WITCH’S LOVE Episode 3 – 2
Sebelumnya di [Bagian 1]
Masih di rumah Soo Jung. Soo Jung bilang dia tidak ingin mengatakan apapun lagi pada Ji Yeon. Ji Yeon tidak masalah, tidak peduli apa yang Soo Jung katakan, dia tidak akan pernah menyerah dengan artikel itu.
“Lalu kenapa kau datang? Untuk melihat betapa menyedihkannya aku?”
“Apa kau tahu kalau Kim Jeong DO akan masuk ke dunia politik? Maka orang itu tidak akan bisa datang padamu. Tidak, dia mungkin tidak punya niat untuk datang padamu. Dia membohongi orang-orang dan menipumu. Pikirkan tentang orang yang semacam itu akan masuk ke dunia politik.”
Soo Jung kemudian bertanya alasan Ji Yeon mengatakan hal itu padanya. Ji Yeon berkata dengan tulus, dia berharap Soo Jung akan mengetahui orang seperti apa Kim Jeong Do dan menjalani kehidupan Soo Jung sendiri.
“Itu benar, aku tahu aku bersikap egois dan bodoh. Tapi Ji Yeon, ini sesuatu yang aku pilih. Sama seperti kau yang menunggu Shi Hoon.”
“Aku berbeda denganmu Sunbae. Setidaknya, aku... Tidak pernah menyerah dalam hidupku. Orang yang munafik seperti Kim Jeong Do...tidak mempunyai hal untuk berdiri di hadapan publik dan tidak seharusnya. Bahkan jika itu mengganggumu Sunbae, aku akan mempertaruhkan semuanya untuk mencegahnya. Aku datang untuk mengatakan ini padamu.”
Ji Yeon kemudian memanggil Dong Ha dan pamit pulang pada Soo Jung. Raut wajah Ji Yeon tidak baik, Ji Yeon sepertinya terganggu dengan perkataan Soo Jung tentang dirinya yang menunggu Shi Hoon.
Di luar, Dong Ha bertanya apakah Ji Yeon harus pergi sejauh itu saat Soo Jung adalah sunbaenya. Ji Yeon tak menjawab dan hanya bersiap untuk naik skuter. Ji Yeon gundah. Dong Ha pun tak memperpanjang dan mereka pun berangkat. Dari belakang, mobil yang tadi datang bersamaan dengan skuter mengikuti mereka. Ternyata Dong Ha benar, mereka diikuti sejak dari kantor.
***
Mereka sampai di depan rumah. Dari belakang, ada seseorang yang mengintip. Dong Ha menyadarinya dan meminta Ji Yeon menunggu. Dong Ha berlari ke arah pria itu. Pria itupun segera berlari. Dong Ha mengejarnya hingga ke jalan utama. Tapi Dong Ha tidak berhasil menangkap orang itu.
Saat Dong Ha berdiri di pinggir jalan, sebuah mobil (yang mengikuti skuter) melewati Dong Ha. Pengemudinya menatap tajam ke arah Dong Ha. Seorang pria berkacamata bingkai tanduk dan memakai topi. Dong Ha teringat keterangan Eun Chae tentang ciri-ciri pria yang menitipkan kado untuk Ji Yeon, cocok dengan pria yang barusan dia lihat di dalam mobil.
Ji Yeon masih menunggu Dong Ha. Saat Dong Ha datang Ji Yeon bertanya ada apa. Dong Ha pun memberitahu bahwa seorang pria mengikuti mereka sejak dari kantor. Mungkin itu pria yang mengirim burung mati, dan dia terlihat mirip dengan deskripsi yang disebutkan pekerja magang sebelumnya. Ji Yeon berpikir dan bertanya apakah pria itu memakai topi. Dong Ha mengiyakan, dan dia juga memakai kacamata berbingkai tanduk.
“Ayo pergi. Untuk sekarang, pastikan kau mengunci pintumu. Jika sesuatu terjadi, segera beritahu aku.”
Ji Yeon beranjak dari duduknya. Dia tampak khawatir. Mereka kemudian berjalan bersama menaiki tangga. Ji Yeon penasaran siapa orangnya yang akan melakukan hal itu. Dong Ha meminta Ji Yeon untuk tidak memikirkan apapun hari ini dan beristirahat saja. Ji Yeon kemudian menyuruh Dong Ha untuk pergi karena dia bisa pulang sendiri, dan dia akan mengembalikan jaket Dong Ha besok.
