The Lonely Shining, Goblin | Episode 3 - 1

“Diantara hidup dan mati, buatlah permohonan dengan segenap hati. Tuhan berhati lembut mungkin akan mengabulkan permohonanmu.”

Kim Shin merasakan kalau Eun Tak sedang dalam bahaya. Dia segera menyudahi perseteruannya dengan Wang Yeo dan pergi ke tempat Eun Tak, bersama Wang Yeo.

Kim Shin menunjukkan kemarahannya memecahkan lampu mobil dan....membelah mobil menjadi dua dengan pedangnya. Mobil terbelah dua, memisahkan Eun Tak dengan para preman. Bahkan Eun Tak juga menangis ketakutan dan memanggil nama ibunya. Selesai membelah mobil, Kim Shin mengambil syal Eun Tak yang terjatuh di jalan ketika mobil terbelah dua.

Wang Yeo bersandar di mobil Eun Tak. Kim Shin mendatangi Eun Tak dari pintu mobil di sebelahnya dan meminta Eun Tak keluar setelah mengambil barang-barangnya. Kim Shin mengulurkan tangan, dan Eun Tak menyambutnya untuk keluar dari mobil. Eun Tak tampak masih syok. Kim Shin bertanya apakah Eun Tak terluka, tapi Eun Tak tak menjawab dan hanya menatap Kim Shin.

Wang Yeo beranjak dari tempatnya, dan mobil yang tinggal sebelah itu terbalik. Eun Tak terkejut dan menyembunyikan wajahnya di pelukan Kim Shin. Jadi...Wang Yeo bersandar di mobil hanya agar mobilnya tidak terbalik sebelum Eun Tak keluar dari sana.

Sambil menangis Eun Tak bertanya, bagaimana bisa Kim Shin bertanya ‘apakah dia terluka?’ setelah membelah mobil seperti itu. Kim Shin tak menjawab. Dia memakaikan syal ke leher Eun Tak.

Kim Shin meminta Eun Tak untuk menunggu disana sementara dia akan mendatangi para preman tadi. Eun Tak bertanya apa yang akan dilakukan Kim Shin pada mereka, apakah Kim Shin akan membunuh mereka? Eun Tak khawatir Kim Shin akan membunuh mereka. Kim Shin bilang kalau dia tidak akan membunuh mereka.

“Kau selalu bilang ‘tidak’. Bahkan Malaikat maut juga datang. Sepertinya dia datang tidak untuk menolongku.”

“Itu masuk akal.” Timpal Wang Yeo.

“Jangan khawatir. Aku tidak akan membunuh mereka. Aku hanya ingin menunjukkan pada mereka bahwa aku marah, hingga mereka berharap kalau mereka sudah mati.”

Kim Shin mendekati dua preman tadi yang terperangkap di dalam mobil. Kim Shin mensugesti mereka. Bahwa jalanan itu akan menghilang dari peta selama dua hari, sehingga mereka tidak ada orang yang akan menemukan mereka. Mereka akan sangat kesakitan hingga merasa kalau mereka akan mati, tapi tidak. Mereka akan ditemukan oleh polisi dua hari lagi, dan akan menerima hukuman atas kejahatan mereka di kantor polisi.

“Kalian harus bersyukur bahwa bukan aku yang menghukum kalian. Belas kasihan sering tersembunyi diantara para korban yang kau ganggu. Kau harus berterima kasih padanya (Eun Tak).”

Sekarang giliran Wang Yeo. Wang Yeo mensugesti mereka, bahwa mereka menjadi seperti itu karena bertengkar dan tidak melihat apapun. Dan mereka tidak akan pernah baikan selama sisa hidup mereka.

***

Eun Tak, Kim Shin, dan Wang Yeo berjalan bersama. Eun Tak tampak kesal karena mereka tidak membawa mobil. Eun Tak pun bertanya, apakah dia sudah mati? Apakah jalan yang mereka lalui adalah jalan menuju akhirat? Kim Shin bilang kalau itu hanya jalanan desa, dan mereka telah menyelamatkan Eun Tak.

Wang Yeo membuka pembicaraan tanpa kata dengan Kim Shin. Wang Yeo bertanya kapan mereka akan mendengar Eun Tak berterima kasih pada mereka karena telah menyelamatkan hidupnya. Kim Shin meminta Wang Yeo untuk tenang karena sekarang ini mereka sedang bersama dengan gadis 19 tahun yang masih marah.

