What Happens To My Family Episode 1 – 1

What Happens to My Family

-Episode 1-

Seorang gadis bernama Kang Seo Wool memutuskan pergi ke Seoul untuk memenuhi janjinya menemui Cha Dal Bong. Pemuda yang berjanji akan menikahinya, 11 tahun yang lalu. Mereka berjanji untuk bertemu pada hari yang sama 11 tahun kemudian di Namsan Tower.

Seo Wool meninggalkan pesan pada kakeknya agar tidak khawatir, karena dia bukan kabur, hanya meninggalkan rumah saja. Seo Wool juga meminta kakek untuk makan teratur dan tidak lupa mencuci tangan serta kaki sebelum tidur.

Kakek tampak sedih membaca pesan yang ditinggalkan Seo Wool. Sementara itu Seo Wool sangat gembira karena akan segera bertemu dengan Dal Bong. Seo Wol bahkan meneriakkan nama Dal Bong di kereta.

Dan teriakan itu seakan-akan terdengar oleh Dal Bong yang sedang tidur. Dal Bong terbangun karena mendengar suara itu, tapi rupanya itu hanya mimpi.

Ayah Cha Soon Bong kemudian masuk membangunkan Dal Bong yang akan pergi bekerja hari pertama. Dal Bong menolak bangun, tapi kemudian dia teringat hal itu dan menyadari kalau dia sudah terlambat. Dal Bong bahkan terjatuh saat bergegas bangun dari kasur. Dal Bong adalah anak bungsu dari keluarga Cha.

Ayah bergegas turun untuk memeriksa apakah sarapan sudah siap karena Dal Bong sudah terlambat. Yang memasak adalah Bibi, Cha Soon Geum adik kandung ayah. Bibi ngedumel, seharusnya Dal Bong bangun sendiri kalau ini hari pertamanya.

Rupanya Bibi memasak sup rumput laut. Ayah bilang kalau sup rumput laut sedikit tidak cocok untuk hari pertama Dal Bong bekerja, apa adiknya tidak punya makanan lain. Bibi bilang apa salahnya dengan sup rumput laut, lagipula Dal Bong tidak akan pergi ujian (biasanya yang gagal ujian menyebut kegagalan dengan ‘makan sup rumput laut’). Lagipula hari ini adalah hari…

Ayah menyela Bibi dan bilang kalau begitu Dal Bong akan makan kimchi rebus saja. Tapi Dal Bong yang sudah berganti pakaian sudah siap pergi dan tak ingin sarapan.

Bibi mengeluh kakaknya itu sangat memanjakan anak-anak, karena itulah mereka menjadi nakal. Kalau saja kakak iparnya masih hidup, Bibi yakin dia tak akan membiarkan mereka tumbuh seperti itu. Dia akan mengajari anak-anak dengan baik.

Bibi kemudian memasukkan garam lagi pada sup rumput laut yang masih terasa hambar, padahal sudah dia beri garam sebelumnya.

Ayah sedang membujuk Dal Bong sarapan, karena Dal Bong akan lapar saat nanti bekerja. Dal Bong bilang lebih baik kelaparan daripada dia terlambat di hari pertamanya bekerja.

Ayah kemudian mengucapkan selamat dengan hati yang tulus untuk hari pertama kerja Dal Bong. Dal Bong tersenyum lalu pamit pergi bekerja. Setelah Dal Bong pergi ayah tetap saja merasa akan lebih baik seandainya Dal Bong sarapan dulu.

Anak pertama keluarga Cha, Cha Kang Shim, terbangun dari tidurnya karena telpon mengejutkan dari bawahannya. Kang Shim diberitahu kalau laporan yang sudah dia buat selama dua hari dengan nyaris tak tidur, menghilang. Kang Shin merasa kesal, dia kemudian meminta bawahannya untuk tidak melakukan apapun dan diam ditempat. Dia akan berada di kantor dalam 20 menit.

Kang Shim langsung masuk ke kamar mandi, tak menghiraukan ayah yang bertanya tentang apa yang terjadi. Kang Shim keluar kamar mandi sambil menggosok gigi dan mengambil handuk dari kamar tidurnya, lalu meminta ayah untuk memanggilkan taksi. Dia akan berangkat lima menit lagi.

Ayah bertanya tentang sarapan. Kang Shim menolak, dia tak memerlukan makanan apapun.