Dong Ha mengerti dan dia lanjut menaiki tangga. Ji Yeon yang belum tahu jika Dong Ha tinggal di rumah sebelah merasa heran dan kembali menyuruh Dong Ha pulang. Dong Ha juga bilang bahwa dia mengerti. Tapi Ji Yeon tetap tak mengerti hingga akhirnya Dong Ha bilang kalau rumahnya juga disana. Ji Yeon terkejut dan bertanya sejak kapan Dong Ha tinggal disana.
“Rumah temanku disini. Aku sudah tinggal bersamanya selama beberapa hari.” Ujar Dong Ha sambil berjalan menuju rumahnya.
“Lalu mengapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?”
“Aku sudah memberitahumu! Bahwa aku diusir keluar karena aku tidak bisa mendapat bayaran karena kau. Dan aku mengetahui kau tinggal di rumah sebelah baru kemarin.”
Dong Ha akan masuk, Ji Yeon menahan tangannya dan meminta Dong Ha untuk jujur apakah Dong Ha menguntitnya. Dong Ha menyangkal, apakah dia terlihat seperti memiliki banyak waktu luang (untuk melakukan itu). Tapi Ji Yeon merasa aneh. Dong Ha menemukannya di tenda makanan, itu aneh. Dan saat ponsel mereka tertukar, pasti itu disengaja.
Dong Ha tak mempedulikan perkataan Ji Yeon dan hendak masuk. Ji Yeon kembali menahannya, dia penasaran apa yang ada di dalam, apakah alat penyadap. Dong Ha kesal, dan menepis tangan Ji Yeon.
“Mengapa aku akan melakukannya? Ketua Tim, mengapa aku akan melakukan itu? Bisakah kau pergi…sehingga aku bisa masuk ke dalam?”
Dong Ha membuka pintu dan masuk. Ji Yeon berusaha menerobos, tapi Dong Ha mendorongnya. Sebelum menutup pintu, Dong Ha berkata pada Ji Yeon, “Jika terjadi sesuatu, hubungi saja aku. Aku akan datang dengan cepat.”
Ji Yeon memaki Dong Ha sok budiman, dan menyebutnya penguntit. Ji Yeon berbalik hendak pulang, dia mendengar Dong Ha membuka pintu, diapun berbalik dan menodongkan telunjuk. Dong Ha ketahuan dan masuk lagi. Ji Yeon kembali memaki, Dong Ha selalu mencuri pandang padanya kapanpun ada kesempatan. Ji Yeon menggeleng tak percaya.
Ji Yeon masuk ke rumahnya dan menatap gambar beruang kutub itu lagi. Dia teringat perkataan Soo Jung tadi siang, dia menunggu sama seperti Ji Yeon menunggu Shi Hoon. Ji Yeon pun teringat pada masa lalunya bersama Shi Hoon.
[Flashback]
Ji Yeon: “Ini benar-benar mempesona. Bagaimana bisa mereka menjadi sangat putih?”
Shi Hoon: “Tapi sebenarnya, bulu beruang kutub tidaklah putih.”
Ji Yeon: “Lalu apa warnanya?”
Shi Hoon: “Transparan.”
Ji Yeon: “Tapi mereka terlihat sangat putih.”
Shi Hoon: “Itu terlihat putih karena panturan dari matahari.”
Ji Yeon tertawa, “Benarkah? Mereka mengagumkan.”
(Ji Yeon melihat foto-foto beruang kutub yang dipotret oleh Shi Hoon. Shi Hoon memeluk Ji Yeon dari belakan, dan mereka terlihat begitu bahagia.)
[Flashback end]
Tapi Ji Yeon tidak tampak bahagia mengenang semua itu. Ji Yeon lalu menyalakan musik dan mulai menari.
Di rumahnya Dong Ha ikut menikmati musik yang diputar Ji Yeon. Bahkan Dong Ha bergoyang dan menghentakkan kaki sambil duduk. Dong Ha bergumam, Ji Yeon memulai tanpa pernah melewatkannya.
Ji Yeon yang sedang asik menari tiba-tiba berhenti. Ji Yeon mematikan musiknya. Dia tersadar akan kemungkinan Dong Ha mendengarkan semuanya dari sebelah.
Dong Ha yang mendengarkan musik Ji Yeon merasa aneh karena musik berhenti bahkan satu lagupun belum selesai. Dong Ha semakin merasa aneh karena tidak terdengar suara apapun dari rumah Ji Yeon, sangat tenang.
Dong Ha memencet bel dan memanggil Ji Yeon. Ji Yeon yang sedang menggosok gigi kesal melihat wajah Dong Ha terpampang di interkom. Dia pun membuka pintu untuk Dong Ha. Dong Ha langsung menerobos masuk ke dalam dan melihat ke sekitar rumah. Dong Ha dengan panik bertanya apakah Ji Yeon baik-baik saja, apa tidak terjadi sesuatu.
