Sinopsis LIKE A FAIRYTALE Episode 4 - 1
Raja dan ratu yang tinggal berjauhan, bertemu kembali di sungai perbatasan. Airnya sangat sedikit akibat musim kemarau, dan mereka saling melihat satu sama lain dengan jelas daripada sebelumnya.
Raja memakan kacang keduanya untuk menjelaskan dirinya dan berbicara, dan berbicara. Ratu menelan kacan kedua untuk memperlihtakan dirinya dan tertawa, dan tertawa.”
Like A Fairytale
Episode Terakhir
Jang Mi berdiri di halte bis. Ketika bis datang, dia mencari-cari sosok seseorang, tapi tidak ada, dan bis kembali berjalan.
Jang Mi pun menunggu kedatangan bis selanjutnya. Dia duduk dan berjalan mondar mandir di sekitaran halte. Setelah beberapa lama bis pun datang kembali. Senyum Jang Mi mengembang, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul.
Myung Jae memeluk erat Jang Mi, “Apakah kau sangat merindukanku?”
“Ya.” Jang Mi tersenyum pada suaminya itu.
“Aku harus pergi dalam perjalanan bisnis lebih sering, jadi istriku bisa merindukanku dan menyambutku.” Myung Jae menggoda Jang Mi.
Myung Jae kemudian bertanya apa yang dilakukan Jang Mi ketika dia tidak ada. Jang Mi menjawabnya dengan cemberut, dia memasak dan bersih-bersih, lalu memasak lagi. Myung Jae berpendapat pasti itu menyenangkan. Dia lalu merangkul Jang Mi dan mengajaknya pulang.
***
Myung Jae menonton bola dengan berbaring di pangkuan Jang Mi. Jang Mi memberitahu bahwa temannya baru saja merayakan ulang tahun anaknya yang pertama.
Jang Mi mendesah, “Bagaimana bisa kita belum mendapatkan seorang bayi?”
Myung Jae menenangkan istrinya, “Kita akan mendapatkannya segera.”
Tapi segera itu sangat lama menurut Jang Mi. Myung Jae mengatakan kalaupun mereka tidak punya bayi, mereka bisa hidup bahagia berdua. Jang Mi kemudian bertanya memangnya Myung Jae tidak mau punya bayi. Belum sempat Myung Jae menjawab, bintang kesayangannyadi televisi mencetak go. Bersoraklah dia, dan mencium Jang Mi berkali-kali.
(Akhirnya mereka bisa menonton televisi bersama.. ^^)
***
Jang Mi menyajikan sup untuk sarapan. Myung Jae bertanya pada ayah apakah ayah tidak memancing hari ini. Ayah bilang dia merasa tidak enak badan. Myung Jae menawarkan mengantar ayah ke rumah sakit, tapi ayah menolak, dia merasa masih bisa menanganinya. Myung Jae pun meminta ayah untuk mengatakan pada Jang Mi jika ingin sesuatu, jangan melakukannya sendiri.
Jang Mi lalu bertanya pada ayah, apakah sup toge tidak apa-apa untuk makan malam. Ayah menjawab iya. Ada yang aneh, ayah dan Jang Mi sepertinya tidak dekat.
***
Di kantor, Ketua marah-marah pada salah satu karyawannya karena dia mematika server kemarin sehingga mereka tidak bisa melihat seberapa banyak yang berkunjung ke situs game mereka.
Lalu Ketua mengatakan pada Myung Jae bahwa Seo Young kembali ke Korea, “Sepertinya dia tidak tahu kalian berdua kembali bersama. Kau tidak memberitahunya?”
“Aku tidak mempunyai kesempatan.” Raut wajah Myung Jae berubah mendengar nama Seo Young. Apakah dia masih memiliki rasa?
***
Jang Mi pulang kerumah, mungkin dari pasar. Dia mencium bau sesuatu. Jang Mi ke dapur, melihat ada panci di atas kompur. Jang Mi membukanya dan sangat terkejut hingga dia terjatuh ke belakang.
Ayah datang dan menanyakan apakah Jang Mi terkejut. Jang Mi memegang dadanya dan bertanya, “Ayah, itu apa?”
Agak ragu ayah menjawab: “Aku dengar katak baik untuk kesehatan.”
Jang Mi masih memegang dadanya karena kaget dan dia merasa mual setelah mengetahui bahwa yang direbus di panci adalah katak.
Jang Mi menceritakan bahwa ayah merebus katak. Myung Jae mengatakan setelah sembuh dari hemorrhoid, ayah ingin memakan makanan sehat. Myung Jae meminta Jang Mi melupakannya.
