Kill Me, Heal Me | Episode 15 - 1
Do Hyun dipukul dengan kayu. Saat itu, dia langsung teringat pada kenangan masa kecilnya. Yang mengulurkan kereta waktu itu, bukan dia, tapi anak itu. Do Hyun menyebut nama Ri Jin. Do Hyun mengenal wajah anak itu sebagai Ri Jin, karena Do Hyun sebelumnya melihat foto Ri Jin waktu kecil.
Kembali ke kenangan itu. Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Do Hyun kecil berdiri dan hendak pergi. Ri Jin kecil menahan tangannya.
“Jangan pergi. Main denganku. Aku takut kalau aku sendirian. Tapi kalau aku bersamamu, aku tidak berpikir aku akan takut.”
“Jika ayah tahu bahwa aku di sini, kau akan dimarahi. Aku akan datang lagi besok malam. Aku akan datang setiap hari.”
“Apakah kau benar-benar akan datang? Kau harus datang.”
“Oke. Ingat. Setiap malam jam 10. Waktu kita berjanji (untuk bertemu).”
Ri Jin kecil pun mengangguk.
Do Hyun mengulangi kata-kata yang dia ucapkan waktu itu. Do Hyun lalu teringat saat Ri Jin tak sadarkan diri waktu itu dan mengulurkan tangan memintanya untuk tidak pergi. Do Hyun juga teringat saat Ri Jin menanyakan namanya, saat pertama kali mereka bertemu secara resmi. Lalu Do Hyun ambruk, tak sadarkan diri di tanah.
Sementara itu Ri Jin yang pingsan di dalam ruangan, mengingat pada perkataan Se Gi dan Do Hyun yang sama persis tentang jam 10. Lalu kenangan lama itu kembali.
Ri Jin kecil berada di ruang bawah tanah sendirian. Ri Jin kecil terlihat menggambar Nana. Ri Jin lalu menoleh ke arah pintu.
“Kenapa kau tidak datang? Aku... takut. Cepat datang.” Ujar Ri Jin kecil dengan nada sedih. Rupanya Do Hyun kecil terlambat datang.
***
Do Hyun perlahan berusaha bangkit. Do Hyun teringat saat itu dia bermain dengan Ri Jin kecil, dan mereka tertawa bersama. Juga teringat saat Ri Jin menggenggam tangannya dengan erat.
Kenangan yang dimiliki Se Gi pun perlahan masuk ke kepala Do Hyun. Saat Se Gi bilang pada Ri Jin dia ingin selamanya bersama Ri Jin. Saat Se Gi marah pada neneknya, membicarakan anak itu (Ri Jin). Do Hyun juga mengingat Ri Jin yang muncul dimimpinya saat itu, yang mengucapkan kata yang sama persis dengan Ri Jin kecil.
Do Hyun bangkit dan berteriak pada orang-orang yang mengeroyoknya, meminta mereka untuk minggir. Tapi Do Hyun kembali dipukuli.
Dan kembali kenangan Se Gi masuk ke dalam kepalanya. Se Gi yang marah pada Ketua Seo, karena 21 tahun yang lalu orang yang seharusnya di selamatkan dari kebakaran itu adalah anak itu. Juga saat Se Gi berkata pada ayahnya, bahwa ayah seharusnya tidak menyelamatkannya. Dan karena ayahnya dia menjadi seorang monster.
Do Hyun masih terus dipukuli. Do Hyun teringat pada Ri Jin yang memohon untuk diselamatkan. Juga teringat pada perkataan Se Gi padanya bahwa saat itu Do Hyun melarikan diri karena tidak memiliki keberanian untuk mengatasi rasa sakit itu. Jadi Se Gi yang mengatasi rasa sakit itu menggantikan Do Hyun.
Do Hyun ambruk lagi. Sementara Ri Jin mulai sadar dan segera duduk melihat ke sekitar ruangan.
***
Nyonya Shin marah pada suruhannya yang melapor bahwa ada seorang pria mengikuti mereka. Nyonya Shin memerintahkan untuk mencari tahu siapa pria itu, dan apa alasan pria itu ingin membawa Ri Jin kembali, juga lakukan pemeriksaan latar belakang pria itu. Nyonya Shin tidak tahu jika pria itu adalah Do Hyun.