Ji Yeon tak mengerti, apa yang akan terjadi. Dong Ha pun menjelaskan maksudnya, lagunya berhenti tiba-tiba (jadi Dong Ha panik terjadi sesuatu pada Ji Yeon). Ji Yeon malah kesal pada konstruksi bangunan yang membuat suara musiknya kedengaran ke sebelah.
“Jika kau memainkan musik sekeras itu, semua orang bisa mendengarnya secara alami. Asal tahu saja kau bertemu dengan tetangga yang baik.” Dong Ha menodongkan pistol tangan. (ini kayaknya bakal jadi ciri khas deh, pistol tangan, hehe..)
“Jadi apa! Apa kau datang kesini untuk mengeluh?” Ji Yeon sewot.
“Aku datang karena aku khawatir. Karena lagunya berhenti tiba-tiba bahkan sebelum lagunya berakhir.” Ujar Dong Ha sungguh-sungguh.
Ji Yeon kemudian tertawa melihat apa yang dipakai Dong Ha. Sebelah sendal, sebelah sepatu. Ji Yeon menyindir, pasti Dong Ha benar-benar terburu-buru. Dong Ha tak mengerti. Dia kemudian melihat ke arah kakinya dan merasa malu. Ji Yeon tertawa lagi. Dong Ha pun kemudian pamit pulang jika memang tidak ada masalah.
Tiba-tiba terdengar suara menakutkan. Ji Yeon terkejut dan langsung bersembunyi di balik punggung Dong Ha. Ternyata itu adalah suara angin di jendela yang dibuka oleh Ji Yeon. Dong Ha melihat tangannya yang didekap erat oleh Ji Yeon yang benar-benar ketakutan. Ji Yeon menyuruh Dong Ha pulang, tapi tangannya tidak lepas. Dong Ha kemudian berkata dia akan masuk ke dalam rumah Ji Yeon sebentar saja.
Ji Yeon tampak senang, dan menahan senyum. Dong Ha duduk di sofa ruang tengah. Ji Yeon menawarkan minuman, dia punya bir…Ji Yeon menghentikan ucapannya mengingat kejadian terakhir kali mereka minum bir bersama dan bilang kalau dia berhenti minum. Mereka sedikit canggung.
Lalu Ji Yeon menawarkan untuk menonton TV, Dong Ha setuju. Dan begitu dinyalakan, di TV muncul adegan ciuman drama I Need Romance 3. Dong Ha melirik Ji Yeon dan berdehem. Ji Yeon mengerti dan mengganti channel, muncul adegan kaki di ranjang (yang ini kayaknya CF). Makin canggung, Dong Ha meminta untuk menyalakan radio. Ji Yeon langsung menyetujuinya dan menyalakan radio.
Di radio ada kuis tantangan untuk peserta. Host kuis membacakan sebuah pertanyaan, saat ingin memperluas kesejahteraan tapi tidak mau membayar pajak tambahan, disebut apakah efek itu. Ji Yeon ingin ikut menjawab, tapi dia bingung dan tergagap. Dong Ha menjawab Efek NOOMP (No Out Of My Pocket). Dan jawaban Dong Ha benar. Ji Yeon tak terima dikalahkan Dong Ha. Dia pindah duduk dari lantai ke kursi disamping Dong Ha.
Pertanyaan berikutnya, hanya perlu menyebutkan nama ibu kota. Dan Host kuis pun muncul, seolah ada di belakang mereka.
“Apa ibu kota dari Uni Emirat Arab?”
Dong Ha: “Abu Dhabi.”
Ji Yeon: “Dubai!”
Jawaban yang benar adalah Abu Dhabi. Dong Ha mencibir Ji Yeon dan tertawa senang.
“Sekarang, pertanyaan terakhir. Ini dia. Ini ada didalam literatur. Sebutkan empat tragedi Shakespeare!”
Ji Yeon: “Bip! Hamlet, Othello, King Lear dan Macbeth!”
“...Bagaimana kau mengetahui semua itu. Apa lima permainan terkenal dari Shakespeare?”
Ji Yeon: “Bip! A Midsummer Night's Dream, The Taming of the Shrew... A Merchant of Venice, As You Like it, and Zibiah!”
Dong Ha ikut menyebutkan semuanya dengan pelan, dia sepertinya juga tahu, tapi keduluan Ji Yeon yang tak mau kalah. Dan jawabannya memang benar. Ji Yeon tersenyum senang. Dong Ha tertawa geli.
“Kau tahu..kau mempunyai urat yang muncul di leher!” ujar Dong Ha.
