KARA Secret Love: Have You Ever Had Coffee with an Angel? – Part 1
KARA Secret Love: Have You Ever Had Coffee with an Angel?
Park Gyu Ri as Park Sun Woo
Ji Chang Wook as Angel no. 2013 / Chun Sa Nam
***
Park Sun Woo, seorang mahasiswi tingkat satu mengejar seorang sunbae hanya untuk mengatakan kalau dia menyukainya. Sunbae itu menolak dengan berkata maaf. Tidak hanya itu, Sun Woo setiap tahun menembak sunbae itu hingga tingkat tiga saat sunbae itu sudah punya pacar. Sun Woo sudah ratusan kali menyatakan perasaannya, hingga membuat sunbae itu tak peduli lagi karena sudah terbiasa.
Dan akhirnya merasa kesal karena di tahun ke-empat, saat kelulusan, Sun Woo menyatakan cintanya lagi.
***
Waktu berlalu, Sun Woo mengikuti kursus doshirak, seperti bento. Setelah selesai, dia akan mengirimkannya pada sunbae pujaan hatinya, Kim Woo Bin yang bekera di sebuah agen travel. Tentu saja. Sun Woo belum menyerah dengan cintanya.
Sun Woo kemudian mendapat pesan yang membuatnya terkejut. Woo Bin dipindahkan ke cabang Pulau Jeju.
Dan sekarang, disinilah Sun Woo. Wawancara kerja di tempat Woo Bin bekerja. Dalam wawancara itu Sun Woo meyakinkan pewawancara bahwa dia bisa bekerja malam dan akhir pekan. Dia bertekad akan melakukan apapun selama perusahaan mengirimnya ke Pulau Jeju.
***
Di hari hujan, di Pulau Jeju. Sun Woo berusaha menyetop taksi di depan bandara. Sebuah taksi berhenti, tapi saat Sun Woo berlari ke arah taksi, koper miliknya terbuka dan isinya berhamburan. Sun Woo mencoba memasukkan barang kembali ke dalam koper. Tapi malang seseorang menyerobot taksi itu dan menjauh.
Dan lebih malang lagi, barang-barang yang keluar dari koper ternyata barang laki-laki. Kopernya tertukar!
Alhasil Sun Woo tiba dengan basah kuyup. Sun Woo bertemu seniornya di kamar mandi. Seniornya tak percaya dengan alasan yang diberikan Sun Woo. Hujan menunda pesawat, tertinggal taksi, tertukar koper, dan tak ada ponsel. Sun Woo bilang kalau dia juga tak percaya semua itu terjadi padanya. Sun Woo juga bertanya dimana dia bisa membeli baju.
“Park Sun Woo-ssi. Datang tepat waktu adalah kewajiban semua pegawai. Tidakkah seharusnya kau berangkat sebelum hari pertama bekerja?”
Senior itu mengeluh banyak harus dia kerjakan selama menunggu Sun Woo, karena sudah dekat musim liburan jadi banyak reservasi yang harus dia tangani. Senior itu menghentikan omelannya dan menyuruh Sun Woo cepat, dia tak peduli Sun Woo membeli atau meminjam baju. Saat akan pergi, senior itu terpeleset oleh air dari tetesan baju Sun Woo.
Sun Woo yang disuruh cepat pun bingung kemana dia harus mencari baju. Tapi kemudian dia melihat baju menggantung di dinding kamar mandi itu.
Sun Woo sudah berganti pakaian. Dia masuk ke kantor dan melihat Woo Bin. Serta merta Sun Woo memanggil Woo Bin, membuat Woo Bin dan semua orang menoleh padanya. Sun Woo menghampiri Woo Bin yang terkejut melihatnya disana. Sun Woo bilang dia hampir ke kantor Woo Bin di Seoul untuk memberikan doshirak.
Woo Bin melihat aneh pakaian Sun Woo dan bertanya apa yang dia lakukan. Rupanya Sun Woo memakai baju seragam cleaning service.
Sun Woo hendak menjelaskan bahwa dia disana tidak seperti yang dipikirkan Woo Bin, namun senior yang tadi memanggil dan menyuruhnya mem-fotocopy setumpuk dokumen.
Woo Bin pun sadar kalau Sun Woo adalah pegawai baru yang pernah diumumkan sebelumnya. Sun Woo membenarkan, Woo Bin pasti kaget. Kemudian Sun Woo bersin-bersin membuat beberapa dokumen terjatuh ke lantai. Dan Sun Woo masih berusaha tersenyum pada Woo Bin.
