What Happens To My Family Episode 1 – 2

Ternyata Ayah Cha menghidupi dan menyekolahkan anak-anak dari hasil berjualan tahu. Ayah memotong tahu yang baru saja masak dan melayani pelanggan dengan sangat ramah. Saat ayah menyimpan uang hasil jual tahu ke celemek, ayah memegang perutnya dan teringat pada Dal Bong.

Ayah penasaran apa Dal Bong baik-baik saja pada hari pertamanya.

Dan Dal Bong menatap botol-botol suplemen yang diberikan padanya dengan tak mengerti. Seorang manajer memberitahu bahwa perusahaan memang menempatkan pegawai baru di pemasaran. Tidak hanya itu, Dal Bong disuruh membayar produk yang akan dia jual, atau dipotong dari gajinya.

Senior Dal Bong bilang di perusahaan itu, mereka akan dibayar sebanyak yang mereka bisa jual. Atau kalau ingin mendapat uang lebih cepat, Dal Bong bisa membawa sepuluh pemula lainnya. Dan sadarlah Dal Bong kalau itu adalah perusahaan multi-level.

Manajer itu tak menyangkal. Dal Bong bengong, perusahaan itu memang multi-level. Saking bengongnya dia tak sadar seniornya membubuhkan cap jempolnya pada surat perjanjian.

Dal Bong melihat berita di televisi tentang maraknya penipuan perusahaan multi-level yang memaksa para pemula pencari kerja untuk membeli produk mereka lalu memaksa mereka untuk melakukan penjualan langsung. Dal Bong tertunduk lesu. Dia sudah mengalaminya.

Dal Bong mendapat pesan dari Kang Shim yang menyuruhnya mempersiapkan kue untuk ulang tahun ayah hari ini. Dal Bong tampak berpikir, lalu menyadari kalau memang benar hari ini adalah ulang tahun ayah, dan dia melupakannya.

Kang Jae juga menerima pesan dari Kang Shim agar menyiapkan hadiah untuk ulang tahun ayah. Kang Jae juga menerima pesan dari seseorang yang membuatnya kesal dan segera kembali ke rumah sakit.

Ternyata pasien yang dia operasi sebelumnya tiba-tiba mengalami hematemesis dan melema. Kang Jae dengan sigap langsung memberikan perintah pada dokter jaga dan perawat untuk melakukan tindakan.

Seo Wool berhasil sampai di Namsan Tower. Lalu dia berkeliling sambil mencari-cari dimana Dal Bong.

Tae Joo berpapasan dengan ayahnya yang hendak pulang. Ketua Moon mengajak Tae Joo makan bersama malam ini kalau dia punya waktu. Tapi Tae Joo menolak, dia sudah punya janji sebelumnya. Ketua Moon tak memaksa dan pamit pergi duluan.

Kang Shim tak ikut mengantar Ketua Moon ke depan gedung, bertanya pada Tae Joo. Tidak bisakah dia mengatur pertemuannya dengan Ketua Moon hari ini saja, karena hari ini adalah ulang tahun Ketua Moon. Kalau bukan janji penting, Kang Shim menyarankan agar Tae Joo makan bersama ayahnya saja.

Tae Joo: “Aku jelas bilang berhenti menyalahgunakan wewenangmu, Sekretaris Cha. Kau tidak dibayar untuk mencampuri urusan keluarga orang lain. Jangan ikut campur percuma dan berlebihan. Urusi urusanmu sendiri.”

Tae Joo berkata dengan sinisnya lalu pergi. Kang Shim berdecak tak percaya kalau Tae Joo adalah anaknya Ketua Moon yang baik hati. Tapi Kang Shim juga menyadari kesalahannya, dia memang tidak dalam posisi untuk mengatakan hal tadi.

Ayah mendapat telpon dari Kang Shim yang mengajak makan malam di luar. Di restoran Cina kesukaan ayah.

Kang Shim bersiap pulang. Dia mendapatkan telpon yang mengabarkan kecelakaan yang dialami Ketua Moon.

Ayah memanggil Bibi yang baru saja pulang berbelanja dengan Joong Baek. Ayah memberitahu Bibi agar tidak usah membuat makan malam untuk hari ini, karena Kang Shim mengajak mereka semua makan di restoran Cina. Ayah terlihat sangat senang.

