Endless Love Episode 5
[Episode Sebelumnya Klik disini]
In Ae mendapat pujian dari Presdir Yang atas pekerjaannya yang bagus dalam mengurus konstruksi. Bahkan Presdir Yang menyuruh In Ae sekolah konstruksi daripada sekolah hukum. Chil Sung juga memuji In Ae. Tak lama Sutradara Im dan Produser datang menemui In Ae. Sutradara Im meminta In Ae untuk melakukan tes kamera.
In Ae mengajak Sutradara Im bicara berdua di dalam kantor. In Ae bilang dia memang dibebaskan karena film dokumenter itu, tapi dia menyesal. Karena In Ae mereka sudah menjual orang-orang yang dia sayangi, dan In Ae tidak mau melakukannya lagi. Sutradara Im bilang lebih berpikir setelah menonton film dokumenter itu.
“Aku mungkin sudah berdosa di hadapan Tuhan…tapi aku sama sekali tidak malu di hadapan banyak orang.”
Kata-kata In Ae itu menusuk hatinya. Sutradara Im merasa dia menjalani kehidupan yang memalukan. Tess adalah film yang memberikan kehidupan baru baginya selama menjadi sutradara. Untuk menghargai Sutradara Im yang sudah datang dan memohon padanya, akhirnya In Ae setuju untuk melakukan tes kamera.
***
In Ae melakukan tes kamera. In Ae tampak gugup harus berpose di depan banyak fotografer. Sutradara Im memberikan pengarahan, tapi dia tetap tak bisa menutupi kegugupannya.
In Ae bicara dengan Produser. Sutradara Im awalnya adalah spesialis sutradara film action. Sutradara Im mempertaruhkan segalanya dalam film itu. Dan film itu adalah film seni pertama dari perusahaan film milik Produser. In Ae mengemukakan pendapatnya tentang Sutradara Im yang hanya bekerja seadanya saja sebelumnya. Sutradara Im tidak marah, dia malah senang mendengar In Ae mengemukakan pendapatnya.
Produser memberikan cek sebagai bayaran tes kamera. In Ae terkejut melihat jumlah uang yang tertera dalam cek. Produser bilang jika In Ae menjadi Cinderella karena film mereka, In Ae akan mendapatkan yang lebih banyak dari itu. in Ae malah bertanya apa dunia industri film adalah dunia yang korup. Sutradara Im senang melihat In Ae yang seperti itu dan memberikan aba-aba untuk melanjutkan tes kamera. In Ae juga tersenyum, tampaknya dia mulai menikmati.
***
Kwang Hoon tidak setuju In Ae bermain film, karena akan menghancurkan masa depan In Ae yang cerah. Tapi In Ae bilang sutradara itu hebat, dan berjanji tidak akan menjual wajahnya dengan harga murah. In Ae akan menghasilkan banyak uang jika terkenal.
“Mimpimu itu besar, oppa. Kau butuh uang untuk berpolitik, untuk kampanye dan menjadi Presiden.”
Kwang Hoon tetap tidak setuju karena baginya industri film seperti menjual diri demi uang. In Ae mengingatkan agar Kwang Hoon juga tidak menjual diri pada Jendral Chun. In Ae sudah melihat Kwang Hoon mempermalukan diri sendiri dengan membawakan tas belanjaan seperti pembantu. Kwang Hoon marah dan meninggalkan In Ae.
***
Presdir Yang menyambut kedatangan seseorang yang turun dari kapal. Ternyata itu adalah Kwang Chul. Presdir Yang menyambutnya dengan gembira. Dia memeluk dan memegang wajah Kwang Chul, seperti pada anaknya sendiri.
Kwang Chul juga menemui Pelatih Jo di sasana. Pelatih Jo menangis haru dan memeluk Kwang Chul setelah memastikan bahwa yang dihadapannya memang Kwang Chul. Pelatih Jo bertanya kenapa Kwang Chul tidak memberitahu mereka kalau dia masih hidup. In Ae pasti akan membunuh Kwang Chul jika mengetahuinya (maksudnya In Ae akan merasa sangat senang).