“Keluar dari sana sebelum polisi datang. Aku sudah mengatakan ini dengan jelas, aku tidak ada hubungannya dengan hal ini. Kau mengerti? Jika hal ini menjadi lebih besar, sesuai janjimu, kalian yang bertanggung jawab!”
Orang suruhan Nyonya Shin menyuruh anak buahnya yang sedang memukuli Do Hyun untuk berhenti. Mereka harus segera mundur. Mereka pun berhenti dan segera pergi dari sana. Meninggalkan Do Hyun yang berlumuran darah di tanah.
***
Ri Jin berusaha membuka pintu, tapi terkunci. Ri Jin memukul-mukul pintu. “Hei, buka pintu! Apakah ada orang di luar sana?!”
Lalu sekelebat ingatan muncul lagi, ingatan saat Ri Jin kecil sama-sama berusaha membuka pintu. Ri Jin terbelalak, dia terkejut, ingatan apa lagi itu. Dalam ingatan, Ri Jin kecil yang ketakutan berada di ruangan itu sendirian berteriak sambil memukul pintu meminta pintu untuk dibukakan.
Ri Jin mendadak sesak nafas mengingat hal itu. Semakin Ri Jin teringat, Ri Jin semakin sesak. Ri Jin mencari-cari sesuatu di ruangan itu, yang ternyata adalah dapur. Ri Jin menemukan kotak plastik. Lalu mengambil satu plastik dan menempelkannya ke mulut. Ri Jin bernafas dari plastik itu.
Ri Jin mengalami Hiperventilasi Syndrome yaitu masalah pernapasan yang disebabkan menghirup terlalu banyak karbon dioksida, sering menyebabkan gejala pusing dan sejenisnya.
Perlahan Ri Jin bisa kembali bernafas normal. Terngiang ucapan seorang anak laki-laki yang berjanji akan datang kembali dan akan datang setiap malam, setiap jam 10 malam.
Pintu terbuka. Ri Jin menoleh, dan terkejut juga ketakutan melihat seorang laki-laki yang mengacungkan tangan hendak memukul. Ri Jin berlari ke balik tumpukan kardus dan selimut. Ri Jin menyembunyikan wajah di balik lututnya.
Terngiang kembali ucapan anak laki-laki yang meminta maaf karena dia datang terlambat. Ri Jin lalu mengangkat wajahnya dan menoleh ke belakang, sama persis dengan apa yang dilakukan Ri Jin kecil.
“Cha Do Hyun-ssi.” Ternyata yang membuka pintu adalah Do Hyun.
Ri Jin segera bangkit dan menghampirinya. Ri Jin terkejut melihat wajah Do Hyun yang berlumuran darah.
“Mengapa kau seperti ini? Mengapa wajah mu hancur seperti ini?”
Dengan terbata, Do Hyun berkata, “Maaf..karena datang terlambat.”
Do Hyun lalu ambruk ke arah Ri Jin. Ri Jin panik dan memanggil-manggil Do Hyun.
***
Ri On tiba di tempat itu, bersamaan dengan Sekretaris Ahn. Sekretaris Ahn yang tidak mengenal Ri On langsung mencengkeram kerah Ri On dan menanyakan identitasnya. Dengan emosi Ri On berkata bahwa dia adalah kakaknya Ri Jin, dan Ri Jin ada di dalam sana.
Mereka lalu mendengar suara teriakan Ri Jin yang berusaha menyadarkan Do Hyun. Mereka pun segera masuk. Mereka terkejut melihat keadaan Do Hyun. Begitu melihat Ri On, Ri Jin langsung berteriak meminta Ri On untuk segera menghubungi 119.
***
Mereka sudah ada di rumah sakit. Sambil ikut mendorong Do Hyun yang tak sadarkan diri, Ri Jin meminta teman dokternya yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan vital terlebih dulu, dan mendapatkan C-ARM (peralatan X-ray portable) karena ada kemungkinan patah tulang.
Ri Jin juga memberi tahu bahwa Do Hyun kadang-kadang meminum Lorazepam dan Alprazolam (obat penenang), jadi Ri Jin meminta temannya itu terlebih dulu memberikan obat-obat itu.
