Endless Love Episode 6
Setelah menimbang saran Pelatih Jo agar dia menemui In Ae dan mengatakan padanya bahwa dia masih hidup, akhirnya Kwang Chul pergi untuk menemui In Ae di lokasi konstruksi. Tapi sayang, Kwang Chul datang di saat yang tidak tepat. Dia melihat In Ae yang sedang bersama dengan Kwang Hoon.
Kwang Chul patah hati, payung terlepas begitu saja dari tangannya. Dia menghela nafas panjang dan menjatuhkan kalung emas yang sedianya dia berikan pada In Ae. Kwang Chul pun kemudian pergi, tak jadi menemui In Ae.
***
Esok pagi. Kwang Hoon membetulkan letak selimut dan membelai In Ae yang masih tertidur. Dia teringat janjinya untuk menikahi In Ae. Kemudian Kwang Hoon pergi kembali menjalankan tugas.
In Ae bangun, lalu keluar. Saat melangkah pergi, In Ae menemukan kalung yang dibuang Kwang Chul semalam. In Ae mengambilnya dan membaca ukiran namanya disana. In Ae tersenyum, mengira kalau itu adalah kalung milik Kwang Hoon yang lupa akan diberikan padanya.
***
Di depan rumah, Bibi Kyung Ja gelisah menunggu kepulangan In Ae. Begitu In Ae terlihat dari jauh, Bibi berlari menghampirinya. Bibi bertanya apa In Ae semalam pergi ke rumah Jendral Chun, karena semalam ada telpon untuk Bibi lewat Kepala Desa. Bibi dipecat dari pekerjaannya disana. Bibi bertanya apa yang terjadi.
In Ae tak menjawab. Dia malah bilang kalau itu bagus, dia rasa Kwang Hoon juga akan segera dipecat. In Ae berlalu meninggalkan Bibi yang mengumpat In Ae yang pemarah.
***
Kwang Hoon menemui Jendral Chun yang sedang sarapan dan meminta maaf karena dia terlambat. Jendral Chun tak merespon, tapi Nyonya Jin membahas perihal In Ae yang datang kesana semalam. Nyonya Jin menyalahkan suaminya yang memperlakukan Kwang Hoon seperti putra sendiri, hingga Hye Jin jatuh cinta pada Kwang Hoon. Dan Hye Jin pasti terkejut. Nyonya Jin bilang seharusnya Kwang Hoon bilang kalau dia sudah punya pacar.
Jendral Chun menyuruh Kwang Hoon duduk untuk sarapan bersama. Tapi Nyonya Jin masih dengan galak menyuruhnya memanggil Hye Jin turun.
Jendral Chun menegur sikap istrinya itu. Nyonya Jin bertanya apa Kwang Hoon sebegitu mengagumkan, meski dia sudah bermalam dengan pacarnya. Jendral Chun percaya Kwang Hoon bukanlah orang ceroboh.
“Lalu kenapa kau tampak lebih terkejut dibandingkan Hye Jin? Meskipun kau melihat dia sebagai calon menantu, dia mungkin mengecewakanmu?”
Jendral Chun tak membalas pertanyaan istrinya itu. Mungkin yang dikatakan istrinya itu memang benar.
Kwang Hoon menguatkan hati masuk ke kamar Hye Jin. Dia melihat beberapa pil tidur disamping tempat tidur Hye Jin, lalu mengatakan maksudnya yang diperintah oleh Nyonya Jin untuk membawanya turun. Hye Jin berkata, dia minum banyak pil tapi dia tetap tidak bisa tidur.
“Seo In Ae... kau bersamanya semalam?” tanya Hye Jin marah. “Menyerah saja. Harus. Atau...aku akan mati.” Hye Jin lalu beranjak memeluk Kwang Hoon. “Aku memikirkannya semalaman. Aku tidak bisa menyerah begitu saja. Aku tidak peduli kalau kau berpikir aku tidak normal.”
Kwang Hoon berusaha melepaskan pelukan Hye Jin, tapi Hye Jin memeluknya semakin erat. Hye Jin menyukai Kwang Hoon.
***
In Ae meminta Bibi untuk tidak khawatir, dia yang akan mencari uang. Bibi tak masalah, dia bisa bekerja di lokasi konstruksi atau menjadi pembantu di rumah lain. Yang membuat Bibi sakit hati adalah karena dia dipecat mendadak. Dia merasa harga dirinya terluka.