Kwang Chul pergi ke tempat bimbingan belajar In Ae di Seoul. Kwang Chul tersenyum melihat In Ae yang keluar dari tempat bimbingan. Tapi Kwang Chul kemudian membalik badannya agar tak terlihat In Ae. Kwang Chul mengikuti In Ae dari seberang jalan. Saat In Ae naik bis, Kwang Chul mengejarnya, seakan belum puas melepas kerinduan pada gadis yang dicintainya.
Namun lagi-lagi, Kwang Chul membalik badan saat In Ae menoleh melihat ke arahnya. Setelah bis agak menjauh, baru Kwang Chul menoleh ke arah In Ae lagi, kemudian tersenyum bahagia.
***
Astrada dan Asprod tergesa-gesa menuju rumah In Ae. Beruntung mereka bertemu In Ae yang sedang berjalan bersama In Chul. Asprod dengan tersenyum cerah memberitahu bahwa Sutradara Im menyuruh mereka menjemput In Ae.
In Ae ke rumah produksi (sepertinya..). Disana terpajang poster dan foto-foto dirinya. In Ae tersenyum melihatnya. Di ujung lorong, In Ae juga melihat fotonya dalam figura besar terpajang disana. Muncul Sutradara Im dan Produser yang mengatakan kalau In Ae akan terkenal. Tidak ada yang lebih baik dari In Ae untuk memerankan Tess versi Korea. Mereka akan menandatangi kontrak hari ini.
In Ae kemudian bilang kalau yang difoto itu bukan dia. Sutradara membenarkan, yang ada dalam foto itu bukan Seo In Ae, itu Tess versi Korea. In Ae bilang kalau foto juga adalah karya seni. In Ae kembali memandang fotonya dan bersandar. Mungkin berpikir, apa dia benar-benar akan melakukannya.
***
Kwang Chul menjemput seseorang dari bandara, Chairman Son. Chairman Son bertanya tentang perasaan Kwang Chul (yang dia sebut Hiro Yoshi) setelah melihat negara yang dirindukannya. Tapi Kwang Chul bilang yang dia rindukan adalah orang-orangnya. Maka Chairman Son pun bertanya apa orang-orang yang Kwang Chul rindukan baik-baik saja. Kwang Chul membenarkan.
Kwang Chul mengantar Chairman Son makan siang dengan Walikota dan Kepala Tata Kota. Chairman Son turut serta mengajak Kwang Chul ikut masuk, karena mulai sekarang Seoul adalah lahan Kwang Chul. Kalau Kwang Chul mau sukses di sana, Kwang Chul perlu kapal besar dan peralatan yang tepat.
Chairman Son mengenalkan Kwang Chul sebagai yang bertanggung jawab atas pekerjaannya pada Walikota dan Kepala Tata Kota. Walikota mendapat perintah langsung dari Presiden untuk membantun Chairman Son, dan dia mendengar semua bantuan untuk Presiden berasal dari Chairman Son. Chairman Son adalah pria terkaya di Korea yang tinggal di Jepang. Membantu perusahaan Chairman Son berkembang di Korea adalah perintah khusus dari Presiden.
Mereka kemudian membahas rencana pembangunan Stadion Jamsil untuk Olimpiade dan lelang tanah untuk pusat perbelanjaan Jamsil. Kesempatan khusus untuk pembangunan stadion Olimpiade Seoul sudah menjadi milik Chairman Son. Direktur Han Se, yang dipenjara karena kasus pencucian uang tingkat internasional sudah merencanakan semuanya. Chairman Son tinggal meneruskannya saja.
Chairman Son menunjuk sebuah lokasi di denah, dia ingin membangun taman bermain disana. Tapi Walikota bilang perusahaan Taekwang sudah mengincar lahan itu. Tapi Chairman Son tetap menginginkannya karena dia sudah membuat denah.