“Kenapa kau di sini, Dokter Oh? Apa kau tidak pergi ke Johns Hopkins?” tanya dokter teman Ri Jin.
“Apakah ini waktu untuk mengobrol? Cepat coba selamatkan orang ini!” Ri Jin marah.
Teman Ri Jin dengan cepat meminta Ri Jin untuk tidak marah, dia tak bermaksud demikian. Dia meminta Ri Jin untuk tidak ikut ke dalam.
Ri Jin menatap Do Hyun yang dibawa masuk ke dalam ruang tindakan dengan cemas. Ri On melihatnya dari belakang.
Do Hyun pun segera di periksa. Sementara itu Ri Jin duduk menunggu di luar ruangan.
Ri On datang menghampiri Ri Jin dan memberitakan sekaleng minuman. Ri Jin berterima kasih. Ri On duduk di samping Ri Jin dan melihat Ri Jin tak juga membuka kalengnya. Ri On menukar kaleng itu dengan kalengnya yang sudah dibuka. Tapi sampai Ri On minum, Ri Jin masih saja termenung.
Ri On lalu bertanya tidakkah seharusnya Ri Jin mendapat perawatan juga. Karena Ri Jin pasti benar-benar terkejut karena penculikan itu. Tapi Ri Jin bilang dia baik-baik saja. Ri On lalu menawarkan diri untuk menunggu Do Hyun menggantikan Ri Jin yang khawatir. Dan Ri Jin bisa beristirahat di rumah.
Ri Jin menolak, “Tidak, aku harus tinggal di sini. Aku dokternya.”
“Kau sudah merawat luka hatinya. Apakah kau harus merawat luka tubuh nya juga?” tanya Ri On kesal.
“Dia terluka karena aku.”
“Siapa bilang itu karena kau?” Ri On semakin kesal. “Apakah ada bukti yang pasti? Itu bahkan lebih mungkin bahwa karena dia kau diculik!”
“Siapa bilang itu karena dia? Apakah ada bukti yang pasti?” Ri Jin mengembalikan kata-kata Ri On.
“Kau.. Apakah kau hanya mengkhawatirkan orang itu, dan bahkan tidak memberikan kesempatan bagi ku untuk mengkhawatirkan mu? Lakukan sesukamu. Apa bahkan pernah ada waktu kau mendengarkan aku?”
Ri On segera pergi. Dia melemparkan kalengnya dengan kesal ke dalam tong sampah. Ri Jin tak mengatakan apapun, hanya menatap punggung Ri On yang menjauh.
***
Sekretaris Ahn berbicara di telepon, “Apakah kau yakin vila itu berada di bawah nama orang itu? Mungkinkah ada kesalahan?”
Sekretaris Ahn nampak terkejut dan cemas. Ri On yang sedang berjalan tak sengaja mendengar hal itu dan melihat ekspresi kecemasan Sekretaris Ahn. Sekretaris Ahn memerintahkan orang yang dia telepon untuk mencari tahu identitas pimpinan penculik itu dan apa tujuan mereka melakukan penculikan.
Begitu Sekretaris Ahn menutup telepon, Ri On langsung bertanya siapa pemilik villa itu, siapa yang menculik Ri Jin dan apa tujuannya. Tapi Sekretaris Ahn tidak bisa memberitahukan informasi yang belum pasti.
“Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan mencarinya. Harus ada beberapa informasi yang pasti. Aku berharap bahwa aku salah menebak. Jika tidak.. Aku tidak tahu apa yang akhirnya akan aku lakukan sendiri.”
Ri On tampak masih emosi. Sambil berjalan pergi meninggalkan Sekretaris Ahn, Ri On menghubungi seseorang untuk meminta bantuan menemukan sesuatu.
***
Do Hyun sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Ri Jin duduk menemaninya. Dokter Suk datang, menanyakan apa yang terjadi, dan apa Perry atau Se Gi yang melakukannya. Tapi Ri Jin juga benar-benar belum tahu.
Dokter Suk lalu meminta Ri Jin keluar sebentar. Ri Jin menolak, dia akan tinggal disana. Dokter Suk mengingatkan bahwa Ri Jin sudah setuju untuk konsultasi. Dokter Suk meminta Ri Jin meninggalkan Do Hyun sendiri agar Do Hyun bisa tidur. Mau tak mau, Ri Jin pun mengikuti Dokter Suk keluar.