Joong Baek ikut berpendapat, karena Kang Shim yang memesan tempat, pasti restorannya mahal. Ayah menyuruh Bibi untuk memasukkan semua bahan makanan ke dalam kulkas.

Ayah kemudian bingung apa yang harus dia pakai, karena Kang Shim tidak akan suka kalau dia memakai sesuatu yang terlihat kumuh. Ayah bergegas pergi ke kamar. Bibi tertawa melihat kakaknya yang terlihat nyaris mati karena bahagia.

Tapi kemudian Bibi kesal karena Kang Shim tidak menelpon sebelumnya, jadi dia tak akan menyia-nyiakan uang untuk membeli bahan makanan. (aih, tadi kan Kang Shim telpon Bibi..tapi Bibi marah-marah, jadi ada Kang Shim tutup lagi telponnya.. –.-)

Ayah masuk kamar dan memilih pakaian dari lemari. Ayah menatap dirinya lama di depan cermin. Ayah memang sangat bahagia karena ternyata putrinya mengingat ulang tahunnya.

Kang Shim masuk ke ruang perawatan Ketua Moon. Pak sopir bilang di perjalanan Ketua Moon tiba-tiba ada janji penting untuk dihadiri, dan meminta merubah jalur. Kecelakaan pun terjadi. Pak sopir benar-benar menyesal.

Walau Pak sopir bilang dia tak apa-apa, Kang Shim tetap memintanya untuk melakukan x-ray dan pemeriksaan lain yang diperlukan. Di kening Pak sopir memang tampak ada luka, tapi belum mendapatkan pengobatan.

Kang Shim keluar ruangan hendak menelpon, tapi ponselnya mati karena kehabisan baterai. Tak sengaja, Kang Jae lewat dan melihat Kang Shim. Kang Shim heran Kang Jae ada disana di hari liburnya. Kang Jae pun memberitahu bahwa dia ada disana karena kondisi seorang pasien, dan sepertinya dia harus bermalam di rumah sakit.

Kang Shim: “Oh, lalu bagaimana dengan Ayah?”

Mereka pun bingung, karena Kang Shim harus menunggu Ketua Moon sampai wali-nya datang dan Kang Jae harus menunggui pasiennya. Maka Kang Shim menyuruh Kang Jae menelpon Dal Bong dan katakan padanya untuk membawa Bibi dan Ayah ke restoran Cina yang pernah mereka datangi di 'Hari Orangtua' dua tahun lalu. Kang Shim sudah membuat reservasi disana.

Kang Jae paham. Dan setelah Kang Shim pergi untuk menemui dokter, Kang Jae langsung menghubungi Dal Bong. Dal Bong yang sedang kesal menolak panggilan Kang Jae.

Kang Jae heran Dal Bong tak menjawab telponnya padahal dia tidak sedang sibuk. Kang Jae tak sempat mengulangi panggilannya, karena kemudian dia diberitahu kondisi pasiennya yang kembali ngedrop.

Hari sudah malam. Ayah sudah memakai pakaian terbaiknya sambil menunggu anak-anak. Bibi yang juga seudah rapi kesal kenapa anak-anak belum datang, kalau mereka terjebak macet seperti yang di duga ayah setidaknya mreka bisa menghubungi ayah.

Joong Baek kemudian menghubungi Kang Shim setelah diminta Bibi. Tapi ponsel Kang Shim mati. Bibi kesal, apakah mereka tidak akan datang sama sekali? Ayah berusaha tenang dan mengalihkan perhatian Bibi pada tayangan di televisi.

Saat Bibi dan Joong Baek mengomentari artis yang muncul di televisi, ayah masih cemas menanti kedatangan anak-anaknya dan melihat jam.

Seo Wool masih menunggu Dal Bong yang tak kunjung datang dengan perut kelaparan. Seo Wool pun bertanya-tanya apa Dal Bong lupa dengan janji mereka karena sudah terlalu lama? Apa yang harus dia lakukan kalau Dal Bong benar-benar lupa?