Kemudian Jang Mi bertanya pada Myung Jae, apakah Myung Jae tidak mencium bau aneh? Myung Jae bilang tidak.
“Aku membiarkan udara keluar rumah sepanjang haru dan bersih-besih sampai 12 kali, tapi tetap saja bau.” Keluh Jang Mi.
Myung Jae membaui ruangan dengan hidungnya dan sekali lagi mengatakan bahwa dia tidak mencium bau apapun. “Ini akan membaik dalam beberapa hari.” Myung Jae menenangkan.
***
Jang Mi makan berdua dengan ayah. Jang Mi menanyakan jika ayah ingin makan sesuatu. Ayah meminta kimchi lobak. Ketika Jang Mi membuka kulkas untuk mengambilnya kimchi, dia tiba-tiba merasa mual dan bergegas ke kamar mandi untuk muntah. Ayah melihatnya dengan heran.
***
Jang Mi memakan camilan pedas (camilan yang bentuknya panjang putih terus kuahnya merah saos gitu, apa namanya aku lupa..) dengan lahap. Myung Jae menanyakan apakah Jang Mi menyukainya? Jang Mi mengangguk. Myung Jae menyuruh Jang Mi makan pelan-pelan saja, karena dia tidak akan meminta.
“Kau tau…aku sudah terlambat 6 minggu.”
“Kenapa? Apa kau sakit?” Tanya Myung Jae khawatir. Jang Mi menjawab tidak.
“Lalu apakah kau…?” Tanya Myung Jae lagi penuh harap. Jang Mi hanya tersenyum. Kemudian Myung Jae pun merasa senang, mengetahui Jang Mi hamil. Tapi Jang Mi bilang dia harus pergi ke rumah sakit untuk meyakinkan.
Myung Jae merasa ini aneh, bukan karena dia tidak menyukainya, justru dia sangat bahagia. Myung Jae berpendapat mungkin bau yang beberapa hari ini tercium oleh Jang Mi adalah tanda-tanda kehamilannya. Myung Jae tidak berhenti tertawa bahagia, ini merupakan berita yang sangat bagus. Mereka berdua tersenyum dan saling menggenggam tangan.
***
Myung Jae menggambar seorang bayi dibuku sketsanya di kantor. Dia menamakan bayi itu “Happy”. Myung Jae tersenyum senang. Dan tingkahnya itu tidak luput dari perhatian Ketua. Dia menanyakan apakah terkadi sesuatu yang bagus? Myung Jae menutupi gambarnya dan mengatakan tidak.
“Mengapa kau tersenyum seperti kau kehilangan akal?” Tanya Ketua lagi masih penasaran.
“Kau tidak perlu tahu.” Ucap Myung Jae. Setelah Ketua pergi, dia kembali tersenyum dan memanggil “Happy” lagi.
***
“Kau tidak hamil.”
Jang Mi terkejut dengan perkataan dokter itu, dia tidak mengerti apa maksudnya. Karena Jang Mi sudah terlambat dan mengalami “morning sick”. Tubuhnya juga berubah, dan tes kehamilannya menunjukan 2 strip.
“Itu kehamilan imajiner. Otakmu percaya bahwa kau hamil, jadi tubuhmu berubah. Apa kau sedang mengalami stress?”
“Tidak, tidak terlalu banyak.” Jang Mi masih terkejut dengan apa yang di dengarnya.
“Kau sudah menikah selama 3 tahun dan tidak melakukan control kehamilan. Apakah kau mau melakukan tes kemandulan?”
***
Jang Mi berjalan dengan langkah gontai, dia berhenti di jembatan penyebrangan dan menatap ke depan. Lalu ada pesan masuk ke ponselnya, “Bagaimana kalau babynya kita panggil ‘Happy’?”
Jang Mi semakin sedih.
***
Jang Mi duduk di teras luar. Myung Jae menghampirinya dan mengatakan Jang Mi bisa demam jika diam di luar. Myung Jae memakaikan jasnya pada Jang Mi, lalu bertanya, “Apakah Happy kita tumbuh dengan baik?” Jang Mi hanya tersenyum.
Lalu Jang Mi bertanya apa yang membuat Myung Jae senang hari ini. Myung Jae menjawab bekerja dan sepak bola. Myung Jae balik bertanya pada Jang Mi.
“Aku tidak hamil.” Ucap Jang Mi. Myung Jae terkejut dan bertanya tentang ngidamnya Jang Mi, tapi Jang Mi juga tidak tahu.