Bibi kemudian berkata dia tahu kalau keluarga Jendral Chun ingin Kwang Hoon menjadi menantu mereka. Bagaimana mungkin mereka tidak menginginkannya. Bibi merasa itu mungkin berbahaya. Bibi tak pernah mengatakan itu pada In Ae karena dia takut In Ae berbuat sesuatu dengan sifatnya itu. Tapi Bibi mengakui, dia terus merahasiakannya karena dia juga perlu mencari nafkah.
Sambil menggenggam tangan In Ae, Nenek yang terbaring lemah meminta In Ae untuk tidak membuat Kwang Hoon kesulitan dan percaya saja padanya. Karena dia sendiri sudah banyak mengalami kesulitan. In Chul membenarkan perkataan nenek. In Ae hanya bisa terdiam dan menghela nafas panjang.
***
Jendral Chun menginterogasi Kwang Hoon mengenai In Ae. Kwang Hoon mengakui In Ae sebagai orang yang tumbuh bersama dengannya seperti saudara sejak mereka masih kecil. Mendengar kata ‘saudara’, Jendral Chun merasa dia tak perlu khawatir. Jendral Chun kemudian memberitahu bahwa dialah yang memanggil Hye Jin pulang, agar diawasi Kwang Hoon (jadi Jendral Chun memang ingin menikahkan Hye Jin dengan Kwang Hoon).
Tanpa memberikan kesempatan pada Kwang Hoon untuk menanggapi, Jendral Chun bilang mereka ada perjalanan bisnis ke Washington. Dari pada Perdana Mentri, Presiden mempercayainya untuk menghadiri Pertemuan Hanmi.
***
Dikamarnya, sambil melihat bayangan dirinya di cermin, Kwang Hoon teringat ucapan Jendral Chun:
“Wanita hanyalah perhiasan dalam kehidupan pria. Mungkin kau sudah tahu. Mertuaku adalah mantan Kepala Staf Angkatan Darat. Bukan pilihan yang mudah dan ada efeknya. Tapi aku tidak menyesal.”
Kwang Hoon mengepalkan tangannya, bimbang dengan hatinya sendiri.
Hye Jin masuk dan menunjukkan berita tentang In Ae di koran. Hye Jin merasa In Ae adalah lawan yang tangguh, sifat pemarahnya juga menakutkan. Kwang Hoon menunjukkan rasa tak sukanya pada Hye Jin yang menjelek-jelekkan In Ae. Hye Jin mengakui kalau penyakitnya adalah terobsesi pada hal-hal kecil, dan dokter bilang obatnya adalah jatuh cinta.
***
In Ae sedang makan bersama Produser Chun dan Sutradara Im. Melihat In Ae yang kesulitan mengiris steak, Produser Chun merasa mereka harus mengajari In Ae etika seorang sosialitas.
Tak lama, datang Nyonya Jin beserta Hye Jin dan Kwang Hoon. Presdir bergosip dengan Sutradara Im, dia merasa Kwang Hoon adalah calon menantu Jendral. In Ae menoleh.
Hye Jin melihat In Ae dan berkata kalau Seoul ternyata kecil. Kwang Hoon menoleh ke arah In Ae, dan sepertinya dia merasa tak nyaman. Hye Jin penasaran apa In Ae akan datang ke meja mereka.
Di kamar mandi In Ae bertemu dengan Hye Jin dan Nyonya Jin. Hye Jin menyindir In Ae yang dipilih menjadi Cinderella. Awalnya In Ae tak mau berurusan dengan mereka. Tapi begitu mendengar Nyonya Jin menyinggung Bibi Kyun Ja, In Ae pun membahas pemacatan bibinya. Setidaknya Nyonya Jin bisa menemui Bibi Kyung Ja dan mengatakan alasannya.
Hye Jin bilang mereka memecat Bibi karena tidak bisa menutup mulut. Hye Jin juga heran pada In Ae yang tidak datang ke meja mereka untuk marah-marah seperti semalam. In Ae bilang dia sedang belajar etika seorang sosialita. In Ae kemudian memperingatkan Hye Jin untuk tidak berusaha terlalu keras memintal jaring, karena Kwang Hoon bukanlah orang yang akan terjebak dalam jaring laba-laba seorang sosialita. In Ae juga memperingatkan hal yang sama pada Nyonya Jin.