Sesaat sebelum keluar Ri Jin menatap Do Hyun yang masih tak sadarkan diri. Namun sesaat setelah Ri Jin keluar, Do Hyun membuka mata. Sepertinya dia mendengar percakapan Ri Jin dan Dokter Suk tadi.
***
Ri Jin sudah ada di ruangan Dokter Suk. Ri Jin memberitahu kalau dia mengalami deja vu lagi, dan Ri Jin merasa sangat jelas kali ini. Dokter Suk pikir Ri Jin yang akan menjadi kunci untuk membuat Do Hyun mengingat kenangannya, tapi sebaliknya Ri Jin mulai membuka kenangan Ri Jin sendiri.
“Itu benar-benar takdir yang aneh, takdir yang aneh.”
“Dengan begitu, aku yakin bahwa itu pasti, aku ada dalam kenangan Shin-gun dan Cha-gun tidak memilikinya.”
Dokter Suk bertanya apa Ri Jin sudah menemukan jawabannya, kenangan mana yang mempertemukannya dengan Se Gi.
Ri Jin belum menemukannya. Tetapi karena ada kemungkinan besar bahwa Se Gi adalah kepribadian yang muncul ketika Do Hyun berusia sekitar tujuh tahun dan kehilangan ingatan, kemungkinan Ri Jin bertemu dengannya sekitar waktu itu juga besar.
“Jadi.. aku akan mencoba untuk mengingat kenangan ku yang hilang.”
“Hm? Kau tidak akan membuat Cha-gun mengingat kenangannya, melainkan, kau akan mengingat kenangan mu sendiri, Dr. Oh?”
“Ya.” Ri Jin mengangguk dengan pasti. “Jika Cha-gun dan aku bertemu entah kapan di masa kecil kami, itu bisa membantu jika setidaknya salah satu dari kita ingat. Hal ini juga bisa menjadi kunci yang memungkinkan kita tahu mengapa pikiran Cha-gun pecah berkeping-keping.”
“Jadi kau akan mencoba untuk mengingat kenangan mu, bukan demi dirimu sendiri, tapi demi Cha-gun.”
Tanpa mereka sadari, Do Hyun mendengarkan semua percakapan itu dari balik pintu ruangan. Do Hyun juga mendengar Ri Jin yang berkata bahwa dia dan Do Hyun sudah memutuskan untuk mengatasinya bersama-sama. Apakah itu takut ruang bawah tanah atau hanya sesuatu yang sulit, mereka bisa menyembuhkan satu sama lain seperti itu.
Do Hyun lalu berjalan pergi.
***
Ri Jin kembali ke kamar rawat Do Hyun. Lalu terkejut dan cemas, melihat Do Hyun tak ada disana. Ri Jin segera berlari keluar. Lalu dimana Do Hyun?
Do Hyun berada di atap. Tepatnya berdiri dipinggir atap. Dengan sedih, Do Hyun menatap foto masa kecil Ri Jin yang dia ambil di rumah Ri Jin waktu itu. Do Hyun juga teringat wajah Ri Jin kecil yang ketakutan karena hendak dipukul.
Do Hyun lalu menjulurkan tangan yang memegang foto Ri Jin. Do Hyun tampaknya ingin membuang foto itu. Do Hyun teringat kenangan saat dia dan Ri Jin berjanji akan mengatasi semuanya bersama-sama, sebelum mereka ciuman.
Mengingat kenangan itu, Do Hyun jadi tak sanggup, dan menarik kembali tangannya.
“TIDAK!” Tiba-tiba Ri Jin muncul dan menarik Do Hyun turun. Do Hyun heran, tapi belum sempat dia mengatakan apapun, Ri Jin sudah bicara.
“Kau membuat janji dengan aku, Yo Sub. Kau mengatakan bahwa kau tidak akan mencoba untuk bunuh diri lagi!” Rupanya Ri Jin mengira yang berdiri di pinggir atap itu adalah Yo Sub yang mencoba bunuh diri.