Tanpa tahu dua orang dibelakang sedang membicarakannya, Eun Tak terus berkata sendiri. Dia tidak pernah membayangkan Wang Yeo dan Kim Shin menjadi sedekat itu. Dia juga tak percaya Kim Shin bisa mengajak malaikat maut pada orang yang meminta tolong agar diselamatkan.

Wang Yeo makin kesal, dan kembali bicara dalam hati pada Kim Shin. “Aku ingin tahu. Kapan kita akan mendengar dia berterima kasih.”

“Diam!” Kim Shin berteriak dengan lantang pada Wang Yeo.

Sayangnya, Eun Tak mengira Kim Shin berteriak padanya. Ditambah Wang Yeo yang menunjuk Kim Shin, Eun Tak semakin kesal. Kenapa tidak ada mobil satupun di jalan itu?! Wang Yeo menyalahkan Kim Shin yang membuat jalan itu tidak akan dilalui mobil 2 hari ke depan. Kim Shin kembali meminta Wang Yeo untuk diam. Kali ini di dalam hati.

***

Kim Shin dan Eun Tak mampir ke kedai tteokbokki. Selesai memasak tteokbokki, Eun Tak bertanya kenapa Kim Shin belum pergi padahal sebelumnya dia bilang hendak pergi. Segera, ujar Kim Shin. Eun Tak meminta Kim Shin untuk tidak mempedulikannya, dia tidak penasaran sama sekali. Kim Shin tahu itu.

“Bagaimana kau bisa datang? Aku tidak meniup api.”

“Aku tidak tahu. Aku hanya mendengar kau mengatakan ‘selamatkan kau’, hal seperti itu.”

“Tapi aku hanya memikirkannya di kepalaku.”

“Kau pasti memikirkannya dengan keras.”

“Kau tidak perlu datang.”

“Aku tidak punya alasan untuk tidak datang.”

Eun Tak tampak masih kesal, tapi dia meminta maaf karena Kim Shin harus datang malam-malam hanya untuk menyelamatkannya yang bukan pengantinnya. Eun tak berpikir bahwa apa yang dikatakan Kim Shin sebelumnya ada benarnya, bahwa dia hanya menjalani hidup dalam tambahan waktu. Dia mendengar Kim Shin menyelamatkannya dan ibunya 19 tahun yang lalu. Karena itu Eun Tak tidak keberatan dengan kata-kata tambahan waktu itu karena dia bisa bertemu dengan ibunya.

“Jadi..aku tidak akan membencimu lagi.”

“Kau tampaknya membenciku.”

“Tidak.” Tapi ekspresi wajah Eun Tak menyatakan sebaliknya. “Aku ingin mengatakan ini jika kita bertemu lagi, meskipun kau mungkin tidak ingin kita bertemu lagi.”

Kau tampaknya membenciku.”

“Tidak.” Tapi ekspresi wajah Eun Tak lagi-lagi menyatakan sebaliknya. “Mulai sekarang, aku tidak akan meminta permohonan, berpikir, atau melakukan apapun, jadi kau bisa tenang dan pergi. Aku harap kau selamat dalam perjalanan dan bertemu dengan orang yang baik. Seseorang yang cantik dan baik, yang akan menemukan dirimu yang sejati. Bukan wajahnya, tapi hatinya. Karena kau tidak peduli tentang wajah.”

Kim Shin mengangguk pelan. Eun Tak menyuruh Kim Shin untuk makan karena makanannya sudah matang dan Eun Tak permisi pergi. Kim Shin menghentikan Eun Tak. Dia tidak mau membayar makanan yang tidak dia makan. Eun Tak kesal, kan Kim Shin yang bilang ingin makan itu, dan dia juga tidak punya uang untuk membayarnya. Kim Shin akan membayarnya dan meminta Eun Tak untuk makan dulu sebelum pergi. Jadi sebenarnya Kim Shin membelikan makanan itu untuk Eun Tak, karena dia ragu para preman itu memberi makan Eun Tak.

Eun Tak menolak dengan ketus. Dia tidak mau makan bersama Kim Shin dan akan membawa pulang makanan itu.

“Kau memang benar membenciku.” Ujar Kim Shin sambil tersenyum.

