Sinopsis MISS KOREA Episode 19 – 1
Ji Young pergi restoran ddeukbokki dan menunjukkan pada orang-orang bahwa dia menggunakan lip gloss First Love dari ViVi. Toko ViVi pun kebanjiran para wanita yang ingin mendapatkan sampel. Mereka menunjukkan BB cream Bada untuk memperoleh sampel lip gloss.
Ji Young juga pergi kesana dan senang melihat toko ramai. Ji Young melambaikan tangan pada tim ViVi. Semuanya senang dan balik melambai tangan. Hanya Hyung Joo yang tak tampak gembira melihat Ji Young disana.
Hyung Joon pun keluar menemui Ji Young. Ji Young mengungkapkan kegembiraannya. Tapi Hyung Joon malah menyuruh Ji Young untuk cepat pergi.
“Kau bisa mendapat masalah kalau begini. Kau model Kosmetik Bada. Jangan datang dekat-dekat sini. Pergi. Kau kelihatan sekali! Cepat pergi!” Hyung Joon mengusir Ji Young lalu kembali masuk ke dalam. Hyung Joon takut ada yang mengenali Ji Young. Andai Hyung Joon tahu, mereka yang datang ke toko itu karena melihat Ji Young menggunakan lip gloss.
“Pengecut.” Ji Young mencibir Hyung Joon.
***
Miss Korea Episode 19
Madam Ma sedang merias seorang pembawa acara. Madam Ma bertanya pada wanita itu, yang wajahnya dirias secara natural, apa yang diinginkan untuk bibirnya. Wanita itu bertanya kenapa Madam Ma tidak melakukan seperti biasanya. Madam Ma balik bertanya apakah wanita itu tidak bosan. Kemudian Madam Ma merekomendasikan lip gloss warna, tapi jika tidak mau dia bisa menggunakan warna yang jelas dan tajam.
“Apa anda pernah menanyakan opini saya dan melakukannya sesuai apa yang saya mau? Anda selalu melakukannya sesuai kemauanmu.” Wanita itu tersenyum.
Madam Ma tertawa, “Karena kau adalah pembawa acara talk show yang mendatangkan orang-orang biasa dan bersuasana santai, mari pilih warna yang lebih nyaman dan natural.”
Wanita itu mengiyakan. Madam Ma pun mengoleskan lip gloss ViVi padanya.
***
Ji Young, Jae Hee, dan Soo Yeon berada di tempat latihan. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ji Young berlatih tarian, Jae Hee duduk membaca, sedangkan Soo Yeon sibuk mengatur jadwal matseon.
Ji Young beristirahat. Dia lalu bertanya pada Jae Hee, apakah Jae Hee punya pacar. Jae Hee hanya tersenyum. Ji Young bertanya lagi apakah itu rahasia. Jae Hee bilang tidak. Maka Ji Young pun menyimpulkan Jae Hee memang punya pacar.
“Lalu kenapa kau bahkan tidak pernah menelepon ataupun menemuinya?”
“Aku tidak akan menemuinya untuk sementara waktu. Semua orang bilang untuk tidak menemuinya.” (kan gak boleh pacaran…)
“Bagaimana jika dia melarikan diri?” tanya Ji Young lagi.
“Tak ada yang bisa dilakukan lagi jika begitu.” Jae Hee tersenyum.
Soo Yeon ikut bertanya pada Jae Hee, buku apa yang selalu dibaca Jae Hee itu, apakah Jae Hee benar-benar akan mengikuti ujian penyiar. Jae Hee mengiyakan. Soo Yeon merasa itu benar ketika Jae Hee bilang saat kompetisi kalau Jae Hee ingin menjadi penyiar.
Ji Young membalik pertanyaan Soo Yeon yang saat kompetisi dia bilang mimpinya adalah untuk menjadi ibu dan istri yang bijaksana, apakah itu benar. Soo Yeon membenarkan, kenapa tidak. Itulah sebabnya pada jadwal sesibuk itu, dia punya banyak jadwal kencan.