“Kapan aku melakukannya?”
“Apa kau tipe yang tidak bisa menanggung kekalahan?”
“Aku tidak tahu. Aku tidak pernah kalah jadi aku tidak tahu.” Ji Yeon menyombongkan diri.
“Hemm.. itu aneh. Aku tidak pernah melihatmu menang sekalipun.”
“Apa?”
Dong Ha tertawa (manis).
Ji Yeon kemudian berkata dia sangat menyukai lagu yang sedang diputar, sudah lama sekali. Dong Ha bilang dia juga suka lagu itu, yang nyanyi kan FT Island. Ji Yeon meralat, itu lagu Jin Seob Oppa. Dong Ha tidak tahu siapa itu Jin Seob Oppa.
“Byeon Jin Seob? Kau tidak tahu? Aku benar benar menyukainya ketika SMP..” jelas Ji Yeon, tapi Dong Ha masih tampak bingung, “Apa kau benar-benar tidak tahu? “To a lady”, “To Young Again”, dan “That’s Too Late!”. Kau tidak tahu?”
Dong Ha masih bengong. Ji Yeon kemudian menyanyikan sebuah lagu tentang seorang wanita yang makan banyak tapi tidak menggemuk. Dong Ha menyela, tidak ada wanita seperti itu, itu hanya harapan. Ji Yeon membenarkan, judulnya memang “Wish”.
Kemudian Ji Yeon bertanya apakah Dong Ha mengenal Park Nam Jung. Ji Yeon menyanyikan sebuah lagu dengan gerakan jari di bawah dagu. Dong Ha mengenali lagu itu sebagai lagu yang dinyanyikan satu ahjussi yang tampil di variety shil bersama putrinya.
Ji Yeon beralih ke band lain, Five Finger. Ji Yeon menyanyikan sebuah lagu. Dong Ha mengenalinya sebagai lagu DBSK. Ji Yeon tak mengerti apa yang dikatakan Dong Ha. Ji Yeon pun bertanya untuk yang terakhir kalinya, apa Dong Ha tahu lagu itu atau tidak, lagu itu adalah kesukaannya sepanjang waktu.
Ji Yeon menyanyikan sebuah lagu. Dong Ha tahu lagu itu, dan dia ikut menyanyikannya tapi dengan versi Big Bang. Mereka pun bernyanyi bersama. Ji Yeon dengan versi lama, dan Dong Ha sambil nge-rap. Mereka tertawa senang.
***
Esok pagi. Ibu datang ke rumah Ji Yeon dan memencet passcode, tapi salah. Dia pun memencet bel. Di dalam, Ji Yeon dan Dong Ha tertidur di sofa. Ji Yeon bangun saat ibu memanggil namanya. Dia segera sadar kalau ibunya ada di depan. Ji Yeon langsung membekap mulut Dong Ha yang bersuara karena baru bangun.
Ibu terus memanggil Ji Yeon, dia lalu terkejut melihat bunga-bunga yang kekeringan.
Dong Ha yang tak mengerti kenapa mulutnya di bekap meronta dan mencoba berbicara. Ji Yeon menyuruhnya diam, karena di luar ada ibunya. Ji Yeon meminta Dong Ha diam. Mereka bingung apa yang harus mereka lakukan. Mereka mencari tempat sembunyi. Ji Yeon menyuruh Dong Ha masuk ke dalam lemari. Dong Ha protes tempatnya sempit, tapi Ji Yeon mendorongnya masuk dan memintanya tidak bersuara.
Ji Yeon kemudian membuka pintu untuk ibu. Ibu ngomel kenapa Ji Yeon lama sekali membuka pintunya, dia khawatir. Ji Yeon beralasan jika di tertidur. Ibu memberikan bungkusan pada Ji Yeon dan bertanya mengapa Ji Yeon mengganti passcode, ibu menilai itu merepotkan. Ji Yeon pun menjelaskan bukankah ibunya yang mengatakan untuk mengubahnya, untuk alasan keamanan.
Ji Yeon kemudian bertanya kenapa ibunya kesana sepagi itu. Ibu akan pergi ke Pulau Jeju bersama dengan arisannya, dia mampir sebelum pergi ke bandara untuk memberikan makarel rebus dan rumput laut. Ibu kemudian memberitahu bahwa dia mendaftarkan Ji Yeon pada Perusahaan Jasa Pernikahan dengan biaya 4 juta won. Ji Yeon akan mendapatkan kencan tidak terbatas selama tahun itu.
Ji Yeon mengacak kepalanya sendiri, “Ini tidak berguna!”
“Apa maksudmu tidak berguna?! Apa yang lebih penting daripada menikahkanmu?!”