***
Dalam perjalanan kembali, Chairman Son memperingatkan Kwang Chul. Lebih dari yang orang-orang tadi katakan, Kwang Chul harus bisa membaca maksud ucapannya. Maksud Chairman Son adalah Taekwang. Itu akan menjadi pertarungan yang sengit. Kwang Chul masih harus belajar banyak.
***
Kwang Hoon memberikan laporan pada Jendral Chun, perintah Blue House dalam rangka kunjungan Paus. Blue House menyuruh untuk menghapus semua mata-mata dalam agama sebelum Paus tiba. Dan ide itu berasal dari Kepala Staf. Jendral Chun kesal karena itu sama saja dengan memerintahkannya untuk melakukan pengintaian sebelum Paus datang. Rencana yang tidak masuk akal. Kwang Hoon merasa Kepala Staf khawatir kalau kunjungan Paus akan menghasut kelompok anti-pemerintah dalam Gereja Katolik.
Jendral Chun bilang, dalam Perang Vietnam yang lebih mirip seperti rencana pembunuhan daripada perang, dia beberapa kali hampir mati dan banyak membunuh orang. Jendral Chun pernah berjanji, bahwa jika dia selamat dia akan mempercayai Tuhan. Tapi setelah selamat Jendral Chun menundanya karena dia merasa jika dia melakukannya, akan sulit untuk mengasihi musuh.
Jendral Chun merasa Kepala Staf sulit ditaklukkan meski dia tak menganggapnya musuh. Dan dia tahu kalau Kepala Staf mengincar ‘jantung’-nya.
***
Chairman Son mengajak Kwang Chul menemui seorang arsitek gedung terkenal yang dikenalnya. Ternyata, arsitek itupun menjadi terkenal karena bantuan Chairman Son yang sudah mengenalkannya pada Perdana Menteri. Chairman Son hendak meminta bantuannya untuk membangun untuk membuat denah pembangunan Jamsil untuk Olimpiade.
Chairman Son mengenalkan Kwang Chul pada arsitek itu. Mulai sekarang, Kwang Chul yang akan akan mengatur semuanya tentang apapun yang berhubungan dengan proyek di Seoul. Mereka akan bekerjasama.
***
Hari pengumuman kelulusan masuk Universitas. In Ae bersama bibi dan geng Chil Sung melihat pengumuman. In Ae lulus. Bibi terharu dan memeluk In Ae. Chil Sung dan yang lain pun berteriak senang.
Dari jauh, Kwang Chul ikut senang. Dia bergerak hendak menghampiri In Ae, tapi niatnya itu dia urungkan. Kwang Chul memegang kalung ‘Sarah’ dan mengucapkan selamat pada In Ae dari jauh.
***
Astrada dan Sutradara Im menunggu In Ae. Dia menunggu hasil pengumuman, karena In Ae berjanji akan mulai syuting setelah In Ae berhasil. Sutradara Im memberikan sebuah buket bunga yang sangat besar. Bibi Kyung Ja meminta Sutradara untuk menjaga In Ae.
Kemudian Sutradara Im mengajak In Ae pergi.
***
Jendral Chun merah-marah di telpon pada Kepala Staf, bahwa dia tidak setuju dengan mengijinkan hukuman mati bagi pemimpin partai oposisi. Jendral Chun sangat kesal hingga membanting telponnya.
Ternyata disana ada Park Young Tae. Dia bilang Kepala Staf menyerang Jendral Chul. Mereka takkan berhasil selama dia punya telinga Presiden. Mereka takkan bisa memancingnya. Jendral Chun mengatakan pendapat Kwang Hoon bahwa kalau pimpinan partai oposisi dihukum mati, itu sama saja Presiden sudah melakukan pembunuhan. Dia akan disebut diktator, dan harus mencegahnya.
Park Young Tae memuji ilmu politik Kwang Hoon sangat hebat. Dia bertanya apa rapat Presiden juga idenya. Kwang Hoon menyangkal, tapi Jendral Chun membenarkan. Jendral Chun bahkan akan mengajak Kwang Hoon ke Washington. Young Tae menatap Kwang Hoon, dan berkata bahwa Jendral Chun harus melindungi seorang penerus. Jendral Chun tersenyum mendengarnya.