“Kalau begitu, kau ikut kontes Putri Korea agar bisa menjalin hubungan dengan pria terbaik yang bisa kau miliki?” tanya Ji Young lagi.
“Ya. Kau boleh bergosip tentang aku, tapi aku tidak merasa mimpiku buruk.” Ucap Soo Yeon.
Jae Hee berpendapat Soo Yeon hanya bersikap jujur.
Jae Hee menyimpan bukunya dan bertanya pada Ji Young, apa yang ingin Ji Young lakukan. Ji Young bilang dia tidak tahu. Soo Yeon lalu bertanya alasan Ji Young mengikuti kompetisi Miss Korea.
“Yah, menjadi Putri Korea sepertinya merupakan sebuah mimpi saat itu. Jadi aku benar-benar belum terpikir apa yang selanjutnya akan menjadi mimpiku. Kurasa hanya aku yang seperti itu.”
Jae Hee tersenyum. Dan Ji Young tampaknya memikirkan hal itu, apa impiannya? Jae Hee ingin menjadi penyiar, Soo Yeon ingin menjadi istri dan ibu yang baik, dia ingin jadi apa? Ji Young belum bisa menemukan jawabannya.
***
Ji Young pergi ke toko ViVi, tapi toko sudah gelap dan sepi. Ji Young mengintip ke dalam, tapi memang tidak ada siapapun disana.
Ji Young menemperlkan kembali pamflet yang terlepas dari kaca. Ji Young tersenyum membaca pamflet itu.
***
Hwa Jung mendatangi sebuah kantor, sepertinya agen yang mengurus pendaftaran kuliahnya. Seorang petugas memberikan sebuah dokumen yang harus diserahkan Hwa Jung ketika melakukan pendaftaran di sekolah. Petugas itu juga bilang Hwa Jung mungkin bisa berangkat sedikit lebih awal jika dia mau untuk bersiap-siap menjalani tes bahasa Perancis.
Hwa Jung kemudian menyusul rekan-rekannya yang sedang minum merayakan keberhasilan mereka hari ini. Jung sudah mabuk, dia terus minum tanpa makan sedikitpun. Heung Sam berkata akan sangat mengagumkan jika barang-barang yang keluar hari ini adalah barang yang sudah berbayar, bukan gratis. Hwa Jung bilang mereka harus membuat itu terjadi. Mereka pun bersulang lagi.
Mereka kemudian mengantarkan Jung yang mabuk ke lingkungan rumahnya. Jung digendong oleh Kang Woo. Hyung Joon bilang dia tidak tahu rumah Jung yang mana jadi mereka harus membangunkan Jung. Hwa Jung kemudian bilang kalau dia tahu dimana rumah Jung, membuat semuanya terkejut. Hwa Jung tidak mau menjelaskan lebih lanjut dan menyuruh Hyung Joon untuk mencari kunci rumah Jung dari sakunya.
Hyung Joon menggeledah Jung, tapi kunci yang dia temukan adalan kunci sebuah penginapan. Mereka pun terkejut dan tak mengerti.
***
Ji Young masih di depan toko ViVi, dia melihat ke atas, menerawang memikirkan pertanyaan dari teman-temannya tadi.
“Apa yang ingin kau lakukan? Kenapa kau mengikuti kompetisi Miss Korea?”
Kemudian ponsel Ji Young berdering. Lee Yoon menelponnya. Yoon bilang dia sudah melihar iklan BB cream Bada, dia menyesalkan BB cream diluncurkan oleh Bada bukannya ViVi. Tapi dia senang, paling tidak Ji Young adalah modelnya. Ji Young bilang dia hampir mati disana.
Yoon melanjutkan, “Ji Young.. Masa Miss Korea-mu berakhir di bulan Mei. Apa ada sesuatu yang ingin kau lakukan setelah itu berakhir?”
“Apa pedulimu?” tanya Ji Young jutek.
“Mulai sekarang bukankah kau seharusnya paling tidak mulai memikirkannya? Miss Korea bukanlah suatu pekerjaan, kau tahu itu. Jika kau merasa tak tahu harus berbuat apa, aku ingin membantumu. Hubungi aku kapan saja.”