Ibu menambahkan, jika Ji Yeon berusia lebih dari 40 tahun, maka biayanya ditambah 500 ribu won. Dan Ji Yeon berada di garis batas umur itu, itu terlihat seperti Ji Yeon sedang naik kereta terakhir. Ji Yeon meminta ibunya membatalkan dan meminta uangnya dikembalikan. Ibu berteriak agar Ji Yeon tidak mengurusi bagaimana untuk menghabiskan uangnya sendiri.
Kemudian terdengar suara ‘jedug’. Ibu terkejut dan ketakutan apakah itu pencuri. Ji Yeon kemudian mendapatkan ide, dia meminta ibunya untuk tidak terkejut.
“Aku… memiliki seorang pria!”
“Kau sedang bermimpi, kan?!” ibu menepuk-nepuk pipi Ji Yeon, “Apakah kau belum sepenuhnya bangun?”
“Sayang! Kemarilah. Dong Ha-ssi…”
Keluarlah Dong Ha tanpa alas kaki dan rambut berantakan (terdengar suara bayi mengoceh), Dong Ha bersikap tegap dan tersenyum pada ibu. Ibu bertanya apakah Dong Ha pacarnya Ji Yeon. Dong Ha terbelalak dan hendak menyangkal, tapi cubitan Ji Yeon menghentikannya, lalu membenarkan.
“Kami masih dalam tahap mengenal satu sama lain..” Ji Yeon tersenyum dan memberi isyarat pada Dong Ha untuk mengatakan sesuatu.
“Ibu, aku minta maaf untuk bertemu denganmu pertama kalinya dalam cara seperti ini…” Dong Ha menunduk, Ji Yeon mengusap bahu Dong Ha dengan sayang. Dong Ha melanjutkan, “Aku harus pergi sekarang, tapi aku akan berkunjung dengan formal dan memperkenalkan diriku padamu lain waktu.”
Dong Ha kemudian marah pada Ji Yeon, “Mengapa kau berbohong? (Ji Yeon terkejut) Kau mengatakan bahwa kau cantik karena lahir dari ibumu, tapi dia lebih cantik darimu!” (Ibu menutup mulutnya merasa malu disanjung oleh Dong Ha.
Ji Yeon akhirnya mengerti kalau Dong Ha sedang berakting, “Sayang, bagaimana kau bisa memperlakukan aku seperti ini?! Aku pikir kau akan mengatakan bahwa aku adalah yang tercantik di seluruh penjuru dunia!”
Ji Yeon ikut berakting cute. Dong Ha mencubit pipi Ji Yeon, ini sungguhan. Ibu kemudian meminta Ji Yeon untuk tidak menahan Dong Ha pergi. Ibu mempersilahkan Dong Ha pergi. Dong Ha pun pamit pergi. Dia meminta Ji Yeon untuk tinggal di rumah, dan jangan pergi keluar hingga dia menghubungi Ji Yeon. Ji Yeon mengangguk dan meminta Dong Ha mengirim Ktalk. Ji Yeon bicara sambil memegang pipinya yang kesakitan.
Ibu kemudian melihat Dong Ha pergi dengan alas kaki yang berlainan, tapi ibu tidak membahasnya. Ibu hanya memuji Ji Yeon yang mengagumkan, bisa mendapatkan pacar yang lebih muda.
***
House Of Love ~ tampaknya sebuah panti asuhan
Di dalam sebuah ruangan, Eun Chae membantu seorang anak berpakaian. Seorang wanita disampingnya berkata seharusnya Eun Cha beristirahat, kenapa datang kesana. Sekarang Eun Chae bekerja, jadi pasti tidak punya banyak waktu untuk istirahat. Wanita itu, ibunya Eun Chae lalu memberikan amplop uang untuk Eun Chae gunakan membeli baju.
“Tidak apa-apa ibu, aku punya banyak pakaian di rumah. Eonni punya satu truk pakaian. Lemariku seperti akan meledak.”
Ibunya Eun Chae (masih bingung mau sebut apa, sebut nama saja kurang nyaman) memalingkan wajah saat Eun Chae menyebut Eonninya. Dia kemudian berkata dia belum bisa melihat bagaimana Eun Chae hidup di Korea setelah hampir satu bulan. Eun Chae menggenggam tangan ibunya dan meminta ibunya datang ke rumah lain waktu. Ibunya Eun Chae mengangguk.