In Ae kemudian pergi. Nyonya Jin kesal dan menyebut In Ae gadis kurang ajar. Sementara Hye Jin tertawa geli mendengar mereka disebut sebagai laba-laba.
Saat keluar gedung, In Ae melihat Kwang Hoon sedang mengelap mobil. In Ae menghela nafas dan membuang muka saat Kwang Hoon menoleh. In Ae berjalan pergi tanpa menyapa ataupun menoleh dan berkata dalam hati:
“Oppa. Hari ini, anggap saja kita tidak bertemu. Kau tampak sangat diremehkan. Kurasa lebih baik aku tidak melihatmu.”
In Ae pergi bersama Sutradara dan Produser. Kwang Hoon pergi bersama Hye Jin dan Nyonya Jin. Dalam perjalanan, In Ae terlihat sedih, matanya berkaca-kaca. Mungkin In Ae bersedih untuk Kwang Hoon yang tampak seperti ‘kacung’.
Sedangkan Kwang Hoon diperjalanan mendengarkan ocehan Hye Jin tentang In Ae yang menyebutnya laba-laba, serta Nyonya Jin yang menghina In Ae yang dia sebut sangat berani yang walau ada di tempat yang lebih buruk dibandingkan penjara remaja takkan bisa memperbaikinya. Kwang Hoon menepikan mobil dengan kasar, lalu meminta Nyonya Jin mendengarkannya.
“Dia adalah...orang yang kucintai...dan akan hidup bersama denganku selamanya.”
Hye Jin syok mendengarnya dan Nyonya Jin menantang Kwang Hoon untuk segera keluar dari mobil. Tapi Kwang Hoon tak bisa. Dia menguatkan hati dengan memegang setir kuat dan kembali menjalankan mobil. Hye Jin memperhatikan Kwang Hoon.
***
Jendral Chun menemukan sejarah keluarga Kwang Hoon yang menurutnya mengerikan. Latar belakang keluarga Komunis. Ibu dipenjara sebagai mata-mata, ayah bunuh diri dan bekerja sama dengan partai oposisi. Kwang Hoon hendak menjelaskan, tapi tak diberi kesempatan. Jendral Chun bahkan bertanya apa karena itu Kwang Hoon sangat menentang hukuman mati untuk pemimpin partai oposisi.
Kwang Hoon bilang itu tidak ada hubungannya dengan keluarganya dan meminta Jendral untuk percaya padanya. Jendral Chun jadi ragu untuk mempercayai Kwang Hoon dan bertanya apa ada lagi yang disembunyikan Kwang Hoon. Kwang Hoon bilang tidak ada.
Jendral Chun percaya dan tak ingin membahasnya lagi karena dialah yang sudah memilih Kwang Hoon menjadi bagian keluarganya. Tapi mulai sekarang Kwang Hoon harus mengingat baik-baik bahwa keberhasilan Kwang Hoon takkan mungkin terjadi tanpa dukungan dari pemerintahan militer yang baru.
Jendral Chun tertawa, “Aku sudah mendengar kejadian yang dialami keluargaku. Tapi... aku bukan hanya memintal jaring laba-laba biasa untukmu. Aku akan menjadi jaring pengamanmu.”
Jendral Chun menepuk pundak Kwang Hoon. Dia sudah menyukai Kwang Hoon sejak awal seperti seorang wanita yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Jendral Chun bertanya apa Kwang Hoon merasa tertekan. Kwang Hoon merasa itu suatu kehormatan. Lalu Jendral Chun mengajak Kwang Hoon menanggung beban berat di jaman ini bersama-sama.
***
Bibi Kyung Ja dengan senang menunjukkan cek yang diberikan In Ae pada nenek. Itu adalah pertama kalinya bibi melihat cek dan melihat uang sebanyak itu. Tapi In Ae bilang dia harus menunggu 3 bulan untuk mencairkan cek itu.
***
In Ae menatap kalung ‘Sarah’, memikirkan Kwang Hoon dan meletakkan kembali kalung itu. Sementara Kwang Hoon menatap passport yang diberikan Jendral Chun. Passport yang pasti tidak bisa dia dapatkan jika mengurusnya sendiri dengan latar belakang keluarganya.