Yoon pun menutup telponnya. Ji Young kembali kepikiran, Yoon juga menanyakan hal yang sama.
***
Jung sudah bangun. Dia duduk di hadapan tim ViVi yang menuntut penjelasan, benarkah uang yang dia berikan bukan dari penarikan tabungan, tapi dari rumahnya. Jung pun membenarkan, dia selalu bisa membeli rumah lagi jika mareka sukses nanti. Dia belum menikah, apalagi punya anak. Sebagai seorang pria, dia bisa tidur dimana saja.
“Berikan aku satu unit apartemen. Berukuran sekita 1100 m2 ketika kalian sukses nanti.”
Semuanya terdiam.
“Kalian akan melakukannya, kan?” tanya Jung lagi.
Hwa Jung meledak, “Bagaimana jika kau berakhir dengan kehilangan rumahmu?!”
Jung balik berteriak, “Tak bisakah aku berbuat sesuatu yang kumau dengan rumahku sendiri?!”
Hwa Jung mencibir, “Semua yang kau dapat setelah menjadi orang jahat seumur hidupmu hanyalah satu rumah yang kau beli dengan sedikit uang yang kau simpan. Kau melakukan kerja bagus.”
“Hanya satu? Orang jahat?! Tutup mulutmu, Doktor!”
Kang Woo berusaha menghentikan perdebatan mereka, apa itu sesuatu yang harus diperdebatkan. Heung Sam menghalangi Kang Woo, biarkan saja.
Hyung Joon kemudian mengajak Jung bicara berdua, menjauh dari sana. Hyung Joon bertanya mengapa Jung melakukannya. Hyung Joon juga bertanya kalau kali ini Jung mendapat uang dengan rumah sebagai jaminan, bagaimana dengan uang yang pertama kali Jung berikan. Hyung Joon merasa itu juga bukan dari uang tabungan Jung. Hyung Joon curiga, apakah dari Ji Young.
“Berpura-puralah tidak tahu.” ujar Jung yang berarti membenarkan, uang itu memang dari Ji Young.
Jung berjalan pergi meninggalkan Hyung Joon yang termenung.
***
Ji Young duduk melamun di toko sambil menunggu ramennya matang. Dia kemudian tersenyum melihat kedatangan Hyung Joon. Hyung Joon terdiam lama memandang Ji Young. Dia lalu mengambil minuman. Ji Young bertanya apakah Hyung Joon sudah makan malam. Makan malamnya sendiri adalah mie ramyun, tapi Madam Ma memintanya untuk tidak makan apapun sekitar jam segitu.
Hyung Joon menyuruh Ji Young memakan mienya, “Miss Universe atau apapun juga. Makan saja apa yang kau inginkan. Aku tidak ingin kau kelaparan untuk menjadi Miss Universe.”
Ji Young tersenyum, lalu meminta Hyung Joon untuk duduk disampingnya. Hyung Joon duduk. Ji Young menggenggam tangan Hyung Joon.
“Aku tidak akan pergi kemana-mana. Lepaskan ini dan makanlah dengan nyaman.”
“Kau tahu, sejak ibuku meninggal ketika aku masih kecil, aku tidak pernah melepaskan genggaman tangan ayahku. Apapun yang dia lakukan, aku akan menggenggam tangannya kapanpun ada kesempatan, sehingga akhirnya pun dia menjadi marah, aku mengingatnya.”
Hyung Joon kembali meminta Ji Young melepaskan tangannya dan makan dengan nyaman. Dia tidak akan melarikan diri. Tapi Ji Young tidak mau. Dia tidak percaya pada Hyung Joon, karena Hyung Joon pengecut. Ji Young mulai makan mienya.
“Ji Young-ah.. aku takut ada sesuatu yang terjadi padamu. Aku lebih takut akan hal itu daripada bisnisku yang hancur. Aku tak bisa menahannya. Mengkhawatirkanmu.”
(sepertinya Hyung Joon secara tidak langsung mencoba memberitahu Ji Young agar dia tidak khawatir dengan perusahaan Hyung Joon dan bahkan membantunya. Karena bagi Hyung Joon, Ji Young lah yang terpenting.)
