The Lonely Shining, Goblin | Episode 3 - 2

Sunny akhirnya mengetahui Eun Tak tinggal di restoran. Eun Tak meminta maaf. Dia hendak memberitahu Sunny, tapi tidak bisa menemukan waktu yang tepat. Sunny mengetahuinya dari sikat gigi yang dia temukan dan juga kertas-kertas memo bekas. Di kertas-kertas memo itu, sudah beberapa kali Eun Tak menulis untuk memberitahu Sunny bahwa dia tinggal di restoran.

Eun Tak kembali meminta maaf. Bukan hanya karena bibinya, tapi juga karena banyak hal yang telah terjadi padanya. Sunny tak meminta penjelasan lebih. Karena dia juga tidak akan memecahkan masalah Eun Tak. Dia hanya melakukan apa yang bisa dia bantu. Sunny akan memberikan upah kerja untuk Eun Tak secara mingguan. Karena jika bulanan, Eun Tak mungkin tidak akan mendapatkan apapun.

Meskipun Eun Tak tinggal disana, Sunny meminta Eun Tak untuk mandi di Jimjilbang dan membeli makanan disana. Eun Tak berterimakasih.

“Kau menghasilkannya sendiri. Tidak perlu berterimakasih padaku seperti itu. Orang-orang akan berpikir kau gampangan.”

“Aku bukan berterimakasih tentang uangnya. Aku berterimakasih karena Anda mengagumkan.”

Tapi Sunny bilang itu karena uang yang mengagumkan. Sunny lalu meminta Eun Tak untuk memanggang cumi-cumi sebelum pergi.

***

Kim Shin sedang di perpustakaan (atau toko buku?). Dia mengambil sebuah buku dan membacanya. Sementara itu, Eun Tak melamunkan Kim Shin saat sedang memanggang cumi sehingga cuminya terbakar. Eun Tak panik dan meniup api yang membakar cumi.

Eun Tak kemudian tersadar akan sesuatu dan semakin panik. Dia tidak sengaja meniup api, itu artinya dia memanggil Kim Shin.

Kim Shin melihat asap, dan dia pun tersenyum senang.

Sudah kepalang, Eun Tak menyapa Kim Shin yang datang dengan membawa buku. Kim Shin bilang kalau dia selalu punya buku disampingnya. Dia juga sangat tertarik pada musik dan seni. Eun Tak meminta maaf karena telah mengganggu Kim Shin yang sedang membaca.

“Karena itu...kenapa kau menggangguku?”

“Aku tidak memanggilmu. Itu kesalahan. Aku sedang memanggang cumi dan terbakar, jadi aku harus meniupnya.”

Eun Tak bertanya kenapa Kim Shin belum juga pergi. Kim Shin dengan kesal bilang kalau dia sedang membereskan bukunya. Kim Shin kemudian pamit pergi untuk membereskan buku. Eun Tak memanggilnya kembali. Kim Shin kesal karena Eun Tak selalu bicara padanya saat dia hendak pergi. Eun Tak membela diri, justru sebaliknya, Kim Shin selalu pergi saat dia hendak bicara. Eun Tak ingin menanyakan sesuatu.

Mereka terus berargumen. Kim Shin kesal, sejak kapan semua adalah kesalahannya. Eun Tak bilang itu sejak Kim Shin berkata kalau Eun Tak harus melihat sesuatu. Jadi, Eun Tak bertanya sebenarnya apa yang seharusnya bisa dia lihat agar dia bisa berguna untuk Kim Shin.

“Jika aku memberitahu, apa kau akan bilang kalau kau bisa melihatnya?”

“Tidak. Aku akan bilang kalau aku tidak bisa melihatnya meskipun aku bisa. Bagaimana jika kau mulai bersikap baik padaku karena aku bisa melihatnya? Kau mungkin tiba-tiba akan memberiku 5 juta won dan membelikan steak. Bahkan mungkin kau akan menanyakan apa yang aku inginkan. Lalu akan merasa lelah karena kau jadi sangat menjengkelkan.” Ujar Eun Tak ketus.

Kim Shin membela diri kalau dia tidak pernah mendengar hal itu. Kim Shin pun bertanya, apakah Eun Tak bisa melihat sesuatu yang tampak menyakitkan dari tubuhnya? Eun Tak melirik Kim Shin dari ujung kepala sampai ujung kaki. Eun Tak bersikap seolah dia bisa melihatnya dan menyebutnya dengan “itu”. Eun Tak lalu pamit pergi karena dia sibuk.