***
Malam saat pulang kerja, dalam hujan, Sun Woo mencari rumah yang akan dia tinggali. Sun Woo terjatuh saat tanpa sengaja sebuah mobil hendak menyerempet. Sun Woo sedih, dia teringat perkataan Woo Bin sebelumnya.
Kilas balik:
Woo Bin bilang pada Sun Woo kalau Sun Woo membuatnya sengsara lebih dari yang bisa dia hitung. Tapi hari ini adalah yang terparah. Woo Bin bilang tindakan Sun Woo itu membuat Woo Bin menjadi orang bodoh.
Tapi dengan polos Sun Woo beralasan kalau Woo Bin tak kenal siapapun di Pulau Jeju. Jadi akan lebih baik jika dia disana membuatkan makanan untuk Woo Bin dan menjadi teman. Sun Woo juga bilang kalau dia pandai memasak dan jagi membersihkan rumah.
“Lebih baik aku tak kenal siapapun. Lebih baik daripada kau disini.” Ujar Woo Bin tajam.
Sun Woo sedih karena kata-kata kasar yang diucapkan Woo Bin itu. Dia pun beranjak bangun dan berjalan kembali.
Namun ternyata kemalangannya tak hanya sampai disitu. Rumah yang sudah dia sewa untuk ditinggali, ternyata tidak sesuai dengan gambar yang diberikan. Sun Woo merasa kesal.
***
Setelah membersihkan diri, Sun Woo berbaring di lantai dengan beralaskan kardus dan berbantal buku.
Sun Woo bergumam, “Walaupun ini adalah hari yang sangat buruk, tapi.. tolong satukan aku dan Woo Bin Sunbae.” Sun Woo mulai mengantuk. “Tolong dia lihat cintaku padanya. Cinta yang...takkan menghilang bahkan sampai aku mati.”
Sun Woo tertidur. Sun Woo tidur dengan gaya tak beraturan. Lalu dia teringat kejadian menyebalkan saat di kantor. Sun Woo yang merasa kesal di bawah alam sadarnya, mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke atas.
Tak lama, sebuah cahaya putih bersinar di balkon. Sun Woo yang silau dan mendengar benda-benda di sekitarnya bergetar terbangun. Kemudian ada sesosok yang tampak seperti seorang pria, masuk ke dalam rumah dengan tak beraturan menabrak ke dinding, dan berhasil mendarat di lantai dengan sukses.
Sun Woo yang masih silau berusaha melihat siapakah/ apakah yang baru saja masuk itu. Sosok itu menoleh dan tersenyum pada Sun Woo. Dia kemudian berdiri. Sun Woo terpana, lalu matanya terbelalak begitu melihat ke bagian bawah sosok itu.
Sun Woo berteriak. Sosok pria itu menutupi badannya yang ternyata tak memakai sehelai benangpun. Dia mendekat untuk membuat Sun Woo diam, tapi dia malah mendapat tonjokan dari Sun Woo.
***
Mereka kini di kantor polisi, dan pria itu sudah memakai pakaian. Pria itu berusaha meyakinkan polisi kalau dia tidak seperti yang dituduhkan Sun Woo, dia bukanlah tukang mesum. Polisi pun meminta penjelasan pria itu, bagaimana dia bisa muncul di rumah Sun Woo dalam keadaan telanjang.
Pria itu kemudian mengaku kalau dia punya hubungan dengan Sun Woo. Sun Woo mengelak, dia tak mengenal pria itu. Tapi pria itu kemudian menyebutkan nama dan tanggal lahir Sun Woo dengan benar. Pria itu juga tahu Sun Woo lulusan Universitas Hanguk dan merupakan anak tunggal. Dan juga baru diterima kerja di Yisop Tur, dan baru saja sampai di Pulau Jeju hari itu.
Dengan polosnya Sun Woo takjub. Namun kemudian dia berpikir kalau pria itu penguntit. Pria itu bersikap kalau mereka pasangan yang sedang bertengkar. Setidaknya, begitulah yang dilihat pak polisi.
Polisi kemudian menanyakan identitas pria itu. Pria itu menjawab namanya Chun Sa Nam (bisa diartikan sebagai Malaikat Pria). Chun Sa Nam mengedipkan matanya pada pak polisi. Membuat pak polisi seperti tersihir dan identitas Sa Nam pun terlihat terbukti di layar komputer.