Ayah dan paman turun, Hyung Joon dengan cepat menarik tangannya dari genggaman Ji Young dan berdiri memberi salam. Ji Young tampak terkejut Hyung Joon melepaskan tangannya.
Ayah heran kenapa Ji Young makan ramyun di tengah malam. Ayah menyuruh Ji Young dan Hyung Joon untuk naik ke atas, mereka yang akan menjaga toko.
***
Jung masuk ke kamar penginapannya. Dia kemudian duduk bersandar menghela nafas. Mungkin lega karena dia tidak harus berbohong lagi mengenai uang Ji Young dan juga uangnya yang di investasikan di ViVi.
***
Heung Sam dan Kang Woo mengantar Hwa Jung ke halte dan menunggunya hingga dia naik bis. Setelah bis menjauh, Kang Woo bertanya-tanya apakah Jung begitu menyukai Hwa Jung hingga dia bahkan mengorbankan rumahnya. Heung Sam berusaha menyangkal pemikiran Kang Woo, Jung hanya berinvestasi pada mereka.
Kang Woo bertanya bisakah Heung Sam melakukannya. Heung Sam bilang dia tidak punya rumah. Tapi jika dia punya, bahkan istana pun akan dia korbankan. Kang Woo bilang mereka harus sukse.
Kemudian Heung Sam berkata, “Kang Woo-ya.. Kenapa aku menjadi semakin tidak berharga? Kenapa aku terus menerus menjadi kecil? Jika aku terus menyusut seperti ini, mungkin aku akhirnya akan menjadi titik kecil dan menghilang di depan Hwa Jeong.
***
Hwa Jung berjalan menuju rumahnya. Hwa Jung sepertinya memikirkan Jung. Dia lalu melihat dokumen yang dipegangnya dan menghela nafas panjang.
***
Pagi di kediaman keluarga Oh. Hyung Joon ikut bergabung sarapan dengan seluruh keluarga. Dia duduk disamping Ji Young. Ji Young memberikan sup untuk Hyung Joon.
Ji Young melihat ke sekeliling, lalu… cup! Dia mengecup pipi Hyung Joon. Tak hanya keluarga Oh, Hyung Joon juga terkejut. Dia tak bisa menjawab saat Ji Young kemudian bertanya apakah Hyung Joon tidur nyenyak.
Semua anggota keluarga menatap Ji Young dan Hyung Joon. Ji Young lalu pamit berangkat duluan karena dia sudah terlambat. Ji Young pun bangkit dan berjalan pergi. Meninggalkan Hyung Joon yang tak tahu harus bagaimana menghadapi keluarga Oh. Ayah bahkan berteriak kalau Ji Young membuatnya gila.
Kemudian semuanya menoleh pada Hyung Joon. Hyung Joon kemudian berlutut dan meminta maaf.
Kakek: “Apa kesalahanmu?”
Ji Suk: “Itu bahkan lebih menjengkelkan. Kau minta maaf mengenai apa?”
Paman: “APA KESALAHANMU?!”
Di luar Ji Young malah tersenyum sendiri.
***
Ji Young sedang latihan, tiba-tiba ada yang bertepuk tangan. Manajer Park menghampiri Ji Young dan mengatakan bahwa itu mengagumkan. Ji Young langsung berkata bahwa dia sudah bilang untuk mencari pengganti saja. Manajer bicara dengan manis dan senyuman. Jika ada kesalahpahaman antara mereka, mereka harus menyelesaikannya dengan bercakap-cakap dengan baik.
“Karena kau sudah seperti adik perempuanku, Aku hanya melakukannya demi dirimu karena aku khawatir. Jika kau bersikap seperti ini, itu agak mengecewakan.”
“Antara kita? Kesalahpahaman? Anggap kontrak iklan ini tidak pernah terjadi. Aku tidak bisa menandatangani kontrak dengan Dream DS.”
Ji Young beranjak pergi. Manajer Park memanggilnya kembali tapi Ji Young tak peduli.