Dal Bong membulatkan tekad untuk melakukan yang terbaik. Dia bisa apa lagi, karena semuanya sudah terjadi. Maka Dal Bong yang ada di kawasan Namsan pun mulai menawarkan produknya pada orang-orang yang berlalu-lalang. Tapi tak ada seorang pun yang tertarik.

Hingga akhirnya takdir mempertemukan dia kembali dengan Seo Wool yang berjalan dengan lunglai. Mereka saling menatap dan berkata dalam hati masing-masing. Kenapa mereka bisa bertemu lagi disana. Mereka belum sempat mengatakan apapun secara langsung, karena hujan kemudian turun.

Dal Bong hendak pergi dan mengangkat tas yang berisi produk. Tapi sayang, karena terburu-buru isi tas berhamburan keluar. Dal Bong bergegas mengumpulkannya kembali. Seo Wool yang kasihan membantu Dal Bong.

Kemudian polisi datang. Mereka mendapat laporan dari seseorang dan meminta Dal Bong serta Seo Wool ikut ke kantor polisi. Dal Bong dan Seo Wool saling pandang.

Jam 9 lewat 10 malam. Ayah masih menunggu anak-anak. Bibi tak bisa menunggu lagi, dia harus makan sesuatu karena dia sangat lapar. Bibi juga menawarkan makanan pada ayah. Ayah yang melamun baru menjawab setelah Joong Baek mengingatkan agar ayah setidaknya harus makan sesuatu dulu.

Bibi mengaduk makanan sambil marah-marah: “Apa jari-jari mereka patah? Atau apakah ponsel mereka rusak? Mengapa tidak satupun dari ketiganya menelepon? Mereka bahkan tidak ingat ulang tahun ayah mereka. Dan sekarang mereka membuatnya mati kelaparan? Astaga. Bocah-bocah tengik itu. Bocah-bocah bodoh!”

Telpon rumah berdering. Ayah yang mengira telpon itu dari Kang Shim langsung menjawabnya. Tapi ayah terkejut karena ternyata itu telpon dari kantor polisi.

Polisi menegur Dal Bong yang menjual produk di tempat dimana warga datang untuk bersantai. Polisi bilang berjualan di tempat umum seperti itu ilegal. Dal Bong meminta maaf, karena dia tidak tahu hal itu.

Dal Bong kemudian menjelaskan kalau Seo Wool tidak bersama dirinya. Dia hanya membantu memungut botol, dia sama sekali tak ada hubungan dengannya. Maka polisi pun mempersilahkan Seo Wool untuk pulang.

Saat Seo Wool hendak keluar. Dal Bong menyebutkan namanya dengan lantang pada polisi yang menanyakan identitasnya. Seo Wool terkejut. Dia teringat kenangan masa lalunya, saat itu pemuda yang berjanji padanya mengenalkan diri bernama Cha Dal Bong. Saat itu Seo Wool bertanya dimana sekolah Dal Bong.

Seo Wool menggumamkan nama ‘SMP Kyung Shin’. Dal Bong yang mendengarnya menoleh dan bertanya apa maksud Seo Wool. Seo Wool menoleh dan mendekat.

Seo Wool: “Apa kau dulu bersekolah di SMP Kyung Shin?”

Dal Bong: “Bagaimana kau tahu itu?”

Seo Wol: “Jadi alamatmu Jogno-gu, Suin-dong?”

Dal Bong: “Hei, kau kenal aku?”

Seo Wool membuka mulutnya, tercengang. Pria yang dia temui hari ini, yang menyebalkan dan selalu berteriak padanya, ternyata adalah Cha Dal Bong yang dia rindukan. Seo Wool mengingat wajah Dal Bong remaja. Seo Wool memalingkan wajah dari Dal Bong. Dia tak percaya kalau Dal Bong yang dia kenal adalah Dal Bong ini, itu tidak mungkin.

Ayah kemudian datang dan menanyakan apa yang terjadi pada Dal Bong, apa Dal Bong berkelahi. Polisi menjelaskan kalau Dal Bong menjual sesuatu di taman, dan itu ilegal. Joong Baek yang ikut bersama ayah melihat produk yang dijual Dal Bong dan menyadari Dal Bong masuk perusahaan multi-level.