***
Dari jauh, Kwang Chul mengawasi In Ae yang sedang syuting dari dalam mobil bersama Pelatih Jo. Pelatih Jo kembali bertanya berapa lama Kwang Chul akan terus bersembunyi dan kembali menyarankan agar Kwang Chul menemui In Ae dan memberitahunya kalau dia masih hidup.
Kwang Chul merasa lebih baik baginya kalau tetap mati (bagi In Ae). Tapi Pelatih Jo melihat In Ae begitu menyedihkan karena dia menganggap penyebab kematian Kwang Chul adalah dirinya. In Ae akan sangat senang kalau tahu Kwang Chul masih hidup.
“Aku senang... kalau setidaknya aku masih dikenang dalam hatinya.”
Pelatih Jo tak mengerti apa yang dikatakan Kwang Chul. Kemudian Kwang Chul bilang kalau dia merasa seperti bisa bernapas setelah melihat In Ae.
***
Kwang Chul mengantar Chairman Son. Kwang Hoon juga ke tempat itu mengatar Jendral Chun. Kwang Chul melihatnya dan langsung membelakangi Kwang Hoon agar tak terlihat. Rupanya Chairman Son juga hendak bertemu Jendral Chun.
Kwang Chul masuk ke dalam setelah Kwang Hoon berlalu. Kwang Chul melihat Kwang Hoon bersama Hye Jin. Kwang Chul mengepalkan tangannya.
Hye Jin mengajak Kwang Hoon berkencan sambil menunggu ayahnya selesai melakukan pertemuan.
Pertemuan itu berlangsung antara Jendral Chun, Park Young Tae, Chairman Son dan Kepala Huh (Kepala Staf Blue House). Kepala Huh menyindir Park Young Tae yang menempatkan Chairman Son dalam situasi genting saat pimpinan partai oposisi diculik di Jepang, padahal Chairman Son adalah orang yang mendanai Presiden. Kepala Huh juga menyindir Park Young Tae yang menjelek-jelekkan dirinya di belakang.
Kepala Huh mengatakan Chairman Son akan makan malam dengan Presiden karena dia dan Chairman Son sudah dekat sejak dia jadi Dubes di Jepang. Perdana Menteri juga akan hadir, karena sudah seperti keluarga dengan Chairman Son. Kepala Huh seolah memanas-manasi Park Young Tae dan Jendral Chun yang sulit untuk bertemu Presiden karena dirinya.
Omongan-omongan Kepala Huh membuat tiga orang yang lain merasa tak nyaman dengan alasannya masing-masing.
(Mian…sebenarnya kurang ngerti, dua kali nonton masih gak ngerti juga.. jadi, sepertinya Kepala Huh ini menyepelekan kekuasan Park Young Tae dan militer.. Irfa, tolong diingatkan kalau salah ya.. he..)
***
Hye Jin merasa kecewa dengan sikap yang ditunjukkan Kwang Hoon di kencan mereka. Hye Jin mengira Kwang Hoon sedang memikirkan In Ae. Kwang Hoon menyuruh Hye Jin makan saja karena Jendral Chun akan segera keluar untuk mempersiapkan perjalanan ke Amerika.
Tapi Hye Jin merasa ayahnya takkan keluar cepat. Kepala Staf, Park Young Tae, dan Chairman yang akan mendanai kampanye yang hadir di rapat itu. Dan itu merupakan saat yang penting untuk merencanakan calon Presiden baru.
Kwang Hoon bertanya apa Hye Jin mengenal Park Young Tae. Hye Jin bilang Park Young Tae adalah dalang dibalik propaganda negatif yang menyebar selama pemilu. Pemikirannya mengenai kampanye sangat hebat. Cerita itu akhirnya menjadi legenda kalau orang yang dia pilih akan menjadi raja. Dulu dia adalah petinggi di Badan Intelijen Nasional. Dialah kekuatan yang sebenarnya dibelakang mereka.
Banyak gosip yang mengatakan dia selalu terlibat dalam menghilangkan jejak partai oposisi. Pria itu tahu semua kelemahan semua orang yang berkuasa di negara ini. Dia mungkin juga tahu semua rahasia keluarga Jendral Chun.
Hye Jin melihat Kwang Chul yang mengawasi mereka. Hye Jin merasa mungkin dia adalah penguntit yang sedang mencari kelemahannya untuk menghalangi masa depan ayahnya yang ingin menjadi Presiden. Namun saat Kwang Hoon menoleh untuk melihat pria yang dimaksud Hye Jin, Kwang Chul sudah pergi.