Manajer Park lalu menerima telpon dari Direktur Pelaksana, dia berkata jika Manajer Park tidak bisa mendapatkan Ji Young, maka dia akan di pecat sebagai Manajer. Manajer Park melihat Ji Young yang berlalu, dia kebingungan.
***
Jung keluar dari penginapan. Hwa Jung sudah menunggunya di luar. Hwa Jung menyuruh Jung mengemasi barang-barangnya, dia tidak bisa membiarkan Jung makan dan tidur disana setelah dia tahu masalah uang itu. Jung menolak, dia baik-baik saja.
“Aku tahu nomor unitnya. Haruskah aku yang pergi dan mengemasinya kalau begitu?” Hwa Jung memaksa.
Jung berbalik, dan bergumam bahwa sungguh memalukan dia ketahuan. Jung bertanya pada Hwa Jung apa yang akan dia lakukan. Hwa Jung menerobos masuk.
Hwa Jung memasukkan barang-barang Jung ke dalam taksi dan menyuruh Jung masuk. Hwa Jung duduk di depan dan meminta supir untuk ke Bucheon. Jung sedikit terkejut, itu adalah daerah tempat tinggal Hwa Jung.
Dan benar saja mereka berhenti di depan gedung apartemen Hwa Jung. Jung menyangka Hwa Jung menyuruhnya tinggal bersama disana. Dia sudah tersenyum salah tingkah, bagaimana nanti kalau ada yang melihat.
Tapi ternyata Hwa Jung mengajak Jung kesana untuk mengambil bantal dan selimut. Hwa Jung menyuruh Jung tinggal bersama Hyung Joon. Karena ditempat Hyung Joon tidak ada cukup selimut, jadi Hwa Jung meminjamkan miliknya.
Hwa Jung membantu Jung membawa kopernya. Dia mengomel sendiri, “Setelah datang ke Vi Vi untuk menagih uang... Benar-benar... Apa-apaan ini? Kau mendanai kami dengan menjual rumahmu, apanya yang menagih uang.”
Jung menimpali, Hwa Jung sudah meminjamkan selimut dan bantal untuknya, itu cukup. Hwa Jung tetap ngomel, selimut dan bantal bukanlah hal yang besar. Tapi Jung bilang itu hal besar.
“Jika itu begitu mengganggumu, bagaimana kalau kau tidak pergi ke Perancis?!” teriak Jung.
Hwa Jung tak menjawab. Jung kemudian berlari mengejar Hwa Jung yang sudah berjalan jauh.
***
Manajer Park datang ke toko keluarga Oh. Keluarga Oh yang sedang bersih-bersih tentu saja sangat terkejut. Bahkan ayah sampai menjatuhkan kain pelnya. Manajer Park memberika suatu bingkisan untuk diterima pada paman. Manajer Park lalu meminta maaf pada ayah atas sikapnya ketika terakhir kali ayah ke department store.
Ji Young pulang, dan terkejut melihat Manajer Park. Dia bertanya apa yang dilakukan Manajer Park disana. Manajer Park bilang dia hanya menyapa.
***
Jung dan Hwa Jung menunggu taksi di tepi jalan. Hwa Jung bilang nanti Hyung Joon yang akan bicara dengan ayah Ji Young, jadi Jung tidak perlu khawatir. Jung mengerti. Dia menyuruh Hwa Jung berangkat duluan. Jika mereka berdua berjalan bersama membawa selimut dan bantal terlihat seperti pasangan yang baru menikah.
Jung memaksa Hwa Jung naik taksi. Hwa Jung mengingatkan Jung untuk pergi ke tempat Hyun Joon bukan ke tempat lain. Setelah Hwa Jung pergi, Jung berkata sendiri, dia merasa lebih nyaman tinggal di penginapan. Jung tertawa sendiri, sejak kapan dia punya rumah.
***
Ji Young sedang membaca majalah. Hyung Joon membuka pintu kamar Ji Young dan memintanya untuk keluar. Ji Young bertanya ada apa.