***

Duk Hwa melaporkan hasil penyelidikannya tentang Eun Tak pada Kim Shin. Eun Tak kehilangan orang tuanya saat dia masih kecil. Dia dianiaya oleh bibi dan sepupunya. Duk Hwa kasihan pada Eun Tak, Eun Tak pasti sering menangis. Duk Hwa memberikan foto-foto bibi dan sepupunya Eun Tak. Dia tidak perlu menggali lebih dalam tentang mereka karena semua tetangganya tahu. Ibu Eun Tak meninggalkan uang asuransi, jadi mereka sekarang menganiaya Eun Tak karena mereka tidak bisa melakukan apapun setelah Eun Tak berusia 18 tahun.

Kim Shin terkejut tenyata Duk Hwa bisa berguna. Duk Hwa bilang orang kaya seperti mereka paling tidak sekali saja menggunakan uang dan kekuasaan untuk mencari tahu latar belakang seseorang. Duk Hwa mengambil sendiri foto-foto saudara Eun Tak saat mengikuti mereka. Tapi Duk Hwa tidak melihat Eun Tak, mungkin dia sedang sibuk.

“Itu apa?” tanya Kim Shin pada foto yang sedang di pegang Duk Hwa.

Duk Hwa menyerahkan foto itu. “Ini aku. Aku tampak ganteng.”

Kim Shin melemparkan foto Duk Hwa dengan sekuat tenaga. Duk Hwa cemberut.

Dia kemudian bertanya kenapa Kim Shin memintanya untuk mencari tahu tentang semua itu? Kim Shin ingin menghukum mereka, dengan emas. Duk Hwa mengira Kim Shin tidak sadar, karena bagaimana bisa Kim Shin menghukum mereka dengan memberikan emas. Duk Hwa juga kemudian meminta emas, karena merasa dia sudah melakukan kesalahan. Tapi Kim Shin tak peduli pada rengekan Duk Hwa.

Kim Shin memindahkan emas itu ke kamar Eun Tak

***

Bibi kesal karena tak mendapat kabar dari para preman yang menculik Eun Tak. Dia kesal karena kemungkinan uang milik Eun Tak jatuh pada para preman itu. Bibi kemudian masuk ke kamar Eun Tak dan menggeledah laci. Dia terkejut menemukan 2 batang emas. Sepupu-sepupu Eun Tak juga terkejut.

Bibi mengira Eun Tak membelikan uangnya pada emas itu, makanya Eun Tak terus berkata kalau dia tidak punya buku tabungan ibunya. Sepupu laki-laki Eun Tak mengajak keluarganya untuk segera ke toko emas esok hari, dan membagi hasilnya bertiga.

Mereka bertiga kemudian menjaga emas yang diletakan di atas meja. Masing-masing berusaha untuk tetap terjaga hingga esok hari. Dan begitu pagi tiba, sepupu perempuan Eun Tak sudah menghilang dengan emasnya. Bibi dan sepupu laki-laki Eun Tak bergegas mencarinya.

Kim Shin yang sedang berada di restoran tak jauh dari rumah Eun Tak, melihat keributan bibi dan sepupu Eun Tak. Ternyata hukuman yang dimaksud Kim Shin adalah dengan membuat mereka saling berebut emas itu.

Duk Hwa melapor pada kakeknya bahwa Kim Shin sedang makan. Namun saat Duk Hwa mengungkit masalah kartu kreditnya, kakek menutup telepon. Kim Shin tak peduli dengan apa yang dikatakan Duk Hwa dan serius melihat televisi.

“Paman, kau dengar aku? Apa yang sedang kau lihat?” tanya Duk Hwa kesal karena Kim Shin mengacuhkannya.

“Televisi.” Ujar Kim Shin datar.

Padahal bukan itu maksud Duk Hwa. Duk Hwa menenangkan diri. Kim Shin adalah orang yang perlu dikasihani, jadi dia tidak boleh marah pada Kim Shin. Kim Shin berkata pada Duk Hwa bahwa raja yang biasa dia layani seusia idol (IKON) yang sedang menyanyi di televisi, 17 tahun. Duk Hwa merasa Kim Shin keren, apa Kim Shin seorang kasim? Bukan, Kim Shin bilang dia adalah pakaian raja (maksudnya kan jenderal atau prajurit itu pelindung raja). Duk Hwa yang kesal dengan jawaban Kim Shin kembali menenangkan diri, Kim Shin adalah orang menyedihkan yang perlu bantuannya.