Pak polisi menyarankan pada Sun Woo, agar pertengkaran cinta seharusnya diselesaikan sendiri, jangan dibawa ke kantor polisi. Sun Woo tak terima dan hendak mengatakan sesuatu. Tapi Chun Sa Nam mengedipkan mata, yang membuat suara Sun Woo menghilang. Chun Sa Nam meminta maaf pada polisi dan membawa Sun Woo keluar.
Chun Sa Nam keluar lebih dulu dari kantor polisi. Dia menutup wajahnya yang memar dengan tangan dan menutup mata. Beberapa detik kemudian saat tangannya dilepas, memar Chun Sa Nam menghilang.
Sun Woo keluar dari kantor polisi sambil bersembunyi di balik petugas yang juga keluar. Dia tak ingin Chun Sa Nam melihatnya. Lalu menutupi kepalanya dengan kemeja. Tapi Chun Sa Nam sebenarnya melihatnya.
***
Sun Woo pulang ke rumah dan mengunci semua pintu. Dia berteriak karena terkejut, karena Chun Sa Nam tiba-tiba ada di belakangnya. Sun Woo ketakutan dan meminta ampun. Chun Sa Nam bilang dia tidak tertarik untuk menyelamatkan atau mengambil nyawa manusia. Walaupun dia merasa ingin membunuh Sun Woo, tapi jika dia melakukannya, itu akan mempengaruhi promosinya. Chun Sa Nam dengan angkuh meminta Sun Woo menyelesaikannya dengan cepat.
“Permintaanmu ingin bersama dengan pria bernama Kim Woo Bin, kan?”
Chun Sa Nam tak menanggapi Sun Woo yang kebingungan, dia malah mengomeli Sun Woo yang mengajukan permintaan seperti itu. Permintaan yang tidak ada jaminan dan memakan waktu lama. Chun Sa Nam menawarkan Sun Woo mengganti permintaannya menjadi menang undian, dia bisa membuat Sun Woo menang undian.
Sun Woo bertanya siapa Chun Sa Nam ini.
“Aku? Aku malaikat. Malaikat, nomor 2013.” Jawab Chun Sa Nam sambil tersenyum bangga.
Tapi Sun Woo menganggap dirinya sendiri dan bergerak menjauh. Tiba-tiba muncul cahaya putih lagi. Sun Woo menoleh dan melihat sayap besar keluar dari punggung Chun Sa Nam. Sun Woo ternganga.
Chun Sa Nam kesal karena manusia selalu butuh bukti nyata. Kemudian dia tak percaya melihat Sun Woo yang pingsan.
***
Chun Sa Nam memberitahu Sun Woo bahwa jika dia membuat permintaan di hari yang sangat menderita, lalu memberi isyarat dengan mengangkat tangan, maka malaikat pelindung akan datang mengabulkan permintaan itu. Tapi Sun Woo tetap tak yakin walau Chun Sa Nam sudah memberitahunya lebih dari 20 kali. Chun Sa Nam menyebut Sun Woo berisik dan tak pintar.
Sun Woo juga masih tak percaya kalau Chun Sa Nam benar-benar malaikat. Sun Woo menduga sayap yang dia lihat semalam hanyalah ilusi, dan Chun Sa Nam mungkin seorang pesulap.
Chun Sa Nam lalu membuktikannya dengan berdiri di tengah jalan dan ditabrak mobil. Sun Woo kaget, dan segera menghampiri Chun Sa Nam yang tak terluka sedikitpun.
“Selama aku tak berbohong seperti manusia tak ada di dunia ini yang bisa melukaiku. Aku bahkan tak bisa berdarah. Bagaimana? Otakmu tak bisa menerima aku malaikat sungguhan, 'kan?” Chun Sa Nam menekan pipi Sun Woo dengan kasar. “Jadi jika kau bertanya itu lagi padaku...Aku akan benar-benar membunuhmu.”
Karena Chun Sa Nam adalah malaikat yang bisa melakukan apapun, Sun Woo pun bertanya apa Chun Sa Nam bisa membuat Woo Bin jatuh cinta padanya. Tidak, walau dia malaikat Chun Sa Nam hanya bisa membuat Woo Bin tertarik pada Sun Woo.
“Walaupun aku malaikat, aku tak bisa mengontrol perasaan manusia. Yang diatas sana punya aturan supaya kami tak bisa melakukan itu.”