“Apa kau lupa apa yang kau lakukan pagi ini? Kau benar-benar akan mati.”
Ji Young berusaha menghindar, dia bilang dia akan tidur. Ji Young mengambil posisi tidur, tapi Hyung Joon masih disana.
“Baiklah. Aku akan tetap menjadi kucing pengecut yang menjagamu. Kau hanya perlu melanjutkan apa yang kau inginkan. Itulah sebabnya aku bisa mendapatkanmu, kan? Jika kau juga kucing pengecut, betapa tak menyenangkannya kencan kita. Kau tak tahu betapa bersyukurnya kita berdua karena kau bukan kucing pengecut, kan. Ya. Yah... Tidurlah.”
Hyung Joon lalu menutup pintu kamar Ji Young dan berlalu. Ji Young tersenyum.
***
Pagi hari. Ji Young keluar rumah untuk beraktivitas. Manajer Park menghampiri dan meminta waktu bicara pada Ji Young. Manajer Park tampak kedinginan, sepertinya sudah lama dia menunggu Ji Young di luar.
Mereka kemudian bicara di sebuah café.
Manajer Park menyodorkan amplop uang pada Ji Young. Dia tidak punya banyak jadi belum semuanya dia berikan pada Ji Young. Ji Young bertanya apakah Manajer Park menyuapnya. Tapi bukan itu maksud Manajer Park. Dia bermaksud mengembalikan uang pesangon dan pemotongan gaji Ji Young yang dulu.
“Kenapa sekarang?” tanya Ji Young sinis.
“Oh Ji Young-ssi… Waktu itu aku salah menilaimu.” Manajer Park tampak sungguh-sungguh, “Maafkan aku, Oh Ji Young. Aku salah tentang semua itu. Aku juga... di department store, Aku mencoba berjuang keras untuk bertahan hidup. Tapi dari atasan...kalian para gadis elevator, mereka terus menekanku agar dengan segera memecat kalian... Jika aku tidak memecatmu, mereka bilang mereka akan memecatku terlebih dahulu. Lalu apa yang harus kulakukan? Karena IMF, sepertinya istri dan anakku akan mati kelaparan. Tapi, kau harus dipecat terlebih dahulu, sehingga semangat yang lainnya akan pupus dan akan memutuskan untuk pergi...”
“Jadi untuk memberi makan istri dan anakmu, kau menyerang orang lain dari belakang? Aku dengar kau mendapat uang dari gadis lainnya juga. Ketika berbohong kau akan mencegah mereka untuk dipecat.”
Manajer Park bilang dia juga akan mengembalikan uang itu dengan menyicil. Manajer Park meminta Ji Young untuk mengabaikannya sekali ini saja. Jika dia tidak bisa membawa Ji Young dia benar-benar akan dipecat. Ji Young bilang selama 7 tahun, Manajer Park tidak pernah sekalipun memperlakukannya sebagai seorang manusia.
“Aku benar-benar minta maaf. Seorang manusia tidak seharusnya bersikap seperti itu. Tekanan yang aku terima dari atas, omelan yang kuterima dari istriku, dan anak-anak yang semakin besar, yang aku lampiaskan pada kalian karena kalian bawahanku. Aku akan berlutut dan minta maaf.” Manajer Park menghapus air matanya.
“Pertama-tama, kembalikan uang gadis-gadis lainnya dengan ini. Aku khawatir apa yang mereka lakukan ketika mereka kehilangan pekerjaan tiba-tiba. Pergi dan juga minta maaf dengan sungguh-sungguh.”
Manajer Park bilang dia akan melakukannya, dia harus melakukannya, dia sudah berencana melakukan itu. Tapi dia memohon Ji Young untuk mau melakukan iklan.
***
Kang Woo ke DDR, dia melihat sebuah stand kosong yang baru akan diisi dua minggu lagi. Dia melihat ke depannya adalah stand Bada yang ramai pelanggan. Kang Shik tiba-tiba ada disamping Kang Woo dan berujar, Kang Woo melakukan banyak hal, Kang Woo benar-benar melakukan pekerjaan apapun.