“Jika kau ingin mati, matilah. Tapi matilah besok. Jika besok kau juga merasa sulit, kemudian mati sehari setelah itu. Jika kau merasakan sakit yang sama sehari setelah itu, bahkan jika kau mati pada hari berikutnya dan hari setelah itu, itu tidak akan terlambat! Jika kau hidup setiap hari pada saat seperti itu, kemudian hari yang baik pasti akan datang. Akan datang suatu hari di mana kau akan mengatakan pada diri sendiri, ‘Aku melakukan hal yang baik dengan tidak bunuh diri saat itu’!”
Ri Jin menangis sambil berteriak. Sementara Do Hyun masih belum bisa mengatakan apapun. Ri Jin lalu menghela nafas dan mengguncang tubuh Do Hyun.
“Tolong. Tolong. Tinggalkan Cha-gun sendiri sehingga dia bisa hidup, oke? Agar usahanya selamanya ini tidak sia-sia, hanya mencoba hidup untuk sekali. Dia telah melalui waktu yang sangat sulit untuk waktu yang begitu lama. Ini terlalu tidak berperasaan jika kau mengambil kemungkinannya menjadi bahagia! Oke?” Ri Jin menatap Do Hyun yang dia sangka Yo Sub penuh harap.
Do Hyun berkaca-kaca,”Aku.. aku tidak akan mati, Oh Ri Jin-ssi. Aku tidak akan mati.
“Cha-gun?”
“Karena aku memiliki hal-hal yang harus dilakukan. Karena aku punya seseorang yang harus aku lindungi. Karena jika aku akhirnya menyelesaikan semua yang perlu dilakukan, ada sesuatu yang sangat ingin aku beritahukan pada orang itu. Aku tidak bisa mati sekarang.”
Ri Jin mulai tampak tenang. Ri Jin bilang ini pertama kalinya dia menyadari betapa menyentuhnya kata-kata ‘Aku tidak akan mati’. Ri Jin menangis, lalu memeluk Do Hyun. Ri Jin bilang lagi bahwa ini adalah pertama kalinya dia menemukan bahwa kata-kata ‘Aku tidak akan mati’ begitu meyakinkan.
Ri Jin menangis tersedu-sedu sambil memeluk Do Hyun. Tapi Do Hyun tak sanggup untuk memeluk balik Ri Jin. Do Hyun melihat kembali foto masa kecil Ri Jin. Menyadari bahwa Ri Jin begitu terluka saat itu, membuat Do Hyun tak kuasa untuk memeluknya.
***
Mereka kemudian berjalan bersama menuju ruang rawat. Do Hyun bertanya apa Ri Jin benar-benar berpikir untuk menghidupkan kembali kenangan masa kecilnya yang hilang. Ri Jin heran, bagaimana Do Hyun bisa tahu hal itu.
Do Hyun bertanya lagi, apakah Ri Jin benar-benar berniat untuk mengingat kenangan masa kecil karena dirinya, untuk membantunya mengingat kenangan miliknya? Ri Jin semakin heran, bagaimana Do Hyun tahu dia tidak ingat kenangan masa kecilnya, mungkinkah Do Hyun mendengar apa yang dia dan Dokter Suk bicarakan.
“Itu..bisakah kau tidak melakukannya? Oh Ri Jin-ssi, bahkan tanpa mengingat apa yang terjadi di masa lalu mu, kau hidup sangat baik di masa kini. Ada banyak orang yang mencintaimu juga, jadi apa kau benar-benar perlu mengingat apa yang terjadi di masa lalu?”
Ri Jin tersenyum, lalu menyenggol pelan tubuh Do Hyun, “Kau bilang kita harus mengatasinya bersama-sama.”
“Jika kau melakukannya untuk ku, maka berhentilah. Jalani saja hidupmu seperti sekarang.”
Ri Jin masih tersenyum, dia menebak Do Hyun merasa ketakutan. Takut bahwa mereka bisa terjerat dengan beberapa hal yang buruk. Do Hyun pun tersenyum. Lalu Ri Jin meminta Do Hyun untuk tidak khawatir, karena ada satu hal yang pasti. Kemungkinan bahwa dia adalah cinta pertama Do Hyun sangat besar. Karena Se Gi adalah Do Hyun, maka Ri Jin juga bisa menjadi cinta pertama Do Hyun.