Sun Woo kemudian minta agar dia dirubah menjadi wanita paling cantik di dunia. Tidak bisa, malaikat tidak boleh berbohong, terlebih kebohongan seperti itu. Chun Sa Nam menatap tubuh Sun Woo yang menurutnya tak cantik.
Lalu bagaimana dengan menempatkan mereka di pulau terpencil yang hanya ada mereka berdua. Tidak bisa, malaikat tak bisa menempatkan manusia di situasi yang bahaya karena keserakahan manusia lain. Jika Woo Bin jadi gila dan menenggelamkan dirinya di laut atau yang lainnya, Chun Sa Nam akan dikirim ke neraka. Dia tak suka neraka.
“Lalu apa yang akan kau lakukan untukku? Aku sudah melakukan semuanya selama 4 tahun. Woo Bin Sunbae bukan pria yang mudah.” Ujar Sun Woo frustrasi.
Chun Sa Nam bilang dia akan mengubah penampilan Sun Woo dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dan setelah Chun Sa Nam menjentikkan jari, penampilan Sun Woo berubah. Dari kekanakan menjadi lebih dewasa.
“Berpikir pria menyukai pakaian longgar dan seksi adalah kesalahan terbesar wanita. Tidak, itu tidak menarik.”
Sun Woo melihat penampilan dirinya yang baru. Dia takjub dan menduga Chun Sa Nam memang malaikat sungguhan. Tapi kemudian dia curiga apa Chun Sa Nam melihat bentuk tubuhnya. Chun Sa Nam hanya tersenyum lalu pergi. Sun Woo merasa senyuman itu membuatnya tak enak.
***
Chun Sa Nam ikut ke kantor Sun Woo dan dengan kekuatannya dia menjadi karyawan baru disana. Chun Sa Nam disambut para karyawan lain. Sun Woo yang melihatnya kesal, dia harus berlutut untuk pekerjaan itu, tapi Chun Sa Nam diterima hanya dengan jentikan jari. Kertas lamarannya juga palsu.
Sun Woo kemudian menghampiri Woo Bin dan memberikan doshirak yang sudah dia buat sendiri. Tapi Woo Bin menjawab dengan ketus dan tanpa menoleh pada Sun Woo, bahwa dia sudah ada janji makan siang jadi dia tak membutuhkan doshirak itu. Sun Woo kemudian bertanya bagaimana dengan besok, pasti susah makan makanan sehat saat tinggal sendirian.
Woo Bin menggebrak meja dengan mouse yang dia pegang, lalu menatap tajam Sun Woo.
“Tidakkah kau terlalu kekanak kanakan? Kau pikir aku pria gampang yang akan terbawa karena makanan sederhana ini. Doshirak? Anak kecil juga bisa buat.”
Chun Sa Nam mendengar kata-kata kasar Woo Bin itu dan merasa sedikit kesal.
Pimpinan kemudian menyuruh Woo Bin pergi ke suatu tempat. Chun Sa Nam mengajukan diri untuk ikut dengan Woo Bin, dan juga mengajak Sun Woo.
Mereka kemudian pergi bersama, dalam diam. Chun Sa Nam menepuk bahu Sun Woo dan menyuruhnya bicara pada Woo Bin. Sun Woo mengangguk mengerti. Dia lalu bicara pada Woo Bin dan menawarkan cola dingin yang dia bawa untuk Woo Bin.
Woo Bin menolak, tapi Sun Woo memaksa dengan membuka cola itu di dekat wajah Woo Bin. Malang, saat dibuka minuman muncrat ke wajah Woo Bin. Sun Woo terkejut. Woo Bin tampak kesal, dan Chun Sa Nam menatap tak percaya Sun Woo melakukan itu.
Mobil berhenti. Sun Woo membantu Woo Bin membersihkan pakaiannya yang kotor. Woo Bin kesal dan menyuruh Sun Woo membawa pakaiannya ke laundry saja. Woo Bin mengajak semuanya segera pergi.
Dengan kedipan matanya, Chun Sa Nam membuat mobil tak bisa di starter dan ponsel Woo Bin untuk menghubungi mobil derek pun hilang sinyal. Chun Sa Nam kemudian menawarkan diri untuk pergi mencari bantuan. Tapi Sun Woo langsung menawarkan diri juga dan segera berlari.
Chun Sa Nam memanggil Sun Woo (Dia kan sengaja melakukannya agar dia berduaan dengan Woo Bin…), tapi Sun Woo terus berlari. Woo Bin meminta Chun Sa Nam membiarkan Sun Woo, karena itulah satu-satunya cara untuk Sun Woo merasa nyaman.