Kim Shin melihat ke luar jendela, “Saat itu adalah waktu yang paling terang di hari itu. Mataku sakit, jadi aku terus menyalahkan seseorang. Aku tidak yakin, apakah aku menyalahkan raja, Tuhan, atau diriku sendiri. Aku tidak ingat.”

Duk Hwa menatap iba pada Kim Shin yang sedang meratap itu. Membayangkan kembali waktu ketika dia sendirian di tanah lapang menjemput kematian.

***

Di rumah, Kim Shin kembali menonton acara idol di televisi. Dia bertanya pada Wang Yeo, apakah orang itu adalah yang menyebabkan kemarahannya selama 1000 tahun ini, renkarnasi dari raja. Kim Shin meminta Wang Yeo untuk melihatnya baik-baik. Wang Yeo balik bertanya, apakah raja itu berenkarnasi? Kim Shin juga tidak tahu. Tapi raja akan seusia itu jika dia berenkarnasi. Duk Hwa yang berada diantara mereka memberitahu Wang Yeo kalau Kim Shin adalah kasim.

“Lupakan. Kebencian dan keinginan untuk balas dendam membuatmu jadi menyedihkan.” Wang Yeo memberi saran.

“Apa kau sedang karena kau tidak mengingat apapun?” ujar Kim Shin kesal.

Wang Yeo mengatupkan mulut. Dia tidak tahu apakah idol itu renkarnasi raja. Dia harus menyentuh idol itu untuk mengetahuinya. Kim Shin menyebut Wang Yeo tidak berguna. Duk Hwa penasaran apa yang akan diketahui Wang Yeo jika dia menyentuh idol itu. Tapi Duk Hwa diabaikan.

Wang Yeo kemudian penasaran, kenapa Kim Shin begitu yakin kalau raja berenkarnasi sebagai laki-laki? Kim Shin terkejut, apakah raja berenkarnasi jadi idol perempuan (ini IOI ya?)? Wang Yeo kembali mengatakan kalau dia harus menyentuhnya untuk mengetahuinya. Duk Hwa juga kembali penasaran apa yang akan diketahui Wang Yeo. Tapi lagi, dia abaikan.

“Itu dia, kan? Katakan padaku itu dia. Aku pikir aku siap untuk memaafkannya.” Ujar Kim Shin sambil menatap idol perempuan itu. (ah dasar laki-laki...sama aja pasti suka sama girl group, haha...)

“Kau bilang itu kemarahanmu selama 1000 tahun.”

“Aku yakin dia punya alasan. Seperti yang kau tahu, kemarahan bisa ditemukan dimanapun.”

Wang Yeo kehabisan kata-kata dan pergi meninggalkan Kim Shin dan Duk Hwa yang masih penasaran dan kesal karena diabaikan. Sedangkan Kim Shin tampak begitu menikmati acara di televisi itu. Dia bahkan mengikuti gerakan tangan sang idol dan tersenyum simpul.

***

Wang Yeo pergi ke rumah sakit. Disana dia bertemu dengan teman seangkatan dan juniornya di dunia pencabutan nyawa. Junior Wang Yeo yang waktu itu (namanya lupa) kemudian datang dan menegur Wang Yeo dan temannya yang tidak membuka email. Dia memberitahu bahwa sebuah tim telah dibentuk untuk menyelediki tentang jiwa yang hilang. Wang Yeo diminta untuk mengajukan daftarnya sebelum akhir tahun. Teman Wang Yeo tidak punya kasus seperti itu, tapi dia tahu Wang Yeo punya dua.

Wang Yeo heran darimana temannya itu tahu? Teman Wang Yeo bilang semuanya juga tahu tentang hal itu. Wang Yeo tampak tidak senang. Tapi dia tetap berkata pada juniornya kalau dia akan segera mengajukan daftarnya. Junior Wang Yeo kemudian pamit.

Tak lama, muncul malaikat maut perempuan yang adalah anggota baru. Teman Wang Yeo bilang kalau para pria di angkatan baru banyak yang menyukai malaikat perempuan itu. Dan tampaknya teman Wang Yeo juga menyukainya.

Wang Yeo melihat seorang pasien masuk dengan dokter yang berusaha melakukan CPR di atas blangkar. Wang Yeo kemudian pamit pada temannya. Sebelum jauh, temannya mengingatkan Wang Yeo pada acara penyambutan anggota baru diakhir bulan dan akan ada hukuman bagi yang tidak hadir.