Kim Shin yang penasaran mencoba menahan Eun Tak dengan bertanya apakah Eun Tak ingin steak, atau ada yang Eun Tak inginkan? Eun Tak minta 5 juta won. Kim Shin kesal, katanya Eun Tak sibuk. Akhirnya Eun Tak bilang kalau dia ingin makan daging.

Mereka pun makan steak. Tapi sampai potongan terakhir Eun Tak tak mengatakan apapun tetntang apa yang dia lihat. Kim Shin kesal dan tak sengaja membentak Eun Tak menuduhnya tak bisa melihatnya. Eun Tak terkejut Kim Shin menggertaknya. Kim Shin meminta maaf suaranya terlalu tinggi. Dia hanya hendak mengajak Eun Tak minum jus segar setelah itu.

Mereka pun pergi ke cafe. Kim Shin mempersilahkan Eun Tak untuk memilih yang mahal. Eun Tak bilang kalau dia sudah kenyang, tapi memilih minuman yang ukurannya besar. Wang Yeo kemudian muncul, meminta dibelikan minuman yang sama. Tapi Kim Shin tidak mau.

Mereka kemudian duduk bersama. Wang Yeo heran ada apa dengan Kim Shin, karena Kim Shin tidak suka buah tapi beli jus. Kim Shin balik bertanya apa yang dilakukan Wang Yeo disana, apa Wang Yeo membunuh seseorang di daerah sana? Wang Yeo bilang dia langganan disana.

Eun Tak yang masih takut pada Wang Yeo bertanya, apakah dia akan mati disana hari ini? Apakah dia dipikat daging dan diperangkap jus? Apakah Kim Shin dan Wang Yeo bersekongkol? Wang Yeo membantah, itu salah paham karena dia ada di pihak Eun Tak.

Wang Yeo berusaha mensugesti Eun Tak bahwa dia bisa melihat pedangnya, tapi berpengaruh. Eun Tak malah bertanya apa maksud Wang Yeo mengatakan bahwa dia ada di pihak Eun Tak.

“Ada apa dengan dia? Kenapa aku tidak bisa mengendalikannya?” tanya Wang Yeo pada Kim Shin.

“Dia bukan seseorang yang bisa kau sugesti.”

“Itu artinya aku akan punya banyak dokumen tambahan untuk diserahkan.” Keluh Wang Yeo. Kemudian pamit pergi untuk suatu urusan.

Eun Tak tak mengira Wang Yeo datang kesana untuk minum jus. Eun Tak kemudian mengajukan kembali pertanyaan yang tadi dia ajukan pada Wang Yeo, tapi kali ini pada Kim Shin. Kenapa Wang Yeo berkata kalau dia ada dipihaknya? Kim Shin bilang itu bukan urusan Eun Tak.

Eun Tak lalu penasaran dengan ke-gantengan Wang Yeo. Apakah orang-orang lebih memilih mengikuti malaikat maut ganteng? Apakah mereka hanya merekrut malaikat maut ganteng? Apakah semua malaikat maut ganteng?

Kim Shin tak suka mendengarnya, “Apa kau sebut itu ganteng?”

Eun Tak tersenyum lebar “Ya. Dia ganteng.”

“Lalu aku?”

Eun Tak kesulitan menjawab, “Ajussi...biasa saja.”

Kim Shin yang kesal mengambil minuman Eun Tak. Eun Tak lalu menunjuk seseorang yang menurutnya ganteng, mungkin saja orang-orang yang datang ke cafe itu hanya orang ganteng. Kim Shin terpancing dan melihat pria yang ditunjuk Kim Shin. Eun Tak mengambil kembali minumannya.

Kim Shin kemudian menggunakan kekuatannya untuk mendekatkan pria itu (yang sudah punya pacar) pada wanita yang baru saja datang (yang juga sudah punya pacar). Pria dan wanita itu mengaku tidak punya pacar dan mereka sepertinya jadi saling tertarik. Eun Tak takjub.

***

Kim Shin dan Eun Tak berjalan bersama. Eun Tak tak menyangka Kim Shin bisa juga menjadi cupid. Satu atau dua abad, seseorang akan bereinkarnasi dengan wajah yang sama dari kehidupan mereka yang sebelumnya. Kim Shin mengenal pria itu dari kehidupan sebelumnya. Dia tidak boleh kehilangan perempuan itu. Eun Tak pun penasaran seperti apa pria itu di kehidupan sebelumnya, apakah dia menyelamatkan negara di saat krisis? Tidak. Pria itu dulunya adalah pemilik pertanian yang menindas petani miskin.