Ri Jin juga bilang kenangan bagus mereka mungkin disembunyikan. Jika mereka ingat, mereka akan benar-benar bahagia.
Ri Jin bersemangat mengatakan semua itu, hingga dia tak melihat Do Hyun yang mulai berkaca-kaca. Do Hyun bahwa menutupi matanya dengan tangan, agar Ri Jin tak melihatnya menangis.
Ri Jin masih terus berkata, “Jadi mari kita coba untuk mengingat kenangan itu bersama-sama. Jika kita melakukannya, itu akan lebih baik jika kenangan itu benar-benar, benar-benar kenangan yang baik.”
Mendengar harapan Ri Jin itu, Do Hyun tak tahan lagi. Do Hyun yang menangis, menarik Ri Jin ke dalam pelukannya. Ri Jin terkejut menyadari Do Hyun menangis, bagian mana dari kata-katanya membuat Do Hyun tersentuh dan menangis.
Do Hyun tak menjawab. Dia membelai kepala Ri Jin. Ri Jin pun tak bertanya lagi. Dia balas memeluk Do Hyun dan mengelus punggungnya. Ri Jin mencoba menenangkan Do Hyun dan memintanya untuk tidak menangis.
***
Ibu Ri On berdoa di sebuah kuil, di depan sebuah altar. Ibu lalu berkata, “Ada apa? Apakah ada yang salah? Mengapa kau terus datang kepada aku dalam mimpi ku dengan ekspresi sedih seperti itu? Apa kau ingin mengatakan sesuatu kepada ku? Atau ada sesuatu yang kau khawatirkan? Beritahu aku. Apa yang begitu kau khawatirkan?”
Min Seo Yeon. Nama yang terdapat di altar itu.
[Kilas balik 21 tahun yang lalu] Ibu menerima telpon dari Seo Yeon. Ibu senang menerimanya. Ibu bertanya kapan Seo Yeon akan datang, karena Seo Yeon pernah bilang akan datang ke restorannya begitu Seo Yeon kembali ke Korea. Ibu bilang dia dan ayah selalu menunggu kedatangan Seo Yeon.
“Soon Young-ah. Aku punya permintaan.” Ujar Seo Yeon dengan nada suara yang tak biasa.
“Ada apa dengan suaramu? Apakah terjadi sesuatu?”
“Putriku..tolong selamatkan putriku.” Seo Yeon tampak ketakutan.
“Apa maksudmu, putri? Kau punya anak perempuan?” Ibu bingung.
“Sekarang, kau satu-satunya orang yang bisa kupercaya. Itu sebabnya aku meminta padamu. Tolong pergi ke rumah kami di Seongbuk-dong dan ambil anak ku. Kau tidak bisa membiarkan siapa pun di sana menyentuhnya.”
Ibu masih tak mengerti apa maksud Seo Yeon. Ibu meminta Seo Yeon menjelaskannya dengan cara yang bisa dia mengerti.
Tapi Seo Yeon bilang sudah hampir waktunya dia naik ke dalam pesawat, tidak ada waktu untuk menjelaskan. Seo Yeon meminta ibu menyelamatkan putrinya. Dan dia berjanji akan datang tiga hari kemudian dan menjemput putrinya.
Seo Yeon sekali lagi meminta tolong pada ibu, lalu menutup telponnya. Seo Yeon lalu masuk ke dalam sebuah mobil.
Ibu berkata pada altar, jika Seo Yeon bilang akan datang seharusnya Seo Yeon harus datang tidak peduli apapun yang terjadi. Bagaimana bisa Seo Yeon berlalu sia-sia seperti itu.
“Kau seharusnya melindungi putri mu sendiri. Kau harus melindunginya. Putrimu.. Tidak, putri kita tumbuh dengan sangat baik dan cantik. Dia juga punya pacar yang tampan.” Ibu menahan kesedihannya. “Kau bahkan tidak bisa melihat itu...”
Dari luar kuil seorang pria melapor pada Young Pyo. Sudah dikonfirmasi bahwa dari 1994 sampai sekarang, selama 21 tahun terakhir, dia (ibu Ri On) telah mengadopsi dan membesarkan putrinya Min Seo Yeon.