“Aku dengar kau membagikan lip gloss secara cuma-Cuma pada orang-orang yang membawa BB cream kami.”
“BB cream kami?” Kang Woo tak percaya Kang Shik mengaku-ngaku.
“Kenapa? Apa ada yang salah?” tanya Kang Shik menantang.
“Itulah alasannya kenapa kau memintaku datang jauh-jauh kesini? Sehingga aku bisa melihat langsung bagaimana baiknya penjualan BB cream mu?” Kang Woo kesal.
“Itu benar. Make up adalah tentang pemasaran. Jika kau meluncurkan BB cream, itu tidak akan terjual sebaik ini. Kau juga tahu itu. Aku akan memberimu kesempatan sekali lagi. Bekerjalah untuk perusahaan kami. Sampai kapan kau akan hidup seperti ini dengan kakak kandungmu sendiri sebagai musuh? Apa kau masih tidak tahu kenapa kalian bisa bangkrut? Sudah wajar pada bisnis ini kalau saat resesi, warna mewah lebih banyak terjual. Tapi kau ingin menantang kami dengan lip gloss? Benar-benar. Hyung Joon, berandal itu tidak punya pengetahuan tentang tren. Sampai kapan kau akan bekerja di bawah orang seperti itu?”
Kang Woo semakin kesal, “Jangan bicara tentang dia seperti itu! Ide Krim BB yang sangat kau inginkan itu yang sampai-sampai ingin kau curi, asalnya dari kepala Hyung Joon. Kurasa kaulah orang yang harus menumbuhkan pengetahuan trenmu. Daripada menggunakan uang perusahaan untuk mencuri ide orang lain.”
Kang Shik terdiam.
***
Hwa Jung menelpon agen yang kemarin, Hwa Jung mengatakan pada mereka dia tidak akan pergi belajar keluar negri karena ada urusan pribadi.
Jung masuk dan bertanya telpon dari siapa itu. Hwa Jung bilang itu dari agensi edukasi luar negri. Jung menghela nafas. Hwa Jung berkata mereka ingin Hwa Jung pergi lebih awal jika dia ingin mendapatkan kursus bahasa. Jung kesal dan berkata Hwa Jung benar-benar tidak mendengarkannya.
“Siapa yang seharusnya mengatakan itu? Kau bilang kau kembali ke penginapan. Jika kau benar-benar tidak suka aku belajar lagi, tunjukkan padaku sesuatu yang lebih menyenangkan daripada belajar, atau coba lebih keras untuk membuat dirimu lebih baik. Pria ini benar-benar tidak mendengarkan dan hanya membuat khawatir orang lain. Seharusnya aku meninggalkan negeri ini secepatnya jadi aku tidak perlu melihat kekacauan rumit ini.”
Hwa Jung berkata dengan kesal. Dia juga kesal pada yang lain, kenapa mereka tidak segera kembali setelah makan siang. Jung terdiam.
***
Bersambung ke bagian 2 ~
***
Gambar diambil dari video milik MBC.
Terjemahan Bahasa Indonesia oleh team Miss Korea @viki.com
***
Komentar:
Ji Young masih bingung dengan apa yang sebenarnya ingin dia lakukan setelah menjadi Miss Korea. Dia tidak pernah memikirkan itu sebelumnya. Di saat kedua temannya di kompetisi mengetahui jelas tujuan hidup mereka, Ji Young masih abu-abu. Karena awalnya dia hanya ingin mendapatkan pengakuan dan tidak diinjak lagi seperti yang Manajer Park lakukan padanya.
Manajer Park sepertinya memang benar-benar tertekan. Melihat dia terus ditanya tentang Ji Young untuk iklan mereka, dan juga diancam oleh atasannya akan di pecat jika dia tidak berhasil mendapatkan Ji Young. Tapi tetap saja, caranya melepas stress dengan melampiaskan kemarahan pada bawahannya juga suatu hal yang salah. Syukurlah sekarang dia menyadarinya walaupun alasannya sedikit tidak bisa diterima.
daebaaak~ semangat!!! kkkk sebentar lagi final xD
ReplyDelete