Chun Sa Nam mengeluh pada langit kalau Sun Woo benar-benar tak ada harapan.
***
Sampai rumah, Chun Sa Nam kesal karena Sun Woo menawarkan diri begitu saja.
“Buat apa aku mengatur itu semua kalau kau tak bisa kerja sama? Kau tak sadar aku menyusun itu supaya kau bisa berdua dengannya? Kau benar-benar tak tau?”
“Iya, aku tau. Sudahlah. Kakiku terasa akan patah dua. Kau tahu berapa kali aku akan terjatuh karena rokku ketat?”
“Kau menyalahkanku sekarang? Malaikatmu yang ingin menolongmu? Manusia memang aneh.”
Chun Sa Nam lalu menyuruh Sun Woo membersihkan rumah yang masih berantakan, karena dia juga butuh istirahat. Sun Woo terkejut mendengar Chun Sa Nam akan tinggal bersama dirinya, dia tak mau, karena menakutkan tinggal serumah bersama Chun Sa Nam.
“Astaga. Kau pikir malaikat sepertiku akan tertarik pada manusia sepertimu? Aku kira kau hanya bodoh, tapi ternyata pikiranmu juga kacau.”
Chun Sa Nam menjentikkan jari dari muncul sebuah ranjang putih beserta bantalnya. Chun Sa Nam menyuruh Sun Woo segera bersih-bersih.
Sun Woo berjalan hendak menyusul Chun Sa Nam, dia tersandung dan membuat lemari buku hampir menimpanya. Untung Chun Sa Nam berhasil membuat lemari itu berhenti.
Sun Woo meminta bantuan Chun Sa Nam. Chun Sa Nam punya syarat, Sun Woo harus bicara dengan sangat formal padanya. Sun Woo setuju. Chun Sa Nam menarik Sun Woo hingga terduduk di pahanya. Dan lemari itu pun terjatuh.
Chun Sa Nam kembali meminta Sun Woo membersihkan ruangan. Chun Sa Na mengeluh, jika dia tinggal disana sehari lagi, kesucian malaikatnya akan ternoda. Chun Sa Nam membuka jas dan tiduran di kasur. Dia menjentikkan jari, muncul peralatan bersih-bersih di dekat Sun Woo. Sun Woo kesal. Sedangkan Chun Sa Nam tentu saja tersenyum senang.
***
Sun Woo selesai bersih-bersih. Yang terakhir dilakukan adalah meletakkan kasurnya disamping Chun Sa Nam, hanya dibatasi oleh sebuah rak. Sun Woo langsung tiduran. Chun Sa Nam protes karena menurutnya masih banyak bagian yang kotor. Sun Woo bilang kalau dia benar-benar tak bisa bergerak lagi.
“Anda menyuruhku sepanjang malam. Aku sangat lelah sampai pintu surga terbayang di mataku.” Ujar Sun Woo sambil memejamkan mata.
Chun Sa Nam tak menerima alasan dan terus ngomel, bahkan menendang kardus yang tidak diletakkan dengan benar.
“Jika malaikat berbicara buruk, bukankah dia akan berubah jadi iblis? Biarkan...aku tidur dengan tenang.”
Sun Woo langsung tidur dan ngorok, saking capeknya. Chun Sa Nam mencibir, seharusnya Sun Woo tak usah mengatakan tentang ‘takut’, buktinya dia bisa tidur dengan bebas seperti itu. Chun Sa Nam bilang mereka memang tak cocok.
Chun Sa Nam keluar. Dia menghela nafas panjang. Chun Sa Nam melihat langit. Dia lalu tersenyum memikirkan sesuatu. Chun Sa Nam mengeluarkan sayapnya dan bersiap terbang ke langit. Namun tak bisa, sayapnya malah hilang begitu saja.
Chun Sa Nam mengeluh, “Benar-benar... Tidakkah ini keterlaluan? Jika aku terus bersama Park Sun Woo sampai permintaannya terkabul, aku takkan kembali ke surga sampai dia mati! Tak bisakah kau menyuruhku mengerjakan sesuatu yang mudah?”
Chun Sa Nam menunjuk langit. Dia menuduh kalau semua ini bagian dari rencana malaikat no. 2001, karena dia takut kalau Chun Sa Nam akan jadi kepala malaikat. Chun Sa Nam mengumpat langit. Dan..duer!! Halilintar menggema. Nyali Chun Sa Nam pun menciut, dia bilang dia akan melakukannya (membantu Sun Woo).