***
Kwang Hoon masuk ke ruangannya dan mengingat ucapan In Ae yang memberitahu bahwa Park Young Tae adalah musuhnya yang menyebabkan kematian Han Gap Soo dan Kwang Chul.
In Ae menghubungi Kwang Hoon untuk memberitahu keberhasilannya. Kwang Hoon ternyata sudah tahu dari pihak sekolah. Kwang Hoon mengajak In Ae untuk berpesta malam ini dirumah. Lalu menutup telponnya karena ada telpon lain yang masuk.
***
In Ae bersama Sutradara dan Produser Chun mengadakan konferensi pers. Produser Chun mengucapkan selamat atas keberhasilan In Ae masuk ke Universitas Korea jurusan hukum. Sutradara Im bilang dia yakin In Ae akan menampilkan kemampuan akting yang mengagumkan dibandingkan aktris baru lainnya.
Kemudian seorang wartawan bertanya bagaimana rasanya In Ae diterima di sekolah hukum sementara masyarakat semua sudah tahu kalau In Ae adalah mantan tahanan remaja. In Ae membenarkan bahwa dia mantan tahanan remaja, dan dia bisa ada disana hari ini berkat film dokumenter. Serta sangat beruntung dia diterima masuk Universitas. Bagaimanapun juga penjara remaja itu sudah memberinya kesempatan.
In Ae kemudian ditanya tentang balas dendam yang dia sebutkan sebelumnya di film dokumenter. In Ae bilang dia bersumpah balas dendam agar dia bisa bertahan. Lalu siapa yang menjadi target pembalasan dendam In Ae?
“Aku sendiri. Aku tidak mau menyerah pada rasa sakitku. Aku ingin bangkit dan menang dari rasa putus asa yang sudah mengancamku.”
Sutradara Im bilang lebih dari sekedar seksualitas seorang wanita, film Tess ini akan menggambarkan penilaian dan diskriminasi para lelaki. Karena itu, seperti yang dikatakan Tess dalam novelnya, In Ae siap. Siap syuting dan menjadi Tess versi Korea.
***
Berita tentang In Ae, seorang tahanan remaja yang menjadi Cinderella segera memenuhi halaman utama di koran-koran. Masyarakat umum, geng Chil Sung dan pekerja konstruksi, Kwang Hoon juga membaca berita itu dan melihat gambar In Ae yang terpampang di koran. Semua orang gembira, kecuali Kwang Hoon yang tampak masih tidak suka In Ae akhirnya menerima tawaran itu.
Bahkan Presdir Yang dan Pelatih Jo juga merasa gembira. Presdir Yang berharap Kwang Chul tahu berita bagus itu. Presdir Yang kemudian meminta bantuan Pelatih Jo untuk menggantikan pekerjaan In Ae di konstruksi karena In Ae pasti sibuk. Tak ada yang bisa Presdir Yang percayai selain Pelatih Jo. Presdir Yang juga menyarankan agar sasana Pelatih Jo dipindahkan ke Seoul saja.
Pelatih Jo melihat ke sekeliling sasana. Mengingat pertarungan In Ae dan Kwang Chul dulu. Kwang Chul yang kesal karena kalah dari In Ae. Pelatih Jo tersenyum mengingat hal itu.
Pelatih Jo memberitahu In Ae yang menelponnya kalau dia diminta Presdir Yang untuk bekerja di konstruksi menggantikan In Ae. In Ae senang dan menyuruh Pelatih Jo untuk segera datang. Tapi Pelatih Jo tahu In Ae menelponnya karena mengingat Kwang Chul. Pelatih Jo bilang Kwang Chul benar-benar akan senang kalau dia masih hidup.
In Ae menjadi sedih mendengarnya, “Dia itu tidak setia. Dia pergi tanpa bilang apa-apa.”