Ayah mengumpat tempat kerja Kang Shin yang menelpon tanpa memberi waktu Kang Shim untuk sarapan. Ayah kemudian mencari nomor telpon taksi di buku telpon.

Pada saat itu, Cha Kang Jae, putra kedua keluarga Cha pulang. Kang Jae tampak kelelahan dan langsung naik ke kamarnya tanpa menghiraukan pertanyaan ayah, juga meminta ayah untuk tak membangunkannya sampai jam dua belas.

Ayah bilang Kang Jae harus makan sesuatu, sarapan. Tapi Kang Jae bilang dia lelah, dan menutup pintu dengan keras. Ayah khawatir, jika Kang Jae terus melewatkan makan, perutnya akan sakit.

Kang Shim keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah, mengingatkan ayah yang melamun untuk memanggil taksi. Dia akan pergi tiga menit lagi. Ayah pun kemudian bergegas menghubungi perusahaan taksi. Dari dapur Bibi menghela nafas panjang.

Ayah menyusul Kang Shim yang terburu-buru naik taksi untuk memberikan minuman biji-bijian campur, organik. Ayah ingin Kang Shim meminumnya di perjalanan. Kang Shim menolak, dia tak bisa makan apapun dengan stres sebanyak itu. Perut kosong lebih nyaman untuknya.

Ayah sedikit memaksa, itu adalah minuman sehat, jadi mestinya Kang Shim baik-baik saja. Kang Shim tetap tak mengambil minuman itu, dan segera pamit. Ayah hanya bisa menghela nafas. Semua anaknya menolak untuk sarapan.

Kang Shim menyelesaikan dandan-nya di dalam taksi, membuat supir taksi terbelalak dibuatnya. Kang Shim turun dari taksi dan menyempurnakan penampilannya dengan menggunakan jas. Kang Shim kemudian berjalan masuk ke kantornya, di sebuah gedung yang menjulang tinggi.

Kang Shim bekerja sebagai kepala sekretaris di kantor sekretariat pemilik perusahaan. Kang Shim menyuruh bawahannya untuk membawa CPU komputer pada Manajer Goo untuk menyelamatkan data yang hilang. Kang Shim rupanya sangat disiplin.

Setelah mendengar pemilik perusahaan, Ketua Moon Tae Oh akan tiba 30 menit lagi, Kang Shim menyuruh bawahannya tadi waktu 7 menit untuk naik dan turun, 5 menit untuk mencetak dan membuat file dan akan ada sisa waktu 18 menit. Kang Shim mengingatkan, kalau waktunya tidak sempat, mereka akan sama-sama habis.

Setelah menyelesaikan masalah itu, Kang Shim memberikan tugas pada tiga bawahannya yang lain. Kang Shim bilang hari itu akan menjadi hari yang sibuk, Kang Shim mengajak semuanya melakukan yang terbaik tanpa kesalahan.

Ayah sarapan hanya dengan Bibi. Bibi menghidangkan sup rumput laut dengan ikan layur segar yang dia peroleh dari Pulau Jeju. Ternyata hari ini adalah ulang tahun ayah. Bibi kesal karena tak satupun dari anak-anak mengingat ulang tahun ayah mereka.

Bibi ingin membangunkan Kang Jae untuk makan bersama. Ayah melarang, karena sepertinya Kang Jae tidak punya waktu untuk tidur karena mengawasi pasiennya. Bibi semakin kesal mendengarnya. Tidak ada baiknya Kang Jae menjadi dokter dan Kang Shim bekerja di perusahaan besar. Karena tak ada yang menyalakan lilin untuk kue ulang tahun kakaknya itu.

Ayah: “Apa istimewanya ulang tahun? Dia datang setiap tahun.”

Bibi: “Kau seharusnya membuatnya istimewa karena hanya datang sekali setahun.”

Ayah bilang itulah sebabnya dia makan sekarang. Bibi menyebut kakaknya itu bodoh, karena menjadi ‘kecil’ sekali saat menyangkut anak-anaknya. Bibi bilang ibu dan ayah mereka tidak seperti itu, jadi sifat siapa yang dimiliki kakaknya itu.

Bibi terus mengoceh tentang anak-anak. Ayah membuatnya berhenti dengan mengatakan kalau sup rumput lautnya asin, seperti air laut. Ayah menyebut Bibi yang menjadi tua karena selera makanannya menjadi asin.