Ibunya Eun Chae mengantar Eun Chae ke depan gerbang panti asuhan. Dia memeluk Eun Chae. Eun Cha mengingatkan ibunya yang berjanji datang ke rumah. Ibunya Eun Chae mengiyakan, dia mengerti. Ibu Eun Chae melepaskan pelukannya dan merapikan rambut Eun Chae, dia meminta Eun Chae makan dengan baik. Eun Cha mengangguk dan menyuruh ibunya masuk.
Eun Chae kemudian berjalan pergi. Ibunya Eun Chae menatap kepergian anaknya dan melambaikan tangan. Begitu juga Eun Chae, melambaikan tangan dengan gembira.
Saat Ibunya Eun Chae akan masuk, dia melihat Dong Ha baru saja keluar dari sebuah bangunan tak jauh dari tempatnya berdiri.
Kepala panti mengucapkan terima kasih pada Dong Ha. Dong Ha ternyata habis memperbaiki jendela yang rusak. Tapi jika rusak lagi, Dong Ha meminta Kepala Panti menghubunginya, dia akan mengganti dengan jendela yang baru. Dong Ha juga memberikan sebuah amplok, tampaknya berisi uang donasi. Kepala Panti berterima kasih, selama ini dia hanya menerima saja pemberian Dong Ha (tanpa memberi kembali).
Dong Ha bilang tidak apa-apa. Dong Ha menoleh ke bangunan di belakangnya dan bertanya, “Itu..dia baik-baik saja kan?”
“Ah..Ibunya Young Chae? Sekarang dia pergi untuk berjalan jalan, dan dia bercanda dengan anak-anak juga.”
Dong Ha mengangguk mengerti. Kepala Panti juga memberitahu, belum lama putrinya dari Amerika datang. Dong Ha sepertinya tidak tahu Ibunya Young Chae memiliki putri yang lain. Kepala Panti bilang dia beberapa kali datang. Dong Ha mengerti dan pamit pulang.
Dong Ha menjalankan skuternya, melewati Ibunya Eun Chae yang membelakangi Dong Ha, seperti tidak ingin ketahuan. Tapi setelah Dong Ha lewat, dia menatapnya.
(Oh, I see…. Ibunya Young Chae yang dimaksud Dong Ha pasti Ibunya Eun Chae. Dan Eonni yang dimaksud Eun Chae adalah Young Chae, yang berarti mereka memang kakak adik. Young Chae adalah pacar Dong Ha yang meninggal. Mungkin Ibunya Young Chae mengalami depresi setelah kematian Young Chae, makanya dia menetap di panti.)
Eun Chae berdiri menunggu bis di halte. Skuter Dong Ha lewat, dan angin yang berhembut menyibakkan rambut Eun Chae.
Ternyata Dong Ha melihat Eun Chae dan memutar kembali skuternya. Dong Ha berhenti di depan Eun Chae.
“Kau orang dari Trouble Maker yang kemarin kan?”
“Oh, Anyeong haseyo!” Eun Chae tersenyum.
Dong Ha bertanya apakah Eun Chae tinggal di daerah itu. Eun Cha bilang bukan, dia datang untuk menemui ibunya. Eun Chae balik bertanya, apakah Dong Ha tinggal di lingkungan itu. Dong Ha bilang bukan, dia juga datang untuk menemui ibunya (pasti maksudnya Ibunya Young Chae, ibunya Eun Chae juga.)
***
Ji Yeon sedang membaca buku dan mendendangkan lagu kesukaannya, bahkan menirukan gaya nge-rap Dong Ha tadi malam. Lalu ponselnya berdering. Seseorang memintanya datang. Ji Yeon mengerti. Dia tampak kesal.
Dong Ha pergi ke rumah Ji Yeon. Dia memencet bel, tapi tak dibukakan pintu. Dong Ha menggedor pintu, tapi tidak juga ada jawaban. Di manakah Ji Yeon sekarang?
Dong Ha mengeluarkan ponselnya.
Ji Yeon menemui Kim Jeong Do di sebuah restoran. Jeong Do mempersilahkan Ji Yeon untuk makan, makanan disana bersih dan bahan bahannya sangat segar. Tapi Ji Yeon tidak berpikir dia akan bisa makan. Jeong Do bilang dia tidak bisa tenang dihadapan Ji Yeon.
Ponsel Ji Yeon bergetar, telpon dari Dong Ha. Ji Yeon mematikan ponselnya. Membuat Dong Ha semakin khawatir dan segera berlari.
Ji Yeon meminta Jeong Do langsung pada intinya, karena dia yakin Jeong Do tidak menghubunginya untuk mengunjungi restoran terkenal. Kim Jeon Do meminta Ji Yeon untuk berhenti sampai disana saja, lalu dia akan menarik gugatannya. Ji Yeon bilang kenapa dia harus melakukan itu. Jeong Do menilai Ji Yeon pasti sudah tersinggung dengan pendapat publik.