***
Astrada datang dan memberikan skenario ke-7 hasil revisi pada Sutradara Im. Dia juga meminta In Ae melihatnya, apa dia suka skenarionya. In Ae minta ijin untuk melihat skenario itu di rumah saja, dia harus segera pulang ke rumah. Produser meminjamkan mobil perusahaan pada In Ae.
***
Kwang Hoon berlari sangat cepat keluar dari kantor. Rupanya In Ae menunggunya. In Ae mengajak Kwang Hoon pulang bersama, karena Kwang Hoon sebelumnya bilang akan mengadakan pesta di rumah. Tapi Kwang Hoon tidak bisa, dia harus mengantarkan bossnya ke suatu tempat. In Ae kesal dan kecewa, Kwang Hoon sudah merendahkannya.
Kwang Hoon bilang dia tak bisa hidup sesuai jadwalnya sendiri. Pekerjaannya itu penting, dan dia sudah terlambat. Walau Kwang Hoon bilang sulit, tapi In Ae meminta Kwang Hoon datang karena dia akan menunggu. Kwang Hoon pamit pergi, Editor Washington Post dari kantor cabang Tokyo ada di sini dan dia harus menerjemahkannya.
***
Kwang Chul menunjukkan peta dan lahan yang akan dijadikan kota baru pada Pelatih Jo. Dia meminta Pelatih Jo untuk tidak mengatakan hal itu pada siapapun. Lahan itu akan dibeli pemerintah. Saat proses penjualannya selesai, kota barunya akan segera dibangun. Setelah mereka mengadakan upacara pembukaan, lahan tak berguna itu akan berubah menjadi tambang emas.
Pelatih Jo takut mendengar hal besar itu. Dan ternyata Kwang Chul mengaku kalau dia juga takut. Tapi jika langit sudah memberi mereka kesempatan, mereka harus mengambilnya. Kwang Chul bilang, ada alasannya bagi orang mati hidup kembali. Dan karena itulah Kwang Chul tidak menemui In Ae dan Kwang Hoon.
***
In Ae teringat saat dia mengatakan kekhawatirannya tentang Hye Jin pada Kwang Hoon. Saat Kwang Hoon menyuruhnya menjauh dari industri film dan saat Hye Jin menanyakan hubungannya dengan Kwang Hoon.
In Ae benar-benar khawatir dengan hubungannya dan Kwang Hoon. In Ae mungkin tidak meragukan Kwang Hoon, tapi dia takut pada orang-orang disekeliling Kwang Hoon yang mungkin mempengaruhinya. Karena In Ae tahu, Kwang Hoon ini tipe orang yang mencari aman dan tidak mau berurusan dengan masalah (dugaanku sih..hehe..)
***
Melihat In Ae yang mondar-mandir menunggu Kwang Hoon di depan rumah, Bibi Kyung Ja berkata kalau Kwang Hoon tidak akan datang. Ada pesta besar di Chungpyeong, Nyonya Jin yang mengatakannya. Kalau Kwang Hoon pergi kesana, dia takkan datang meskipun In Ae mati kelaparan demi dia. Tidak bisa.
Bibi Kyung Ja bilang kemungkinan Kwang Hoon pergi kesana bersama Nyonya Jin dan Hye Jin. Bibi juga merasa kalau Hye Jin mulai melirik Kwang Hoon, bahkan mungkin dia menyukai Kwang Hoon sejak awal. Karena Bibi juga wanita, jadi Bibi bisa merasakannya. Bibi meminta In Ae menjaga Kwang Hoon.
***
Kwang Hoon terlihat sedikit panik menyetir menuju rumah sakit untuk mengantar Hye Jin yang kesakitan di bagian perut. Namun, Hye Jin langsung tertawa begitu tahu kalau mereka sudah hampir sampai Seoul. Rupanya Hye Jin berpura-pura untuk menghindari pesta membosankan yang mereka hadiri.
Kwang Hoon dengan setengah hati mendengarkan ocehan Hye Jin tentang Olimpiade. Hye Jin bilang orang-orang berkata suatu hari ayahnya akan menjual seragam dan masuk menjadi anggota kabinet. Saat itu terjadi, Kwang Hoon pasti belajar di Amerika seperti yang dipikirkan ayahnya. Dan tentunya setelah mereka menikah.