Bibi kembali mengoceh agar kakaknya itu pergi kencan buta dengan Ny. Go pemilik toko pakaian outdoor. Lagi, ayah membuat Bibi berhenti dengan mengajaknya makan.

 

Bibi: “Dasar tengik!”

Ayah tersedak sup: “Apa katamu pada kakakmu? Tengik?”

Bibi yang sadar keceplosan beralasan kalau yang dia maksud adalah Dal Bong yang lupa ulang tahun ayah. Ayah membela Dal Bong. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja setelah menganggur satu tahun delapan bulang, dia tak punya waktu untuk memikirkan ayahnya.

Bibi pun mengomentari perusahaan Dal Bong yang tak terkenal dan tak jelas identitasnya. Bibi berharap kalau itu bukan perusahaan multi-level. Ayah marah, Bibi seharusnya tak mengatakan itu di hari Dal Bong pertama bekerja.

Bibi kemudian bertanya, seharusnya Dal Bong tidak terlambat di hari pertamanya bekerja kan? Ayah melihat jam tangannya.

Begitu juga Dal Bong melihat jam tangannya di kereta subway yang penuh sesak (persis kayak CL jakarta-bogor, mepet-mepet sampai ke pintu. >,<). Dan takdir mempertemukan Dal Bong dengan Seo Wool. Tapi tentunya mereka tak saling mengenal. Bahkan Dal Bong memandang rendah penampilan Seo Wool yang tampak aneh. Dan tanpa Dal Bong sadari, seorang pencopet berdiri di sampingnya.

Seo Wool: “Kereta ini akan ke Seoul, kan?”

Dal Bong memandang aneh pada Seo Wool.

Seo Wool: “Aku bertanya, apakah kereta ini akan membawaku ke Seoul.”

Dal Bong: “Disini…adalah Seoul.”

Seo Wool bingung, tapi kemudian tertawa, dia salah bertanya, maksudnya adalah Namsan. Namsan yang ada towernya. Dal Bong bilang Seo Wool harusnya turun di stasiun Seoul, Namsan jaraknya dekat dengan berjalan kaki dari stasiun. Dal Bong bilang Seo Wool mungkin salah naik kereta.

Saat Dal Bong sedang sibuk melayani Seo Wool yang terus bertanya, pencopet di samping Dal Bong mulai beraksi dengan pisau di tangannya hendak menyobek kantung celana Dal Bong. Hingga akhirnya karena kesulitan pencopet itu malah membuat celana Dal Bong sobek beserta pahanya.

Dal Bong marah dan mencengkram kerah baju pencopet itu, tapi Dal Bong belum tahu kalau dia pencopet. Pencopet itu minta maaf karena ini adalah hari pertamanya bekerja. Saat Dal Bong akan menghajar pencopet itu, kereta goyang karena akan berhenti.

Dal Bong oleng ke arah Seo Wool, dan sesaat terpana karena wajahnya dekat sekali dengan wajah Seo Wool. Hal itu dijadikan kesempatan oleh pencopet untuk mengambil dompet Dal Bong dan segera berlari turun dari kereta.

Dal Bong mengejar pencopet itu, terus mengejar sampai ke pintu keluar. Tapi sayang, Dal Bong menabrak seorang wanita yang membawa sayuran. Dal Bong pun tak bisa mengejar pencopet yang meledeknya dengan mengacungkan dompet miliknya.

Dal Bong kemudian melihat Seo Wool yang hendak pindah kereta. Dal Bong pun memikirkan sesuatu. Hmm, dia langsung melabrak Seo Wool dan menuduhnya berkomplot dengan pencopet itu. Dal Bong menuduh Seo Wool sengaja mengajaknya bicara dengan gaya pedesaan, dan membiarkan rekannya mencopet dompet miliknya.

Seo Wool menyangkal, dia sedang sibuk untuk pergi ke Namsan Tower. Dal Bong tak percaya. Dia berkali-kali menarik kerah baju Seo Wool yang hendak pergi.

Dal Bong hendak membawa Seo Wool ke kantor polisi. Mereka pun berkelahi, tarik menarik rambut, dan berakhir di kantor polisi.

Polisi melihat tak ada keanehan pada identitas Seo Wool. Seo Wool membenarkan karena dia tak bersalah, dia hanya menanyakan arah pada Dal Bong. Tapi Dal Bong bersikukuh, karena itulah modus yang digunakan Seo Wool untuk mengalihkan perhatiannya.