“Lalu kenapa kau menolongnya? Apa kau juga pelindung untuk orang jahat? Itu tidak adil. Orang baiklah yang membutuhkan bantuanmu.”

“Aku bukan pelindung mereka. Aku pelindung dari pria dan wanita yang baru saja mereka tinggalkan. Pria itu adalah pembohong dan pengecut. Wanita itu angkuh dan tak berterimakasih. Mereka berdua akan menjadi mimpi buruk satu sama lain.”

Eun Tak merasa takjut, Kim Shin keren. Kim Shin bilang dari waktu ke waktu dia mencampuri kehidupan makhluk hidup dengan memikat mereka. Eun Tak lalu bertanya, kenapa Kim Shin berkata seperti aktor dalam drama histori? Kim Shin bilang dia tidak tahu. Jadi, Kim Shin tadi menggunakan bahasa jaman dulu.

“Karena itu, apakah karena aku berdosa sangat besar di kehidupanku sebelumnya dan aku dihukum sekarang? Apakah hukumanku adalah dilahirkan sebagai pengantin goblin?”

Kim Shin terdiam beberapa lagi sebelum berkata bahwa dia tidak kenal dengan Eun Tak di kehidupan sebelumnya, dan juga Eun Tak terlalu muda untuk mengevaluasi hidupnya, dan Eun Tak bukan pengantin goblin. Eun Tak pikir dia bisa membohongi Kim Shin. Dia tahu dia punya kehidupan yang naik turun, tapi Eun Tak suka dengan kehidupan yang dia jalani. Eun Tak sangat bersyukur bisa dicintai oleh ibunya, menemukan payung untuk dirinya sendiri, dan dia juga senang bisa bertemu Kim Shin. Eun Tak meralat, bukan senang, tapi pernah senang.

“Kau pendendam. Dan kau belum menjawabku apa kau bisa melihatnya atau tidak. Kau melihatnya atau tidak?”

“Ibuku bilang begini: Kita harus melihat tempat dimana kita meletakan kaki sebelum melangkah dan selalu tahu kemana tujuan kita. Kau tahu apa maksudku kan?”

“Aku tidak tahu.”

“Artinya inilah dimana kita berpisah. Aku akan kearah sana. Selamat tinggal.”

Eun Tak lalu berjalan menjauhi Kim Shin. Setelah beberapa langkah, Eun Tak menoleh. Kim Shin masih ada disana.

***

Kim Shin tersenyum sendiri memikirkan pertemuan terakhirnya dengan Eun Tak itu. Terutama saat Eun Tak bilang kalau dia keren.

Kemudian Duk Hwa datang mengejutkannya. Setelah menanyakan keberadaan Wang Yeo, Duk Hwa bilang kalau dia ingin ingin menjadi malaikat maut setelah meninggal. Kim Shin meminta Duk Hwa untuk jangan bermimpi karena Duk Hwa kekukrangan jutaan dosa. Hanya orang yang berdosa sangat besar yang bisa menjadi malaikat maut.

Kim Shin lalu tersadar, dari mana Duk Hwa tahu kalau Wang Yeo malaikat maut? Duk Hwa mengingatkan, Kim Shin terlalu terlambat untuk untuk menanyakan hal itu. Duk Hwa mendengar perdebatan mereka saat Kim Shin membuat ruangan berawan. Tidak hanya itu, Duk Hwa bisa menebak dari wajah pucat Wang Yeo, bibir merah, dan pakaian hitamnya. Dan Wang Yeo tiba-tiba ada disana.

Duk Hwa segera permisi untuk menghindari tatapan Wang Yeo. Tapi tiba-tiba saja Wang Yeo muncul kembali di depannya. Wang Yeo pun bertanya bagaimana Duk Hwa tahu kalau dia malaikat maut? Bagaimana Duk Hwa tidak tahu disaat Wang Yeo melakukan hal itu, pindah tempat dan muncul tiba-tiba seperti itu. Duk Hwa meminta mereka untuk lebih berhati-hati.