Young Pyo mengerti. Dia meminta orang suruhannya itu untuk berhati-hati agar tidak ditertangkap oleh orang lain. Dan bahkan jika tertangkap, Young Pyo menegaskan bahwa dia tidak ada hubungannya dengan masalah itu.
Ki Joon yang sedang bersama dengan ayahnya pun penasaran mendengar pembicaraan ayahnya di telpon, apakah ada yang salah. Melihat ayahnya menggerakkan orang rahasianya, menurut Ki Joon itu bukan hal yang biasa.
“Jangan kehilangan kesempatan untuk mengalahkan musuh mu. Jika aku gagal memegang titik lemah musuh ku hari ini, maka akan datang hari di mana mereka akan mengambil milikku.”
Ki Joon bilang dia punya kesimpulan kasar tentang kelemahan musuh itu sejak dia merasakannya sendiri di ruang tamu rumah utama saat itu. Ki Joon pun bertanya apakah ayahnya itu juga punya kelemahan yang tidak boleh diketahui orang lain.
Young Pyo menjawab pertanyaan Ki Joon dengan sebuah pertanyaan, “Apakah kau berpikir bahwa sebagai seseorang yang menjalankan sebuah perusahaan besar, tidak akan ada apapun pada ku, bahkan hanya setitik debu?”
Jadi maksudnya dia juga punya kelemahan sendiri. Young Pyo lalu menanyakan tentang depresi yang dialami Chae Yeon. Ki Joo bilang ibunya sedang akan menenangkan Chae Yeon.
***
Nyonya Yoon berada di sebuah restoran hotel dengan Chae Yeon. Sambil membaca menu, dia berkata bahwa dia melihat Chae Yeon di lobi hotel itu beberapa hari yang lalu. Chae Yeon tampak mabuk hingga dia bahkan tidak bisa berbicara dan pergi sambil berpegangan pada Do Hyun.
“Tidak ada seorang pun di hotel ini yang tidak mengenali kita. Semua orang mungkin tahu siapa tunangan mu, tapi kau dengan pria lain... dalam kondisi di mana kau tidak bisa menahan tubuh mu sendiri. Bukankah itu sedikit salah? Bahkan jika dia teman masa kecil mu, dia adalah sepupu kedua Ki Joon.”
“Aku bertanya-tanya Ki Joon mirip siapa, bahwa dia akan terus mengawasi apa yang orang lain lakukan. Tapi aku sadar hari ini bahwa dia sangat mirip denganmu.” Sindir Chae Yeon.
“Mari kita selesaikan dengan tenang. Karena kau bukan seseorang dengan penilaian buruk, kau tidak akan membuat kesalahan semacam ini dua kali. Aku percaya padamu.”
“Tidak, Ahjumma. Jangan percaya padaku. Aku tidak bisa mempercayai diriku sendiri, jadi bagaimana kau bisa percaya padaku? Aku akan mengurus masalahku dengan caraku sendiri.”
Chae Yeon lalu permisi pergi, karena dia pikir Nyonya Yoon tidak akan merasa nyaman makan dengannya setelah percakapan mereka itu. Nyonya Yoon tampak menahan amarahnya.
Dan Nyonya Baek yang menjadi sasaran. Nyonya Yoon menelpon Nyonya Baek dengan emosi tentang Chae Yeon dan Do Hyun. Nyonya Baek berusaha sabar, mungkin Nyonya Yoon salah paham pada hubungan mereka. Tapi Nyonya Yoon berteriak. Nyonya Baek masih berusaha sabar, dia bisa mendengar Nyonya Yoon dengan baik medki Nyonya Yoon tidak berteriak.
Entah apa lagi yang dikatakan Nyonya Yoon, tapi kali ini Nyonya Baek tak bisa lagi bersabar, “Apakah anakmu satu-satunya yang begitu hebat? Putriku juga sesukses dan sehebat anakmu! Baik! Kalau begitu mari kita putuskan pertunangan ini!”
***
Chae Yeon menemui Ki Joon di kantornya. Chae Yeon menaruh cincin tunangan di meja. Ki Joon bertanya apa yang dilakukan Chae Yeon. Chae Yeon mengajak Ki Joon untuk membatalkan pertunangan.