Ji Yeon tersenyum tipis, “Aku tidak akan menulis artikel di tempat pertama jika aku takut sesuatu hal seperti itu. Bukankah kau yang takut pada pendapat publik daripada diriku? Tidakkah setiap voting sangat berarti jika kau akan masuk ke dunia politik? Tapi apa yang harus kami lakukan? Aku tidak berpikir itu benar untuk seorang munafik sepertimu masuk dunia politik.”
“Kata-katamu sangat kasar, Reporter Ban.”
“Aku? Maka aku akan berhenti bicara dan menulis artikel lagi.”
Ji Yeon berdiri dan berjalan ke arah pintu. Ji Yeon berbalik dan bertanya apakah Jeong Do menguntitnya. Jeong Do tampak marah. Ji Yeon menyindir, dia yakin Jeong Do tidak akan mengerikan seperti itu saat ini. Ji Yeon kemudian keluar.
Jeong Do emosi dan melempar gelas ke arah pintu. Anak buahnya masuk dan bertanya apa yang harus mereka lakukan. Jeong Do bilang dia tidak bisa memberitahu Ji Yeon dengan kata-kata, maka mereka harus menunjukkan sesuatu juga pada Ji Yeon.
***
Ji Yeon pergi ke restoran Na Rae yang ternyata sedang ramai. Ji Yeon berbalik pergi. Na Rae yang melihatnya menahan Ji Yeon dan bertanya mengapa Ji Yeon pergi. Dia meminta Ji Yeon menunggu sebentar, dia akan segera menyiapkan tempat untuk Ji Yeon. Ji Yeon menolak, karena sudah lama restorannya tidak seramai itu, Ji Yeon bilang Na Rae harus mengumpulkan uang.
Na Rae tersenyum, “Haruskah aku membungkus kue ikan untukmu?”
“Aku sudah kenyang karena aku sudah makan di restoran mahal Jepang.”
Kemudian ada pelanggan yang minta tambahan makanan. Ji Yeon menyindir pelanggan itu yang meminta tambahan makanan pendamping yang gratis. Seharusnya dia memesan makanan yang ada di meja. Tak mau ‘penyakit’ Ji Yeon mengganggu usahanya, Na Rae menyuruh Ji Yeon segera pergi. Dia mendorong Ji Yeon yang terus mengomel keluar restoran.
Tak lama kemudian, Dong Ha juga datang ke restoran Na Rae dan menanyakan Ji Yeon. Na Rae tersenyum, dia menyangka Ji Yeon dan Dong Ha bertengkar. Na Rae juga memberitahu bahwa Ji Yeon belum lama dari sana. Karena waktu Ji Yeon datang banyak pelanggan, Na Rae tidak enak hati karena tidak memberikan sesuatu, dia akan membungkus kue ikan untuk dibawa Dong Ha.
Dong Ha menolak dan bertanya kemana Ji Yeon pergi. Na Rae berpikir Ji Yeon pulang ke rumahnya. Dong Ha pun pamit dan segera keluar dengan khawatir.
Ji Yeon sudah sampai di depan rumahnya. Sementara itu Dong Ha mengemudikan skuternya dengan cepat.
Ji Yeon mendapati pintu rumahnya terbuka. Ji Yeon masuk ke dalam rumah dengan waspada. Dia terkejut melihat kondisi rumahnya yang berantakan. Gambar beruang kutub pun bingkainya pecah. Dia kembali terkejut melihat gaunnya yang berlumuran darah (mungkin juga cat) dan di gantung di dinding beserta kapak. Di salah satu kaca rumah juga ada tulisan dengan cat merah.
Ji Yeon menjerit dan mendengar ada suara. Ji Yeon mengambil tongkat pengaduk bara api, dia bersiaga. Dari belakang, seseorang pria memecahkan kaca dan mencekik Ji Yeon. Ji Yeon menggigit tangannya hingga dia terlepas. Ji Yeon ingin keluar, tapi pria itu menghadang dan mendekat pada Ji Yeon. Ji Yeon meminta pria itu untuk tidak mendekat sambil mengacungkan tongkat.
Ji Yeon di serang, dia mencoba bertahan tapi tentu saja tenaganya tak sebanding. Ji Yeon dilemparkan pria itu dan kepalanya membentur sebuah meja. Ji Yeon tak sadarkan diri.