Wang Yeo menunjuk Kim Shin. Dia menuduh Kim Shin telah membuka kedoknya, dan Kim Shin membicarakannya di belakang. Kim Shin tak terima, bagaimana bisa Wang Yeo menyalahkannya dengan sikap Wang Yeo itu. Kim Shin menduga bisa saja Wang Yeo sebelumnya adalah seorang pembunuh. Wang Yeo tampak sedih, merasa tersudutkan. Kim Shin berkata seperti itu seolah Kim Shin dihukum karena tidak punya kesalahan. Wang Yeo yang tersinggung segera masuk ke kamarnya.

Duk Hwa bilang Kim Shin sepertinya telah menyakiti hati Wang Yeo, apa yang harus mereka lakukan? Kim Shin juga tidak tahu.

Di kamar, Wang Yeo menuliskan sesuatu tentang dosa besar. Pembangkangan, ketidakapatuhan, penghinaan, pelanggaran susila, ketidaksetiaan. Wang Yeo galau, memutuskan untuk tidak melanjutkan tulisannya. Mungkin dia tidak seperti apa yang dikatakan Kim Shin, membunuh seseorang.

Kim Shin muncul dan membenarkan, mungkin bukan. Wang Yeo dengan jutek bertanya apa yang akan dilakukan Kim Shin sekarang? Kim Shin berusaha untuk bertanggungjawab, berkeinginan untuk menjadi lebih baik. Orang menyebutnya ‘minta maaf’.

“Aku minta maaf telah salah bicara.” Ujar Kim Shin.

Wang Yeo lalu meminta Kim Shin memberitahunya, diantara kata-kata yang dia tulis tadi, dia tidak termasuk yang mana. Pembangkangan. Wang Yeo kesal dan menyuruh Kim Shin keluar. Kim Shin kembali minta maaf karena salah bicara, dia pikir Wang Yeo akan tertawa. Wang Yeo tetap menyuruh Kim Shin keluar dengan kesal.

“Kehidupanmu sebelumnya tidak masalah. Aku tidak peduli apa yang kau lakukan atau siapa dirimu di kehidupan sebelumnya.”

“Sungguh?” Wang Yeo melunak.

“Benar. Tidak peduli apa yang sudah kau lakukan, aku akan tetap membencimu seperti sekarang.”

Wang Yeo akhirnya tertawa. Melihat Kim Shin yang serius, Wang Yeo sadar dia tidak seharusnya tertawa.

***

Duk Hwa sedang bersama kakek. Duk Hwa bercerita, saat Kim Shin pertama kali bertemu Wang Yeo, dia kira Kim Shin akan langsung mengusirnya. Tapi anehnya mereka tampak bagus bersama-sama.

“Satunya menderita karena kehilangan kenangan dari kehidupan sebelumnya. Satunya lagi menderita karena dia tidak bisa melupakannya. Dua-duanya bergantung satu sama lain.” Kakek menghela nafas. “Kau dan aku..adalah pemberhentian sementara dalam kehidupan panjang mereka.”

Duk Hwa kemudian terkejut kakek mengetahui kebenaran tentang jati diri Wang Yeo. Duk Hwa jadi khawatir mereka akan membuka penyamaran mereka sendiri di luaran sana. Kakek meminta Duk Hwa untuk mengkhawatirkan dirinya sendiri. Duk Hwa ternyata sedang dihukum posisi duduk oleh kakek.

Duk Hwa mengeluh, dia pasti bukan cucu kakek. Karena kakek tidak mungkin melakukan hukuman itu pada cucu kandungnya. Duk Hwa bertekad akan membalas dendam. Duk Hwa mendapat pukulan dari kakek.

Setelah itu Duk Hwa diikuti oleh orang suruhan kakek. Diikuti secara terang-terangan. Orang suruhan kakek ini tidak mau diajak kerjasama oleh Duk Hwa, meskipun Duk Hwa sudah merengek.

***

Wang Yeo keluar dari kamar. Begitu melihat Kim Shin di depan kamarnya sedang membaca buku, Wang Yeo berusaha mengendap-endap agar tidak ketahuan Kim Shin. Tapi Kim Shin tetap menyadarinya dan bertanya hendak kemana Wang Yeo. Wang Yeo hendak pergi ke supermarket. Kim Shin tak percaya, alasan Wang Yeo semakin lemah. Wang Yeo kesal dan menunjukkan kantong belanjanya.

Mereka kemudian belanja bersama. Wang Yeo yang vegetarian dan Kim Shin yang memborong daging. Wang Yeo tak percaya Kim Shin mengikutinya. Apa Kim Shin tak percaya padanya? Bagaimana bisa Kim Shin percaya. Dia yakin Wang Yeo pergi ke supermarket karena dia ikut. Sebelumnya Wang Yeo juga pergi ke cafe untuk mengambil Eun Tak, tapi Kim Shin duluan ada disana.