***
Di kantor, Chun Sa Nam dan Sun Woo bertemu Woo Bin di depan lift. Woo Bin yang melihat mereka bersama penasaran apakah mereka bertetangga. Sun Woo membenarkan, tapi Chun Sa Nam malah bilang mereka tinggal bersama. Chun Sa Nam mengaku menyewa kamar di rumah Sun Woo.
Saat lift terbuka dan mereka masuk. Chun Sa Nam pura-pura lupa beli kopi dan membiarkan mereka naik duluan.
Di dalam lift, Sun Woo takut-takut menatap Woo Bin dan bertanya apa semalam Woo Bin sampai rumah dengan selamat. Sun Woo khawatir dengan mobil Woo Bin, apa bisa dibetulkan. Woo Bin tak menjawab dan bertanya apa benar Sun Woo tinggal bersama Chun Sa Nam. Sun Woo membenarkan.
“Tidakkah kau pikir itu berbahaya? Aku tak tahu kau tinggal di rumah macam apa, tapi ada pria yang tinggal denganmu membuatku sedikit jengkel. Orang tuamu juga pasti khawatir.”
“Sekarang anda sungguh khawatir denganku?”
Chun Sa Nam lalu membuat liftnya tak berfungsi dengan satu jentikan jari. Woo Bin dan Sun Woo panik, dan refleks Woo Bin merangkul Sun Woo. Mereka pun canggung.
Di luar lift beberapa petugas dan karyawan berkumpul dan khawatir dengan mereka yang ada di dalam karena lift juga sulit dibuka dari luar. Chun Sa Nam datang dan menyunggingkan senyum tipis, dia yakin pasti sudah terjadi sesuatu di dalam antara Woo Bin dan Sun Woo, setidaknya Woo Bin juga kan laki-laki.
Chun Sa Nam menjentikkan lagi jarinya, dan lift pun terbuka. Semua orang termasuk Chun Sa Nam terkejut melihat ke dalam lift. Woo Bin berdiri di punggung Sun Woo!
Chun Sa Nam sangat kesal pada Sun Woo, kenapa Sun Woo tak melakukan seperti wanita kebanyakan. Wanita yang biasa merasa ketakutan dan pura-pura pingsan di pelukan pria jika terjadi hal semacam tadi. Chun Sa Nam menyuruh Sun Woo membatalkan permintaannya, daripada Sun Woo terus terluka karena Woo Bin.
Lalu kenapa malah Woo Bin berdiri di punggung Sun Woo? Chun Sa Nam ingin tahu alasannya.
“Punggung Woo Bin sunbae pernah cedera saat bermain bola di SMP. Lebih baik dia menginjakku, daripada dia terluka.”
Chun Woo pun tak mau meneruskan perdebatannya, “Oke..oke..Kesetiaanmu padanya membuatku ingin menangis.”
Chun Sa Nam melihat Sun Woo yang kesulitan menggunakan koyo di punggungnya sendirian. Chun Sa Nam mengambil koyo itu dengan kasar tapi malah menempel di tangannya. Chun Sa Nam melepaskannya dan mencium baunya. Mungkin dia baru pertama kali melihat koyo. Tapi sayang, koyo itu malah menempel di wajahnya.
Sun Woo menolong Chun Sa Nam untuk melepasnya. Senior mereka melihat dengan aneh.
***
Bersambung ke Part 2~
***
# Heu.. ada gak ya wanita seperti Sun Woo? Yang setia memandang hanya pada satu pria? Wajar sih Woo Bin merasa terganggu dengan sikap Sun Woo. Empat tahun lho..lebih malah. Udah berkali-kali di tolak tetap aja Sun Woo mengejarnya.
Tapi Sun Woo ini berpikiran positif, atau malah terlalu polos ya? Hehe..
ayooo min semangat! ngak sabar pengen tau akhirnya. u.u hehe ;)
ReplyDeletetrima kasih ya mbak.mumu sinopsisnya
ReplyDeletesemangat terus
Di tunggu lanjutan'y...
ReplyDeleteBagus.. SEMANGAT
kapan lanjutnya min? :( . setiap hari dj tengokin kok belom ada? aaa. gak sabar deh hehe. semangat ya!! :O
ReplyDeletemalaikatnya ganteng banget
ReplyDelete