“Kenapa kau terus bersikap seperti ini? Berapa kali kau—“ Ki Joon menahan emosinya. “Apakah aku tampak seperti semacam lelucon bagi mu? Apakah itu mulai jadi menyenangkan bagi mu karena aku menerima semuanya?”
“Aku punya seseorang.. yang ingin aku miliki. Ada seseorang yang ingin aku buat menjadi milikku. Salah bagiku untuk memiliki dua hati dan melakukan ini padamu.”
Ki Joon menyindir, kapan Chae Yeon berubah menjadi begitu baik, sejak kapan Chae Yeon mengkhawatirkannya. Chae Yeon meminta maaf, lalu beranjak pergi.
Ki Joon melemparkan cincin yang ditinggalkan Chae Yeon dengan emosi, lalu memaki Do Hyun.
***
Bersambung ke bagian 2~
Komentar:
Agak bingung pada kenangan ibu dengan Seo Yeon. Seo Yeon meminta ibu untuk mengambil Ri Jin karena dia akan pergi naik pesawat. Tapi Ri Jin diambil ibu saat kebakaran itu terjadi. Dan kebakaran itu terjadi beberapa lama setelah Seo Yeon meninggal. Berarti sepertinya ibu baru bisa mengambil Ri Jin dari rumah itu setelah sekian lama ya, tidak langsung diambil setelah Seo Yeon meminta. Sepertinya begitu...
Wuah..Se Gi benar-benar membagi kenangannya dengan Do Hyun. Tak hanya kenangan masa kecil Do Hyun, tapi juga kenangan tentang apa yang dia lakukan saat dia mengambil alih tubuh Do Hyun.
Sepertinya ini mulai menandakan Se Gi bersedia melebur dengan Do Hyun ya..setelah Do Hyun sendiri yang meyakinkan Se Gi bahwa dia kuat menanggung rasa sakit itu.
Duh..episode ini gak berhenti nangis. Setiap adegan yang melibatnya Do Hyun, Ri Jin, dan Ri On.
daebakk bgt drama ini.
ReplyDeleteemosi aku baru baca aja di udek2 gimana liat youtube nih nangis bombay iya kali :(
jd nana itu kayak "temen" yg dibuat ri jin yaa bukan do hyun ?
mba semangat yaa buat part2 nya :) :*
Pas liat preview kirain beneran Yo Sob yang muncul ternyata masih tuan cha xD
ReplyDeleteEuuuhh keren banget ini drama, SW-nim daebak euy dari awal sampe sekarang tetep konsisten sama alur ceritanya, menyajikan kejutan2 disetiap episode.
Part 2 ditunggu ya unni. Se Ma Ng At !!!
shin se gi aku merindukannya T_T
ReplyDeleteMakin kesini makin bagus makin penasaran makin gregetan... tp sayang tinggal 5 episode lg.. mdh2n setelah episodenya gregetan begini endingnya memuaskan.. masih agak kecewa sama endingnya healer yg ga lengkap..
ReplyDeletesedih...sedih banget..Ri jin,dho young wah bikin nangis aq baca ini.. scean ri jin dan do hyung yg diatrap bikin aq nangis.. Ri jin sangat baik. bgaimna klau ri jin tau yg menyiksanya adalah ayah doh young.. hmm makin pensaran. makasi mba mumu.. faighting
ReplyDeletelanjut-lanjut... makin penasaran... :)
ReplyDeletebnr mba nonton di episod ini yg bnr2 mbuatku terus mnangis..
ReplyDeletenunggu ep 17 mnggu dpn..
lnjt sinopny..
Episod ini bikin nangis apalagi waktu nonton youtube duh sedihnya terasa. Kemarin sibuk jadi telat baca sinopnya. Tinggal beberapa episod jadi gak sabar nunggu harinya. Makasih sinopnya ya.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletetetep baca tapi banyak yg di skip. cuma penasaran akhirnya doang .-.
ReplyDeleteIngus nyaaaa cha dohyun gak banget! lol /salah fokus/
ReplyDeleteyg bikin bingung lagi, knp anak buah ibunya do hyun malah pergi ya. bukannya nyekap do hyun sekalian. trus ibunya do hyun kan mau menlenyapkan rijin tp kok g sampe dibunuh cuma nyulik doank
ReplyDelete