Dokter tadi memeriksa keadaan pasiennya dan meminta perawat untuk segera memesan ruang operasi karena mereka tidak punya waktu lagi. Kemudian seseorang memanggil namanya. Wang Yeo. Dokter itu meminta Wang Yeo untuk menunggu di luar karena dia sedang bertugas.

“33 tahun. Meninggal pada 4 Oktober 2016. Waktu, 5:41 sore. Penyebab kematian, kelelahan bekerja. Itu anda, kan?”

Dokter itu bingung, “Apa saya mati?”

Sebelum Wang Yeo menjawab, dokter itu mendapatkan sendiri jawabannya. Jenazahnya di dorong oleh teman-temannya yang menangis sedih melewati ruangan itu. Dokter itu tampak syok. Wang Yeo memberitahu bahwa karena usahanya pertolongan pertama yang diberikan dokter, pasien itu selamat. Benar saja. Seorang dokter yang lain masuk, dan perawat mengatakan bahwa kondisi pasien itu stabil.

Dokter yang baru meninggal tadi merasa lega. Setidaknya pasiennya bisa selamat.

***

Wang Yeo mengisi perut setelah selesai bekerja. Dia kemudian melihat form pendaftaran jiwa yang hilang. Apakah Wang Yeo akan mendaftarkan Eun Tak dan ibunya?

***

Eun Tak mengendarai sepedanya. Dan sepanjang jalan, yang dia lihat hanyalah tulisan ‘goblin’. Di spanduk, restoran, toko, bahkan bis. Eun Tak ternyata tak bisa berhenti memikirkan Kim Shin. Bahkan di sekolah. Eun Tak teringat pada kebersamaannya dengan Kim Shin di Quebec.

Eun Tak kemudian bersandar di meja. Begitupun Kim Shin yang ternyata juga memikirkan Eun Tak. Mereka saling memikirkan dan saling merindukan. Kim Shin mengingat pada Eun Tak yang tulus menutupi matanya dari pandangan Wang Yeo.

Eun Tak kemudian berkata sendiri, bahwa dia tidak peduli. Kim Shin bisa pergi jika memang dia ingin pergi.

Tapi kemudian Eun Tak mencari kembali daun maple yang dia selipkan di sebuah buku di toko buku. Eun Tak panik karena tak menemukan buku itu. (Ingat kan? Saat itu ada yang mengambil buku itu setelah Eun Tak menyimpannya ke rak.)

Eun Tak kemudian melihat Duk Hwa yang berusaha mengembalikan buku yang dia beli, karena dalam buku itu ada sesuatu. Daun maple milik Eun Tak. Duk Hwa mendapat penolakan dari kasir karena tidak membawa nota. Eun Tak kemudian menghampiri mereka dan berkata kalau dia akan membeli bukunya.

Duk Hwa memastikan jika kenangan (daun maple) yang ada di buku itu adalah milik Eun Tak. Eun Tak membenarkan. Tapi Duk Hwa tidak yakin karena tidak ada buktinya. Duk Hwa pun meminta Eun Tak untuk menyebutkan asal daun itu. Eun Tak tak mau memberitahu karena meskipun dia memberitahu, Duk Hwa kan tidak tahu jadi tidak bisa jadi bukti juga. Akhirnya Duk Hwa memberikannya pada Eun Tak.

Eun Tak berterimakasih pada Duk Hwa. Duk Hwa bilang Eun Tak sudah terlalu tua untuk membaca buku itu (buku anak-anak tentang goblin). Eun Tak balik bertanya kenapa Duk Hwa juga membeli buku itu. Duk Hwa mengenal seorang goblin. Duk Hwa bilang semua orang mengenal goblin. (saya gak ngerti sebenernya apa yang dimaksud Duk Hwa, tapi sepertinya gambaran umum goblin yang diketahui semua orang sebagai legenda, bukan goblin sungguhan)

Duk Hwa meminta uang penjualan buku dari Eun Tak. Eun Tak minta diskon karena buku itu kan bekas, tapi Duk Hwa tidak mau.

