa bahwa aku ditinggalkan, dibuang?”
Do Hyun duduk di dekat Chae Yeon. Do Hyun meminta maaf, itu adalah kesalahannya. Saat itu bukan situasi dimana dia bisa waras, dan dia kehilangan pikiran sehatnya sejenak.
Tapi Chae Yeon bilang saat Do Hyun kehilangan pikiran sehatnya itu, alasannya kembali. Dia menemukan siapa yang sebenarnya ada dalam hatinya sekarang. Chae Yeon bilang Do Hyun bahkan berkata ingin mengenakan cincin pertunangan pada Chae Yeon.
“Kau bilang kau akan memberikan hak untuk memilih.” Ujar Chae Yeon putus asa.
***
Nyonya Yoon dan Nyonya Baek habis melakukan spa. Nyonya Baek tampak sangat senang dan tak berhenti menceritakan pengalamannya tadi. Nyonya Yoon mengingatkan Nyonya Baek adalah istri seorang duta besar. Nyonya Yoon juga meminta Nyonya Baek membayarnya dua kali lipat saat dia nanti ke Brazil.
Saat menunggu Nyonya Baek yang ke toilet, Nyonya Yoon melihat Do Hyun yang memapah Chae Yeon dari kejauhan. Rupanya bar tempat Chae Yeon minum dan spa yang Nyonya Yoon datangi, berada di hotel yang sama.
***
Ri Jin yang kesal minum bir sendirian. Sudah beberapa kaleng yang dia habiskan. Ri Jin teringat pada perkataan peramal yang memintanya menyerah pada cinta dan bekerja keras sebagai gantinya. Juga jika Ri Jin menyerah pada cintanya sekarang, Ri Jin akan bisa menghentikan kemalangan besar nantinya.
Ri Jin menangis, “Mulai besok aku akan pergi ke layanan pagi. Aku akan pergi ke gereja.”
Ri On dan temannya sedang berkumpul dengan tiga orang gadis. Ri On bercanda dan tertawa bersama mereka. Ri On kemudian mendapatkan telpon dari Ri Jin. Ri On sedikit kesal menjawabnya, karena suasana hati dia sedang baik.
Ri Jin meminta Ri On datang dan membawanya pulang ke rumah. Ri Jin benar-benar ingin pulang ke rumah, tapi dia tidak bisa menyetir karena mabuk. Ri On bilang dia sedang ada urusan sekarang, dia sibuk. Ri On hendak menutup telponnya, lalu dia mendengar sesuatu yang membuatnya terkejut.
“Aku bermimpi buruk lagi. Aku bahkan pingsan kali ini. Jadi, kau perlu menafsirkan mimpiku. Kau mengubah mimpi burukku menjadi mimpi keberuntungan yang baik.”
“Dimana kau sekarang?” tanya Ri On serius.
***
Do Hyun pulang ke rumah dan memanggil Ri Jin beberapa kali. Tapi tak ada jawaban. Do Hyun mencari Ri Jin. Lalu menemukan secarik memo yang Ri Jin tempelkan di pintu kamarnya.
“Aku mengambil kembali liburan yang aku menolak beberapa waktu lalu. Aku tidak marah karena kita tidak bisa naik kereta Snowflake! Jangan salah paham!”
Do Hyun termenung membaca memo itu. Jelas sekali kalau Ri Jin sebenarnya marah.
***
Bersambung ke bagian 2~
Komentar:
Ya ampuuunnn.. Ri Jin dan Do Hyun mulai menunjukkan perasaan masing-masing. Memang ciuman waktu itu bukan penunjukan perasaan ya? Hehe…
Sedikit khawatir dengan pembacaan kartu tarot itu. Pada Do Hyun, peramal bilang cinta mereka akan sulit menjadi kenyataan tanpa rasa sakit dan penderitaan. Pada Ri Jin, peramal bilang cinta mereka bisa menyebabkan kemalangan besar. Dua-duanya tidak enak didengar. Tapi apakah hasil pembacaan kartu ini memang petunjuk untuk jalan cerita selanjutnya, kita tidak tahu. Karena SW-nim begitu pintar membelokkan perhatian kita.
Betul bak mumu....SW nimnya daebak, mengubek ngubek hati (chie...chie) dan bak mumu daebak karena cepat updetnya!...KMHM the best mempertahankan plot yg bagus dr awal hingga kini...dan para castnya mmg improvnya keliatan bagussssss bgt! Gak mungkin utk scene jisung bingung mysti Ri jin sampe hampir kepeleset itu ada di script..(hehehe)..pokoknya drama ini aduahai bgt, pelan 2 saya mulai mngerti..rijin dan do hyun mgkn sama2 anak yg.mendapat kekerasan fi mada kecilnya...namun rijin selalu punya rion...sdgkan do hyun sendirian menghadapi rasa bersalahnya, krnnya do hyun pecah jd 7sdgkan ri jin tumbuh menjadi pribadi yg ceria, meski sama2 punya mimpi buruk dan hilang ingatan...keduanya menjalani hidup yg berbeda.Gumapshimnida bak mumu..keep writing and fighting!
ReplyDeleteSemangat mba ...
ReplyDeletemakasih^_^
hmm ceritanya makin bagus..ri jin cemburu dan berharp do hyun menemui ri jin..makasi mba mumu dan ttp semangat,hehehe
ReplyDeleteawww, ri on terlihat berpura-pura sebagai kembarannya ri jin dan dia akhirnya benar-benar bisa merasakan insting kembar itu...
ReplyDeletethis twin just so cute meskipun mereka bukan saudara kandung T.T
swnim, thank you
park seo joon thank you :)
akhirnya bisa nonton peran seo joon yang kaya gini setelah OWW
MBAK MUMU FIGHTING XD
O y mbk aku tanyak? Ini drama subtnya indo apa inggris?
ReplyDeleteAku selalu pakai bahasa inggris.. Makanya kdg suka aneh nerjemahinnya.. Hehe..
DeleteDrama ini seperti gerimis lama-lama buat kita basah tanpa sadar.
ReplyDeleteKalo kata Ri Jin sih Do Hyun itu PHP!! Haha
ReplyDeleteUdah seneng2 mau diajak main eh malah gak jadi huhu. Sabar ya mbak Ri jin :D
mbak mumu update nya kuueeeennnccceengggg bangeeet!!! Keren keren. Lope lope di udara buat mbak mumu *alay lagi kumat harap maklum
Mbak Mumu, apa mungkin Ri Jin itu putrinya Dokter Suk ya? A...Awww.
ReplyDelete"Dhyun : ...apa aku akan baik² saja???"
ReplyDelete"RJi : Aku Rapopo....!!!! (Tas jtuh...glodaakkkk) heheeee
Manis skli pas scenen d dpan cermin smbil snyum²....sweeeeeeetttttt.....gomawo