Seo Wool: “Kudengar orang Seoul itu sangat tidak baik, tapi tidak kusangka seburuk ini. Dan sekarang aku tahu tidak semestinya aku tanya arah dan mesti tutup mulut saja!”

Dal Bong: “Kau merusak hari pertamaku bekerja! Bagaimana kau akan membayar ini? Aku terlambat pada hari pertama, dan celanaku robek!”

Seo Wool dan Dal Bong terus saja bertengkar dan saling berteriak dengan keyakinan masing-masing. Sampai akhirnya petugas polisi membebaskan Seo Wool karena verifikasi identitasnya selesai, dan tak ada yang mencurigakan.

Dal Bong tak terima, kenapa petugas hendak membebaskan Seo Wool. Dal Bong berteriak kalau dia adalah korban. Dal Bong menunjukkan luka dipahanya, tapi malah semakin merobek celananya. Seo Wool kemudian pamit dengan sopan pada petugas, setelah sebelumnya menyebut Dal Bong sebagai pecundang.

Dal Bong tak terima, dia menahan tas Seo Wool. Terjadi tarik menarik tas, yang berakhir dengan terpentalnya Dal Bong, dan pipinya terkena tas. Seo Wool dengan kesal meminta maaf dan memberikan uang untuk ongkos perban.

Dal Bong: “Hei, benar-benar... Apa kau ingin mati?”

Seo Wool hanya membalik badan dengan kesal dan menunjukkan tinjunya. Dal Bong berteriak frustrasi.

Setelah keluar dari kantor polisi, Seo Wool melanjutkan perjalanannya menuju Namsan Tower. Seo Wool kembali tersenyum memikirkan Dal Bong yang akan dia temui. (padahal udah ketemu yak… aneh masa gak ngenalin.. mungkin karena Dal Bong jadi lebih ganteng ya.. hehe..)

***

Dalam sebuah rapat, Direktur Moon Tae Joo mendebat Direktur lain yang lebih tua dengan masalah anggaran. Direktur itu akan menggunakan anggaran untuk investasi. Jika tak ada rincian rencana, dia tak bisa membiarkan Direktur itu untuk menggunakan anggaran.

Pimpinan rapat, Ketua Moon menutup rapat dengan meminta Direktur itu membuat rencana investasi secara rinci, dan lakukan permintaan lagi setelah seminggu.

Tae Joo mengikuti Ketua Moon (mereka adalah anak-ayah) hingga ke depan kantor. Tae Joo menyarankan agar Direktur Jung, Direktur Park dan Direktur Ha dipecat saja agar perusahaan memiliki sistem yang lebih baik. Ketua Moon bilang mereka semua bekerja di perusahaan dari awal, dan sudah seperti kaki tangannya. Mereka juga adalah sahabat Ketua Moon selama 20 tahun.

Tae Joo: “Perusahaan tidak dibuat untuk persahabatan.”

Ketua Moon: “Perusahaan bisa sampai sejauh ini karena persahabatan kami.”

Tae Joo: “Kalau kau memantapkan pikiranmu seperti itu, itu bisa menempatkan perusahaan dalam resiko.”

Ketua Moon: “Itulah mengapa kau berada di sini sekarang. Untuk memperbaiki dan menutupi semua itu. Paham?”

Ketua Moon kemudian masuk ke ruangannya. Dan saat Tae Joo hendak menyusul, Kang Shim menghadang. Dia mengingatkan Tae Joo yang punya rapat 15 menit lagi, dan Ketua Moon juga sepertinya selesai bicara. Jika Tae Joo ingin bicara dengan Ketua Moon, dia akan menjadwalkan.

Tae Joo bertanya kapan dia bisa bertemu Ketua Moon. Kang Shim melihat agendanya. Tae Joo bisa bertemu besok atau 2-3 hari lagi. Tae Joo tak terima harus menunggu selama itu, padahal dia hanya perlu bicara beberapa menit saja. Kang Shim bilang itulah aturannya, dia pun menjadwalkan jam 2 siang 3 hari lagi untuk Tae Joo.

Tae Joo jelas kesal pada Kang Shim. Dia bilang ada sesuatu yang ingin dia katakan pada Kang Shim. Tae Joo bertanya apa Kang Shim tahu tentang penyalahgunaan wewenang? Kang Shim tak mengerti maksud Tae Joo menanyakan hal itu.