***

Duk Hwa pulang ke rumah Kim Shin. Dia terkejut melihat kakek ada disana. Dan disana ada Wang Yeo yang berdiri dengan canggung. Kakek mengira Wang Yeo adalah tamu. Duk Hwa yang takut ketahuan kakek membenarkan, dan bertanya siapa Wang Yeo dan apa yang dilakukannya di rumah Kim Shin. Kim Shin kemudian keluar dari kamarnya.

Wang Yeo menunjuk Kim Sin. “Saya..temannya. Saya berkunjung.” Ujar Wang Yeo dengan terpaksa.

Duk Hwa langsung menyambut ucapan Wang Yeo. Ternyata Wang Yeo adalah teman Kim Shin yang berkunjung untuk mengadakan pesta perpisahan sebelum Kim Shin pergi. Wang Yeo menyambut kembali ucapan Duk Hwa dan melambaikan tangan pada Kim Shin, yang dibalas Kim Shin.

“Selamat jalan. Hati-hati. Jangan pernah kembali. Bahagia selamanya. Sampai mati tinggal disana.” Wang Yeo meninggikan suaranya.

“Kau yang pergi. Kita bukan teman. Cepat keluar dari rumahku. Jangan pernah kembali.” Balas Kim Shin tak lupa dengan senyumnya. Wang Yeo tampak syok.

“Paman, kau kenapa? Kau tidak boleh mengatakan itu pada teman baikmu.”

“Apa kau pikir kau pengecualian? Kau juga pergi, secepat mungkin.” Kim Shin juga melambaikan tangannya pada Duk Hwa.

Wang Yeo dan Duk Hwa duduk di luar. Duk Hwa tak menyangka pamannya itu bisa sangat keterlaluan, apalagi padanya yang adalah keponakannya. Wang Yeo tak senang dengan ucapan Duk Hwa membekukan tangga tempat Duk Hwa duduk. Duk Hwa bergeser.

Duk Hwa berharap Kim Shin tidak akan lama. Wang Yeo setuju, karena kalau tidak dia akan membawa Duk Hwa ke sebuah tempat. Tanpa tahu tempat yang dimaksud (yang adalah kematian), Duk Hwa berharap tempat itu tempat yang bagus.

Kim Shin kemudian membuka pintu dan menyuruh masuk. Duk Hwa jual mahal, dia tidak mau masuk meskipun Kim Shin memohon padanya. Tapi bukan Duk Hwa yang dimaksud tapi Wang Yeo. Dia malah menyuruh Duk Hwa untuk pulang ke rumah dan mendapatkan omelan kakek.

Wang Yeo kemudian masuk dengan kesal. Duk Hwa juga kesal pada Kim Shin yang memberitahukan rahasianya pada kakek. Berapa banyak yang dikatakan Kim Shin pada kakek? Duk Hwa meminta Kim Shin memberitahunya agar dia bisa menyiapkan alasan.

“Apa kau memberitahuku sebelum kau menyewakan rumahku? Hah!” Kim Shin kemudian masuk dan menutup pintu. Sementara Duk Hwa berkata sendiri kalau dia tidak akan pergi kemanapun.

Kim Shin tampak sangat ceria setelah selesai mandi. Kemudian dia dikejutkan dengan tulisan dari darah di atas kain di lantai. Dari Wang Yeo yang membalas dendam.

Kim Shin ketakutan dan bersembunyi di pojokan. Dia berteriak meminta Wang Yeo menyingkirkan tulisan itu. Kim Shin berusaha menyingkirkan sendiri dengan kakinya, tapi dia tidak sanggup.

***

Bersambung ke bagian 2 ~

Komentar:

Aku belum tahu perasaan Eun Tak pada Kim Shin dan sebaliknya apakah perasaan cinta. Yang aku yakin Eun Tak punya harapan tinggi pada Kim Shin, tepatnya pada goblin. Dalam hidupnya yang menyedihkan selama ini, di bully teman, guru, bahkan saudaranya sendiri, Eun Tak berpegang pada harapan bahwa suatu saat dia akan hidup bahagia dengan goblin. Atau setidaknya ada seseorang tempatnya bersandar. Meskipun tidak masuk akan karena goblin bukanlah manusia. Tapi manusia-manusia di sekitar Eun Tak sudah bersikap jahat, jadi wajar saja Eun Tak lebih percaya pada goblin.

Sedangkan Kim Shin, perasaannya pada Eun Tak, untuk sekarang aku merasa dia hanya merasa kasihan pada Eun Tak. Eun Tak yang hidupnya menyedihkan.