Seo Wool yang masih berdiri di dekat pintu memperhatikan mereka. Polisi kemudian bilang, dia menghubungi ayah untuk membuktikan identitas Dal Bong karena kartu identitas Dal Bong hilang. Ayah membenarkan kalau Dal Bong adalah anaknya, dan meminta maaf pada polisi.

Dal Bong marah: “Ayah tidak perlu meminta maaf! Akulah yang melakukan ini. Mengapa Ayah meminta maaf?”

Ayah: “Diam saja di situ untuk sementara! Dosa seorang anak sama dengan dosa ayahnya! Diam di situ.”

Sambil memegang tangan Dal Bong, ayah meminta maaf pada polisi karena anaknya itu tak tahu apapun. Ayah meminta polisi untuk melepaskan Dal Bong kali ini saja, dia akan menegur Dal Bong dengan baik di rumah. Dal Bong diam menahan tangis untuk pengorbanan ayahnya.

Tae Joo sampai di rumah sakit. Dia tak ingin mendengar penjelasan Kang Shim lagi mengenai kecelakaan ayahnya, karena dia sudah mendengar saat di perjalanan. Tae Joo juga tak menerima permintaan maaf Pak sopir, dan meminta Kang Shim untuk segera menjauhkan Pak sopir dari ayahnya (dipecat maksudnya).

Tae Joo menghampiri ayahnya, tapi tak cukup dekat. Tae Joo mengamati kondisi ayahnya dengan seksama. Kang Shim melihat dengan aneh apa yang dilakukan Tae Joo. Tapi dia sepertinya paham kalau Tae Joo sebenarnya khawatir.

Kang Shim yang kelelahan pulang ke rumah, dia terkejut melihat Bibi sedang makan. Kang Shim menduga Bibi sedang ngemil. Bibi kesal dan menyindir, setelah kelaparan begitu lama dia baru sekarang makan malam. Kang Shim heran, dia kan sudah reservasi restoran.

Bibi: “Apa kau akan menyimpan ponselmu untuk sesuatu yang istimewa nanti? Sudah jam berapa sekarang? Kalau kau akan terlambat atau kalau sesuatu terjadi, setidaknya telepon kami!”

Bibi marah-marah. Kang Shim memberitahu kalau ponselnya mati dan dia sudah menyuruh Kang Jae untuk menelpon Dal Bong supaya dia membawa Bibi dan Ayah ke restoran lebih dulu.

Bibi memberitahu kalau Dal Bong ada di kantor polisi sekarang. Joong Baek dan ayah berlari kesana tanpa makan malam. Kang Shim terkejut, Dal Bong terlibat masalah apa lagi? Bibi tidak tahu.

Bibi: “Karena putrinya akan membawanya untuk makan malam, dia bahkan mengganti pakaian. Dan dia senang seperti anak kecil, menunggu. Tapi... Ya, ampun, tak seorangpun dari kalian bertiga ada yang muncul. Dan bahkan tidak ada telepon. Ditambah lagi si bungsu berada di kantor polisi. Hei! Tidak semestinya kalian lakukan itu. Tidak semestinya kalian lakukan itu pada ayah kalian!”

Kang Shim yang merasa tak enak hanya menghela nafas.

Ayah pulang bersama Dal Bong dan Joong Baek. Joong Baek memberitahu Bibi kalau perusahaan tempat Dal Bong bekerja untuk pertama kalinya hari ini ternyata adalah multi-level. Kang Shim dan Bibi terkejut. Apalagi Bibi pernah menyebut mengenai itu tadi pagi. Ayah mengingatkan Bibi, itulah mengapa dia katakan adiknya tidak perlu mengatakan apapun untuk menjadikannya sial di rumah.

Kang Shim kesal pada Dal Bong yang tidak memeriksa lebih dulu perusahaan seperti apa tempatnya akan bekerja. Ayah menjelaskan kalau seniornya yang terpercaya yang memperkenalkannya, jadi dia pergi ke sana.

Dal Bong yang sedang sedih dengan nasibnya merasa kesal pada Kang Shim yang malah memarahinya seperti itu. Kang Shim bilang dia tak akan marah kalau Dal Bong berbuat baik. Ayah menghentikan pertengkaran mereka, itu semua sudah terjadi dan sudah berlalu. Ayah menyuruh Dal Bong naik ke kamar dan mandi air panas lebih dulu. Ayah akan membuat ramen untuk Dal Bong. Dal Bong pun naik dengan kesal pada Kang Shim.