Tae Joo: “Sekretaris itu ada untuk membantu ketua, bukannya keluar dan menggunakan posisimu untuk menyombongkannya. Kau hanya seorang sekretaris. Aku merasa sangat jijik dan tidak senang saat melihatmu memuji-muji ketua dengan berlebihan. Kau paham?”

Kang Shim dengan sopan berkata kalau dia akan berhati-hati mulai sekarang. Tae Joo menyarankan Kang Shim untuk mengoreksi sikap. Saat Tae Joo akan pergi, giliran Kang Shim yang bilang ingin mengatakan sesuatu pada Tae Joo. Kang Shim mendekat pada Tae Joo, membuat Tae Joo sedikit mencondongkan kepalanya ke belakang.

Kang Shim: “Ada cabai tersangkut di gigimu.”

Tae Joo refleks menutup mulut. Juga para staf yang menyaksikan kejadian itu. Mereka menutup mulut karena menahan tawa.

Kang Shim mengusir Tae Joo secara halus dengan membukakan pintu. Setelah Tae Joo di luar, mereka saling mengumpat dari balik pintu.

Dan tanpa mereka ketahui Ketua Moon menguping perdebatan mereka dan umpatan itu dari balik pintu ruangannya. Ketua Moon tertawa.

Kang Shim kemudian masuk ke ruangan Ketua Moon. Ketua Moon meminta Kang Shim memaklumi Tae Joo yang bersikap tidak ramah, karena dia tak pandai bersosialisasi. Kang Shim hanya tersenyum.

Kang Shim lalu memberikan beberapa potong kue pada Ketua Moon dan mengucapkan selamat ulang tahun. Ketua Moon tersentuh, anaknya bahkan tak ingat hari ulang tahunnya. Tapi Kang Shim selalu ingat dan melakukan itu untuknya.

Ketua Moon: “Bukankah katamu seorang anggota keluargamu berulang tahun di tanggal yang sama denganku? Siapa lagi katamu itu?”

Tuing..Kang Shim pun baru ingat kalau hari ini juga ulang tahun ayahnya. Dia bilang pada Ketua Moon kalau ayahnya yang berulang tahun hari ini. Ketua Moon bilang dia dan ayah Kang Shim harus minum bersama lain kali karena punya hari ulang tahun yang sama.

Kang Shim menghubungi Kang Jae, tapi Kang Jae menolak panggilannya, karena terlalu ngantuk untuk bicara. Kang Shim lalu menghubungi Dal Bong, tapi juga ditolak karena Dal Bong keburu bertemu seniornya.

Dal Bong yang takut untuk masuk ke ruangan mengatakan kalau dia dicopet di subway. Dal Bong meminta maaf karena datang terlambat. Senior Dal Bong memintanya untuk tidak khawatir, dia akan bicarakan hal itu pada atasan mereka.

Dengan terpaksa Kang Shim menghubungi Bibi. Bibi menyindir Kang Shim yang akhirnya ingat ulang tahun ayah. Bibi bilang dia sudah memberikan sup rumput laut untuk ayah. Kang Shim meminta maaf, karena ada pekerjaan yang harus dilakukan, dia jadi lupa.

Bibi: “Apa karena pekerjaanmu kau juga bahkan akan melupakan dia saat dia meninggal?”

Kang Shim: “Bibi. Tolong jangan bicara seperti itu.”

Bibi: “Kalian bahkan tidak peduli tentang dia ketika dia masih hidup. Aku rasa kalian tidak akan berubah bahkan setelah dia meninggal. Kau tahu bagaimana ayah kalian membesarkan kalian sendirian tanpa ibu kalian!”

Kang Shim kemudian buru-buru menutup telpon dengan alasan tak bisa bicara lama-lama dan mereka akan bicara nanti malam saat dia sudah pulang.

Bibi kesal karena Kang Shim menutup telpon saat dia masih bicara. Bibi berteriak pada ponsel seolah itu adalah Kang Shim, bahwa jika Kang Shim adalah anaknya, dia sudah memukuli Kang Shim sekarang (karena tidak sopan).

Gerutuan Bibi terhenti dengan kedatangan Menantu-nya, Seo Joong Baek. Bibi bersiap pergi untuk memeriksakan lututnya yang sakit dengan diantar menantunya itu.

***

…Bersambung ke bagian 2…

Note: Drama ini sudah tayang 10 episode, jadi untuk yang sudah menonton, harap jangan tulis spoiler di kolom komentar ya.. Kamsa~ ^^