Hye Jin kemudian menunjukkan gaya rambutnya yang meniru In Ae. Dia merasa sudah menarik seperti Seo In Ae. Hye Jin tersenyum. Kwang Hoon hanya melihatnya sekilas.
***
In Ae sedang kesulitan mendalami perannya hingga membuat semuanya menunggu satu jam. In Ae ditegur karena sudah menyia-nyiakan biaya produksi. Namun, Sutradara Im mengerti jika In Ae sangat ingin menjiwai perannya, dan akan menunggu. Sutradara Im pun menyuruh para staf beristirahat.
Hyo Ri datang dengan tergesa dan memberitahu In Ae bahwa nenek jatuh pingsan. In Ae segera berlari pulang bersama Hyo Ri.
Nenek pingsan di depan In Chul. In Chul yang panik dan takut menelpon semua orang. Bibi Kyung Ja menjelaskan sambil memijat nenek. Setelah Bibi Kyung Ja dan In Chul keluar kamar, nenek duduk dan menyuruh In Ae mengunci pintu kamar.
Nenek minta diambilkan kotak alat jahit pada In Ae. Nenek harus menunjukkan sesuatu pada In Ae sebelum dia meninggal. Nenek memberikan bungkusan baju bayi milik In Ae yang ada di kotak alat jahit. Di dalam baju, ada sobekan foto ibu In Ae yang menggendong bayi In Ae dan potongan artikel koran Perdana Menteri.
Nenek memberitahu In Ae kalau Perdana Menteri adalah ayah In Ae. Nenek meminta In Ae untuk menyimpannya sendiri, karena Bibi Kyung Ja juga tidak tahu. In Ae tampak terkejut dan meminta penjelasan nenek. Tapi nenek hanya bilang mungkin ibu In Ae tidak tenang disana.
Di kamarnya, In Ae menatap gambar Perdana Menteri dan menangis.
***
In Ae bertanya pada Bibi apa benar ibunya tidak pernah mengatakan siapa ayahnya. Bibi membenarkan, dia sudah ratusan kali bertanya, tapi ibunya In Ae tak percaya karena bibi banyak bicara. Bagaimana dengan nenek? Bibi Kyung Ja merasa itu mungkin saja karena hubungan nenek dan ibunya In Ae sangat dekat. (In Ae mungkin ngetes, apa benar Bibi Kyung Ja tidak tahu apapun tentang ayahnya, ternyata memang benar)
In Ae bertanya lagi, siapa yang ingin membunuh mereka, sampai membuat ibunya benar-benar terbunuh. Bibi Kyung Ja merasa mungkin itu ayah In Ae sendiri atau istrinya. Bibi Kyung Ja membenarkan pikiran In Ae, bahwa dia dilahirkan secara sembunyi-sembunyi karena hubungan ibu dan ayahnya tidak resmi (Ibu In Ae adalah wanita simpanan).
Bibi Kyung Ja menggenggam tangan In Ae, “Sukses dan balaslah dendammu. Balas dendam. Demi kematian putriku yang juga tidak adil. Balas dendam.”
(sudah pada tahu kan ya, putrinya Bibi Kyung Ja terbunuh bersama ibunya In Ae, karena salah duga sebagai In Ae)
***
Chairman Son memberikan sebuah tiara pada Nyonya Min. Nyonya Min menolak karena sekarang ini ada pemeriksaan di rumah pejabat panting. Sebelumnya di rumah Menteri Keuangan karena banyak perhiasan, dia dihukum. Nyonya Min bilang apa yang akan orang pikirkan jika dirumahnya juga ditemukan banyak perhiasan. Nanti banyak orang mengira kalau dia bermimpi menjadi seorang Ratu.
Chairman Son bilang bukankah kedua partai berpikir Perdana Mentri akan menjadi calon Presiden. Bukankah Ibu Negara atau Ratu adalah sama. Karena itulah Nyonya Min tak bisa menerimanya. Namun ternyata tiara itu palsu, yang asli tersimpan di bank di Jepang. Chairman Son memberikan suratnya dan menyuruh Nyonya Min mengambilnya nanti. Oya, nampaknya Chairman Son ini akan mendanai kampanye Perdana Mentri nanti.