Kang Shim lalu meminta maaf pada ayahnya mengenai gagalnya makan malam mereka. Kang Shim bilang dia menerima telpon yang memberitahu kalau Ketua Moon kecelakaan saat dia sedang dalam perjalanan pulang. Kang Shim bilang Ketua Moon tidak terluka parah dan akan keluar dari rumah sakit besok.

Ayah pun menduga Kang Shim juga belum makan. Ayah menyuruh Kang Shim berganti pakaian sementara dia akan membuat ramen. Bibi mendesah, betapa konyolnya ayah yang harus makan ramen di hari ulang tahunnya. Kang Shim merasa tak enak.

Dal Bong menatap tas yang penuh dengan produk kesehatan. Dal Bong menjatuh tas itu ke lantai, dan dia merebahkan diri di kasur. Meratapi nasibnya hari ini.

Kang Shim membersihkan diri sambil menggerutu karena kesal pada Dal Bong.

Di rumah sakit, Kang Jae akhirnya bisa bernafas lega karena pasiennya berangsur membaik. Tapi Kang Jae tetap meminta dokter jaga dan perawat memperhatikan kondisi pasien itu.

Sementara itu, ayah sedang membuat ramen sambil termenung.

Ayah: “Benar. Selama aku hidup, akan ada segala macam ulang tahun. Itu saja.”

Ayah menghibur dirinya sendiri.

Kakek Seo Wool masuk ke kamar Seo Wool yang kosong. Kakek khawatir, apa Seo Wool makan dengan benar.

Seo Wool berada di sauna, dia mengingat ayah Dal Bong yang dia lihat saat di kantor polisi. Rupanya Seo Wool tersentuh dengan ayah Dal Bong yang begitu perhatian dan menyayangi anaknya. Seo Wool lalu mengepalkan tangan, dia sudah memutuskan.

Esok pagi. Seo Wool pergi ke toko Ayah Cha. Ayah bingung mendengar Seo Wool memanggilnya ‘ayah’. Seo Wool bertanya apa benar ayah adalah ayahnya Dal Bong. Benar, tapi ayah bingung siapa Seo Wool. Seo Wool lalu membungkuk, memberikan salam.

Seo Wool: “Aku Kang Seo Wool. Aku seseorang yang dijanjikan Dal Bong akan dinikahinya.”

Ayah: “Apa? Dijanjikan apa?”

Seo Wool: “Menikah.”

Ayah: “Dengan... siapa?”

Seo Wool: “Dengan Dal Bong.

Ayah: “Siapa? Nona?”

Ayah masih tak percaya dengan pendengarannya. Seo Wool meminta ayah untuk memanggilnya Seo Wool saja. Seo Wool tersenyum manis dan memanggil ayah dengan sebutan ‘ayah’.

Ayah sangat terkejut setelah sadar kalau apa yang dia dengar tidak salah. Ayah bahkan menjatuhkan tahu yang sedang dipegangnya ke lantai.

Kemudian terdengar kembali teriakan Seo Wool yang memanggil nama Dal Bong, membuat Dal Bong terbangun dari tidurnya. Tapi kembali Dal Bong menganggap itu hanya mimpi, lalu tidur lagi.

…Bersambung ke episode 2…

***

Note: Yang membuatku tertarik dengan drama ini adalah kekocakan yang terjadi antara Dal Bong dan Seo Wool. Selama episode 1 ini mereka selalu saja bertengkar setiap kali bertemu. Dan ini membuatku penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya jika Dal Bong sudah tahu siapa sebenarnya Seo Wool ini.

Suka dengan karakter Bibi. Dia mengungkapkan kekesalannya begitu saja, bagaikan mewakili penonton yang juga kesal pada anak-anak Cha.

Sifat Kang Shim dan Dal Bong sudah terlihat di episode ini, tapi Kang Jae masih misterius…

Ayah jelas kecewa pada anak-anaknya, tapi ayah menyembunyikannya dengan bersikap bahwa dia mengerti kesibukan yang dimiliki anak-anaknya.