Kwang Hoon menepikan mobil dengan kasar. Dia bilang kalau dia ini adalah pasukan pembantu, bukan milik Hye Jin. Hye Jin bilang harusnya Kwang Hoon berpikir sejauh itu. Hye Jin memang tidak sepintar In Ae tapi dia punya latar belakang. Saat dia melihat Kwang Hoon menjemputnya di bandara, dia tahu kalau ayahnya menyuruhnya pulang memang untuk itu (menikah dengan Kwang Hoon).
Kwang Hoon marah dengan kemungkinan apa yang dikatakan Hye Jin memang benar. Kwang Hoon mempercepat laju mobilnya, membuat Hye Jin ketakutan. Hye Jin bilang dia akan mati dalam kecelakaan mobil sebelum dia merasakan kekuasaan sepenuhnya. Hye Jin bertanya kenapa Kwang Hoon mempercepat laju mobil seperti itu. Kwang Hoon bilang dia lupa kalau dia ada janji.
In Ae yang menunggu Kwang Hoon di depan rumah Jendral Chun melihat Kwang Hoon datang bersama Hye Jin. Kwang Hoon dengan marah menyuruh Hye Jin segera turun. Hye Jin heran kenapa Kwang Hoon marah sekali, apa dia yang membuat Kwang Hoon marah. Hye Jin lalu melihat In Ae. Dia tersenyum licik. Dia keluar, lalu pura-pura akan jatuh dan memeluk Kwang Hoon. Setelah itu dia baru bilang kalau ada In Ae disana.
Kwang Hoon segera mendorong Hye Jin. In Ae menghela nafas dan menghampiri mereka. Hye Jin meledek, beraninya In Ae datang kesana dan memulai cinta segitiga. Apa In Ae tidak takut apa yang akan dikatakan ayahnya yang sangat mempercayai Kwang Hoon. Hye Jin menyebut In Ae menyedihkan. In Ae membalas, lebih menyedihkan bermimpi soal cinta segitiga.
“Cepat tidur dan bangunlah dari mimpimu yang menyedihkan. Orang-orang dewasa tanpa ayah harus bicara.”
Hye Jin tak percaya kalau dia diperintah oleh In Ae. In Ae kembali mengusir Hye Jin dengan suara lebih keras. Hye Jin mengalah, tapi dia bilang orang yang marah duluan itu biasanya kalah. Dan bilang kalau In Ae bersikap seperti istri pertama. Hye Jin kemudian masuk ke rumahnya.
In Ae kemudian menyindir Kwang Hoon yang tak datang karena ada rapat dengan editor Washington Post, tapi ternyata malah mengantar Hye Jin ke pesta. Kwang Hoon menjelaskan kalau editor itu, media internasional dan perwakilan dari Olimpiade ada di pesta itu. Kwang Hoon menyuruh In Ae pulang karena dia harus kembali ke pesta. In Ae tetap mengaitkan pesta itu dengan Kwang Hoon yang pergi bersama Hye Jin. Dan dia datang kesana karena Kwang Hoon tidak datang.
In Ae tidak mau pulang. Dia akan menunjukkan tenang industri film yang selama ini Kwang Hoon katakan. Kwang Hoon bertanya apa In Ae sudah siap rusak. In Ae merasa Kwang Hoon sudah rusak. Dia merasa hati Kwang Hoon sudah serakah dengan kekuasaan. Kwang Hoon menilai In Ae sudah kelewatan. In Ae tidak peduli, apa mengagumkannya bisa berada di luar rumah pemerintah yang suka menindas.
Dan In Ae tetap tidak mau pulang, walau Kwang Hoon menyuruhnya kembali. In Ae tidak bisa. Diam-diam Hye Jin menguping pembicaraan mereka dari balik pintu.
***
Kwang Hoon memandangi kalung ‘sarah’ sambil memikirkan perkataan Pelatih Jo. Pelatih Jo yang menyarankan agar Kwang Chul pergi menemui In Ae dan mengatakan kalau dia masih hidup. Kwang Chul memikirkan hal itu, dan memutuskan kalau dia memang harus menemui In Ae.