Kedatangan Chairman Son ternyata ada maksud lain, dia akan mengajak Se Kyung (anak bungsu PM Kim) piknik seperti yang sering mereka lakukan. Se Kyung lebih menyukai Chairman Son dari pada orang tuanya karena Chairman Son sudah menyelamatkan nyawanya dengan operasi paru-paru di Jepang dan membiayai sekolahnya.
Chairman Son juga sudah menganggap Se Kyung seperti anaknya sendiri. Jika dia pergi satu jam saja bersama Se Kyung, kesehatannya membaik dalam setahun mendatang. Perdana Menteri Kim muncul dan mengantar mereka keluar. Perdana Menteri Kim sempat berujar kalau dia merasa seperti dijauhi oleh Blue House, karenanya dia meminta ijin menemani Chairman Son ke Blue House.
Nyonya Min ternyata tak begitu menyukai Chairman Son. Dia menyebut Chairman Son serakah, karena setelah cukup memiliki gedung besar di Seoul, sifat serakahnya muncul karena pembangunan kota baru di Jamsil. Nyonya Min menyuruh suaminya menyingkirkan dia.
Tapi PM tak bisa karena Presiden dipihaknya, dan dia sudah menyelamatkan Se Kyung. Nyonya Min tetap tidak menyukai Chairman Son. Nyonya Min lalu memberitahu ada telpon dari perusahaan film. Dia bertanya apa suamainya menyetujui pembangunan set untuk film.
“Kau jatuh cinta pada artis mana lagi kali ini? Aku khawatir penyakit gilamu kambuh.”
“Kenapa kau masih membahas masa lalu?”
“Agar naik pangkat aku bahkan bekerja sebagai pembantu untuk pejabat. Kau malah sibuk berselingkuh. Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya?”
(ini kayaknya lagi nyinggung PM Kim selingkuh dengan Ibunya In Ae)
***
Di dalam mobil, Se Kyung mengomentari Kwang Chul yang dia kenal sebagai Hiro Yoshi, tangan kanan Chairman Son. Se Kyung menyindir Kwang Chul yang tidak menyapanya dan menyembunyikan banyak hal karena terus menggunakan kacamata. Bahkan saat Kwang Chul membuka sedikit kacamata dan melihat Se Kyung dari kaca, Se Kyung menyebut Kwang Chul tersenyum sinis padanya. Chairman Son hanya tertawa menanggapi Se Kyung.
***
In Ae menghubungi rumah Jendral Chun untuk bicara pada Kwang Hoon. Yang menjawab adalah Hye Jin. In Ae butuh bicara hal penting dengan Kwang Hoon, sepertinya mengenai nenek yang sakit. Setelah berbelit-belit Hye Jin menyebut sebuah tempat untuk In Ae menemui Kwang Hoon.
***
In Ae dijemput untuk kembali syuting. In Ae melakukan adegan pernikahan dengan pemeran pria.
Se Kyung dan Chairman Son menikmati waktunya bersepeda bersama. Saat Kwang Chul membantu mengeluarkan buah dari keranjang Se Kyung, dia mendapat omelan. Buah harus tetap ada di dalam karena itu adalah makanan penutup. Dengan kesal Kwang Chul memasukkan kembali buahnya. Dan kekesalannya bertambah saat Se Kyung menyuruhnya mengeluarkan kimbap dan lauk dengan hati-hati.
Kwang Chul menyebut Se Kyung gadis kasar. Se Kyung membalas dengan menyebut Kwang Chul berantakan. Kwang Chul kesal, apa menjadi putri Perdana Menteri bisa seenaknya saja, dan selalu meremehkan orang lain.
Saat Chairman Son mengajak Kwang Chul makan bersama, Se Kyung langsung melarang. Dia membuat makanan untuk Chairman Son dan menyuruh Kwang Chul makan di restoran saja. Kwang Chul benar-benar kesal, dan menahannya karena Chairman Son. Sebelum pergi, Kwang Chul menghina nasi kimbap Se Kyung belum matang.
Setelah makan, Se Kyung kembali berterima kasih atas bantuan Chairman Son yang membawanya ke Jepang untuk operasi paru-paru. Saat itu dia berpikir orang tuanya lebih senang jika dia mati. Chairman Son bilang semua orang tua merasakan hal yang sama. Saat itu hanya saja mereka sedang sibuk dengan pemilu. Ayah Se Kyung adalah pria kuat yang bekerja keras demi negara.