Myung Jae merangkul Jang Mi dan membuatnya bersandar, “Tidak apa-apa. Jangan khawatir, oke? Kita akan mempunyai seorang bayi jika kita terus berusaha. Dan itu sungguh tidak apa-apa jika kita tidak mempunyai seorang bayi.”
***
Jang Mi menemui dokter lagi untuk menanyakan hasil tes kemandulan kemarin. Dokter mengatakan hormon Jang Mi normal, dan kandungannya juga tidak ada masalah.
“Lalu mengapa aku tidak juga hamil?”
“Ada beberapa alasan. Bisa karena suamimu atau alasan psikologis. Apakah kau tidur dengan baik?” Tanya dokter.
Jang Mi mengatakan tidak, karena dia terus mencium bau sesuatu yang tidak enak dirumah disaat orang lain mengatakan tidak ada bau apa-apa. Dokter memberikan kartu nama, dia menyuruh Jang Mi untuk melakukan konseling di alamat yang tertera di kartu nama. (Alamat psikolog sepertinya)
***
Jang Mi memasak di dapur. Myung Jae datang dan memberikan minuman herbal untuk Jang Mi. Dia tadinya berpikir tidak apa-apa jika tidak punya bayi, tapi sepertinya akan menyenangkan jika mereka mempunya bayi setidaknya satu saja, dan mengajak Jang Mi mencobanya bersama.
Jang Mi hanya menatap Myung Jae dan meminta Myung Jae saja yang meminumnya, karena dia tidak mau. Jang Mi kembali berbalik ke depan kompor, membelakani Myung Jae.
“Ada apa denganmu? Kalau begitu, cobalah menulis sesuatu. Sejak kita menikah kau belum menulis apapun.”
Jang Mi berbalik menghadap Myung Jae, “Aku sepanjang hari mengkhawatirkan apa yang akan kita makan. Kapan aku bisa menulis?”
Myung Jae mengatakan mereka bisa makan dengan mudah. Mudah? Jang Mi bilang ayah itu butuh sup tiga kali dalam sehari. Bagaimana bisa dia tidak peduli. Myung Jae meninggikan suaranya marah, menuduh Jang Mi yang menyalahkan ayahnya sehingga dia tidak bisa menulis. Dan bukan karena Jang Mi saja yang malas.
“Aku diam dirumah menunggumu setiap hari. Dan hanya itu yang bisa kau katakan padaku?”
“Lalu apa yang harus aku lakukan?” Myung Jae masih menggunakan suara tingginya.
“Lupakan saja. Jangan berbuat apa-apa seperti yang selalu kau lakukan.” Jang Mi melemparkan lap ke meja dan beranjak pergi. Myung Jae menghela nafas.
***
Myung Jae menerima telpon. Dari Seo Young, dia terkejut. Seo Young memberitahu bahwa dia sekarang ada di Seoul.
Sekarang, Myung Jae sedang menemui Seo Young di sebuah restoran. Seo Young mengatakan dia baru saja kembali setelah menyelesaikan Ph.D-nya. Seo Young mengatakan bahwa dia sangat menyukai sepak bola. Dan itulah salah satu alasannya pulang ke Korea. Seo Young menyebutkan beberapa nama pemain bola yang dia sukai. Dan ini membuat Myung Jae semangat karena dia juga menyukai bola.
“Mari kita lakukan. Mari kita menonton pertandingan melawan Portugal bersama.”
“Well..Seo Young..aku rujuk dengan Jang Mi.”
Seo Young menyembunyikan rasa kagetnya dengan tersenyum. Seo Young mengatakan itu bagus untuk Myung Jae. Karena Seo Young memang tidak tahu kalau Myung Jae sudah menikah kembali, makanya dia mengajak pergi bersama.
***
Jang Mi akhirnya mengikuti saran dokter untuk konsultasi ke psikolog. Psikolog itu mengatakan nama panggilan suami Jang Mi, pangeran katak, terdengar seperti kisah pernikahan dalam dongeng. Tapi Jang Mi bilang tidak seperti itu, mereka menjalani pernikahan normal.
“Tidak ada yang normal. Setiap orang memiliki jalannya sendiri. Orang berpikir pernikahan adalah tentang dua orang yang hidup bersama. Tapi sesungguhnya, ada empat. Kau dengan bagian dalam dirimu, dan suamimu dengan bagian dalam dirinya. Pernikahan berarti memaham keempatnya.”
Psikolog menebak itu pasti lebih rumit daripada yang Jang Mi pikirkan. Jang Mi hanya mengatakan dia tidak tahu.