“Aku tidak akan mengambilnya. Aku sebenarnya mendukungnya.”

“Kenapa kau mendukungnya?”

“Aku dipihaknya. Karena kau mati saat penganti menarik keluar pedangnya. Akan lebih baik untukmu menghilang selamanya daripada bepergian keluar negeri. Dia belum bisa melihat pedangnya, tapi aku berharap keajaiban muncul sehingga nanti dia bisa melihatnya. Aku bertaruh semua yang aku miliki untuk hari itu.”

Mendengar Wang Yeo yang menginginkan dia lenyap, Kim Shin kesal dan menunjukkan kemarahannya dengan menunjukkan aura api dari tubuhnya. Wang Yeo mengingatkan, banyak orang yang melihat disana. Kim Shin pun menenangkan diri.

“Baiklah kalau begitu. Berjanjilah.”

“Janji apa?”

“Bahwa kau tidak akan melukainya jika aku pergi.”

“Apa kau serius? Apa kau benar-benar akan pergi?” Wang Yeo tampak sedih.

Kim Shin bilang dia akan segera kembali jika Wang Yeo mencoba untuk mengambil Eun Tak. Jadi Wang Yeo harus membiarkan Eun Tak sendiri. Wang Yeo tak peduli dengan hal itu dan menanyakan kapan Kim Shin akan pergi.

“Dua hari lagi. Kau senang?” ujar Kim Shin kesal lalu pergi. Tapi Wang Yeo tidak senang. Justru dia tampak sedih.

Selesai membayar belanjaan, Kim Shin membuka pintu supermarket dan menghilang. Wang Yeo yang menyusul di belakang menghela nafas. Kemana Kim Shin?

Kim Shin sendiri rupanya tidak sadar dia sudah pindah tempat. Kim Shin melihat ke sekeliling. Dia ada di depan rumah Eun Tak.

Tak lama kemudian Eun Tak datang dan terkejut melihat Kim Shin. Dia segera menarik Kim Shin keluar. Eun Tak memastikan tidak ada yang melihat Kim Shin. Eun Tak bilang Kim Shin tidak boleh datang ke rumahnya, bibinya akan membunuh mereka berdua jika melihatnya. Kim Shin tidak tahu apakah bibi Eun Tak melihatnya atau tidak.

“Apa yang kau lakukan di depan rumahku? Apa kau kesini untuk bertemu denganku?”

“Mungkin.” Ujar Kim Shin setelah sesaat terdiam. “Aku pasti memikirkanmu sejenak. Aku kira karena itulah aku berakhir disini.”

“Kenapa? Aku bukan pengantinmu dan aku tidak cantik. Aku hanya masalah. Kau selalu menyelamatkanku. Mengapa kau datang untuk menemuiku?”

“Aku kira aku merindukan hal itu darimu. Aku sudah melihatmu, jadi aku bisa pergi sekarang.”

Kim Shin juga memberitahu bahwa bibi Eun Tak menghilang dan rumah itu kosong. Eun Tak terkejut mendengarnya. Sejak kapan bibinya menghilang? Kim Shin heran, kenapa Eun Tak datang kesana jika tidak tahu bibinya menghilang. Eun Tak datang untuk mengambil sesuatu yang ketinggalan. Eun Tak memberitahu, Kim Shin tidak perlu tahu. Tapi sesuatu itu sebenarnya adalah bunga yang diberikan Kim Shin waktu itu. Kim Shin kemudian pamit pergi, tanpa menoleh lagi ke belakang.

***

Kim Shin merapikan barangnya. Fokusnya kemudian teralih pada sebuah kotak. Kim Shin membuka kotak itu.

***

Bersambung ke bagian 3 ~

Komentar:

Akhirnya Eun Tak memutuskan untuk tidak bergantung pada Kim Shin lagi. Tapi apa benar Eun Tak bisa melihat pedangnya? Meskipun memang dia bisa melihatnya, Eun Tak bersikap seolah tidak melihatnya dan membiarkan Kim Shin menganggapnya demikian karena dia tidak memberitahu Kim Shin.

Wah, rupanya romance yang sudah berkembang adalah romance Wang Yeo dan Kim Shin. Wang Yeo tampak sedih karena Kim Shin hendak pergi.