“Paman tahu ibuku lebih kuat, 'kan? Kudengar Ibu yang sudah menjadikan Ayah sebagai Perdana Menteri. Kupu-kupu Besi. Kupu-kupu Besi...bermimpi menjadikan Ayah sebagai calon Presiden. Paman tahu, 'kan? Kumohon...hentikan, Paman. Aku mengajak Paman keluar hari ini untuk mengatakannya. Ayah tidak menginginkannya, tapi Ibu yang mengaturnya.”
Tapi Chairman Son meragukannya. Se Kyung meyakinkan jika itu memang benar, bahwa ayahnya tidak ingin menjadi Presiden. Se Kyung meminta tolong agar Chairman Son tidak membantu dana kampanye ayahnya. Demi kebahagiaan mereka. Se Kyung berharap setidaknya mereka harus hidup bahagia meskipun hanya sekali.
Chairman Son bilang banyak sekali yang dipikirkan Se Kyung, apa itu yang membuatnya menderita. Se Kyung menjawab, dibandingkan dirinya ayahnya lah yang tampak lebih menderita.
***
Kwang Hoo berada di dalam pesawat. Memberikan berkas informasi, daftar pertanyaan yang mungkin muncul dalam wawancara, juga materi untuk Menteri Pertahanan dan anak buahnya. Jendral Chun memuji Kwang Hoon lebih baik dibandingkan Sekretaris Menteri Luar Negeri. Setelah Kwang Hoon melihat Washington, cara pemikirannya soal dunia akan lebih luas.
Jendral Chun juga mengajak Kwang Hoon ke Boston begitu masalah itu selesai bagaimanapun hasilnya. Mereka akan mencari sekolah untuk Kwang Hoon.
***
Ternyata yang ditemui In Ae di Hotel National adalah Hye Jin. Hye Jin rasa In Ae tidak tahu, karena Kwang Hoon pergi ke Washington pagi tadi melakukan perjalanan bisnis yang penting untuk negara. Hye Jin sangat berterima kasih pada Kwang Hoon karena dia pergi tanpa berpamitan pada In Ae. Jadi dia datang menggantikan Kwang Hoon.
Hye Jin bilang dia mendengar kalau Kwang Hoon berasal dari keluarga yang buruk, makanya dia kesulitan mendapatkan paspor. Kalau bukan karena campur tangan ayahnya, dia takkan mungkin sekolah di luar negeri. In Ae terkejut mendengar Kwang Hoon akan sekolah di luar negeri.
Hye Jin bertanya apa Kwang Hoon tidak memberitahu In Ae kalau ayahnya akan membiayai sekolahnya. Hye Jin kemudian bilang kalau Kwang Hoon sudah dipilih oleh ayahnya. Kwang Hoon membutuhkan ayahku untuk menutupi masa lalunya yang buruk.
“Satu hal lagi yang membuatmu lebih terkejut. Lebih mudah bagi Han Kwang Hoon untuk menjadi suamiku. Tidak...itu akan terjadi. Apa kedengarannya ucapanku ini omong kosong? Aku memperingatkanmu lebih dulu agar kau tidak menyia-nyiakan waktumu.”
“Dengar. Aku mengatakannya agar kau tidak membuang waktumu. Tidak ada seorangpun di dunia ini... yang bisa memisahkan aku dan Han Kwang Hoon.”
Hye Jin tertawa mendengar kepercayaan diri In Ae, bagaimana jika ternyata In Ae salah. In Ae memberi saran agar Hye Jin jangan memimpikan mimpi yang tidak berguna. Hye Jin bilang dia tahu Kwang Hoon sulit untuk ditaklukkan, tapi itu membuatnya lebih menginginkan Kwang Hoon.
“Aku akan jujur. Mulai sekarang, demi mencintai seseorang selamanya...aku berani mempertaruhkan segalanya.”
***
Bersambung ke episode 7 ~
***
Entah kenapa aku merasa Hye Jin ini bukan orang jahat. Dia sportif dengan memberitahu In Ae kalau dia tertarik dengan Kwang Hoon dan akan berusaha untuk itu. Beda dengan Kwang Hoon yang bahkan hanya mengakui In Ae sebagai saudara di hadapan Jendral Chun.
Gak tau mesti komentar apa, penih intrik -_-
ReplyDeleteKwang hoon sm hye jin, kwang sm in ae
ReplyDelete