***
Jang Mi pulang ke rumah dan mendapati Myung Jae yang sedang memasang televisi baru. Myung Jae membeli televisi layar lebar, sehingga Jang Mi bisa lebih puas saat menonton film. Jang Mi ragu, bukannya Myung Jae membelinya untuk menonton bola? Myung Jae dengan hati-hati mengatakan mungkin keduanya. (hehe, alesan..)
Jang Mi memegangi kepalanya, lalu duduk di sofa dan meminum obat. Myung Jae yang melihatnya bertanya obat apa yang di minum Jang Mi. Tapi Jang Mi tidak menjawab dan pergi begitu saja. Myung Jae menatap Jang MI dengan wajah “dia kenapa sih?”, mungkin gitu.. hehe..
***
Ketua menanyakan Myung Jae yang tidak pulang, sekarang Piala Dunia, bagaimana bisa Myung Jae malah lembur.
“Bagaimana caranya kau membujuk wanita yang sedang marah?”
“Apa kalian bertengkar?” Tanya Ketua.
“Ah tidak…” Myung Jae mengelak.
“Jangan berbohong. Belikan dia makan malam. Wanita suka makan di luar. Baik-baiklah dengannya” Ketua memberikan saran, lalu pergi.
Myung Jae kemudian mencoba menghubungi Jang Mi, namun tidak mendapat jawaban. Ternyata ponsel Jang Mi ada di meja makan, dan Jang Mi sendiri berada di kamar sedang membongkar kardus dan membuka buku lamanya (buku menulisnya).
Myung Jae yang sedang lembur menerima telpon, dan tanpa melihat siapa yang menelpon, dia menjawabnya, “Mengapa kau menelponku kembali sangat lambat?”
“Kau menunggu telponku?”
Raut wajah Myung Jae berubah, dan menanyakan ada apa pada orang yang di sebrang sana. Orang itu meminta Myung Jae untuk datang sekarang juga.
***
Myung Jae pun menemui orang itu di sebuah bar. Orang itu adalah Seo Young. Myung Jae menghampiri Seo Young yang terlihat sudah minum begitu banyak. Myung Jae bertanya mengapa Seo Young tidak menjemput anaknya.
“Anak itu pasti baik-baik saja di Amerika bersama ayahnya. Aku telah bercerai. Ayah sedang dalam penahanan, sehingga aku tidak bisa bertemu anakku untuk sementara.” Seo Young menenggak minumannya. “Myung Jae. Mengapa aku begitu bodoh? Mengapa hidupku sangat kacau?”
Seo Young akan menuangkan minuman lagi, tapi di larang oleh Myung Jae karena dia sudah mabuk. Tapi Seo Young bilang dia tidak mabuk dan minum lagi.
Kenyataanya, Seo Young memang mabuk dan sekarang Myung Jae menggendongnya yang sudah tidak sadarkan diri. Myung Jae berdiri di depan sebuah motel dan bingung kemana dia harus pergi.
Myung Jae membaringkan Seo Young di sebuah kamar motel. Myung Jae membetulkan letak selimutnya dan hendak meninggalkan kamar.
“Jangan pergi. Aku takut. Kumohon tinggalah denganku.” Suara Seo Young menghentikan langkah Myung Jae. (Halooo? Pria ini sudah punya istri!!)
Jang Mi terbangun dan melihat jam diponselnya. Sudah jam 2, tapi Myung Jae belum juga pulang. Jang Mi meminum obatnya lagi.
Dan Myung Jae? Dia duduk dipinggi tempat tidur dengan pakaian yang terbuka, dan Seo Young berbaring disana dengan pakaian yang juga sudah tidak utuh. Sudah bisa di pastikan apa yang terjadi. (Damn! I hate you Myung Jae!)
Myung Jae pulang dan segera melepas celananya. Jang Mi terbangun dan menyapa suaminya, dia baru saja tertidur. Myung Jae meminta maaf.
Saat sarapan, Jang Mi bertanya Myung Jae pulang terlambat tadi malam apakah karena banyak pekerjaan yang harus dikerjakan.
“Ya. Memangnya apa lagi? Maafkan aku.”
“Untuk apa?” Tanya Jang Mi.
“Untuk segalanya.”
Jang Mi bilang Myung Jae sering mengatakan maaf belakangan ini. Myung Jae mengatakan dia mengerti betapa sulitnya untuk memberitahunya, tapi dia meminta Jang Mi untuk memberitahunya jika dia marah. Jang Mi bilang dia tidak marah. Lalu apa, tanya Myung Jae. Jang Mi bilang itu masalahnya.