Kwang Chul beranjak pergi.
***
In Ae mengajak Kwang Hoon ke hotel, tapi Kwang Hoon membawanya ke kantor konstruksi. Kwang Hoon mengaku kalah, dia meminta maaf soal industri film itu. Tapi Kwang Hoon meminta In Ae agar jangan salah paham lagi. In Ae bilang Jendral dan putrinya sudah memasang perangkap. In Ae menanyakan kebenaran kalau Kwang Hoon beruntung dia akan menjadi menantu Presiden selanjutnya.
“In Ae. Aku akan mengaku. Ini mungkin...menjadi pengakuan pertamaku. Aku... aku... aku mencintaimu melebihi kau mencintai dirimu sendiri. Aku sangat mencintaimu. Kau harus mengingatnya. Dalam keadaan dan situasi apapun. Jangan lupakan itu. Tunggu aku. Ya?”
“Aku juga akan mengaku. Aku benar-benar tidak tahu apa itu cinta. Tapi... ada api dalam diriku. Sebuah danau tidak sanggup memadamkannya. Api yang bisa membakar ambisimu. Kalau kau meninggalkanku ...api ini cukup besar untuk membakarmu.”
Kwang Hoon tersenyum mendengarnya. In Ae menganggap Kwang Hoon tidak percaya dengan apa yang dia katakan barusan. In Ae bilang dia bisa melakukannya, dan pasti akan dia lakukan. Kwang Hoon bilang dia tahu kalau In Ae bisa melakukannya.
Kwang Chul pergi ke kantor konstruksi. Dia mengeluarkan kalung ‘sarah’ dari dalam kotak.
In Ae meminta Kwang Hoon untuk tidak melihat kemanapun. Jendral berbintang itu maupun putrinya bukanlah apa-apa. Dan menjadi menantu Presiden mungkin itu tidak akan terjadi. In Ae meminta jangan biarkan ambisi Kwang Hoon merusak dirinya sendiri. Mereka harus membuatnya sendiri. Mereka harus menjual nyawa mereka kalau mereka tidak melakukannya sendiri.
“Kita lakukan sendiri. Saat kita melakukannya sendiri, itu akan menjadi milik kita sendiri.”
In Ae bertanya apa Kwang Hoon tahu hal itu. Kwang Hoon tersenyum, dia tahu. In Ae memeluk Kwang Hoon dan memintanya berjanji. Kwang Hoon pun berjanji, mereka akan membuat milik mereka sendiri.
Di luar Kwang Chul mendekat ke jendela kantor, melihat In Ae yang sedang berpelukan dengan Kwang Hoon.
In Ae tidak akan membiarkan Kwang Hoon pergi. In Ae mengajak Kwang Hoon untuk bersatu malam itu, agar mereka tidak akan pernah terpisah walau dunia penuh dengan godaan. Kwang Hoon tak bisa menolak, dia bilang In Ae punya mata paling indah di dunia. Karena itu, In Ae meminta agar jangan sampai air matanya menetes dari matanya karena Kwang Hoon. In Ae menangis.
Kwang Hoon mencium kedua mata In Ae. Lalu mengecup bibirnya dan bersatu. Kwang Chul membalik badan. Hatinya remuk. Dia membiarkan air hujan mengguyur dan menjatuhkan kalung yang sedianya akan dia berika pada In Ae.
***
Bersambung ke episode 6~
***
Melihat adegan terakhir. Aku rasa Kwang Hoon memang benar-benar mencintai In Ae. Dia paham karakter In Ae dan bisa memahaminya. Tapi…aku ragu kalau ke depannya dia akan bisa menjaga perasaan In Ae, melihat ambisinya yang besar.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya. Tapi mohon maaf komentar akan dimoderasi ya.. jadi gak akan langsung muncul di halaman post.. Dan pasti akan saya baca semua, walau tidak saya balas. XD