Dong Ha datang dan melemparkan jaketnya pada pria itu. Dia menyerang dan terjadi baku hantam. Pria itu akan kabur, Dong Ha menarik jaketnya hingga terlepas. Pria itu lalu memukul Dong Ha dengan kursi. Dong Ha menahan dengan tangannya, dan tangannya pun terasa sakit. Pria yang sama dengan yang mengirim kado dan membuntuti mereka waktu itu pun bergegas pergi keluar. Dong Ha ingin mengejar, tapi dia urungkan dan segera menghampiri Ji Yeon.
Dong Ha berteriak memanggil Ji Yeon dan mengguncangkan tubuhnya. Dong Ha merasakan sakit ditangannya juga, tapi dia tak peduli dan berusaha membangunkan Ji Yeon lagi yang tetap tak sadarkan diri.
[Flashbck]
Ji Yeon membuka sebuah kotak pemberian Shi Hoon yang berisi gambar beruang kutub. Ji Yeon tersenyum senang, gambar itu cantik. Shi Hoon bertanya haruskah mereka pergi melihatnya bersama. Ji Yeon balik bertanya tapi mengapa harus beruang kutub. Shi Hoon bilang karena itu ada di ujung dunia.
Ji Yeon membuka bingkainya dan menemukan sebuah tulisan di belakang gambar itu, “Would you Marry me?”
Ji Yeon tersenyum, lalu Shi Hoon berkata, “Aku ingin pergi ke ujung dunia bersamamu.”
Ji Yeon menyebut nama Shi Hoon.
[Flashback end]
Ternyata itu adalah kenangan yang muncul di kepala Ji Young yang masih tak sadarkan diri di rumah sakit. Ji Yeon mendengar seseorang memanggilnya. Ji Yeon membuka mata dan melihat sosok Shi Hoon tersenyum padanya. Ji Yeon memejamkan matanya lagi dan berkata dalam hati:
“Kutub utara bukanlah ujung dunia, tempat dimana cinta berakhir. Untukku, itulah ujung dari dunia.”
“Ketua Tim! Ketua Tim!” Dong Ha memanggil Ji Yeon. Ternyata yang tadi dilihat Ji Yeon sebagai Shi Hoon adalah Dong Ha. Ji Yeon kembali membuka mata dan menatap Dong Ha.
“Tapi untuk memulai awal yang baru, disana harus berakhir.”
“Apa kau sudah sadar? Apa kau mengenalku?”
“Tapi aku bahkan tidak ingat bagaimana caranya untuk memulai.”
Dong Ha yang melihat Ji Yeon sudah sadar dan membuka mata, meminta Ji Yeon menjawabnya. Ji Yeon pun memanggil Dong Ha. Dong Ha lega, lalu duduk.
“Aku sudah bilang padamu untuk tetap tinggal di rumah. Kau tidak memberitahuku apakah kau pergi atau tidak, dan kau juga tidak menjawab telpon. Mengapa kau seperti itu? Kau terus membuatku…khawatir.”
Ji Yeon menatap Dong Ha yang mengkhawatirkannya dan berkata dalam hati, “Akankah aku bisa untuk mencintai seseorang lagi?”
Ji Yeon meneteskan air mata, dan matanya tertutup lagi.
***
Bersambung ke episode 4 di My Short Obsession ~
***
Komentar:
Mulai menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi nanti saingan Ji Yeon adalah Eun Chae yang merupakan asik dari kekasih Dong Ha yang dulu. Hmm.. akan jadi apa nantinya ya..
Kematian kekasih Dong Ha masih menjadi misteri, dan kepergian Shi Hoon juga masih misteri.
Oya, untuk yang sudah menonton drama versi Taiwan-nya, jangan memberikan spoiler di komentar ya… soalnya aku belum nonton, dan masih ingin penasaran dengan drama ini.. :)
Q kira romcom tp ada ketegangan juga...seru lg...gomawo mbak Mumu,coment q recap dsni heheheee...politik VS media
ReplyDeleteJd inget pasangan yuni shara sm rafi ahmad beda 14 taun..
ReplyDeleteDrama ini lama2 asik jg untuk diikutin,
Thanks ya mba mumu
uda mulai nampak konfliknya...
ReplyDeleteo..iya mbak kalau fersi taiwanya judulnya apa...dp tau aq uda punya??
makasi.
Mba mumu klo boleh tau versi taiwannya apa y judulnya...
ReplyDeleteGumawo....
Suka kanget sama sinopsisnya,ditunggu kelanjutannya.
ReplyDeleteversi taiwan jdulna my queen, pmeran cwona ethan ruan (fted 2 love u). Kyana vrsi taiwan lbih berani dri vrsi korea, cz aq cuma nonton taesarna d youtbe... Jdi te2p pnasaran ma jlan critana.. Mkch bwt sinopna dtnggu next episode'a...
ReplyDelete...Alin...