Myung Jae bilang dia akan mengatasinya dan menanyakan kembali pada Jang Mi. Tapi Jang Mi tak kunjung menjawab. Myung Jae meninggikan suaranya meninta Jang Mi untuk memberitahunya. Jang Mi hanya bilang bahwa ini sudah terlambat untuk Myung Jae pergi bekerja.
(hey Myung Jae! Jangan memarahi Jang Mi seolah dia yang bersalah untuk menutupi kesalahanmu.)
Myung Jae menonton pertandingan bola bersama rekan-rekannya di kantor. Myung Jae terlihat gelisah. Begitu ada bunyi ponsel dia cepat-cepat akan mengambil ponselnya. Tapi ternyata itu ponsel Ketua.
“Apakah kau meminjam uang pada lintah darat? Atau kau punya hubungan gelap?” pertanyaan Ketua ini membuat Myung Jae seketika menoleh.
Ketua mengatakan Myung Jae menjadi begitu panic ketika mendengar dering ponsel. Myung Jae menyangkalnya dengan bertanya kapan dia seprti itu. Ketua bilang beberapa hari terakhir ini, dan menanyakan apakah Myung Jae ada masalah di rumah. Myung Jae menjawab tidak dengan tidak menatap Ketua langsung. Ketua menggelengkan kepalanya.
Ponsel Myung Jae pun berdering. Myung Jae melangkah menjauh untuk menerima telpon itu. Ketua menatapnya heran. Myung Jae mengatakan pada orang yang di telpon bahwa dia akan segera datang.
Tentu saja itu Seo Young. Mereka di café yang sedang mengadakan nonton bareng bola juga. Myung Jae tampak ingin mengatakan sesuatu, dia menenggak minumannya.
“Tentang waktu itu….” Kemudian di potong oleh Seo Young. “Sebenarnya..aku seorang pecandu minuman alkohol. Aku menjadi tidak sadar setelah sekali minum. Aku menjadi hancur karena suamiku mempunyai hubungan gelap. Tapi kurasa, aku melakukan hal yang benar-benar sama. Aku lebih buruk daripada dia. Maafkan aku.”
Sebelum berpisah, Seo Young mengatakan dia akan kembali ke Amerika, dia harus menjadi ibu yang baik untuk anaknya. Seo Young juga berterima kasih karena Myung Jae sudah membangunkan pikirannya. Myung Jae menatap kepergian Seo Young.
***
Komentar:
Jang Mi mengalami stress sehingga dia tidak bisa hamil. Dia stress berada dirumah seharian dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, serta menyiapkan makanan untuk ayah. Seprtinya Jang Mi takut salah, dia takut tidak membuat senang ayah, sehingga dia terus saja memikirkan apa yang harus dimasak, dan itu membuatnya stress. Tidak ada penghiburan. Myung Jae setiap hari sibuk kerja dan sepertinya tidak pernah mengajak Jang Mi keluar rumah sekedar untuk refreshing.
Aku tidak suka dengan Seo Young. Pada dasarnya aku memang tidak suka dengan perempuan yang seperti dia. Minta bertemu dan curhat dengan pria yang sudah menikah. Tidak memikirkan perasaan istri si pria, hanya memikirkan kesenangannya sendiri.
Mulanya aku senang Myung Jae mengakui kalau dia sudah rujuk dengan Jang Mi, jadi dia tidak bisa pergi berdua dengan Seo Young. Tapi, akhirnya aku benci sama dia. Kenapa dia masih mau bertemu dengan Seo Young bahkan tidur bersama! Walaupun setelahnya dia tampak menyesal. Tapi untuk apa? Rasa penyesalan itu tidak akan bisa menghapus kesalahannya yang fatal sebagai seorang suami itu.
Huft… jadi gemes sendiri..
Kasihan jang mi,,,tinggal part 2 anya...penasaran apa jang mi bisa hamil ????
ReplyDeletesebel banget ama myung jae....
ReplyDeleteBagaimana klo seo young hamil,iih kasian bngt jang mi
ReplyDeleteMyung Jae...semelekete..!!
ReplyDeleteSeo Young...sami mawon..!!
Huuft..sebel..tp pnrsn...
:(
Smngat ya..jeng..!
#Vie
Hi...nama camilannya ttobokki...
ReplyDeleteHwa... Myung Jae! Sebel! Kesalahan FATAL. Huhu... Itu juga Seo Young pake alasan gara2 mabuk! What! Emosi!!!!
ReplyDeletembak Mumu, kok sinopsis bagian 4-1 dipost kembali?!kirain bagian 4-2, hehe
ReplyDelete